NYERI
Berdasarkan Tipe
1. Nyeri Somatik
2. Nyeri Visceral
3. Nyeri Tulang
4. Nyeri Neuropatik
Kriteria Nyeri Berdasarkan Durasi
Nyeri Akut Nyeri Kronik
• Durasi singkat • Rasa sakit diperkirakan
• Hilang dengan akan berakhir, dengan
pengobatan, biasanya 6 penyembuhan atau
bulan atau kurang kematian
• Areanya jelas • Pengobatan
• Onset tiba-tiba berkepanjangan
• Contohnya adalah patah • Prosesnya lama biasanya >
tulang, radang 6 bulan
tenggorokan, dan nyeri • Areanya sulit untuk di
setelah operasi atau luka evaluasi
• Contohnya adalah nyeri
pada pasien kanker
Kriteria Nyeri Berdasarkan Tipe
Nyeri Somatik Nyeri Visceral
• Sumber: Kulit, otot, dan • Sumber: organ dalam
jaringan ikat • Contoh: Pertumbuhan tumor,
• Contoh: keseleo, sakit kepala, gastritis, nyeri dada
artritis • Deskripsi: Tidak terlokalisir,
• Deskripsi: Dilokalisasi, tajam / mengacu, konstan dan
kusam, lebih buruk lagi kusam, kurang terpengaruh
dengan gerakan atau dengan gerakan
sentuhan • Pengobatan: Obat anti nyeri
• Pengobatan: Sebagian besar yang dosisnya lebih kuat
obat anti nyeri akan
membantu, jika parah
memerlukan pengobatan
yang lebih lanjut
Kriteria Nyeri Berdasarkan Tipe
Nyeri Tulang Nyeri Neuropatik
• Sumber: Serabut saraf • Sumber: Saraf
sensitif pada permukaan luar • Contoh: Neuropati diabetes,
tulang nyeri tungkai hantu, kanker
• Contoh: Kanker yang menyebar ke plexis syaraf
menyebar ke tulang, • Deskripsi: Pembakaran,
osteoporosis berat penusukan, pin dan jarum,
• Deskripsi: Cenderung syok
menjadi konstan, lebih buruk • Pengobatan: Opioat +
lagi dengan gerakan antidepresan trisiklik atau
Pengobatan: Obat anti nyeri adjuvant lainnya
yang lebih kuat, opiat dengan
NSAIDS sebagai tambahan
PENGKAJIAN NYERI
QUALITATIF (KUALITAS)
QUANTITATIF (SKALA)
Diagnosa Nyeri
1. Pengkajian: P, Q, R, S, T
2. Dx Keperawatan:
Domain 12 Comfort/ kenyamanan
Class 1 Physical comfort/ kenyamanan fisik
00132 Nyeri akut
00133 Nyeri kronis
3. Perencanaan:
NOC Pain level, pain control, comfort level
4. Implementasi
NIC Pain manajemen
5. Evaluasi:
QUALITATIF (KUALITAS)
Lokasi (menjalar atau tidak, referred pain)
Intensitas/keparahan
Faktor yang memperburuk atau meredakan nyeri
Deskripsi nyeri (tajam, berdenyut)
Durasi
Tentukan gejala penyerta atau efek samping yang dialami pasien
(seperti mual, muntah, diare, fatigue, masalah kulit, anoceria,
sesak nafas, masalh kognitif)
Evaluasi apakah pasien ketergantungan terhadap obat atau
alkohol
Riwayat obat yang diminum oleh pasien.
PENGKAJIAN AWAL NYERI
P : Paliatif atau penyebab nyeri
Q : Quality/kualitas nyeri
R : Regio (daerah) lokasi atau pe nyebaran nyeri
S : Subjektif deskripsi oleh pasien mengenai
tingkat nyerinya
T : Temporal atau periode/waktu yang berkaitan
dengan nyeri
KUANTITATIF (SKALA NYERI)
Neonatus • Neonatal Infant Paint Scale (NIPS)
Skor 0 jika perilaku tidak diperhatikan. Skor 1 jika perilaku tersebut terjadi secara singkat
selama aktivitas berlangsung atau saat istirahat. Jumlah total indikator dijumlahkan untuk
perilaku yang diamati saat istirahat, dengan gerakan, dan secara keseluruhan. Tidak ada
nilai yang jelas untuk menunjukkan tingkat keparahan nyeri, sebagai gantinya kehadiran
salah satu perilaku mungkin menunjukkan rasa sakit, menjamin penyelidikan lebih lanjut,
perawatan, dan pemantauan oleh praktisi.
Pain Assessment in Advanced Dementia Scale
(PAINAD)
Total skor berkisar antara 0-10 poin. Interpretasi yang mungkin dari skor
adalah: 1-3 = nyeri ringan, 4-6 = nyeri sedang, 7-10 = nyeri berat.
PENGKAJIAN NYERI PADA PASIEN DENGAN
PERAWATAN INTENSIF
Comfort Scale
• Untuk penilaian sedasi & nyeri (telah divalidasi untuk PICU).
• Bisa untuk bayi , anak maupun dewasa di ruang rawat intensif / kamar
operasi/ ruang rawat inap yang tidak dapat dinilai dengan Visual
Analougue Scale (VAS),
• Numeric Rating Scale maupun Wong Baker FACES Pain Scale).
• Interpretasi :
• Nilai 8−16: sedasi dalam
• Nilai 17−26: sedasi dan analgesia adekuat
• Nilai 27−40: sedasi inadekuat
• Tidak bisa digunakan pada pasien-pasien dibawah pengaruh obat‐obat
pelumpuh Otot (neuromuscular blocking agents).
PENGKAJIAN NYERI PADA PASIEN YANG
TERPASANG VENTILATOR
Intervensi Farmakologis
2. Terapeutik touch
akupresure, akupunktur
3. Hipnoterapi
INTERVENSI FARMAKOLOGIS
TAHAPAN PEMBERIAN ANTI NYERI
Nyeri Ringan
Aspirin, dosis 2400-3600 mg/hari diberikan dalam 4-6kali. Hati-
hati terhadap riwayat perdarahan lambung.
Paracetamol, dosis 2000-4000 mg/hari, diberikan 4-6kali/hari.
Overdosis dapat mengakibatkan kerusakan hati.
Ibuprofen, 1200-1600 (max 2400)mg/hari, diberikan 3-4kali/hari.
Perhatikan adanya riwyat maag/iritasi lambung
Nyeri Sedang
Codeine dan aspirin (Codis), 325/30, aktif 4-6 jam. Efek samping mengantuk,
kosntipasi dan mual.
Codeine dan parasetamol (Paracodol), 500/8, 500/30, aktif 4-6 jam. Efek samping
konstipasi, mengantuk, pusing.
Codeine, 30-240, aktif 4-6 jam. Efek samping konstipasi dan depresi pusat batuk.
Dihydrocodeine (DF118)
Nyeri Hebat
Mulai dengan opioid yang lebih kuat, mungkin dengan adjuvan:
Dextropropoxyphene (Doloxene)
Pentazocine (Sosend)
Nyeri Neuropati
Hampir sebagian besar nyeri neuropatik tidak berespon terhadap NSAID dan
analgesik opioid
Terapi utamanya : the tricyclic antidepressants (TCA's), the anticonvulsants and the
systemic local anesthetics.
Agen farmakologi yang lain : corticosteroids, topical therapy with substance P
depletors, autonomic drugs and NMDA receptor antagonists
Contoh obat baru : pregabalin (Lyrica) dari Pfizer untuk nyeri neuropati
ASETOSAL
Memiliki aktivitas analgetik, antipiretik, dan antiinflamasi
Memiliki efek antiplatelet sehingga dapat mencegah pembekuan darah.
Sebaiknya tidak digunakan pada pasien dengan gangguan pembekuan darah
(misalnya hemofili), sirosis hati, trombositopenia, atau pada pasca operasi.
Sebaiknya jangan diminum ketika lambung kosong. Tidak direkomendasikan
bagi pasien yang memiliki riwayat gangguan lambung.
Dapat menyebabkan Reye’s syndrome (suatu gangguan serius pada sistem
hepatik dan susunan saraf pusat), sebaiknya tidak digunakan pada anak-anak
di bawah 12 tahun.
Sebaiknya tidak digunakan pada pasien dengan riwayat alergi (rinitis, urtikaria,
asma, anafilaksis, dll).
Aspirin sebaiknya tidak digunakan pada wanita hamil karena dapat
memperpanjang waktu kelahiran dan meningkatkan resiko pendarahan pasca
kelahiran (post-partum).
Contoh : asam asetilsalisilat, Aspirin
Asetaminophen
Memiliki khasiat analgetik dan antipiretik yang baik
Memblok nyeri ke pusat nyeri, efektif untuk inflamasi, baik untuk pasien yang alergi
terhadap aspirin dan yang mengalami masalah grastointestinal. Biasa diberikan mulai
dosis ringan (nyeri ringan)
Pada dosis besar (6-12 g) dapat menyebabkan kerusakan hati
Pada dosis terapinya, merupakan pilihan yang aman bagi banyak kondisi kesehatan,
temasuk untuk anak-anak dan ibu hamil/menyusui.
Contoh : Parasetamol
ASAM MEFENAMAT
Memiliki khasiat analgetik, antipiretik dan anti-inflamasi yang cukup, tapi tidak lebih kuat
daripada asetosal.
Bersifat asam, dapat menyebabkan gangguan lambung.
Sebaiknya jangan diminum pada saat perut kosong, atau pada pasien dengan riwayat
gangguan saluran cerna/lambung
Banyak menyebabkan efek samping : diare, trombositopenia, anemia hemolitik, dan ruam
kulit
Tidak direkomendasikan untuk penggunaan pada anak-anak dan wanita hamil
Sebaiknya tidak digunakan dalam jangka waktu lebih dari seminggu, dan pada pemakaian
lama perlu dilakukan pemeriksaan darah.
OPIOID
Diberikan untuk nyeri yang akut yang berat dan sebagai pain control
Efek samping: Sedasi, somnolen, eforia, gerakan yang tidak terkontrol, hipotensi,
bradikardi, syok, nausea, vomitus, konstipasi, trombositopenia, depresi pusat nafas,
pruritus, kulit seperti terbakar.
Contoh : Morfin, Kodein, Petidin, Tramadol, Fentanil
Bagaimana pemilihan obat ???
Tergantung dari intensitas nyeri
Memperhatikan kondisi pasien (riwayat penyakit,
kontraindikasi, alergi)
GUIDELINE acute pain
TERIMA KASIH