Anda di halaman 1dari 7

JURNAL MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN

VOLUME 13 No. 04 Desember  2010 Halaman 220 - 226


M. Lukman Arsyad: Tingkat Pemanfaatan Tempat Tidur ...
Artikel Penelitian

TINGKAT PEMANFAATAN TEMPAT TIDUR PADA


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
BED OCCUPANTION RATE OF DISTRICT GENERAL HOSPITALS AFTER HEALTH POLICY
DEZENTRALIZATION AT SOUTH SULAWESI

M. Lukman Arsyad
Peneliti Kebijakan Kesehatan Balitbangda Provinsi Sulawesi Selatan

ABSTRACT tahun 2009 2 RSUD turun ke angka BOR normal (60-85%),


Background: The background of this study is want to know sedang 2 RSUD dengan BOR di bawah 60% (rendah).
the execution of automony dezentralized, and health policy Kesimpulan: Dari analisis data hasil penelitian di atas, dapat
after the execution of that and to know affected of free health disimpulkan bahwa terjadinya data eks trim tahun 2007,
program services from Government of South Sulawesi khususnya tahun 2008 lebih disebabkan oleh pengelola program
Province together with Districts and Town Government started kesehatan gratis melakukan penggelembungan tagihan biaya
year 2008. pelayanan, perawatan dan harga obat dengan merekayasa
Method: The method of this study by Rapid Evaluation Method pasien fiktif, sementara 1 dari 4 RSUD sampel sejak 2005-
(REM) using record review data (data extraction), direct 2009 tidak terlihat angka BOR yang ekstrim. Hal ini terjadi karena
observation and observation out of buiding. This study will be Bupati setempat membuat kebijakan terobosan yang
measure of efficiency and effectivity of District Hospitals wich mengharuskan petugas kesehatan melakukan kunjungan
indicator bed exploiting or bed occupancy rate (BOR) and langsung ke desa untuk mengobati berbagai penyakit warga
useful as science clarification to community. secara gratis.
Result: The result of this study fixed year 2008 shows about
from 4 District Hospitals, 3 from it increasing bed occupancy Kata kunci: tingkat pemanfaatan tempat tidur RSUD, kesehatan
rate (BOR) above 100% (extreme), but in year 2009, 2 district gratis
hospitals decrease it BOR between 60-85%, and 2 the other
districts hospital with BOR to low about 60%. PENGANTAR
Conclusion: The result of research above, can be conclution
that happened extreme data year 2007 especially year 2008.
Pelayanan dasar merupakan hak bagi warga
Bec ause free health program organizer make become negara yang penyelenggaraan diwajibkan oleh
increasing services and medicine to get much fund, while 1 of peraturan perundang-undangan, yang berarti
4 districts hospitas from year 2005 to year 2009 with BOR pelayanan kesehatan menjadi urusan yang wajib
extreme, this causes by Local Regent of Dis trict made
breakthrough policy which that must be executed direct to
pemerintahan daerah 1, pasca pemberlakuan
Villages for cures of all kind of disease to communit and free kebijakan desentralisasi bidang kesehatan. 2
health services. Pelayanan kesehatan adalah pelayanan medik di
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) yang setiap
Key words: bed occupancy rate of district hospital, free health
services
anggota masyarakat berhak memperoleh pelayanan
yang cepat, bermutu, mudah dan terjangkau sesuai
ABSTRAK standar pelayanan minimal (SPM) 3 bidang
Latar belakang: Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kesehatan.
keingintahuan sejauhmana pelaksanaan otonomi daerah, dan Artikel ini menyajikan inf ormasi hasil
pasca pemberlakuan kebijakan desentralisasi kesehatan serta
pengaruh dari peluncuran program kesehatan gratis dari
pengukuran kualitas pelayanan kesehatan RSUD
Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan bersama Pemerintah sampel yang menggunakan indikator angka
Kabupaten/Kota yang dimulai tahun 2008. pemanfaatan tempat tidur (TT) atau bed accupancy
Metode: Metode yang digunakan adalah metode evaluasi rate (BOR)4, frekuensi penggunaan TT atau bed turn
cepat atau Rapid Evaluation Method (REM) yang pengumpulan
data dengan record review (ekstraksi data), direct observation
over (BTO), rata-rata lama dirawat atau average
(pengamatan langsung) dan wawancara luar gedung. length of stay (LOS) dan interval penggunaan TT atau
Penelitian ini untuk mengukur efektivitas dan efisiensi pelayanan turn over interval (TOI). Pada artikel ini analisis data
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) yang menggunakan dan pembahasan masalah dibatasi pada cakupan
indikator angka pemanfaatan tempat tidur atau bed occupancy
rate (BOR) serta bermanfaat sebagai proses pencerahan ilmu
indikator BOR dan sebagai pencerahan ilmu
pengetahuan kepada masyarakat. pengetahuan kepada masyarakat, khususnya bagi
Hasil: Tahun 2008 memperlihatkan bahwa 3 dari 4 RSUD yang menekuni ilmu kedokteran/kesehatan serta
mengalami peningkatan BOR di atas 100% (ekstrim), namun diharapkan menjadi masukan atau bahan bagi
penentu kebijakan kesehatan.5

220  Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, Vol. 13, No. 4 Desember 2010
Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan

Pengukuran efektivitas dan efisiensi pelayanan Juli 2010, yang menetapkan 4 RSU (16,67%) sebagai
kesehatan medik RSU dengan indikator: (1) BOR sampel dari 24 RSU yang tersebar pada 25
dengan capaian <60% menunjukkan pemanfaatan TT kabupaten dan kota di Provinsi Sulawesi Selatan
yang rendah, capaian 60%-85% menunjukkan Untuk RSUD-1, diketahui bahwa angka
pemanfaatan TT yang normal dan capaian >85% pemanfaatan TT untuk tahun 2005 dengan BOR
menunjukkan pemanfaatan TT yang tinggi sehingga sebesar 55,44%, tahun 2006 meningkat sebanyak
RSU tersebut perlu pengembangan, (2) BTO 7,81% dengan BOR 63,25%. Tetapi pada tahun 2007
bermanfaat untuk mengetahui tingkat efisiensi terjadi peningkatan pemanfaatan TT yang sangat
pemanfaatan TT, (3) LOS yang bermanfaat untuk tinggi yaitu 37,23% sehingga BOR mencapai
mengukur efisiensi pelayanan RSU apabila ditetapkan 100,48%. Demikian pula pada tahun 2008 masih
pada diagnosis tracer dan (4) TOI yang bermanfaat terus naik 14,87% angka BOR menjadi 115,35%.
untuk mengukur efisiensi penggunaan TT. Pada tahun 2009 pemanfaatan TT menurun tajam -
48,23% yang turut menurunkan angka BOR 67,12%.
BAHAN DAN CARA PENELITIAN RSUD-2 dengan angka pemanfaatan TT pada
Pelaksanaan kegiatan penelitian ini menggunakan tahun 2005 dengan BOR sebesar 60,19%, tahun
Rapid Evaluation Method (REM)6 atau metode evaluasi 2006 meningkat sebanyak 19,23% dengan BOR
cepat dengan cara pengumpulan data: 79,43%, tahun 2007 meningkat lagi dengan angka
yang hampir sama 19,14% dengan BOR 98,57%,
a. Record review (ekstraksi data) dan pada tahun 2008 terjadi peningkatan yang sangat
Pengumpulan data dengan mencocokkan tinggi sebesar 43,18% sehingga BOR mencapai
variabel yang dipersiapkan dalam daftar tilik, untuk 141,75%, tahun 2009 pemanfaatan TT menurun
mengetahui apakah sesuai dengan standard drastis -53,69% yang menurunkan angka BOR
operating procedure (SOP), dengan catatan apabila menjadi 88,06%.
penelitian atau analisis ilmiah di tingkat kabupaten,
oleh World Health Organization (W HO) 160.00
menganjurkan menggunakan metode evaluasi cepat
atau REM, pengumpulan data dengan record review. 140.00

120.00
b Direct observation (pengamatan langsung)
100.00
Merupakan cara yang efektif untuk melihat
apakah pelaksanaan pelayanan kesehatan sudah 80.00
sesuai SOP. Hal ini dapat diamati secara langsung 60.00
terhadap petugas atau tenaga kesehatan di RSUD
tersebut dapat dikembangkan menjadi audit klinis 40.00

dengan membandingkan antara kinerja petugas yang 20.00


memberi pelayanan terhadap SOP. Cara ini akan
0.00
menambah informasi tentang kualitas jasa pelayanan
2005 2006 2007 2008 2009
kesehatan medik di RSUD.
RSU D-1 RSU D-2 RSU D-3 RSU D-4

c Wawancara luar gedung


Wawancara luar gedung terhadap klien (pasien Gambar 1. Data hasil penelitian (BOR RSUD 2005-2009)
atau keluarga pasien) yang baru saja mendapat
pelayanan kesehatan medik di RSUD, cara ini sangat Sementara pada RSUD-3 angka pemanfaatan
baik karena menyangkut efektivitas dan efisiensi TT pada tahun 2005 dengan BOR sebesar 43,70%,
serta kualitas jasa pelayanan kesehatan, dilakukan tahun 2006 meningkat sebanyak 8,61% dengan
di luar gedung agar tercipta suasana yang baik, BOR 52,31%, tahun 2007 meningkat cukup tinggi
sehingga klien dapat bebas menjawab pertanyaan sebesar 20,09% dengan BOR 72,40%, dan pada
tentang pelayanan kesehatan yang baru diterima, tahun 2008 masih mengalami peningkatan sebesar
tanpa diketahui oleh petugas atau tenaga kesehatan. 5,99% sehingga mencapai BOR 78,39%, namun
pada tahun 2009 menurun sebesar -28,94% yang
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN turut menekan angka BOR menjadi 49,45%.
Kegiatan penelitian metode REM dengan Perkembangan pemanfaatan TT pada RSUD-4,
ekstraksi data sesuai SOP, dimulai bulan Februari- yang pada tahun 2005 dengan angka BOR sebesar

Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, Vol. 13, No. 4 Desember 2010  221
M. Lukman Arsyad: Tingkat Pemanfaatan Tempat Tidur ...

59,14%, tahun 2006 meningkat sebanyak 8,01% perubahan yang sangat baik di mana 3 RSUD dengan
dengan BOR 67,15%, tahun 2007 mengalami angka BOR normal dan hanya 1 RSUD dengan angka
penurunan yang sangat tajam sebesar -34,68% BOR rendah, tetapi pada tahun 2007 terdapat 1 RSUD
sehingga BOR hanya 32,47%, dan pada tahun 2008 dengan angka BOR ekstrim, 2 RSUD dengan angka
terjadi peningkatan yang sangat tinggi sebesar BOR normal dan 1 RSUD dengan angka BOR rendah,
84,00% sehingga angka BOR mencapai 116,47%, selanjutnya untuk tahun 2008 terlihat peningkatan
namun pada tahun 2009 malah terjadi penurunan indikator yang sangat tinggi, terdapat 3 RSUD
sebesar -59,38% yang menurunkan angka BOR dengan angka BOR ekstrim dan 1 RSUD dengan
pada level 57,09% (Gambar 1). angka BOR normal, namun pada tahun 2009 terjadi
Data hasil penelitian dianalisis untuk melihat penurunan indikator seperti pada tahun 2005 dimana
penggunaan fasilitas perawatan selama 5 tahun 1 RSUD dengan angka BOR tinggi, 1 RSUD dengan
terakhir, dimana angka BOR pada: (1) RSUD-1 untuk angka BOR normal dan 2 RSUD dengan angka BOR
tahun 2005 dengan BOR 55,44% sementara tahun rendah, perhatikan Gambar 2.
2009 dengan BOR 67,12% atau selama periode
2005-2009 pemanfaatan TT mengalami peningkatan
100.00
sebesar 11,68% atau rata-rata 2,92% per tahun, (2)
90.00
RSUD-2 untuk tahun 2005 dengan BOR 60,19%
80.00
sedang tahun 2009 dengan BOR 88,06% atau
selama periode 2005-2009 pemanfaatan TT 70.00

mengalami peningkatan sebesar 27,87% atau rata- 60.00


rata 6,97% per tahun, (3) RSUD-3 untuk tahun 2005 50.00
dengan BOR 43,70% sedang tahun 2009 dengan 40.00
BOR 49,45% atau selama periode 2005-2009 30.00
pemanfaatan TT mengalami peningkatan 5,75% atau 20.00
hanya rata-rata 1,44% per tahun, (4) RSUD-4 untuk
10.00
tahun 2005 dengan BOR 59,14% sedang tahun 2009
0.00
dengan BOR 57,09% atau selama periode 2005-
2005 2006 2007 2008 2009
2009 pemanfaatan TT mengalami penurunan sebesar
RSU D-1 RSU D-2 RSU D-3 RSU D-4
-2,05% atau rata-rata -0,51% per tahun.
Hasil analisis data tersebut di atas, terlihat suatu
fenomena tidak lazim, di mana jumlah orang sakit Gambar 2. Tren BOR ideal 2005-2009 (Hasil analisis)
yang mendapat perawatan inap atau pemanfaatan
TT untuk tahun 2007 di RSUD-1 dengan angka BOR Fenomena tidak lazim pada angka BOR pada
100,48% (sangat tinggi atau ekstrim), di RSUD-2 4 RSUD sampel, untuk tahun 2007, khususnya
dengan angka BOR 98,57% (tinggi), di RSUD-3 tahun 2008 mengindikasikan pencatatan dan
dengan angka BOR 72,40% (normal) sedang di pelaporan penggunaaan fasilitas perawatan yang
RSUD-4 dengan angka BOR 32,47% (rendah), ekstrim, baik dari segi penerapan ilmu statistik
sedang untuk tahun 2008 pemanfaatan TT di RSUD-1 kesehatan maupun dari segi manajemen sistem
dengan angka BOR 115,35% (ekstrim), di RSUD-2 informasi kesehatan, termasuk kesiapan RSUD
dengan angka BOR 141,75% (ekstrim), di RSUD-3 tersebut untuk mengikuti akreditasi institusi rumah
dengan angka BOR 78,39% (normal) sedang di sakit secara berkala untuk kenaikan tipe RSUD dan
RSUD-4 dengan angka BOR 116,47% (ekstrim), menjadi Badan Layanan Umum (BLU).
namun pada tahun 2009 pemanfaatan TT di RSUD-1 Hasil pencatatan dan pelaporan data pasien,
angka BOR 67,12% (normal), di RSUD-2 angka BOR tahun 2008 terdapat 3 dari 4 RSUD sampel memiliki
88,06% (tinggi), di RSUD-3 angka BOR 49,45% angka BOR ekstrim (>100%), kejadian ini perlu
(rendah) dan di RSUD-4 BOR 57,09% (rendah). penelusuran secara mendalam, dalam arti untuk
Dugaan fenomena tidak lazim tersebut terjadi mengetahui jumlah orang sakit yang melakukan
dengan memperhatikan perkembangan pemanfataan kunjungan ke RSUD dan menjalani pemeriksaan
fasilitas perawatan atau angka pemanfaatan TT pada kesehatan, demikian pula pasien rawat inap yang
4 RSUD sampel, yang memiliki tingkat atau angka melebihi jumlah TT yang tersedia atau melampaui
BOR, untuk tahun 2005 baru 1 RSUD yang memiliki kapasitas fasilitas perawatan,yang berarti banyak
angka BOR normal sedang 3 RSUD masih berada pasien dirawat di luar ruang perawatan (hanya
pada angka BOR rendah, tahun 2006 terjadi menggunakan kasur, kursi atau meja panjang),

222  Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, Vol. 13, No. 4 Desember 2010
Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan

kondisi perawatan pasien di RSUD seperti ini bisa memang pasien gakin diminta membayar biaya
terjadi bila suatu daerah terserang wabah penyakit pemeriksaan dokter hingga Rp200 ribu demikian pula
menular atau kejadian luar biasa (KLB), seperti KLB pada pasien peserta Jamkesmas setelah menjalani
demam berdarah dan KLB diare atau sekelompok perawatan disuruh membayar Rp 2 juta, walaupun
warga terkena keracunan, namun penanganan pihak RSUD menyatakan tidak ada pem bayaran
(perawatan) pasien KLB biasanya hanya bagi pasien peserta Jamkesmas dan Jamkesda.12
berlangsung 2-3 minggu, bukan 56 minggu atau Sementara pengelolaan keuangan dan
sepanjang tahun. manajemen beberapa RSUD yang masih banyak
Mencermati fenomena tidak lazim tersebut, kuat bobrok, terlihat jelas sarana dan prasarana yang
dugaan hal ini berhubungan langsung dengan minim dengan utang yang menumpuk13, belum
program pembiayaan kesehatan gratis yaitu Jaminan membayar jasa pelayanan medik dokter, sehingga
Kesehatan Masyarakat Miskin (Jamkesmas) dari banyak dokter ahli yang mengancam meninggalkan
Departemen Kesehatan dan Jaminan Kesehatan tugasnya, bahkan melakukan aksi mogok menuntut
Daerah (Jamkesda) oleh Pemerintah Provinsi pem bayaran jasa pelayanan medik yang tertunda
Sulawesi Selatan (Sulawesi Selatan) bersama selama 10 bulan, tidak ada uang insentif 14, aksi
Pemerintah Kabupaten/Kota se-Sulawesi Selatan, mogok para dokter yang menuntut hak mereka
kecuali Kabupaten Sinjai yang terlebih dahulu telah membuat ratusan pasien terlantar, pasien yang
menerapkan model Jamkesda tersendiri. masih butuh perawatan intensif terpaksa harus
Kuat dugaan pengelola program Jamkesmas dirujuk ke RSUD terdekat atau dilarikan ke RSU
dan Jamkesda di berbagai RSUD dengan sengaja provinsi.15
melakukan penggelembungan (mark-up) tagihan Dugaan selanjutnya alokasi dana kesehatan
biaya pemeriksaan kesehatan, perawatan rumah gratis tidak sesuai dengan peruntukannya untuk
sakit dan pembelian obat-obatan di apotek dengan pelayanan kesehatan pada masyarakat, khususnya
membuat data pasien fiktif (ganda), seperti pasien bagi gakin, beberapa kejadian digunakan untuk
PNS atau pensiunan TNI dan Polri yang melakukan pengadaan peralatan dan penunjang di RSUD16,
pemeriksaan kesehatan, menjalani rawat inap dan penyusunan anggaran kesehatan di tingkat
pemakaian obat-obatan yang pembiayaannya kabupaten masih banyak tidak berbasis kinerja,
melalui PT. Asuransi Kesehatan (Askes), dicatat dan bahkan alokasi dana untuk perjalanan pada Dinas
tagih pula sebagai pasien yang mendapat Kesehatan mencapai milyaran rupiah, tidak sesuai
Jamkesmas dan Jamkesda.7 kebutuhan yang sangat perlu dan mendesak untuk
Ditemukan beberapa RSUD tipe C (kecil) dan meningkatkan pelayanan kesehatan masyarakat17,
RSUD tipe D (sangat kecil) namun tagihan biaya banyak masalah yang seharusnya tidak perlu terjadi
perawatan dan pembelian obat-obatan di apotik justru mengemuka dan mencoreng pengelola
sangat besar mencapai Rp 2 milyar per bulan, program pembiayaan kesehatan gratis di RSUD,
sementara tagihan yang sama tahun sebelumnya pelaksanaan Jamkesda belum maksimal, bahkan
hanya beberapa ratus ribu rupiah8, bahkan tahun Gubernur Sulawesi Selatan meminta polisi dan jaksa
2009 ada RSUD mengklaim utang lebih Rp 2 milyar untuk menangkap tenaga paramedis dan medis
yang dicurigai membuat laporan pelayanan pasien (dokter) yang bermain-main dengan rakyat.18
dan tagihan fiktif sehingga anggota DPRD setempat Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan telah
melakukan inspeksi mendadak karena alokasi dana memberi jaminan, bahwa dengan berbekal Kartu
pelayanan kesehatan di RSUD tersebut telah Tanda Penduduk (KTP) atau Kartu Keluarga (KK),
disediakan dari (i) Jamkesda, (ii) anggaran rutin masyarakat dapat mengakses fasilitas pelayanan
RSUD dan (iii) program pelayanan UGD gratis dari kesehatan dasar maupun fasilitas pelayanan
Bupati, namun jasa medis dokter jaga di UGD pun kesehatan medik di RSUD dan harus mendapat
belum dibayar (utang) padahal dananya tersedia pelayanan kesehatan melalui Jamkesda. Hal ini
pada program pelayanan UGD gratis.9 berdampak pada laporan kunjungan RSUD tahun
Problem lain banyak dokter yang melakukan 2008 yang mengalami kenaikan sekitar 150% dari
praktik pagi, menggunakan fasilitas dinas dalam kunjungan pasien rata-rata 100 orang per hari yang
kompleks RSUD, kondisi ini terkesan diskriminatif sebelumnya hanya rata-rata 40 orang per hari.19
terhadap pasien dari keluarga miskin (gakin) Belajar dari banyak masalah pada pengelolaan
sehingga mempengaruhi kualitas pelayanan medik10, program Jamkesda, namun Bupati Sinjai
belum lagi sikap perawat yang kurang bersahabat menegaskan bahwa pemerintah wajib dan
bahkan sering memarahi pasien miskin11, ironis bertanggung jawab atas pelayanan dasar dan

Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, Vol. 13, No. 4 Desember 2010  223
M. Lukman Arsyad: Tingkat Pemanfaatan Tempat Tidur ...

berlaku untuk seluruh masyarakat, maka untuk memaksimalkan peran para staf medis fungsional,
mencapai derajat kesehatan masyarakat yang yang justru merugikan RSUD sebagai institusi.
optimal dibutuhkan suatu program terobosan20, Seorang direktur tidak menyadari bahwa dirinya
jajaran kesehatan sadar dan tahu persis kondisi sebagai penyebab, mengapa banyak RSUD menjadi
kesehatan pada masyarakat di daerahnya bahwa gagal mencapai pelayanan yang optimal dan meraih
pelayanan kesehatan tidak cukup hanya di sukses. Padahal, rumah sakit tersebut memiliki
Puskesmas dan RSUD, sehingga badan pelaksana potensi, penilaian obyektif terhadap prestasi
(Bapel) Jamkesda Kabupaten Sinjai turun langsung organisasi institusi dapat memperlihatkan kepada
12 kali dalam satu bulan untuk melakukan anda, bagaimana para eksekutif penting menentukan
pengobatan berbagai penyakit yang diderita kapabilitas manajemen, menyebut beberapa
masyarakat desa secara gratis.21 kekurangan pribadi yang dapat menghambat
Program terobosan turun langsung melakukan kemajuan organisasi: (1) problem antar pribadi;
pengobatan pada warga yang menderita sakit dari seorang pekerja atau kelompok pekerja profesi
desa ke desa tersebut sangat bermanfaat dan dalam menjalankan tugas memasukkan keinginan
berhasil mencapai derajat kesehatan masyarakat pribadi atau kepentingan profesi ke dalam aktivitas
yang optimal, yang bertujuan menekan jumlah sehari-hari, sehingga menyulitkan manajemen untuk
kunjungan pasien ke RSUD-3 yang tahun 2005 berjalan sebagaimana mestinya, lebih parah jika
dengan BOR 43,70% sedang tahun 2009 BOR manajer ikut dalam persoalan ini, dan tidak mampu
49,45% secara kumulatif selama 5 tahun hanya menempatkan diri sebagai manajer professional, (2)
meningkat 5,75% atau rata-rata 1,44% per tahun, perbedaan sasaran pribadi dan institusi; seorang
dan selanjutnya berdampak pada warga yang sakit direktur RSUD pada kesempatan presentasi,
dan memerlukan perawatan di kelas II (bukan kelas berbicara penuh semangat tentang visi dan misi
III atau bangsal seperti standar Jamkesda Provinsi organisasi, tetapi dalam tindakan nyata pada
Sulawesi Selatan bersama Kabupaten dan Kota), berbagai aktivitas pokok rumah sakit yang dia pimpin,
termasuk tindakan operasi dilayani dengan baik dan justru lebih banyak menonjolkan kepentingan pribadi
teliti dari dokter/dokter spesialis dan paramedis tanpa dan kepentingan kelompok, sementara
membedakan pasien yang membayar sendiri kelangsungan hidup institusi seenaknya diabaikan,
dengan pasien yang tanggung oleh Jamkesda.22 (3) sikap mendominasi; seorang direktur rumah sakit
Pelayanan kesehatan yang optimal, berkualitas, banyak yang memiliki sikap mendominasi pekerjaan
merata dan terjangkau untuk seluruh masyarakat di (tugas) sampai pada tingkat yang kecil, baik yang
kabupaten Sinjai dapat tercapai sebagai dampak dari bersifat teknis maupun pada administrasi, sehingga
suatu terobosan dari penentu kebijakan yang bukan hanya menghambat motivasi kerja para
berpihak pada masyarakat, khususnya dari keluarga karyawan, tetapi juga membuat prestasi kerja justru
miskin menjadikan program terobosan tersebut menurun, (4) sikap tidak flexibel (kaku); seorang
berhasil, sementara diberbagai daerah masih sibuk direktur RSUD dengan latar belakang disiplin ilmu
dengan pelayanan RSUD yang perawatnya kurang kedokteran, kemungkinan pikirannya sangat tertutup
ramah, pasien diterlantarkan, banyak utang, aksi dan tidak mau tahu disiplin bidang lain. Sikap yang
mogok para dokter dan berbagai masalah seperti kaku membuatnya tidak dapat melihat kenyataan
ungkapan klasik rumah sakit itu institusi yang padat bahwa sikap seperti itu justru banyak merugikan
karya karena banyak orang yang bekerja, padat ilmu institusi.
karena tempat bekerja tenaga ahli dan yang memiliki Disinilah perlunya dikembangkan suatu sistem
pengetuan khusus, padat teknologi karena banyak dan mekanisme manajemen secara luwes, yang
menggunakan peralatan canggih, sekaligus sarat menjamin terselenggaranya kerja sama antar semua
masalah karena pengelolaan manajemen dan unit atau bagian, karena mempertahankan sikap
keuangan masih banyak yang bobrok sehingga kaku, membuat Anda menjadi musuh Anda yang
dibutuhkan seorang manajer professional atau paling besar: (a) tidak mampu mendelegasikan
manajer ideal untuk RSUD. tugas; seorang direktur RSUD pada saat baru
Manajer ideal, tipe manajer yang cocok untuk menduduki jabatan, senantiasa membaca seluruh
duduk sebagai eksekutif atau yang lebih dikenal tugas pokok dan fungsi organisasi, lengkap dengan
direktur rumah sakit, amat sulit mengingat bahwa visi dan misi organisasi, termasuk era otonomi
selama ini seorang direktur rumah sakit diambil dari daerah, mengumpulkan staf ataupun memanggil staf
pegawai yang berpendidikan profesi medis yang satu per satu dimintai keterangan yang berhubungan
paling senior, atau ditentukan langsung oleh uraian tugas dan tanggung jawab, juga menanyakan
pemerintah, namun sering kali gagal berbagai hal tentang direktur lama, yang tidak pernah

224  Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, Vol. 13, No. 4 Desember 2010
Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan

mendelegasikan tugas dan tanggung jawab kepada tetapi melalui rekening bank persepsi yang
staf, seluruh aktivitas organisasi dikontrol langsung penarikannya perlu bukti pelayanan (tagihan)
dan direktur rumah sakit umum tidak mampu diverifikasi kepada pasien oleh pihak bank dan bank
mendelegasikan tugas teknis mau pun tugas bertanggung jawab.
administrasi kepada staf atau manajer di bawah Kebijakan Bupati Sinjai yang membuat
kendalinya. Hal ini disebabkan adanya faktor terobosan untuk mencapai derajat kesehatan yang
dominasi kepentingan lebih kuat, (b) tidak mampu optimal dengan melakukan kunjungan langsung ke
mengembangkan manajemen; seorang direktur desa-desa untuk melakukan pengobatan berbagai
RSUD pada kesempatan presentasi, penyakit warga secara gratis, mampu mengurangi
menggambarkan kondisi rumah sakit dengan jumlah orang sakit yang pemeriksaan kesehatan
menggunakan analisis SWOT, namun tidak mampu maupun yang menjalani rawat inap di RSUD,
menilai posisi keuangan dan informasi lengkap sehingga bila pasien yang harus mendapat rawat di
tentang aktivitas rumah sakit yang dia pimpin, kondisi RSUD Sinjai dapat menikmati fasilitas perawatan
ini dengan mudah diidentifikasi melalui tim kerja kelas II dengan pelayanan paramedis dan dokter
struktural dan fungsional yang kemungkinan sudah yang berkualitas tanpa adanya perbedaan antara
lebih dari lima tahun pada posisi masing-masing, pasien yang membayar dari keluarga mampu dengan
atau terjadi mutasi yang sifatnya hanya rotasi biasa, pasien peserta Jamkesda.
kebanyakan direktur rumah sakit umum tidak
mampu mengembangkan manajemen, (c) takut UCAPAN TERIMA KASIH
mengambil resiko; seorang direktur RSUD sulit Kepada Ir. H.M.Idrus Hafied selaku Kepala
mengerti apalagi menerima masukan dari staf, Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah
sekalipun masukan atau prakarsa tersebut didukung Provinsi Sulawesi Selatan, yang telah memberikan
oleh analisis ilmiah, perhitungan matang dan dorongan moril dan alokasi dana penelitian yang
kelayakan usaha, sepanjang menyangkut bersumber dari APBD 2010, kepada Drs. H. Ibrahim
pengeluaran keuangan atau penggunaan material DP, SKM, MKM yang telah membantu menganalisis
rumah sakit, jangan harap akan lolos, ketakutan data hasil penelitian dan para pengelola data di RSUD
mengambil resiko ini, sangat merugikan rumah sakit sampel, serta kepada semua pihak yang secara
dari segi manajemen, betapa tidak, rumah sakit langsung ataupun tidak langsung turut membantu
dibiarkan statis dan berjalan ditempat tanpa pernah hingga selesainya penulisan artikel ilmiah ini.
membuat terobosan pelayanan kesehatan
masyarakat yang berarti. KEPUSTAKAAN
1. Sekretaris Negara R.I. Undang-Undang No. 32
KESIMPULAN DAN SARAN Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah,
Terlihat hasil analisis data dan berbagai rujukan Sekretariat Negara R.I. Jakarta, 2004.
dapat diketahui beberapa masalah dan kendala yang 2. Departemen Kesehatan RI. Kebijakan
menghambat pelaksanaan program kesehatan Desentralisasi Bidang Kesehatan, Departemen
gratis, namun terpulang pada penentu kebijakan di Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, 2003.
daerah, untuk membuat program kerja yang sesuai 3. Sekretaris Negara R.I. Peraturan Pemerintah
kondisi lapangan dan berpihak pada masyarakat, Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman
khususnya pada keluarga miskin yang menjadi Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan
kewajiban pemerintah daerah yang dijamin oleh Minimal, Sekretariat Negara R.I. Jakarta, 2005.
peraturan perundang-undangan, sehingga dapat 4. Departemen Kesehatan R.I. Kumpulan Indikator
ditarik simpulan bahwa program pelayanan Kesehatan Arti dan Manfaatnya, Pusat Data
kesehatan gratis dari segi kebijakan sangat baik, Kesehatan, Departemen Kesehatan Republik
tetapi pada pelaksanaan dilapangan memerlukan Indonesia, Jakarta,1998.
pembenahan manajemen RSUD dan perbaikan pada 5. Departemen Dalam Negeri RI, Peraturan Menteri
pengelola program, sehingga tidak melakukan Dalam Negeri No. 33 Tahun 2007 tentang
penggelembungan tagihan biaya perawatan dan Pedoman Penyelenggaraan Penelitian dan
harga obat seperti selama ini terjadi, perlu upaya Pengembang an di Lingkungan Departemen
pencegahan dengan mengakses secara on-line Dalam Negeri dan Pemerintah Daerah,
rekam medik (SP2RS) sehingga jumlah pasien, lama Departemen Dalam Negeri R.I., Jakarta, 2007.
perawatan, pemakaian obat yang digunakan, 6. Departemen Kesehatan, Metode Evaluasi Cepat
pengalokasian dana pembiayaan kesehatan gratis atau Rapid Evaluation Method (REM), Pusat
tidak masuk rekening Dinas Kesehatan dan RSUD

Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, Vol. 13, No. 4 Desember 2010  225
M. Lukman Arsyad: Tingkat Pemanfaatan Tempat Tidur ...

Data dan Informasi Kesehatan, Departemen 14. Direktur RSUD, Jasa Dokter Menunggak 10
Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, 2000. Bulan, Makassar, Harian Fajar, 15 Mei 2010.
7. Direktur RSUD Pare Pare, Komisi B Ungkap 15. Direktur RSUD, Puluhan Dokter Mogok,
Dugaan Penyalahgunaan Askeskin, Makassar, Makassar, Harian Fajar, 7 April 2010.
Harian Fajar, 14 Februari 2008. 16. Dana Kesehatan Gratis Salah Sasaran,
8. Departemen Kesehatan, Selidiki Klaim Makassar, Harian Fajar, 14 Oktober 2009.
Askeskin (Menelusuri Dugaan 17. Gubernur Sulawesi Selatan, Kesehatan Gratis
Penggelembungan Klaim Program Askeskin Belum Maksimal, Makassar, Harian Fajar, 6
Beberapa Rumah Sakit), Jakarta, harian Maret 2010.
Pedoman Rakyat, 4 Agustus 2007. 18. Gubernur Sulawesi Selatan, Meminta Polisi dan
9. Anggota DPRD, Dewan Pertanyakan Klaim Jaksa Menangkap Tenaga Paramedis dan
Utang Rp 2 M, Makassar, Harian Fajar, 17 juli Dokter yang Bermain-main dengan Rakyat,
2010. Makassar, Harian Fajar, 6 Maret 2010.
10. Anggota Komisi III DPRD, Dokter RSUD Praktek 19. Dinas Kesehatan Sulawesi Selatan, Akui
Pagi (Tempat Praktek Pagi Dalam Komplek Banyak Keluhan, Sayang Siap Benahi Berbagai
RSUD), Makassar, Harian Fajar, 8 April 2010. Kelemahan, Makassar, Harian Fajar, 10 April
11. DPRD, Datang Berobat Perawat Marahi Pasien 2010.
(Soroti Pelayanan Kesehatan), Makassar, 20. Bupati Sinjai, Jamkesda Sinjai Terobosan Baru
Harian Fajar, 12 Juli 2010. Bebaskan Biaya Kesehatan, Makassar, Harian
12. Warga Miskin Bayar Periksa Kesehatan (Orang Fajar, 22 April 2010).
Tua Pasien Disuruh Membayar dan Peserta 21. Bapel Jamkesda Sinjai, Pelayanan Dari Desa
Jamkesmas yang Dirawat Disuruh Membayar), ke Desa, Fajar, 22 April 2010.
Makassar, Harian Fajar, 11 Juli 2010. 22. Jamkesda Sinjai Siap Tanggung Biaya Operasi,
13. Direktur RSUD, Terancam Degradasi (Terancam Makassar, Harian Fajar, 22 April 2010.
Turun Status Type C Turun Menjadji Type D),
Makassar, Harian Fajar, 28 Juni 2010.

226  Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, Vol. 13, No. 4 Desember 2010

Anda mungkin juga menyukai