Disusun oleh :
dr. Adikia Andreas Sitepu, M.Ked(Neu), SpS
dr. Monalisa R Sitinjak, SpS
Sehubungan dengan pemeriksaan fungsi sensorik maka beberapa hal berikut ini harus dipahami
terlebih dahulu sebagai berikut :
a. Kesadaran penderita harus penuh dan tajam (kompos mentis dan kooperatif)
b. Penderita tidak boleh dalam keadaan lelah; kelelahan akan mengakibatkan gangguan
perhatian serta memperlambat waktu reaksi
c. Prosedur pemeriksaan harus benar – benar dimengerti oleh penderita, karena pemeriksaan
fungsi sensorik benar – benar memerlukan kerjasama yang sebaik – baiknya antara pemeriksa
dengan penderita
d. Cara dan tujuan pemeriksaan harus dijelaskan kepada penderita dengan istilah yang mudah
dimengerti olehnya
e. Kadang – kadang terlihat adanya manifestasi obyektif ketika dilakukan pemeriksaan anggota
gerak atau bagian tubuh yang dirangsang, misalnya penderita menyeringai, mata berkedip –
kedip serta perubahan sikap tubuh. Mungkin pula muncul dilatasi pupil, nadi yang cepat dari
semua, keluar banyak keringat.
f. Yang dinilai bukan hanya ada atau tidak adanya sensasi tetapi juga meliputi perbedaan –
perbedaan sensasi yang ringan; dengan demikian harus dicatat gradasi atau tingkat
perbedaannya.
g. Ketajaman persepsi dan interpretasi rangsangan berbeda pada setiap individu, pada tiap
bagian tubuh, dan pada individu yang sama tetapi dalam situasi yang berlainan. Oleh sebab
itu, pemeriksa perlu menganjurkan penderita untuk melakukan pemeriksaan ulang pada hari
berikutnya.
h. Perlu ditekankan mengenai azas simetris : pemeriksaan bagian kiri harus selalu dibandingkan
dengan bagian kanan. Juga pelu dipahami tentang azas ekstrem : pemeriksaan dikerjakan dari
1|Page
“ujung atas” dan “ujung bawah” ke arah pusat. Hal ini untuk menjamin kecermatan
pemeriksaan.
i. Pemeriksaan fungsi sensorik harus dikerjakan dengan sabar (jangan tergesa – gesa),
menggunakan alat yang sesuai dengan kebutuhan atau tujuan, tanpa menyakiti penderita, dan
penderita tidak boleh dalam keadaan tegang.
j. Perlu ditekankan bahwa hasil pemeriksaan fungsi sensorik pada suatu saat tidak dapat
dipercaya, membingungkan, dan sulit dinilai. Dengan demikian kita harus berhati – hati dalam
hal penarikan kesimpulan.
Pasien dalam posisi berbaring, mata tertutup atau secara pasif kedua mata ditutup secara ringan tanpa
menekan bola mata. Pemderita harus dalam keadaan santai, tidak boleh tegang. Bagian tubuh yang
diperiksa harus bebas dari pakaian.
Cara pemeriksaan:
1. Mata penderita tertutup.
2. Pemeriksa terlebih dahulu mencoba jarum tersebut terhadap dirinya sendiri.
3. Tekanan terhadap kulit penderita seminimal mungkin, jangan sampai menimbulkan perlukaan.
4. Penderita jangan ditanya: “apakah anda merasakan ini? Atau apakah ini runcing?”
5. Rangsangan terhadap kulit dikerjakan dengan ujung jarum dan kepala jarum secara
bergantian, sementara itu penderita diminta untuk menyatakan sensasinya sesuai dengan
pendapatnya.
2|Page
6. Penderita juga diminta untuk menyatakan apakah terdapat perbedaan intensitas ketajaman
rangsangan di daerah yang berlainan.
7. Apabila dicurigai ada daerah yang sensasinya menurun, maka rangsangan dimulai dari daerah
tadi dan menuju arah yang normal.
Beberapa istilah sehubungan dengan gangguan sensasi nyeri superfisial adalah sebagai berikut:
a. Alganestesia dan anelgesia dipergunakan untuk menunjukkan daerah yang tidak sensitif
terhadap rasa nyeri
b. Hipoalgesia menunjukkan sensitivitas yang menurun
c. Hiperalgesia menunjukkan peningkatan sensitivitas
Cara pemeriksaan :
1. Penderita lebih baik dianjurkan dalam posisi berbaring.
2. Mata penderita tertutup.
3. Tabung dingin / panas terlebih dahulu dicoba terhadap diri pemeriksa.
4. Tabung ditempelkan pada kulit penderita, dan penderita diminta untuk menyatakan apakah
tersa dingin atau panas.
5. Sebagai variasi, penderita dapat diminta untuk menyatakan adanya rasa hangat.
6. Pada orang normal, adanya perbedaan suhu 2 – 50C sudah mampu untuk mengenalinya.
Perubahan sensibilitas suhu dikenal dengan istilah termanestesia, termihipestesia, dan termihiperestia,
baik terhadap rangsang dingin maupun panas.
Cara pemeriksaan:
1. Tidak diperlukan alat khusus.
2. Mata penderita tertutup. Penderita dapat duduk atau berbaring.
3. Jari – jari penderita harus benar – benar dalam keadaan relaksasi dan digerakkan secara pasif
oleh pemeriksa, dengan sentuhan seringan mungkin sehingga dihindari adanya tekanan
terhadap jari – jari tadi.
3|Page
4. Jari yang diperiksa harus “dipisahkan” dari jari-jari di sebelah kiri / kanannya sehingga tidak
bersentuhan, sementara itu jari yang diperiksa tidak boleh melakukan gerakan aktif seringan
apapun.
5. Penderita diminta untuk menyatakan apakah ada perubahan posisi jari ataupun apakah ada
gerakan pada jarinya.
6. Apabila diperoleh kesan adanya gangguan sensasi gerak dan posisi maka dianjurkan untuk
memeriksa bagian tubuh lain yang ukurannya lebih besar, misalnya tungkai bawah atau lengan
bawah.
7. Cara lain adalah dengan menempatkan jari-jari salah satu tangan penderita pada posisi
tertentu, sementara itu mata penderita tetap tertutup; kemudian penderita diminta untuk
menjelaskan posisi jari – jari tadi ataupun menirukan posisi tadi pada tangan yang satunya lagi.
Cara pemeriksaan :
1. Getarkan garpu tala terlebih dahulu, dengan jalan ujung garpu tala dipukulkan pada benda
padat / keras yang lain.
2. Kemudian pangkal garpu tala segera ditempelkan pada bagian tubuh tertentu.
3. Yang dicatat ialah tentang intensitas dan lamanya vibrasi.
4. Kedua hal tersebut bergantung pada kekuatan penggetaran tabung tala dan interval antara
penggetaran garpu tala tadi dengan saat peletakkan garpu tala pada bagian tubuh yang
diperiksa.
4|Page
Cara pemeriksaan :
1. Penderita dalam posisi berbaring dan mata tertutup.
2. Ujung jari atau benda tumpul ditekankan atau disentuhkan lebih kuat terhadap kulit.
3. Di samping itu juga dapat diperiksa dengan menekan struktur subkutan misalnya massa otot,
tendo dan saraf itu sendiri, baik dengan benda tumpul atau dengan “cubitan” dengan skala
yang lebih besar.
4. Penderita diminta untuk menyatakan apakah ada tekanan dan sekaligus diminta untuk
mengatakan daerah mana yang ditekan tadi.
1. Tes Romberg
1. Tes Romberg hanya dilakukan apabila seseorang dapat berdiri tanpa bantuan
2. Sebelum pasien menjalani tes Romberg, ia harus diberi penerangan yang jelas
3. Pasien disuruh berdiri dengan kedua kakinya dekat satu dengan yang lain dan kedua
matanya tertutup hanya selama beberapa detik saja
4. Jika pasien tidak dapat melaksanakan tes tersebut, maka ia diperbolehkan berdiri dengan
kedua tungkainya jauh satu dengan lain, seenaknya sendiri, tetapi dengan mata tertutup
sejenak
5. Bila pasien berdiri dalam keadaan goyang / akan jatuh maka tes Romberg positif
2. Tes disdiadokokinesis
1. Disdiadokokinesis adalah tes untuk menilai kemampuan melakukan gerakan cepat secara
berselingan
2. Gerakan tersebut misalnya mempronasi supinasikan tangan, melakukan dorsofleksi dan
volarfleksi di pergelangan tangan secara berselingan seperti kalau menepuk – nepuk paha
atau membolak – balikkan tangan di atas paha secara berulang – ulang atau menyentuh
ujung jari telunjuk dan ujung ibu jari secara berulang – ulang.
3. Tes ini dianggap valid apabila tangan pasien tidak mengalami kelumpuhan atau penurunan
kekuatan motoriknya
3. Tes dismetri
1. Tes ini untuk memeriksa adanya gangguan kemampuan untuk mengelola kecepatan
gerakan, kekuatan, dan jangkuan
2. Adapun tes – tes yang digunakan dalam klinik adalah : tes telunjuk – hidung, tes hidung –
telunjuk – hidung, dan tes telunjuk – telunjuk.
5|Page
3. Dalam melakukan ketiga dismetri tersebut diatas pasien boleh duduk atau baring dengan
mata terbuka dan ditutup secara bergiliran
4. Dengan adanya dismetri, maka jari telunjuk tidak mendarat secara luwes di ujung hidung
atau ujung jari telunjuk lainnya, melainkan jatuh menabrak atau menerjang tujuannnya.
Referensi :
1. Kolegium Neurologi Indonesia. Modul Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik Neurologis.
Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia. 2008.
6|Page
DAFTAR TILIK / CHECK LIST PENILAIAN KETRAMPILAN
A. PEMERIKSAAN SENSIBILITAS
Keterangan :
0 = Tidak dikerjakan
1 = Dikerjakan dengan keliru
2 = Dikerjakan dengan benar
7|Page
3. PEMERIKSAAN SENSASI SUHU
No Komponen yang dinilai Skor
0 1 2
1. Menjelaskan tujuan dan prosedur pemeriksaan
2. Memilih alat yang tepat untuk pemeriksaan sensasi suhu
3. Meminta pasien untuk menutup mata dan mematuhi perintah
4. Mencoba sensasi suhu panas pada diri sendiri terlebih dahulu
5. Melakukan stimulasi sensasi suhu pada penderita
6. Memberikan stimulasi rangsang panas dan dingin secara bergantian
7. Bertanya pada pasien apakah rangsang yang diberikan panas atau
dingin
8. Menyimpulkan dan melaporkan hasil pemeriksaan
JUMLAH SKOR
8|Page
6. PEMERIKSAAN SENSASI GETAR
No Komponen yang dinilai Skor
0 1 2
1. Menjelaskan tujuan dan prosedur pemeriksaan
2. Memilih alat yang tepat untuk pemeriksaan sensasi getar
3. Memberikan instruksi pemeriksaan kepada pasien dengan jelas
4. Menggetarkan garputala dengan memukulkan jari-jarinya ke benda
keras
5. Menempatkan jari-jari garputala sesegera mungkin di area tulang yang
diperiksa (jari kaki I, malleolus lateral/medial, tibia, sacrum, spina iliaca
anterior superior, processus spinosus vertebra, sternum, klavikula,
processus styloideus radius/ulna dan persendian kaki)
6. Menanyakan kepada pasien lama dan intensitas getaran yang
dirasakan
7. Menyimpulkan dan melaporkan hasil pemeriksaan
JUMLAH SKOR
Keterangan :
0 = Tidak dikerjakan
1 = Dikerjakan dengan keliru
2 = Dikerjakan dengan benar
1. TES ROMBERG
Skor
No Komponen yang dinilai
0 1 2
1. Memberi penjelasan tentang tujuan dan prosedur pemeriksaan
kepada pasien dengan benar dan jelas
2. Meminta pasien berdiri dengan sikap kedua tumit bertemu
3. Memperhatikan adakah sikap berdiri yang terhuyung-huyung
atau cenderung jatuh ke salah satu sisi
4. Mengulangi prosedur dengan mata pasien tertutup
5. Menyimpulkan dan melaporkan hasil pemeriksaan tes Romberg
dengan benar
JUMLAH SKOR
2. TES DISDIADOKOKINESIS
Skor
No Komponen yang dinilai
0 1 2
1. Memberi penjelasan tentang tujuan dan prosedur
9|Page
pemeriksaan kepada pasien dengan benar dan jelas
2. Meminta pasien merentangkan kedua tangannya ke depan
3. Meminta pasien mensupinasi dan pronasi tangannya secara
bergantian dan cepat
4. Menyimpulkan dan melaporkan hasil pemeriksaan dengan
benar
JUMLAH SKOR
3. TES DISMETRIA
Skor
No Komponen yang dinilai
0 1 2
1. Memberi penjelasan tentang tujuan dan prosedur
pemeriksaan kepada pasien dengan benar dan jelas
2. Meminta pasien menunjuk hidungnya kemudian menunjuk
telunjuk pemeriksa secara berulang-ulang
3. Menyimpulkan dan melaporkan hasil pemeriksaan dengan
benar
JUMLAH SKOR
4. TANDEM GAIT
Skor
No Komponen yang dinilai
0 1 2
1. Memberi penjelasan tentang tujuan dan prosedur
pemeriksaan kepada pasien dengan benar dan jelas
2. Meminta pasien berjalan pelan dengan ibu jari kaki yang satu
berada di belakang tumit kaki satunya secara bergantian
3. Menyimpulkan dan melaporkan hasil pemeriksaan dengan
benar
JUMLAH SKOR
Keterangan :
0 = Tidak dikerjakan
1 = Dikerjakan dengan keliru
2 = Dikerjakan dengan benar
10 | P a g e