Anda di halaman 1dari 2

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

PEMERIKSAAN KEKUATAN OTOT


Tujuan 1. Memperoleh data dasar tentang otot, tulang dan persendian.
2. Mengetahui adanya mobilitas, kekuatan atau adanya gangguan pada
bagian – bagian tertentu.
Dilakukan pada 1. Pada pasien yang baru masuk untuk dirawat.
2. Sewaktu – waktu sesuai kebutuhan pasien.
Uraian Bobot
A. Persiapan alat 20
1. Meteran.
2. Skort.
B. Persiapan Pasien dan Lingkungan 10
1. Menjelaskan maksud dan tujuan tindakan.
2. Mengatur lingkungan yang aman dan nyaman.
C. Pelaksanaan 60
1. Memakai skort.
2. Mencuci tangan.
3. Inspeksi :
✔ Ukuran otot, bandingkan satu sisi dengan sisi yang
lain dan amati adanya atrofi atau hipertrofi.
✔ Jika didapatkan perbedaan antara kedua sisi, ukur
keduanya dengan menggunakan meteran.
✔ Amati adanya otot dan tendon untuk mengetahui
kemungkinan kontraktur yang ditunjukkan oleh
malposisi suatu bagian tubuh.
✔ Amati keadaan tulang untuk mengetahui adanya
pembengkakan.

4. Palpasi :
✔ Palpasi pada saat otot istirahat dan pada saat otot
Prosedur bergerak secara aktif dan pasif untuk mengetahui
adanya kelemahan (flasiditas), kontraksi tiba – tiba
secara involunter (spastisitas).
✔ Palpasi untuk mengetahui adanya edema atau nyeri
tekan.
✔ Uji kekuatan otot dengan cara menyuruh pasien
menarik atau mendorong tangan pemeriksa,
bandingkan kekuatan otot ekstremitas kanan dengan
ekstremitas kiri.
Hasil 1. Pasien berada pada posisi yang nyaman. 10
2. Data yang diperoleh valid sebagai hasil pemeriksaan.
Sumber rujukan 1. Kusyati, Eni. 2006. Ketrampilan dan Prosedur Laboratorium.
Jakarta: EGC.
2. Potter, Perry, Peterson. 2005. Buku Saku Ketrampilan dan
Prosedur Dasar. Jakarta: EGC.
3. Kozier, B. 2000. Fundamental Of Nursing. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai