Anda di halaman 1dari 3

A.

Hubungan Kulit Dengan Faktor Psikologis


Menurut Adiguna (2016) Hubungan kulit dengan dengan faktor
psikologis sangatlah erat. Karena itu lah, terdapat cabang yang membahas
mengenai ilmu yang mempelajari keterkaitan antara kulit dan pikiran yang
disebut Psikodermatologi. Kelainan psikodermatologi yang lebih dikenal
dengan istilah penyakit psikokutaneous adalah kondisi yang wajar ditemukan
pada praktek klinis.
Ada banyak pasien yang diawali dengan kelainan kulit yang
menyebabkan penurunan percaya diri, depresi dan fobia sosial, atau yang
berawal dari gangguan psikiatri yang menyebabkan manifestasi kulit, sehingga
keduanya memerlukan penanganan yang adekuat dan komprehensif. Oleh
karena itu, sistem saraf dan sistem integumen sama-sama berasal dari ektoderm
dalam embriologi, sehingga kulit dan saraf sangat berkaitan dalam respon
terhadap stimuli dan stres melalui koneksi neuropeptida, neuromodulator, dan
sistem biokimia yang sama. Menurut Rodriguez dkk (2011) kulit juga
merupakan organ yang sangat berespon terhadap emosi.menurut Rieder dkk
(2012) dan Rodriguez dkk (2011) bahwa kulit yaitu salah satu organ persepsi
yang paling besar yang setelah itu menerima efek dari persepsi tersebut. Oleh
karena itu, tidak jarang banyak orang yang melampiaskan impuls agresif,
kecemasan, ataupun perilaku akibbat delusinya pada kulit dan menyebabkan
menifestasi lesi kulit. Pasien dengan kelainan kulit yang mengganggu
penampilan menyebabkan rasa depresi, malu, dan cemas berkaitan dengan
penyakitnya.
Penyakit psikodermatologi yaitu kondisi penyakit yang mencakup
adanya interaksi antara pikiran dan kulit. Kondisi penyakit ini perlu evaluasi
kelainan kulitnya, masalah-masalah sosial, keluarga maupun pekerjaan dari
pasien yang mendasari kelainan kulit terjadi.
Secara umum, penyakit piskokutaneous yang dibagi menjadi 2, yaitu:
1. Kelainan psikiatri primer, yaitu kelainan psikiatri yang mendasari adanya
manifestasi kulit yang dipicu oleh penderitanya sendiri seperti
trikotilomania dan delusional parasitosis.
2. Kelaitan dermatologi primer, yaitu adanya penyakit kulit yang
menyebabkan stres psikologis seperti depresi bahkan keinginan bunuh diri.
Kelainan ini merujuk pada menyebabkan gangguan penampilan sehingga
menyebabkan masalah psikiatri seperti depresi dan antisosial.
Kelainan psikofisiologis, merujuk pada kelainan kulit yang dipengaruhi
oleh stres emosional.
Oleh karena itulah, dokter kulit yang umumnya menerima pasien untuk
pertama kali diharapkan memiliki pengetahuan dan kemampuan untuk
mengidentifikasi penyakit psikokutaneous ini.
Psikodermatologi digolongkan menjadi 4 subkategori yaitu gangguan
psiko-fisiologis, gangguan kejiwaan primer, gangguan kejiwaan sekunder dan
gangguan sensoris kulit. Gangguan psiko-fisiologis, gangguan kulit murni yang
tampaknya diperburuk oleh stres dan atau faktor emosional seperti eksim.
1. Gangguan jiwa primer, gangguan yang menyebabkan tanda-tanda self-
induce dan gejala pada kulit. Contohnya seperti trikotilomania, waham
parasitosis dan neurotic excoriations
2. Gangguan sensory Cutaneous, sensasi kulit yang tidak normal pada
pasien tanpa lesi primer atau identifikasi diagnosis yang bertanggung
jawab untuk sensasi abnormalyang dirasakan. Berbeda jenis sensi yang
termasuk gatal, rasa terbakar, menggigit dan menyengat atau merayap
3. Gangguan jiwa yang mendasari, yang memberikan kontribusi untuk
kondisi kulit. Gejala umum yang tampak adalah kecemasan, depresi,
gangguan obesif-kompulsif (OCD) dan psikosis.
Namun antarkategori terdapat yang saling berhubungan seperti jerawat
yang dapat menyebabkan kecemasan sosial dan psiko-fisiologis. Jerawat juga
dapat menyebabkan kecemasan sosial dan depresi karena cacat pada kulit
penderitanya yang dikategorikan sebagai kondisi kejiwaan sekunder.
Kegunaan psikologik kulit yaitu stimulasi kulit adalah kebutuhan dasar
setiap organisme. Contohnya seperti pelukan atau usapanmengakibatkan emosi
normal. Pada daerah erogen emosi akan berlebih, misalnya perasaan pada
sentuhan dan perubahan suhu dan rasa pruritus atau nyeri.
Dapus
Reider E, Tausk FA, Psychocutaneous Skin Diseade, In: Wolff K,
Goldsmit LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, eds Fitzpatrick’s
Dermatology in General Medicine 8th ed, New York: McGraw-Hill, 2012.
Rodriguez, Cerdeira C, dkk. 2011.Psychodematology: Past, present and
Future. Jurnal Open Dermatol. 5:21-7.
Adiguna, Made Swastika, Skin Disease Related to Psychiatric
Disorder, Denpasar: Fakultas Kedokteran UNUD/RSUP Sanglah, 2016.

Anda mungkin juga menyukai