Akuntansi keuangan merupakan media informasi yang disusun oleh manajemen selaku
pengelola bisnis untuk kepentingan publik khususnya investor dan kreditor. Informasi akuntansi
yang terjadi pada laporan keuangan perusahaan yang memberikan gambaran mengenai kondisi
keuangan perusahaan pada saat tertentu (neraca) serta hasil usahanya pada periode tertentu (laba
rugi).
Tujuan laporan keuangan menurut APB Statement No. 4 (AICPA, 1973) dapat dibagi
menjadi dua yaitu:
Tujuan umum dari laporan keuangan adalah menyajikan laporan posisi keuangan, hasil
usaha, dan perubahan posisi keuangan secara wajar sesuai prinsip akuntansi yang
diterima
Tujuan khusus dari laporan keuangan adalah memberikan informasi mengenai kekayaan,
kewajiban, kekayaan bersih, proyeksi laba, perubahan kekayaan dan kewajiban, serta
informasi lainnya yang relevan.
Penelitian dan diskusi baik oleh akademisi serta organisasi profesi, standard setter body
dan regulator telh berusaha secara terus menerus melakukan penyempurnaan untuk
meningkatkan nilai, kualitas, dan relevansi dari laporan keuangan itu. Adapun kendala yang
dihadapi untuk mencapai tujuan ini yaitu:
a. Konflik yang terdapat dalam tujuan kualitas itu sendiri
b. Pengaruh lingkungan;
c. Kurangnya pemahaman yang lengkap mengenai tujuan itu.
Historical cost merupakan salah satu prinsip dasar akuntansi. Menurut pendapatan ini
cost principle atau disebut juga acquisition cost atau historical cost merupakan dasar untuk
melakukan penilaian yang tepat untuk mencatat perolehan barang, jasa, biaya, harga pokok, dan
equity. Dalam system historical cost setiap perkiraan dinilai berdasarkan harga pertukarannya
pada tanggal perolehan. Berdasarkan historical cost laba direalisasikan dengan perbedaan antara
pendapatan yang direalisasikan dengan biaya yang direalisasikan, di mana biaya tersebut
merupakan pengorbanan yang diharapkan tidak mendapatkan keuntungan di masa mendatang.
Adapun keunggulan dari system ini adalah sebagai berikut:
Penilaian historical cost merupakan satu satunya metode penelitian yang hasil
pencatatannya dapat ditelusuri, diidentifikasikan bila perlu
Metode penilaian historical cost memberikan data yang kurang diperselisihkan dibanding
metode lain yang diajukan.
Metode penilaian historical cost tidak menyajikan holding gain dan loss.
Metode penilaian historical cost memberikan data yang berguna bagi pengambilan
keputusan oleh manajer dan investor
Metode penilaian historical cost ini merupakan salah satu di antara berbagai metode
penilaian yang dianjurkan.
Stable Monetary Unit juga merupakan salah satu dari prinsip dasar akuntansi yang
menyatakan bahwa kesatuan moneter itu dianggap stabil. Conservatism merupakan prinsip di
mana nilai yang dicantumkan di laporan keuangan adalah nilai yang terbesar resiko ruginya,
mencatat indikasi rugi, walaupun belum terjadi dan tidak mencatat indikasi laba yang belum
terealisasi. Prinsip ini melahirkan situasi di mana informasi yang disajikan dalam laporan
keuangan tidak menggambarkan keadaan yang sebenarnya dan tidak sesuai dengan
kenyataannya.
Keterangan dan Kritik terhadap prinsip akuntansi
a. Laporan keuangan bersifat historis
b. Laporan keuangan bersifat umum dan bukan dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan
pihak tertentu
c. Proses penyusunan laporan keuangan tidak luput dari penggunaan taksiran dan berbagai
pertimbangan
d. Laporan keuangan bersifat konservatif dalam menghadapi ketidakpastian
e. Laporan keuangan lebih menekankan pada makna ekonomis suatu peristiwa/transaksi
daripada bentuk hukumnya
f. Laporan keuangan disusun dengan menggunakan istilah istilah teknisi
g. Adanya berbagai alternative metode akuntansi
h. Informasi yang bersifat kualitatif dan fakta yang tidak dapat dikuantifikasikan umumnya
diabaikan
Dewasa ini metode historical cost telah kehilangan sebagian besar relevansinya bagi
investor. Hal ini dikarenakan banyak perusahaan besar dalam perekonomian, beralih dari
perekonomian industrial ke perekonomian berteknologi tinggi dan berorientasi jasa.
Pengukuran yang dilakukan akuntansi adalah pengukuran yang menggunakan uang yang
berkaitan dengan pengukuran kekayaan dan kewajiban ekonimi serta perubahannya.
Sedangkan nilai dari aktiva yang tidak berwujud tidak terjangkau oleh pengukuran akuntansi.
Metode yang digunakan menurut APB Statement No. 4 (AICPA, 1970) adalah:
Book value
Nilai buku suatu perusahaan merupakan konsep dari akuntansi konvensional yang secara
sederhana dapat dihitung secara menyeluruh atau per saham. Dapat dihitung dengan rumus:
BV per saham = Total asset-total liabilities/ Jumlah saham yang beredar
Para analis sering menggunakan nilai buku sebagai pengganti nilai likuiditas, misalnya
untuk memperkirakan batas bawah harga saham yang ditoleransi, karena dasar nilai buku ini
dianggao sebagai batas aman atau ukuran safety plan dalam berinvestasi. Untuk mengukur nilai
aktiva lancar penggunaan nilai buku dianggap mudah, namun jika digunakan untuk mengukur
nilai aktiva tetap akan menjadi lebih sulit karena nilai bukunya selalu jauh berbeda dengan harga
pasarnya.
Market value
Meskipun demikian metode historical cost masih dipraktikan di berbagai Negara dalam
penilaian dan pengukuran transaksi. Berikut adalah alasan-alasan yang mendukung historical
cost accounting:
Historical cost relevan dalam proses pengambilan keputusan ekonomis, karena
diperlukan data dari masa lalu.
Didasarkan pada transaksi yang sudah pasti dan kejadian yang sebenarnya, sehingga bisa
dipertanggungjawabkan.
Diperlukan sepanjang sejarah system ini masih bermanfaat.
Konsep yang paling mudah dipahami.
Lebih diyakini dapat meminimalisasi subjektivitas dan mengurangi kemungkinan
perubahan oleh pihak tertentu.
CCA masih dapat dipertanyakan
Soal perubahan harga dapat dilaporkan melalui penyajian data atau laporan suplemen
Masih belum cukup bukti dan data untuk menolak akuntansi historis.
Salah satu prinsip dasar akuntansi adalah kesatuan moneter yang dianggap stabil, namun
ini dianggap tidak relevan karena di mana saja tidak pernah terjadi ada valuta yang memiliki
nilai yang stabil. Ini menunjukkan bahwa stable monetary unit hanya ada dalam asumsi namun
bukan dalam kenyataan. Karena itu muncul usul untuk menggunakan model akuntansi yang lain,
salah satunya adalah akuntansi inflasi.
Akuntansi Inflasi
Metode yang digunakan dalam akuntansi inflasi ini sama dengan metode penentuan laba,
penekanannya adalahpada nilai laba yang lebih relevan yang digambarkan oleh laporan
keuangan, sedangan inflasi nilai semua item yang terdapat dalam laporan keuangan. Adapun
metode pengukuran aktiva dan kewajiban dapat dibagi sebagai berikut:
The entry value system dari harga umum yang terdiri dari:
o Historical cost
o General price level
o Replacement cost
o Reproduction cost
The exit value system harga pasar atau current market value yang terdiri dari:
o Net realizable value;
o Selling price
o Expexted value.
General Price Level
Keuntungan keuntungan menggunakan General Price Level Adjustment (GPLA) adalah
sebagai berikut:
a) Menjelaskan pengaruh inflasi pada perusahaan;
b) Meningkatkan kegunaan perbandingan laporan antar periode;
c) Membantu pemakai laporan menilai arus kas di masa yang akan datang secara lebih baik
d) Memperbaiki tingkat kepercayaan rasio laporan keuangan yang dihitung dari angka-
angka laporan yang sudah disesuaikan.
Dalam metode pengukuran ini beranggapan bahwa yang dibutuhkan oleh manajer adalah
bagaimana mereka mengalokasikan sumber-sumber ekonomi yang ada untuk memaksimalkan
laba. Oleh karena itu diperlukan jawaban terhadap tiga pertanyaan berikut:
a. Berapa jumlah aktiva yang harus dimiliki pada suatu tanggal tertentu
b. Bagaimana seharusnya bentuk aktiva
c. Bagaimana aktiva didanai.
Untuk menjawab ini maka diusulkan perhitungan business profit yang memiliki dua
komponen yaitu:
Current operating profit
Di mana laba dalam komponen ini adalah kelebihan nilai sekarang dari barang atau jasa yang
dijual dengan harga pokoknya.
Realizable cost saving (holding Gain)
Laba dalam komponen ini adalah kenaikan harga pokok dari suatu aktiva yang masih
dimiliki sekarang.
Replacement cost
Yaitu nilai yang diukur saat ini untuk mendapatkan aktiva baru atau menggantinya dengan
kapasitas produksinya yang sama. Metode ini dikritik dalam hal:
a. Subjektivitas penilaian atau taksiran harganya
b. Dalam hal harga suatu aktiva menurun maka penurunan itu akan menimbulkan
pembebanan ke laba rugi lebih rendah dari beban pada historical cost
c. Perubahan harga umum tidak tergambar dalam metode replacement cost ini, karena
hanya untuk aktiva tertentu;
d. Sukar melakukan perbandingan antar perusahaan yang saling berbeda.
Reproduction Cost
Metode ini sama dengan replacement cost
Selling Price
Dalam metode ini nilai yang dipakai adalah harga jual tanpa dikurangi biaya penjualan sehingga
laporan keuangan disusun menurut selling price akan lebih besar daripada net reliazable value
dan metode lainnya.
Expected value
Metode ini sangat tergantung pada pengharapan seseorang sehingga bisa lebih besar atau lebih
kecil dibanding metode lainnya. Hal ini disebabkan karena expected value ini merupakan
gambaran dari present value kas di masa yang akan datang.
Monetary item adalah aktiva atau kewajiban yang dinilai atau disajikan dalam unit yang
tetap. Nilai ini adalah nilai historis dan nanti nilai net reliazable value yang akan direalisasikan.
Karena nilainya itu menggambarkan nilai sekarang, untuk aktiva jenis ini tidak perlu disesuaikan
kecuali untuk mengetahui present value dari nilai yang diharapkan ditagih di masa yang akan
datang. Non-monetary adalah nilai di mana jumlah uangnya tidak ditetapkan menurut kontrak
perjanjian. Digambarkan sebagai old cost bukan nilai sekarang.
Model Akuntansi
Ada tiga model akuntansi yang dibahas, yaitu:
a. Historical cost accounting;
b. Replacement cost accounting
c. Net reliazable value accounting
Namun sebenarnya ada delapan model akuntansi dalam penilaian aktiva dan penentuan
laba, yaitu:
Pengukuran menurut unit uang:
a. Historical cost accounting
b. Replacement cost accounting
c. Net reliazable value accounting
d. Present value accounting
Unit of Measure
Ada dua jenis ukuran yang dipakai, yaitu sebagai berikut:
a. Unit moneter
Yang menjadi unit pengukur adalah unit uang;
b. Unit daya beli
Dalam model ini yang menjadi alat ukur adalah daya beli uangnya yang tentu berbeda
apabila waktunya berbeda.
Metode ini telah berlaku di Amerika sesuai dengan statement No. 157 tentang Fair Value
Measurement. Alasan dikeluarkannya statement ini adalah karena fair value merupakan metode
pengukuran yang dianggap lebih relevan daripada metode lainnya.
Definisi fair value tetap menyangkut harga pertukaran atau exchange price. Adapun yang
dimaksud dengam exchange price adalah harga dari transaksi yang normal antara pelaku pasar
yang melaporkan melakukan transaksi yang menyangkut asset dan utang pada kondisi yang
paling menguntungkan. Statement ini menekankan bahwa fair value adalah pengukuran berbasis
pasar, bukan pengukuran yang spesifik entitas. Oleh karena itu harus ditentukan berdasarkan
asumsi pelaku pasar dalam mengukur fair value. Statement ini menetapkan hierarki fair value
yang dibedakan, yaitu:
Asumsi pelaku pasar dibangun berdasarkan data pasar yang diperoleh dari sumber yang
independen dari entitas yang melaporkan
Asumsi dari entitas yang melaporkan tentang asumsi pelaku pasar dibangun berdasarkan
informasi yang terbaik yang tersedia dalam situasi itu,
Statement ini menjelaskan bahwa asumsi pelaku pasar termasuk asumsi mengenai resiko.
Pengukuran fair value harus memasukkan penyesuaian penyesuaian terhadap resiko. Oleh karena
itu pengukuran yang tidak memasukkan penyesuaian resiko tidak menggambarkan pengukuran
fair value. Namun ada dua pengecualian di mana penerapan statement ini harus retrospective.
Adapun dua pengecualian itu adalah sebagai berikut:
a. Instrument keuangan yang sudah diukur secara fair value pada awal diakui sesuai
statement 133 yang menggunakan harga transaksi sebelum permulaan penerapan
statement ini
b. Instrument keuangan hybrid yang sudah menggunakan fair value pada awal
pengakuannya menurut statement 133 sebelum memulai menerapkan statement ini.