i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
2) Bagi pembaca
Bagi pembaca diharapkan dapat lebih memahami sistematika Bahasa dengan baik,
salah satunya penggunaan Bahasa Indonesia yang baik dan benar. Selain itu,
diharapkan pembaca semakin jeli dalam memilih kata-kata ketika melakukan
pembicaraan, agar terhindar dari kesalahan berbahasa mencampurkan satu kode
Bahasa dengan kode Bahasa lainnya.
BAB II
LANDASAN TEORETIS
6
7
menuntut seseorang untuk mencampur suatu bahasa ke dalam bahasa lain saat
peristiwa tutur sedang berlangsung. Jadi penutur dapat dikatakan secara tidak
sadar melakukan percampuran serpihan-serpihan bahasa ke dalam bahasa asli.
Campur kode serupa dengan interfensi dari bahasa satu ke bahasa lain.
Dalam campur kode penutur menyelipkan unsur-unsur bahasa lain ketika
sedang memakai bahasa tertentu. Unsur-unsur tersebut dapat berupa kata-kata,
tetapi dapat juga berupa frase atau kelompok kata. Jika berwujud kata biasanya
gejala itu disebut peminjaman. Hal yang menyulitkan timbul ketika memakai
kata-kata pinjaman tetapi kata-kata pinjaman ini sudah tidak dirasakan sebagai
kata asing melainkan dirasakan sebagai bahasa yang dipakai. Sebagai contoh si A
berbahasa Indonesia. Kemudian ia berkata “sistem operasi komputer ini sangat
lambat” dari sini terlihat si A banyak menggunakan kata-kata asing yang
dicampurkan ke dalam bahasa Indonesia. Namun ini tidak dapat dikatakan sebagai
gejala campur kode atau pun alih kode. Hal ini disebabkan penutur jelas tidak
menyadari kata-kata yang dipakai adalah kata-kata pinjaman, bahkan ia merasa
semuanya merupakan bagian dari bahasa Indonesia karena proses peminjaman
tersebut sudah terjadi sejak lama. Lebih lanjut Sumarsono (2004:202)
menjelaskan kata-kata yang sudah mengalami proses adaptasi dalam suatu bahasa
bukan lagi kata yang-kata yang megalami gejala interfensi, bukan pula alih kode,
apalagi campur kode akan berbeda jika penutur secara sadar atau sengaja
menggunakan unsur bahasa lain ketika sedang berbicara dalam suatu bahasa.
Peristiwa inilah yang kemudian disebut dengan campur kode. Oleh karena itu
dalam bahasa tulisan, biasanya unsur-unsur tersebut ditunjukkan dengan
menggunakan garis bawah atau cetak miring sebagai penjelasan bahwa si penulis
menggunakannya secara sadar.
2.3 Penyebab Terjadinya Alih Kode dan Campur Kode
1. Penyebab Terjadinya Alih Kode
Selain sikap kemultibahasaan yang dimiliki oleh masyarakat tutur,
terdapat beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya peristiwa alih kode, seperti
yang dikemukakan Chaer (2004:108), yaitu sebagai berikut.
8
a. Penutur
Perilaku atau sikap penutur, yang dengan sengaja beralih kode terhadap
mitra tutur karena tujuan tertentu. Misalnya mengubah situasi dari resmi
menjadi tidak resmi atau sebaliknya. Kemudian ada juga penutur yang
mengharapkan sesuatu dari mitra tuturnya atau dengan kata lain
mengharapkan keuntungan atau manfaat dari percakapan yang dilakukanya.
Sebagai contoh, A adalah orang sumbawa. B adalah orang batak. Keduanya
sedang terlibat percakapan. Mulanya si A berbicara menggunakan bahasa
Indonesia sebagai pembuka. Kemudian ditanggapi oleh B dengan
menggunakan bahasa Indonesia juga. Namun ketika si A ingin
mengemukakan inti dari pembicaraannya maka ia kemudian beralih bahasa,
yaitu dari bahasa Indonesia ke bahasa Batak. Ketika si A beralih
menggunakan bahasa Batak yang merupakan bahasa asli B, maka B pun
merespon A dengan baik. Maka di sinilah letak keuntungan tersebut. A
berbasa basi dengan menggunakan bahasa Indonesia, kemudian setelah
ditanggapi oleh B dan ia merasa percakapan berjalan lancar, maka si A
dengan sengaja mengalihkan ke bahasa batak. Hal ini disebabkan si A sudah
ingin memulai pembicaraan yang lebih dalam kepada si B. Selain itu inti
pembicaraan tersebut dapat tersampaikan dengan baik, karena mudah
dimengerti oleh lawan bicara yaitu B. Peristiwa inilah yang menyebakan
terjadinya peristiwa alih kode.
b. Lawan Tutur
Mitra tutur atau lawan tutur dapat menyebabkan peristiwa alih kode.
Misalnya karena si penutur ingin mengimbangi kemampuan berbahasa lawan
tuturnya. Dalam hal ini biasanya kemampuan berbahasa si lawan tutur kurang
atau agak kurang karena mungkin bahasa tersebut bukan bahasa
pertamanya. Jika lawan tutur yang latar belakang kebahasaannya sama
dengan penutur biasanya beralih kode dalam wujud alih varian (baik regional
maupun sosial), ragam, gaya, atau register. Kemudian bila lawan tutur
berlatar belakang kebahasaan berbeda cenderung alih kode berupa alih
bahasa. Sebagai contoh, Rani adalah seorang pramusaji di sebuah restoran.
Kemudian Ia kedatangan tamu asing yang berasal dari Jepang. Tamu tersebut
ingin mempraktikkan bahasa Indonesia yang telah Ia pelajari. Pada awalnya
9
Selain alih kode metaforis dan situsional, Suwito dalam Chaer (2004:114) juga
membagi alih kode menjadi dua jenis yaitu, alih kode intern dan alih kode ekstern.
a. Alih Kode Intern
Alih Kode Intern, yaitu alih kode yang berlangsung antar bahasa sendiri,
seperti dari bahasa Indonesia ke bahasa Sumbawa, atau sebaliknya.
b. Alih Kode Ekstern
Sedangkan alih kode ekstern, yaitu alih kode yang terjadi antara
bahasa Indonesia dengan bahasa asing. Contohnya bahasa Indonesia ke bahasa
Jepang, atau sebaliknya.
2. Jenis-Jenis Campur Kode
Campur kode dibagi menjadi dua, yaitu campur kode ke luar (outer code-
mixing)dan campur kode ke dalam (inner code-mixing).
a. Campur Kode ke Luar (Outer Code-Mixing)
Yaitu campur kode yang berasal dari bahasa asing atau dapat dijelaskan bahasa
asli yang bercampur dengan bahasa asing. Contohnya bahasa Indonesia –
bahasa Inggris – bahasa Jepang, dll
b. Campur Kode ke Dalam (Inner Code-Mixing)
Yaitu campur kode yang bersumber dari bahasa asli dengan segala variasinya.
Contohnya bahasa Indonesia-bahasa Sumbawa, bahasa Batak-Bahasa Minang
(lebih ke dialek), dll.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
12
13
Penceramah : “Tina urang tadina giat, giat beribadah, giat belajar, jadi
kumaha?”
Siswa :” leuwih giat.”
Penceramah :”Leuwih giat.”
Penceramah :”eeh manehmah, mun tadina ngedul jadi kumaha?”
Siswa :”giaat.”
Penceramah :”Nu tadina giat jadi?”
Siswa :”Ngeduul.”
Penceramah :”Tah heeh, ulah dibalikeun, lain jadi ngedul, leuwih giat belajar
dan beribadah lainnya. Tah mudah-mudahan karena ieu awal
dari pertemuan di pembelajaran di sekolah mangka urang leuwih
giat deui, ti iraha waktuna? Heh? Ti jam tujuh pagi sampai jam
tilu sore. Tuh alhamdulillah ayeuna na mah parantos PTM
Pembelajaran Tatap Muka. Tos full day deui. Terang full day?”
Siswa : “Teraaang.”
Penceramah :” Ari full teh beak, sabeakna. Ari day poe. Sabeakna poe di
sakola. Ti isuk-isuk tepi ka sore, wayahna naon deui?pangna
tepi ka wanci sore? Sabab urang mah di SMP enam nagdukung
lima poe sakolana. Senen, Salasa, Rebo, Kemis, Jumat, Sabtu
mah libur.”
TRANSKRIP PERCAKAPAN 3 (ALIH KODE)
Percakapan ketika akan membayar bakso pada hari Jumat Tanggal 20 Mei 2022
Pukul 11.30
Pembeli :”Berapa?.”
Pedagang :”Pesanan ibu lima ya?”
Pembeli :”heeh.”
Pedagang :”lima... jadi tujuh lima bu. Satunya lima belas.”
Pembeli 2 :”sabarahaan bu Pepi? Sabarahaan?”
Pembeli 3 :” lima belas rebu bu Rin.”
15
16
17
disebabkan oleh pokok pembicaraan. Selain disebabkan mitra tutur dan penutur
ketiga, peristiwa alih kode ini juga disebabkan perubahan pokok pembicaraan.
Percakapan 3:
Beralih ke bahasa
No Bahasa yang digunakan
Indonesia Sunda
1 Indonesia - v
Percakapan 4:
Beralih ke bahasa
No Bahasa yang digunakan
Indonesia Sunda Jawa
1 Indonesia - v v
BAB V
SIMPULAN
Alih kode yakni peralihan dari suatu bahasa atau dialek ke bahasa atau
dialek lainnya. Alih kode juga bisa diartikan sebagai gejala peralihan pemakaian
bahasa karena berubahnya situasi. Alih kode bukan hanya terbagi antar bahasa,
tetapi dapat juga terjadi antar ragam-ragam atau gaya-gaya yang terdapat dalam
satu bahasa.
Kemudian gejala lain yaitu campur kode. Gejala alih kode biasanya diikuti
dengan gejala campur kode, apabila di dalam suatu peristiwa tutur terdapat
klausa-klausa atau frase-frase yang digunakan terdiri dari klausa dan frase
campuran (hybrid clause, hybrid phrases), serta masing-masing klausa dan frase
tidak lagi mendukung fungsi sendiri-sendiri, maka peristiwa yang terjadi ini
adalah campur kode. Kemudian ada juga yang mengatakan bahwa campur kode
yaitu suatu keadaan berbahasa lain ialah bilamana orang mencampur dua atau
lebih bahasa atau ragam bahasa dalam suatu tindak bahasa tanpa ada sesuatu
dalam situasi berbahasa yang menuntut percampuran bahasa itu.
Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan mengenai alih kode dan
campur kode, maka dapat disimpulkan bahwa bahasa yang menunjukkan
terjadinya peristiwa alih kode terdiri atas alih kode bahasa Sunda ke bahasa
Indonesia. Sementara itu, peristiwa campur kode terdiri dari 2 bentuk, yaitu:
campur kode bahasa Sunda dengan bahasa Indonesia, dan bahasa Indonesia
dengan bahasa Jawa. Satuan lingual pada campur kode yang terdiri dari: satuan
lingual dalam bentuk kata, frasa, klausa, dan kalimat. Faktor yang menyebabkan
terjadinya alih kode penutur, mitra tutur, hadirnya penutur ke tiga dan dari pokok
bembicaraan dalam peristiwa tutur itu sendiri. Sementara itu, campur kode
disebabkan oleh latar belakang penutur dan latar belakang kebahasaan penutur.
19
DAFTAR PUSTAKA
Fauzana, Dina. 2002. “Campur kode dalam karikatur “tan baro” pada surat kabar
singgalang suatu tinjauan sosiolinguistik”. Padang: Skripsi Sarjana Fakultas
Sastra Universitas Andalas
20