Oleh 4B :
1. Koriatun Syafitri
2. Mia Ratnasari
3. Moh. Sahri
4. Najibah
5. Nilam Sari
6. Sonu Lihana
7. Yayat Priyatna
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
STKIP NU INDRAMAYU
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah Swt. Shalawat serta salam
senantiasa kita lanturkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW
yang telah membawa kita dari zaman jahiliah ke zaman yang penuh ilmu
pengetahuan seperti yang kita rasakan saat ini. Kami bisa menyelesaikan makalah
tentang Bahasa dan Masyarakat. Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas
kelompok mata kuliah Sosiolinguistik.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini masih
jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun
sangat kami harapkan demi sempurnanya makalah ini.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang..........................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................1
C. Tujuan........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3
B. Verba Repertoire.......................................................................................5
C. Masyarakat Tutur......................................................................................6
Simpulan............................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masyarakat dan bahasa tidak dapat dipisahkan. Keduanya memiliki
keterkaitan di mana masyarakat dapat terbentuk oleh bahasa yang dipakainya.
Demikian pula dengan bahasa yang digunakan di dalam masyarakat dapat
dipergunakan untuk mencocoki kepentingan interaksi para anggota. Adapun
dalam sebuah interaksi masyarakat terdapat kemampuan komunikatif. Di
mana kemampuan komunikatif ini meliputi kemampuan bahasa yang dimiliki
oleh penutur beserta keterampilan mengungkapkan sesuai dengan fungsi dan
situasi serta norma-norma pemakaian dalam konteks sosialnya (Pride dan
Holmes, 1972:269-293).
B. Rumusan Masalah
1
4. Apa hubungannya bahasa dengan masyarakat?
2
2
C. Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini yaitu sebagai berikut :
3
4
Berbeda dengan langage dan langue yang bersifat abstrak, maka istilah
yang ketiga yaitu parole bersifat konkret, karena parole itu merupakan
pelaksanaan dari langue dalam bentuk ujaran atau tuturan yang dilakukan oleh
para anggota masyarakat di dalam berinteraksi atau berkomunikasi sesamanya.
Parole di sini barangkali dapat dipadankan dengan kata bahasa dalam kalimat.
Kalau beliau berbicara bahasanya penuh dengan kata daripada dan akhiran
ken" Jadi, sekali lagi parole itu tidak bersifal abstrak, nyata ada, dan dapat
diamati secara empiris.
Sebagai langage bahasa itu bersifat universal, sebab dia adalah sala sistem
lambang bunyi yang digunakan manusia pada umumnya, bukan manusia pada
suatu tempat atau suatu masa tertentu Tetapi sebagai langue bahasa itu,
meskipun ada ciri-ciri keuniversalannya, bersifat terbatas pada satu
masyarakat tertentu Satu masyarakat tertentu ini memang agak sukar
5
B. Verba Repertoire
Diatas sudah dibicarakan bahwa Ferdinand de Saussure membedakan
antara langue dan parole, antara bahasa sebagai sebuah sistem yang sifatnya
abstrak, dan bahasa dalam penggunaannya secara nyata di dalam masyarakat
yang bisa kita sebut tuturan (inggris: speech). Pakar lain, Chomsky, tokoh tata
bahasa generatif transformasi, menyebutkan adanya kompetens (inggris:
competence). Yang dimaksud dengan kompetens adalah kemampuan, yakni
pengetahuan yang dimiliki pemakai bahasa mengenai bahasanya. Sedangkan
performans adalah perbuatan bahasa atau pemakaian bahasa itu sendiri dalam
keadaan yang sebenarnya di dalam masyarakat. Halliday, tokoh linguistik
sistemik, yang banyak menaruh perhatian pada segi kemasyarakatan bahasa,
tidak secara eksplisit membedakan bahasa sebagai sistem dan bahasa (tuturan)
sebagai keterampilan. Dia hanya menyebut adanya kemampuan komunikatif ,
yang kirakira merupakan perpaduan atau gabungan antara kedua pengertian
itu. Yang dimaksud dengan kemampuan komunikatif adalah kemempuan
bertutur atau kemampuan untuk menggunakan bahasa sesuai dengan fungsi
dan situasi serta norma-norma penggunaan bahasa dengan konteks situasi dan
konteks sosialnya jadi, untuk dapat disebut mempunyai kemampuan
komunikatif seseorang itu harusmempunyai kemampuan untuk bisa
membedakan kalimat yang gramatikal dan yang tidak gramatikal, serta
mempunyai kemampuan untuk memilih bentuk-bentuk bahasa yang sesuai
dengan situasinya, mampu memilih ungkapan yang sesuai dengan tingkah
laku dan situasi, serta tidak hanya dapat menginterpretasikan makna
6
referensial (makna acuan) tetapi juga dapat menafsirkan makna konteks dan
makna situasional. Setiap penutur suatu bahasa, tentunya dengan berbagai
taraf gradasi, mempunyai kemampuan komunikatif itu.
Verbal repertoir sebenarnya ada dua macam yaitu yang dimiliki setiap
penutur secara individual, dan yang merupakan milik masyarakat tutur secara
keseluruhan. Yang pertama mengacu pada alat-alat verbal yang dikuasai oleh
seorang penutur, termasuk kemampuan untuk memilih norma-norma sosial
bahasa sesuai dengan situasi dan fungsinya. Yang kedua mengacu pada
keseluruhan alat-alat verbal yang ada di dalam suatu masyarakat, beserta
degan norma-norma untuk memilih variasi yang sesuai dengan konteks
sosialnya.
C. Masyarakat Tutur
Kalau suatu kelompok orang atau suatu masyarakat mempunyai verbal
repertoir yang relatif sama serta mereka mempunyai penilaian yang sama
terhadap norma-norma pemakaian bahasa yang digunakan di dalam
masyarakat itu, maka dapat dikatakan bahwa kelompok orang itu atau
masyarakat itu adalah sebuah masyarakat tutur. jadi, masyarakat tutur
bukanlah hanya sekelompok orang yang mempunyai norma yang sama dalam
menggunakan bentuk-bentuk bahhasa. Satu hal lagi yang patut dicatat, untuk
dapat disebut satu masyarakat tutur adalah adanya perasaan menggunakan
tutur yang sama ini, maka dua buah dialek yang secara linguistik merupakan
sutu bahasa dianggap menjadi dua bahasa dari duamasyarakat tutur yang
berbeda. Misalnya, bahasa Indonesia dan bahasa Malaysia, yang masing-
masing oleh para penuturnya dianggap dua bahasa yang berbeda.
“masyarakat eropa”, dan yang hanya menyangkut sejumlah kecil orang seperti
“masyarakat pendidikan”, atau “masyarakat linguistik indonesia”.
Berbicara tentang bahasa dan masyarakat, maka tidak terlepas dari istilah
“masyarakat bahasa”. Masyarakat bahasa adalah sekelompok orang yang
memiliki bahasa bersama atau merasa termasuk dalam kelompok itu, atau
berpegang pada bahasa standar yang sama. Masyarakat tutur adalah istilah
netral. Ia dapat dipergunakan untuk menyebut masyarakat kecil atau
sekelompok orang yang menggunakan bentuk bahasa yang relatif sama dan
8
Perbedaan variasi bahasa dapat juga terjadi apabila yang terlibat dalam
pertuturan itu mempunyai tingkat sosial yang berbeda. Misalnya jika wong
cilik berbicara dengan priyayi atau ndara maka masingmasing menggunakan
variasi bahasa yang berbeda, pihak yang memiliki tingkat sosial yang rendah
akan menggunakan variasi bahasa yang lebih tinggi atau dalam bahasa jawa di
sebut bahasa karma inggil ketika berbicara dengan yang memiliki tingkat
sosial yang lebih tinggi, sebaliknya apabila orang yang memiliki tingkatan
sosial yang lebih tinggi berbicara dengan yang tingkatan sosialnya lebih
rendah maka variasi bahasa yang di gunakan adalah variasi bahasa yang lebih
rendah atau bahasa ngoko.
Untuk lebih jelas lihat contoh yang di angkat dari Suwito (1983), pada
contoh berikut dapat dilihat adanya variasi bahasa krama dan ngoko dilihat
10
dari sipenanya, kalau si penanya mempunyai status sosial yang lebih rendah
dari si penjawab maka biasanya digunakan bentuk krama dan si penjawab
menggunakan bentuk ngoko, kalau si penanya mempunyai status sosial yang
lebih tinggi dari si penjawab, maka dia menggunakan bentuk ngoko sedangkan
si penjawab menggunakan bentuk krama. Kalau penanya dan penjawab
memiliki kedudukan yang sederajat, maka kalau si penanya menggunakan
bentuk krama si penjawab juga memekai bentuk krama pula, dan apabila si
penanya menggunakan bentuk ngoko maka si penjawab juga harus memakai
bentuk ngoko.
Dari uraian di atas, jelas, yang di maksud dengan tingkat sosial masyarakat
itu adalah status dimana seseorang mempunyai kedudukan dari segi
pendidikan maupun dari segi ekonomi. Lalu bagaimanakah hubungan antara
bahasa dengan tingkat sosial masyarakat?. Tingkatan sosial seseorang di
masyarakat sangat mempengaruhi cara berbahasa dengan orang lain dan
menjadi ukuran bagi lawan bicara agar menggunakan variasi bahasa dengan
melihat status sosial seseorang di masyarakat.
BAB III
PENUTUP
Simpulan
Ferdinand de Saussure (1916) membedakan antara yang disebut langage,
langue, dan parole. Ketiga istilah yang berasal dari bahasa Prancis itu, dalam
bahasa secara tidak cermat, lazim dipadankan dengan satu istilah yaitu bahasa.
Verbal repertoir sebenarnya ada dua macam yaitu yang dimiliki setiap
penutur secara individual, dan merupakan milik masyarakat tutur secara
keseluruhan. Yang pertama mengacu pada alat-alat verbal yang dikuasai oleh
seorang penutur, termasuk kemampuan untuk memilih norma-norma sosial
bahasa sesuai dengan situasi dan fungsinya. Yang kedua mengacu pada
keseluruhan alat-alat verbal yang ada di dalam suatu masyarakat, beserta
degan norma-norma untuk memilih variasi yang sesuai dengan konteks
sosialnya.
11
Adanya tingkatan sosial di masyarakat dapat di lihat dari dua segi: pertama
dari segi kebangsawanan, dan kedua, dari segi kedudukan sosial yang di tandai
dengan tingkatan pendidikan dan keadaan perekonomian yang di miliki.
Biasanya yang memiliki pendidikan lebih baik memperoleh kemungkinan
untuk memperoleh taraf perekonomian yang lebih baik pula. Tetepi ini tidak
mutlak. Bisa saja taraf pendidikan yang baik namun taraf perekonomiannya
kurang baik. Dan sebaliknya, yang memiliki taraf pendidikannya kurang tapi
memiliki taraf perekonomian yang baik.
12
DAFTAR PUSTAKA
Chaer, Abdul. dan Leonie Agustina. 2010. Sosiolinguistik Perkenalan Awal.
Jakarta: PT. Rineka Cipta.