Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

`Dinasti politik telah lama muncul di negara-negara demokrasi dan

meningkatkan kekhawatiran terbentuknya ketidaksetaraan distribusi kekuasaan

politik yang bisa mencerminkan ketidaksempurnaan dalam representasi

demokratis dalam politik yang disebut dengan kekuasaan melahirkan kekuatan1.

Dalam demokrasi yang ideal, seharusnya rakyat mempunyai kesempatan yang

lebih besar untuk ikut serta dalam proses politik. Artinya sangat terbuka ruang

partisipasi bagi seluruh masyarakat untuk ikut berkontestasi memperebutkan

jabatan-jabatan politik mulai dari tingkat regional hingga nasional sesuai dengan

peraturan perundang-undangan yang berlaku. Realitasnya, masyarakat masih

terhalang oleh status ataupun hak-hak sosialnya sebagai akibat dari adanya

fenomena dinasti politik. Jika demokrasi memiliki arti kekuasaan politik ataupun

pemerintahan yang dijalankandari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat, maka

dinasti politik ini telah menciptakan pragmatisme politik dengan mendorong

kalangan kerabat kepala daerah untuk menjadi pejabat publik2.

Pada dasarnya politik dinasti menimbulkan banyak pro dan kontra.

Sebagian ada yang menganggap baik karena kestabilan politik terjaga dan

sebagian pula ada yang menganggap bahwa politik dinasti hanyalah alat yang

digunakan para

1
Susanti, Martien Herna, ”Dinasti Politik dalam Pilkada di Indonesia”. Journal of
goverment and civil society, Vol. 1, No. 2, tahun 2017, hlm. 112.
2
Susanti, Martien Herna Opcit hlm. 112.

1
2

pejabat untuk melanggengkan kekuasannya, tidak hanya itu politik dinasti juga

dapat mempersempit kesempatan bagi orang lain untukberpartisipasi dalam

lembaga perpolitikan, karena biasanya calon pemimpin dari politik dinasti lebih

banyak sokongan3.

Undang-undang dasar Negara republik Indonesia 1945 yang menegaskan

bahwa kedaulatan tertinggi ada ditangan rakyat. Jadi dinasti itu lawannya dari

demokrasi. Tetapi diera demokrasi ini dinasti juga masih tetap berlaku meskipun

sudah ada partai politik atau pemilihan langsung. Dinasti dewasa ini melalui partai

politik sehingga di sebut sebagai politik dinasti. Politik dinasti itu bahasan lainnya

adalah politik nepotisme. Para pejabat politik di Negeri ini sedang

mempraktekkan kebiasaan para raja terdahulu. Bisa dilihat bagaimana penguasa

baik dipusat maupun didaerah berlomba-lomba untuk mengangkat sanak keluarga,

kerabat, saudara serta orang-orang terdekat mereka untuk mengisi jabatan-jabatan

diwilayah kekuasaannya. Kalau seperti ini apa bedanya demokrasi dengan oligarki

sama-sama dipegang oleh elit tertentu4.

Politik dinasti adalah serangkaian strategis politik manusia yang bertujuan

untuk memperoleh kekuasaan tersebut tetap berada dipihaknya dengan cara

mewariskan kekuasaan yang telah dimiliki kepada orang lain yang memiliki

ikatan keluarga dengan pemegang kekuasaan sebelumnya. Terdapat pula

pengertian positif dan negatif tentang politik dinasti. Negatif serta positif tersebut

bergantung pada proses dan hasil (output) dari jabatan kekuasaan yang dipegang

3
Bambang Cipto, Indonesia Memasuki Era Politik Dinasti : Dari Bilik Suara Kemasa
Depan Indonesia Potret Konflik Pasca Pemilu Dan Nasib Reformasi, ( Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 1999), Cet Ke-I, hlm. 56.
4
Henry, Maddick,Democracy, Desentralisasition, and Development, Bombay-Asian
Publishing House, Bandung, 2005.hlm.145.
3

oleh jaringan politik dinasti bersangkutan. Jika proses pemilihannya murni dan

demokratis serta kepemimpinan yang dijalankanya mendatangkan kebaikan dalam

pembangunan serta kesejahteraan masyarakat maka politik dinasti dapat berarti

positif. Akan tetapi bisa berarti negatif jika yang terjadi sebaliknya. Tidak hanya

itu positif dan negatif arti politik dinasti juga ditentukan oleh realitas kondisi

sosialmasyarakat, sistem hukum, penegakkan hukum serta pelembagaan politik

bersangkutan. Politik dinasti yang terdapat pada masyarakat dengan tingkat

pendidikan politik yang rendah, sistem hukum dan penegakkan hukum yang

lemah serta pelembagaan politik yang belum mantap, maka politik dinasti dapat

berarti negatif5.

Runtuhnya rezim orde baru membawa dampak yang sangat signifikan

terhadap perubahan sistem politik dan sistem pemerintahan diindonesia. Namun

perubahan sistem politik ini tidak serta merta mengakhiri kekuatan politik lama

yang lahir dan berkembang pada masa orde baru tersebut. Sistem ini membuat

seseorang menjadi salah satu pejabat tertinggi dalam suatu daerah dan bisa

mengatur segala urusan didalam daerah yang dibawahinya6.

Namun, pergeseran kekuasaan dari sentralisasi ke desentralisasi tidak

otomatis meningkatkan sistem poltik di indonesia kearah yang lebih demokratis.

Seringkali desentralisasi menjadi kontraproduktif bagi proses demokratisasi. Hal

ini dikarenaan dengan adanya desentralisasi memunculkan para mafia

dipemerintahan lokal yang mendedikasikan diri untuk kepentingan rakyat dengan

5
Burhanuddin Muhtadi,PerangBintang: Konstelasi Dan Prediksi Pemilu Dan Pilpres.
Noura Books (PT Mizan Publika, 2014), Jakarta. hlm. 30.
6
Miriam Budiarjo, Partisipasi Dan Partai Politki, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,
1998, hlm. 89.
4

cara menguasai sumber-sumber daya yang terdapat di daerah. Pasca otonomi

daerah banyaknya daerah-daerah yang memiliki elit-elit lokal yang berkembang

dengan cara memanfaatkan kekuasaannya, baik secara ekonomi, poltik, maupun

sosial7.

Fenomena dinasti politik dalam ranah lokal muncul seiring dengan

diberlakukannya Pemilukada langsung pertama kali di Indonesia pada tahun 2005

maupun implementasi otonomi daerah tahun 2001. Seiring dengan berjalannya

kedua proses tersebut sebagai wujud demokratisasi di aras lokal, berbagai elit

bermunculan di daerah untuk mengkooptasi kedua proses tersebut. Kemunculan

para elit dalam demokrasi lokal tersebut lazim dikenal dalam istilah reorganisasi

kekuasaan. Reorganisasi ini diartikan sebagai kembalinya pengaruh kekuasaan

politik elit lokal ke dalam era demokrasi. Selama Orde Baru berkuasa, kekuasaan

para elit ini dibatasi oleh pusat yang lebih cenderung pada mekanisme

pengangkatan maupun penunjukkan langsung. Hal inilah yang membuat elit lokal

terbelah menjadi dua, yakni sebagai pelayan Orde Baru sehingga mendapatkan

keistimewaan politik dan elit lokal penentang yang tidak menyukai

kepemimipinan Orde Baru sehingga tersingkir dalam arena politik lokal di

daerahnya8.

Kontestasi pemilihan kepala desa merupakan kelanjutan dari

demokratisasi Indonesia di tingkat pedesaan. Kebijakan politik terbaru di tingkat

desa berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa mengatur

pelaksanaan pemilihan kepala desa (selanjutnya disebut pilkades) yang dilakukan


7
Leo Agustino, Perihal Ilmu Politik, Bandung: Graha Ilmu, 2007, hlm. 46.
8
Wasisto Raharjo Djati. “Revivalisme Kekuatan Familisme Dalam Demokrasi: Dinasti
Politik Di Aras Lokal.” Jurnal sosiologi MASYARAKAT, Vol. 18, No. 2, Juli 2013. hlm. 211.
5

secara serentak. Pemilihan kepala desa sendiri tidak dapat dilepaskan dari

perkembangan sumber-sumber kekuasaan dalam dinamika politik yang terjadi di

desa. Pilkades tidak semata merupakan perebutan kekuasaan sebagai unjuk

kekuatan ekonomi yang menjadi basis kekuasaan yang bersifat oligarki, akan

tetapi juga menjadi ajang apakah terdapat sumber-sumber kekuasaan nonmaterial

yang masih digunakan oleh para kontestan9.

Dalam kajian ilmu sosial dan ilmu politik, familisme sebagai budaya

politik diartikan sebagai ketergantungan yang terlalu besar pada ikatan keluarga,

yang melahirkan kebiasaan menempatkan keluarga dan ikatan kekerbatan pada

kedudukan yang lebih tinggi dari pada kewajiban sisoal lainnya10. Menurut

Wasisto Raharjo Djati mengatakan dalam setiap pembahasan mengenai dinasti

politik akan selalu melekat budaya politik familisme tidak dapet dilepaskan,

varian budaya politik familisme dalam dinasti politik dapat dijelaskan pada tabel

berikut ini11.

9
Endik Hidayat, Budi Prasetyo, Setya Yuwana. “runtuhnya politik oligarki dalam
pemilihan kepala desa.” Jurnal Politik, Vol. 4, No. 1 Agustus 2018. hlm. 54.
10
Wasisto Raharjo Djati, Op cit hlm. 208.
11
Wasisto Raharjo Djati, Op cit hlm. 203-231.
6

Tabel. 1 Varian Budaya Politik Familisme

Indikator Familisme Quasy-familisme Ego-Familisme

Dasar Hubungan Hubungan afeksi kepercayaan Dorongan politik dan

Pembentukan darah langsung dan solidaritas dalam keluarga faktor emosional dan

besar maupun kroninya pertimbangan politik

pungsional

Kaderisasi Anggota Sanak kerabat maupun keluarga Kelurga inti

keluarga inti lain melalui jalur pernikahan

dan kroni yang seketurunan (hereditary)

Sifat Tertutup Semi tertutup Tertutup

Sistem politik yang demokratis yang dihadirkan oleh Orde Baru, justru

memberi ruang tumbuh dan berkembangnya politik dinasti seperti yang dijumpai

di Desa Tangkit Baru. Desa Tangkit Baru merupakan salah satu Desa yang berada

di Daerah Kecamatan Sungai Gelam Kabupaten Muaro Jambi. Desa ini terkenal

dengan tingginya rasa kekeluargaan, memungkinkan Menjadikan seseorang

pemimpin dari satu keluarga yang memiliki pengaruh dari keluarga yang kuat,

sistem politik di desa Tangkit Baru memperlihatkan adanya sifat kedinastian. Hal

ini dapat dilihat dari kepemimpinan kepala desa yang berasal dari ikatan

kekeluarga, berikut nama-nama kepala desa dari masa ke masa di desa Tangkit

Baru.
7

Tabel. 1.2 berikut adalah kepala desa Tangkit Baru dari masa ke

masa

No. Nama Kepala Desa Periode

1. Drs. Andi Sanisiyu 1984-1992

2. Drs. Erwan Malik 1992-1993

3. M. Sanusi jafar 1993-1995

4. Drs. Andi Zainal Abidin 1995-2003

5. Andi Arifubillah 2003-2008

6. Andi Bahru Alam, S.E 2010-2016

7 Drs. Andi Zainal Abidin 2016-2022

Sumber: Kantor Desa Tangkit Baru

Berdasarkan tabel diatas membuktikan bahwa dinasti politik di desa

Tangkit baru sudah lama terjadi, adapun hal yang mendasari terbentuknya politik

dinasti dapat dianaslisa dari awal terpilihnya kepala desa Tangkit Baru. Pada

tanggal 9 Februari 1984 desa tangkit baru memilih kepala desa pertama kalinya

secara demokrasi yaitu dengan pemilihan umum. Dalam pelaksanaan pemilihan

tersebut diambil suara terbanyak yang pada saat itu tertuju pada Drs. H. Andi

Sanisiyu yang merupakan kepala desa pertama di desa Tangkit Baru, setelah

menjabat selama dua periode Drs. Andi Sanisiyu digantikan oleh pejabat

sementara Drs. Erwan Malik pada tahun 1992-1993, kemudian digantikan lagi

oleh M. Sanusi Jafar pada tahun 1993-1995.


8

Kemudian pada tahun 1995 Desa Tangkit Baru kembali melakukan

pemilihan umum yang mana dimenangkan oleh Drs. Andi Zainal Abidin yang

menjabat selama dua periode pada tahun 1995-2003 beliau merupakan adik dari

kepala desa pertama yaitu Drs. Andi Sanisiyu. Pada akhir periode sebelum lepas

masa jabatan Drs. Andi Zainal Abidin melepas jabatan sebagai kepala desadan

mencalonkan diri sebagai Anggota DPRD Kabupaten Muaro Jambi. Tidak hanya

sampai disitu Pada tahun 2003-2008 terpilih kembali Andi Arifubillah yang tidak

lain adalah keponakan dari kepala desa pertama dan kedua yang menjabat selama

satu priode memimpin desa Tangkit Baru, politik dinasti terus belanjut hingga

pada tahun 2008-2010 dengan digantikannya Andi Arifubillahdengan Andi Bahru

Alam S.E sebagai penjabat sementara yang juga merupakan Keponakan dari

kepala desa pertama dan kedua, berlanjut pada pemilihan kepala desa tahun 2010

Andi Bahru Alam S.E terpilih kembali menjadi kepala desa Tangkit Barudengan

periode 2010-2016, tahun 2016 setelah selesai masa jabatan sebagai anggota

dewan Drs. Andi Zainal Abidin kembali mencalonkan diri dan terpilih sebagai

kepala desa Tangkit Baru untuk masa periode 2016-2022.

Adapun istilah dari Anrengurutta (Bugis) yang bermakna guru kita. Dari

segi istilah Anrengurutta merupakan seseorang yang memiliki keilmuan dalam

bidang agama yang tinggi dan memiliki perilaku baik (Madeceng). Dengan

demikian hanya ulama saja yang bisa disebut Anrengurutta, panggilan tersebut
9

adalah legitimasi dari masyarakat sendiri yang memberikan penegakan terhadap

ulama12.

Kemenangan kekuatan politik lama dalam tiap pemilihan kepala desa

Tangkit Baru memperlihatkan sebagian perihal awal, jaringan kekuasaan yang

dipunyai elit lama yang terdiri dari anggota keluarga serta orang-orang dekat

masih efisien digunakan buat memenangkan kontestasi memperebutkan

kekuasaan. Kepala desa awal dari dinasti politik ini sudah membangun suatu

jaringan kekuasaan, yang sukses dipelihara serta diperkuat oleh generasi- generasi

kepala desa selanjutnya dari dinasti tersebut. Loyalitas para pendukung politik ini

muncul bukan tanpa karena, mereka memiliki alibi tertentu buat senantiasa

menunjang kepala desa Tangkit Baru. Terdapat ikatan baik yang terus dilindungi

oleh kepala desa terhadap para pendukung politiknya. Hal ini bukan tanpa dasar

tentunya ada pola yang membentuk sebuah dinasti politik dalam suatu

kepemimpinan desa.

Menurut Syafi‟e dalam pemilihan kepala desa sering terjadi


Connection Fower yaitu dimana kekuasaan kerena seseorang memiliki
hubungan kekerabatan dengan seseorang yang berkuasa sebelumnya.
Dengan adanya model connection Fower ini terjadi pelimpahan kekuasaan
dalam masyarakat dengan praktek penerusan kekuasaan pemerintahan desa
kepada orang-orang terdekat yang mempunyai ikatan kekeluargaan
sehingga fenomena ini dapat diartikan sebagai pola dari penerusan
kekuasaan kepada keturanannya secara turun temurun13.
Tujuan pokok dari penelitian ini merupakan menganalisis pola serta

pemicu dinasti politik dalam pemerintahan desa tepatnya di desa Tangkit Baru

12
Andi Makmur, Mustari Bosra, Bahri. Pemikiran dan Perjuangan Anrengurutta Haji
Lanre Said, Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas, Jurnal Pemikiran Pendidikan dan
Penelitian Kesejahteraan, Volume. 6 No.1 Januari-Maret 2019 dikases pada tanggal 31 Maret
2021
13
Fahrudin,”Dinasti Politik Pemerintahan Desa di Kabupaten Polewali Mandar, Jurnal
Arajang, Volume 1, No. 1 hlm 38 November 2017 diakses pada tanggal 29 Maret 2021
10

dalam pemilihan langsung kepala desa, hal ini menunjukan bagaimana suatu

keluarga dalam mempertahankan trah ataupun dinasti politiknya dalam sebuat tata

pemerintahan desa merupakan pencapaian ataupun kekuatan politik yang sangat

terstruktur sehingga keluarga ini senantiasa memegang jabatan kepala desa dalam

pemerintahan di desa Tangkit baru.

Adapun penelitian terdahulu dari Winda Roselina Effendi berjudul

“Dinasti Politik Dalam Pemerintahan Lokal Studi Kasus Dinasti Kota Banten”

jurnal Trias Politika Vol 2. No.2 233–247 dalam Program Studi Ilmu Pemerintahan,

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Kepulauan Riau14.

Kesamaan antara penelitian diatas dengan penelitian yang akan dikaji

adalah sama-sama menganalisis tentang dinsati politik. Perbedaanya adalah

penelitian diatas lebih mengarah atau memfokuskan terhadap Riau, Secara garis

besar penelitian ini membahas mengenai gejala yang timbul dalam proses

demokratisasi lokal adalah proses reorganisasi kekuatan tradisional untuk

berkuasa di daerah dalam arena demokrasi. Revitalisasi kekuatan politik

tradisional tersebut tumbuh seiring dengan proses otonomi daerah sehingga

kelompok elit mendapat kesempatan untuk mengukuhkan pengaruhnya kembali.

sedangkan, penelitian yang peneliti kaji memfokuskan kepada bentuk dinasti

politik di desa Tangkit Baru serta pola terbentukanya dinasti politik dalam

kepemimpinan di desa Tangkit Baru.

14
Winda Roselina Effendi,“Dinasti Politik Dalam Pemerintahan Lokal Studi Kasus
Dinasti Kota Bantenjurnal Program Studi Ilmu Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik, Universitas Kepulauan Riau Trias Politika Vol 2. No.2 : 233 – 247 dDiakses pada tanggal
18 Maret 2021
11

Adapun penelitian selanjutnya Adelia Fitri “Dinasti Politik pada

Pemerintahan di Tingkat Lokal” dalam Jurnal Ilmu Pemerintahan Magister Politik

dan Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gajah

Mada, Volume 04 Nomor 01 Agustus 201915.

Kesamaan antara penelitian diatas dengan penelitian yang akan dikaji

adalah sama-sama menganalisis tentang politik dinasti. Perbedannya adalah

penelitian diatas lebih mengarah atau memfokuskan fenomena politisi lokal yang

melanggengkan kekuasaan melalui dinasti politik pada pemerintahan di tingkat

lokal. Hal ini penting untuk dibahas karena Indonesia sebagai negara demokrasi di

era transparansi dan akuntabilitas butuh pemimpin yang visioner dan benar

mewakili rakyat sesuai dengan kapasitas dan kapabilitasnya. Fokus kajian ini

mengupas sistem elektoral yang terjadi tingkat lokal melalui aktor politisi yang

membangun dinasti politik di Provinsi Kepulauan Riau. Provinsi Kepulauan Riau

dijadikan wilayah pengkajian karena masih terdapat fenomena keluarga menjadi

politisi pada pemilihan umum tahun 2019.

Bersarkan pemaparan pada latar belakang maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul “Dinasti Politik Dalam Kepemimpinan

Desa Tangkit Baru Kecamatan Sungai Gelam Kabupaten Muaro Jambi”.

15
Adelia Fitri “Dinasti Politik pada Pemerintahan di Tingkat Lokal” Jurnal Ilmu
Pemerintahan Magister Politik dan Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Gajah Mada, Volume 04 Nomor 01 Agustus 2019.
12

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka pertanyaan peneliti

dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana bentuk dinasti politik dalam kepemimpinan di desa Tangkit

Baru Kabupaten Muaro Jambi?

2. Faktor-faktor apa saja yang memicu terjadinya dinasti politik dalam

pemerintahan desa Tangkit Baru?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Mengetahui bentuk dinasti politik dalam kepemimpinan di desa Tangkit

Baru Kabupaten Muaro Jambi

2. Mengetahui fakto-faktor apa saja yang memicu terjadinya dinasti politik

dalam pemerintahan desa Tangkit Baru


13

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun Tujuan penelitian ini diharap dapat menghasilkan manfaat:

1. Teoritis

a. Sebagai bahan untuk memperluas ilmu pengetahuan tentang teori-teori dan

konsep-konsep yang diperoleh selama masa perkuliahan yang jika

dibandingkan dengan penerapan nya secara nyata

b. Memberikan pengetahuan yang lebih mendalam mengenai bagaimana

Dinasti Politik dalam Kepemimpinan Desa Tangkit Baru Kecamatan

Sungai Gelam Kabupaten Muaro Jambi.

2. Praktis

a. Bagi pembaca, menambah pengetahuan yang lebih mendalam mengenai

Dinasti Politik dalam Kepemimpinan Desa Tangkit Baru Kecamatan

Sungai Gelam Kabupaten Muaro Jambi.

b. Bermanfaat bagi keilmuan khusunya di bidang ilmu sosial dan ilmu politik

dalam kajian Dinasti Politik.

1.5 Landasan Teori

Guna menganalisis lebih dalam mengenai politik dinasti dalam

kepemimpinan desa, peneliti mengunakan beberapa teori yang dianggap

sesuai dengan konsep demokrasi dan dinasti politik.

1.5.1 Teori Kekerabatan


14

Menurut David Scheneider baginya teori sistem kekerabatan yang

bersumber pada genealogis/ikatan darah, garis keturunan dan hubungan

keluarga merupakan ilusi etnosentris yang dibangun oleh orang-orang eropa

dan amerika utara secara budaya. Merupakan suatu proyeksi obsesi kultural

mereka, karena seperti keluarga ayah, ibu dan anak tidak universal sehingga

ia menggunakan sistem kekerabatan. Misalnya sepertia ia katakana, konsep

keluarga tidak mesti bapak, ibu dan anak seperti yang kita ketahui16.

Politik kekerabatan atau keluarga politik semakin tampak menguat.

Untuk memenangi political offices, selain menyandarkan pada tokoh-tokoh

pesohor atau yang memiliki uang besar untuk politik pencitraannya, partai

politik juga semakin tergiring untuk mendukung kandidat-kandidat yang

diajukan oleh para petahana (incumbent) yang masih memiliki banyak

political resources dan otoritas formal atau yang sudah tidak mungkin Iagi

maju berkompetisi karena aturan pembatasan masa jabatan. Ikatan

kekerabatan dengan para incumbent jelas saja membuat nepotisme dan

favoritisme menjadi menonjol politik kekerabatan identik dengan pemusatan

kekuasaan dikeluarga atau kerabat politik tertentu17.

Menguatnya politik kekerabatan seperti ini tentu saja sangat

mengkhawatirkan. Jika kecenderungan ini semakin meluas. Negara

dijalankan oleh segelintir elite dari beberapa keluarga, klan, atau dinasti

politik yang kuat diwilayah-wilayah tertentu, dan karenanya sangat sulit

16
David M. Schneider, “ American Kinship: A Cultural Account (Anthropology Of
Modern Societies)” The University Of Chicago Prees, Tahun 2014
17
Mohammad Agus Yusoff, “Pilkada dan Pemekaran Daerah dalam Demokrasi
Lokal di Indonesia : Local Strongmen dan Roving Bandits”, Jurnal Jebat: Journal of
History, Politics & Strategic Studies , Volume 37, Nomor 19, Tahun 2010. hlm. 86-89.
15

untuk mengharapkan adanya perluasan akses kekuasaan maupun proses

demokrasi yang sehat dan substansial. Dari konsep Casey, Hess, dan Kurtz,

kajian tentang politik kekerabatan lebih banyak menggunakan konsep

dinasti politik(political dynasty), keluarga politik(political family) maupun

kekerabatan politik (political kinship), namun disertasi ini menggunakan

konsep politi kekerabatan. Konsep politik kekerabatan dimaksudkanuntuk

lebih memfokuskan pada aktivitas politik yangmerekrut anggota kerabatnya

dalam jabatan politik. Politik kekerabatan adalah rekrutmen politik yang

menghasilkan anggota keluarga yang menduduki jabatan

politik/pemerintahan yang tidak didasarkan atas kemampuan yang

dimilikinya ataupun tidak melalui prosedur yang telah digariskan, namun

lebih didasarkan atas pertimbangan hubungan kekerabatannya (baik karena

keturunan ataupun ikatan perkawinan). Konsep politik kekerabatan dalam

konteks ini bukan mengacu kepada dinasti dalam sistem monarkhi yang

biasanya dilakukan secara turun-temurun, namun dalam konteks demokrasi

yang dihasilkan melalui proses pemilu18.

Dari teori sistem kekerabatan ini peneliti menggunakannya sebagai

dasar analisiss untuk meneliti di lapangan mengenai terjadinya politik

dinasti di Desa Tangkit Baru dengan melihat bagaimana sistem kekerabatan

yang mereka gunakan itu bisa kuat sehingga eksistensi politik keluarga atau

kekerabatan mereka masih bertahan sampai sekarang ini.

18
Siti, R Zuhro, ”Demokrasi Lokal, Peran Aktor dalam Demokratisasi”.
(Yogyakarta:Penerbit Ombak, 2009). hlm. 39.
16

Kenyataanya dalam suku-suku atau dalam peradaban tertentu,

konsep keluarga bisa jadi hanya ibu dan anak, atau yang lain. Bukan fungsi

bapak dan ibu tetapi simbol-simbol orang tua atau bapak ibu yang ada dalam

anggota keluarga ini atau ke orang lain yang biasa jadi tidak sedarah.

Baginya sistem kekerabatan atau keluarga di Amerika adalah suatu simbol

suatu budaya. Jadi tiap kebudayaan punya sistem kekerabatan yang berbeda,

tidak mesti sama harus hubungan darah.Tapi itulah menariknya kajian

kekerabatan ini. Tapi jangan salah dari kekerabatan ini muncul politik

kekerabatan. Sesuai analisa James Scott tentang Patron Klien, relasi

hubungan kekuatan antar individu, dasarnya adalah hubungan kekerabatan.

Primordial juga selain hubungan kesukuan, juga mensyaratkan hubungan

kekerabatan yang kuat19.

1.5.2 Familisme

Untuk menganalisis bentuk dinasti politik di Desa Tangkit Baru

peneliti menggunakan tipologi rezim dinasti politik di Indonesia yang

dijabarkan Wasisto Raharjo Djati menyebutkan bahwa familisme adalah

budaya politik dengan ketergantungan yang terlalu besar terhadap ikatan

keluarga yang kemudian melahirkan kebiasaan untuk menempatkan keluarga

atau yang memiliki ikatan kekerabatan pada kedudukan yang tinggi.

Familisme dapat diartikan sebagai dorongan psikologis seseorang untuk bisa

berkarir di dua ranah, yaitu di ranah publik sebagai birokrat dan ranah privat

selaku korporatswasta. ia membuat empat tipologi rezim dinasti politik di

19
Geral FGaus dan Chandran Kukathas, Handbook Teori Politik. (Bandung : Nusa Media,
2013), hlm. 715.
17

Indonesia, yaitu familisme yang berbasis populismdynasties,

octopussydynasties, tribalismdynasties dan feudalismedynasties20.

a. Pertama, populismdynasties, yaitu dinasti politik yang dibangun dengan

alasan sebagai upaya melanjutkan program pembangunan kepala

daerah sebelumnya. Dasar dari dinasti ini dibangun dari romantisme

kepala daerah sebelumnya.

b. Kedua, octopussydynasties, yaitu dinasti politik yang berbasis pada

jaringan kuasa yang berbentuk gurita karena jaringannya yang luas.

c. Ketiga, tribalismdynasties, yaitu klan politik yang berbasiskan pada

etnisitas dan reproduksi ritus budaya kerajaan.

d. Terakhir, feudalismedynasties atau kuasa gono-gini, yaitu dinasti

politik yang dibangun berdasarkan patrimonialisme, figurisasi,

elitismedan aji mumpung.

Tipologi familisme ini dapat menggambarkan bentuk dari dinasti politik

yang ada sejalan dengan Wasisto Raharjo Djati memasukkan dinasti politik di

Tangkit Baru ke dalam bentuk tipologi kedua, yaitu octopussydynasties

dikarenakan yang terlibat dalam dinasti ini tidak hanya hubungan darah langsung

tetapi juga keluarga besar lainnya (kerabat) yang menyebabkan dinasti politik

tersebut mengakar dan tersebar.

20
Wasisto Raharjo Djati, Op cit hlm. 203-231.
18

1.5.3 Politik Identitas

Menurut Agnes Heller Politik identitas adalah gerakan politik yang

fokus perhatiannya pada perbedaan sebagai satu kategori politik utama.politik

identitas muncul atas kesadaran individu untuk mengolaborasikan identitas

partikular, dalam bentuk relasi dalam identitas primordial etnik dan agama.

Namun, dalam perjalanan berikutnya, poltik identitas justru dibajak dan

direngkuh oleh kelompok mayoritas untuk memapankan dominasi kekuasaan.

Politik identitas seakan-akan meneguhkan adanya keutuhan yang bersifat

esensialistik tentang keberadaan kelompok sosial tertentu berdasarkan

identifikasi primordialitas. Agnes heller mendefinisikan politik identitas

sebagai sebuah konsep dan gerakan politik yang fokus perhatiannya pada

perbedaan (difference) sebagai suatu kategori politik yang utama. Didalam

setiap komunitas, walaupun mereka berideologi dan memiliki tujuan

bersama,tidak bisa dipungkiribahwa didalamnya terdapat berbagai macam

individu yang memiliki kepribadian dan identitas masing-masing.21

Secara umum teori politik identitas dan berbagai hasil penelitian

menunjukkan, ada dua faktor pokok yang membuat etnis dan agama menjadi

menarik dan muncul untuk dipakai dan berpengaruh dalam proses politik.

Pertama, ketika etnis dan agama menjadi faktor yang dipertaruhkan. Ada
21
Juhana Nasrudin. “Politik Identitas Dan Representasi Politik :Studi Kasus Pilkada DKI
Jakarta Periode 2018-2022.” Hanifiya : Jurnal Studi Agama-Agama, Vol. 1, No 1 Tahun 2018.
Hlm 37.
19

semacam keperluan untuk mempertahankan atau membela identitas yang

dimiliki suatu kelompok. Kedua, ketika proses politik tersebut berlangsung

secara kompetitif. Artinya, proses politik itu menyebabkan kelompok-

kelompok identitas saling berhadapan dan tidak ada yang dominan, sehingga

tidak begitu jelas siapa yang akan menjadi pemenang sejak jauh-jauh hari.

Pemilihan umum termasuk pilkada, adalah proses politik dimana berbagai

faktor identitas menjadi pertaruhan. Tinggal sekarang bagaimana aktor-aktor

yang terlibat didalamnya mengelola isu-isu seperti etnis dan agama, menjadi

hal yang masuk pertaruhan22.

1.5.4 Teori Modal

Peneliti juga menggunakan teori modal yang dikembangkan oleh

Pierre Bourdieu yang menunjukan bahwa teori modal itu terdiri atas beberapa

model sosial, modal politik, modal ekonomi dan modal simbolik23. Pada teori

model peneliti digunakan untuk mengananlisis bertahannya dinasti politik di

desa Tangkit Baru.

a. Modal sosial

Pierre Bourdieu menyatakan bahwasanya modal sosial sebagai salah

satu sumber daya aktual dan potensial yang memiliki seseorang berasal dari

jaringan sosialterlembagakan serta berlangsung terus menerus dalam bentuk

pengakuan serta perkenalan timbal balik (atau dengan kata lain: keanggotaan

22
Ibid hlm.37
23
Pierre boudieu, “ Handbook and Theory of Research for the Sociology of
Education, ( New York: Greenwood, 1986), Jurnal TAPIS Vol. 15 No. 05 Januari – Juni
2019.
20

dalam kelompok sosial) yang memberikan kepada anggotanya berbagai

bentuk dukungan kolektif.Pierre Bourdieu juga menegaskan bahwasanya

modal sosial sebagai sesuatu yang berhubungan satu dengan lain, baik,

budaya, ekonomi maupun bentuk- bentuk sosialkapital (modal sosial) berupa

insitusi lokal atau kekayaan sumber daya alam. jadi intinya dari modalitas

sosial yaitu : adanya kepercayaan dari masyarakat, adanya interaksi sosial dan

adanya jaringan-jaringan yang mendukung.

b. Modal Ekonomi

Model ekonomi memiliki makna penting sebagai “penggerak” dan

“pelumas” mesin politik yang dipakai. Di dalam musik kampanye misanya

membutuhkan uang yang besar untuk membiayai berbagai kebutuhan seperti

mencetak poster, spanduk, membayar iklan, dan berbagai kebutuhan yang

lainya. Bahkan modal ekonomi dapat menjadi prasarat utama ketika calon itu

bukan berasal dari partai yang dicalonkanya.

Jadi modal ekonomi yaitu dukungan ekonomi berupa dana politik baik

itu berdasarkan sumber daya dari dana pribadi dan donator, dan berdasakan

penggunaannya untuk bayar partai politik , kampanye untuk pemenangan

pemilihan umum. (adanya dukungan dana dan adanya kepemilikan alat

produksi atau perusahaan).

c. Modal Simbolik

Menurut Pierre Bourdieu, pada dasarnya modal simbolik (seperti

prestise, kehormatan atau karisma) iyalah modal lainnya ketika di ketahui dan

diakui, melalui kategori persepsi yang memaksakan dan hubungan


21

kekusaan.Simbolik yang cenderung untuk mereproduksi dan memperkuat

hubungan kekuasaan yang merupakan struktur dalam ruang sosial.

Singkatnya, modal simbolik merupakan hasil dari trasformasi dari modal

ekonomi, sosial dan kultural kedalam bentuk baru, dan hasil trasformasi ini

memiliki kekuatan besar.

D. Modal Budaya/Kultur

Pierre bourdeu menyatakan bahwa modal budaya merupakan

keseluruhan kualifikasi intelektual yang bisa diproduksi melalui pendidikan

formal maupun warisan keluarga, termasuk modal budaya antara lain seperti

kemampuan menampilkan diri di depan publik, kepemilikan benda-benda

budya bernilai tinggi, pengetahuan atau keahlian tertentuhasil pendidikan

formal, sertifikat (termasuk gelar sarjana), bentuk-bentuk bahasa dan lain-

lain. Individu memperoleh budaya ini sejak ia kecil dimana modal ini sudah

terbentuk dan terinternalisasi secara sendiri, salah satu bentuknya melalui

ajaran orang tuanya dan pengaruh lingkungan keluarganya. Dapat dikatakan

bahwa modal budaya ini dibentuk sendiri oleh lingkungan sosial yang

beranekaragam serta pendidikan yang diperoleh individu tersebut,

pendidikan tersebut bisa berupa pendidikan formal maupun warisan budaya

dari keluarganya. Modal kultur/budaya itu adalah modal yang diwarisi. Dan

proprietas modal kultur adalah bahwa modal itu merupakan suatu modal

yang terinkorporasi (ditubuhkan), sehingga modal kultural memang

kelihatan natural, bawaan lahir.


22

1.6 Kerangka Pikir

Kerangka pemikiran dinasti politik dalam kepemimpinan desa Tangkit


Baru Kecamatan Sungai Gelam Kabupaten Muaro Jambi.

Dinasti Politik Dalam Kepemimpinan Desa Tangkit Baru

Kecamatan Sungai Gelam Kabupaten Muaro Jambi.

Kekerabatan Familisme Politik Identitas Modal

David Scheneider Wasisto Raharjo Djati Agnes heller Pierre Bourdieu


\

1. Ikatan Darah

2. Kerabat Dekat

Modal Modal Modal Modal


Sosial Ekonomi Budaya Simbolik
23

1.7 Metode Penelitian

Metode penelitian umumnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan

data dengan tujuan kegunaan penelitian. Cara ilmiah berarti kegiatan

penelitian itu didasarkan pada ciri-ciri keilmuan, yaitu rasional, empiris, dan

sistematis. Rasional berarti kegiatan penelitian dilakukan dengan cara-cara

yang masuk akal, sehingga terjangkau oleh penalaran manusia. Empiris berarti

cara-cara yang dilakukan itu dapat diamati oleh indera manusia, sehingga

orang lain dapat mengamati dan mengetahui cara-cara yang digunakan.

Sistematis artinya proses yang digunakan dalam penelitian itu menggunakan

langkah-langkah tertentu yang bersifat logis24.

Metode penelitian yang digunakan peneliti dalam mendapatkan data guna

menemukan hasil dari bentuk dinasti dan factor-faktor pemicu dinasti politik

dalam pemerintahan desa tepatnya di desa Tangkit Baru. penelitian ini

menggunakan metode penelitian kualiatif karena memerlukan survei dan

wawancara langsung di lapangan kepada objek penelitian terkait agar

permasalahan yang dinamis dapat terpecahkan.

1.7.1 Jenis Penelitian

Penelitian merupakan suatu proses panjang, penelitian muncul dari niat

yang ada dalam diri seseorang dalam memahami fenomena tertentu yang

kemudian bekembang menjadi ide, teori, dan konsep. Untuk mewujudkan

penelitian yang berawal dari niat tersebut lakukanlah dengan metode penelitian

yang cocok dengan Pendekatan dalam metode ini menggunakan pendekatan

24
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Penerbit
Alfabeta, 2017), hlm. 2.
24

kualitatif. Digunakannya pendekatan kualitatif karena teknik pengumpulan data

ini lebih cepat digunakan untuk wawancara dari atas ke bawah sehingga

penelitian kualitatif akan diketahui dengan cara mendalam25.

1.7.2 Lokasi Penelitian

Berdasarkan pokok permasalahan politik dinasti kepemimpinan desa yang

ada di desa Tangkit Baru maka peneliti memutuskan untuk melakukan

penelitian di desa Tangkit Baru. Alasan Peneliti mengambil lokasi ini

dikarenakan di desa Tangkit Baru sangat maraknya politik dinasti yang terus

muncul di setiap kepemimpinan kepala desa yang terpilih terdapat hubungan

kekerabatan dengan kepala desa sebelumnya.

1.7.3 Fokus Penelitian

Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang memiliki jangkauan luas,

maka diperlukan Batasan masalah yang disebut Fokus. Fokus dalam penelitian

kualitatif digunakan sebagai batasan masalah untuk membatasi studi dalam

penelitian. Fokus penelitian ini mengungkapkan data yang akan dikumpulkan

dan dalam pelaksanaannya bisa menambah, memperluas dan menggeser fokus

penelitian.

Agar tidak terjadi peluasan terhadap pokok bahasan dalam penulisan

skiripsi ini, maka penulisan akan membatasi penelitian ini hanya pada hal-hal

yang berkaitan dengan bentuk dinasti politik dan factor-factor pemicu dinasti

politik dalam pemerintahan desa tepatnya di desa Tangkit Baru.

1.7.4 Sumber Data

25
Ibid. hlm. 8-9.
25

A. Data Primer

Data Primer adalah data dalam bentuk verbal atau kata-kata yang

diucapkan secara lisan, gerak-gerik atau perilaku yang dilakukan oleh subjek

yang dapat dipercaya26. Data primer dari penelitian ini akan diperoleh melalui

hasil wawancara dengan informan yang telah ditentukan. Informasi yang

didapatkan dari hasil wawancara, akan dianalisis menjadi sebuah data pokok

untuk digunakan dalam menyelesaikan penelitian. Data primer yang digunakan

dalam penelitian ini yaitu hasil dari wawancara.

B. Data Sekunder

Data sekunder yaitu sumber yang tidak langsung memberikan data

kepada pengumpulan data27. Informasi berupa teori atau konsep ilmiah yang

dapat digunakan untuk menyelesaikan penelitian.Selain itu, peneliti

memperoleh informasi dari buku – buku, jurnal dan media berita berkaitan

dengan sosial, politik, demokrasi, pemilu, dan hasil penelitian terdahulu yang

sesuai dengan topik penelitian.Data ini nantinya digunakan untuk mendukung

informasi data primer.

1.7.5 Teknik Penentuan Informan

Teknik penentuan informan ialah metode yang dipakai oleh peneliti

kualitatif untuk menentukan siapa saja yang menjadi informan. Peneliti

kualitatif tidak menggunakan sampel, oleh karena itu informan yang digunakan

26
Jonathan Sarwono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, (Yogyakarta: Graha
Ilmu, 2006). hlm. 16.
27
Ibid. hlm.18.
26

berdasarkan pada keterlibatan objek terhadap penelitian yang akan diteliti28.

Penentuan informan pada penelitian ini dilakukan dengan teknik yaitu

purposive sampling.

a. Purposive sampling

Purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data

dengan pertimbangan dan tujuan tertentu. Pertimbangan tertentu yang

dimaksud adalah memilih sumber data atau orang yang dianggap paling tahu

tentang apa yang diharapkan29.Pertimbangan yang dimaksud adalah memilih

informan yang mengetahui tentang objek dari penelitian. Berdasarkan kedua

teknik tersebut, maka informan yang dianggap penting oleh peneliti sebagai

sumber data untuk peneliian ini adalah sebagai berikut:

Tabel. 1.3 Informan Penelitian

No Jabatan Dan Posisi Dalam Masyarakat

1. Kepala Desa

Tokoh Masyarakat
2.

Tokoh Adat
3.

28
Djam’an dan Aan Komariah, Metodelogi Penelitian Kualitatif, (Bandung : Alfabeta,
2014),Cetakan ke 6. hlm.40.
29
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Penerbit
Alfabeta, 2017). hlm. 300.
27

1.7.6 Teknik Pengumpulan data

Untuk memperoleh data yang relevan dan lengkap, penelitian ini

menggunakan beberapa teknik untuk mengumpulkan data. Adapun teknik-

teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Observasi

Observasi adalah pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap

gejala-gejala yang teliti. Observasi menjadi salah satu teknik pengumpulan

data apabila sesuai dengan tujuan penelitian, direncanakan dan dicatat secara

sistematis, serta dapat dikontrol keandalan (Reliabilitas dan kesahihan

Validasinya)30. Tanpa mengakibatkan perubahan pada kegiatan atau aktivitas

yang bersangkutan dan tentu saja dalam hal ini tidak menutupi dirinya selaku

peneliti.

b. Wawancara

Wawancara merupakan salah satu teknik pengumpulan data dengan

metode wawancara ini terbagi menjadi dua jenis yaitu, wawancara terstruktur

dalam mengumpulkan data penelitian yang bisa dipergunakan dengan

terstruktur yang mana keduanya dapat digunakan sesuai dengan keadaan

penelitian31.

Teknik pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini

merupakan wawancara secara tidak terstruktur atau terbuka. Maksudnya

30
Husaini Usman, Purnomo Setiady, Metode Penelitian Sosial, (Jakarta: Bumi Aksara,
2009). hlm.52.
31
Prof. Dr.A. Muri Yusuf, M.Pd. “Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan
Penelitian gabungan”, Edisi Pertama, (Jakarta :Kencana 2014). hlm. 380.
28

peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang tersusun melainkan

hanya berupa pertanyaan secara garis-garis besar permasalahan.

c. Dokumentasi

Selain wawancara, informasi juga bisa diperoleh lewat fakta yang

tersimpan dalam bentuk surat, catatan harian, arsip foto, hasil rapat

cinderamata, jurnal kegiatan dan sebagainya. Dokumentasi berasal dari kata

dokumen, yang berarti barang tertulis, metode dokumentasi berarti tata cara

pengumpulan data dengan mencatat data-data yang sudah ada32. Data berupa

dokumen seperti ini bisa dipakai untuk menggali informasi yang terjadi

dimasa lampau secara historis.

Teknik pengumpulan data melalui dokumentasi dalam penelitian ini

adalah dengan cara mengumpulkan buku-buku pendapat, teori, dalil-dalil atau

hukum-hukum dan lainya seperti foto, video, koran, majalah, yang

berhubungan dengan objek penelitian.

32
Iriyana dan riski kawasati, Teknik Pengumpulan Data Penelitian Kualitatif, ( sorong :
Sekolah Tinggi Agama Islam (STAIN), 2018 , Diakses pada 19 maret 2021 pukul 07.50 wib
29

1.7.7 Teknik Analisis Data

Model analisis data kualitatif ini terdiri dari tiga komponen pokok

yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan beserta verifikasi

data. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut :

a. Reduksi data

Mereduksi data sama hal dengan kegiatan merangkum, memilah

hal-hal pokok yang menjadi fokusnya, mencari tema dan polanya. Reduksi

data dapat dibantu dengan peralatan elektronik dengan memberikan kode

pada aspek-aspek tertentu. Kegiatan reduksi data dilakukan untuk

memberikan gambaran yang jelas dan memudahkan untuk melakukan

pengumpulan data33.

b. Penyajian Data

Penyajian data, peneliti harus selalu menguji apa yang telah

ditemukan pada saat memasuki lapangan. Dalam penelitian kualitatif

penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan dan

hubungan kategori. Tujuannya adalah untuk memudahkan peneliti dalam

memahami apa yang terjadi, dan merencanakan pekerjaan selanjutnya34.

Cara yang dipilih oleh peneliti dalam menyajikan data adalah

dengan menggunakan bagan dan teks naratif. Menggunakan bagan dapat

memperjelas pola data-data yang diperoleh baik primer maupun skunder.

Sementara teks naratif digunakan untuk penggambaran singkat mengenai

bentuk bagan yang telah dibuat.

33
Sugiyono, Op cit. hlm. 247.
34
Ibid. hlm. 249.
30

c. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi

Penarikan kesimpulan merupakan kegiatan yang dilakukan sebelum

turun kelapangan. Kesimpulan awal ini bersifat sementara, dan akan

berubah apabila pada saat turun kelapangan tidak mendapatkan bukti-bukti

yang mendukung data sebelumnya. Disinilah diperlukan verifikasi setelah

penarikan kesimpulan. Tujuannya adalah untuk memperkuat data

sebelumnya dan dapat membuktikan kebenaran dari penarikan kesimpulan

data sehingga lebih kredibel35.

1.7.8 Triangulasi Data

Triangulasi diartikan sebagai pengujian data yang bersifat

menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data

yang ada. Dengan menggunakan triangulasi, maka sebenarnya peneliti

mengumpulkan data sekaligus menguji kredibilitas data dengan berbagai

teknik pengumpulan data dan berbagi sumber data36. Teknik pengumpulan

data, peneliti akan menganalisis beragam data primer maupun sekunder

untuk mendapatkan hasil yang valid dan kredibel.

BAB II

OBJEK PENELITIAN

35
Ibid. hlm. 252.
36
Ibid. hlm. 241.

Anda mungkin juga menyukai