PENDAHULUAN
1. Ltarbelkang masalah
Selama ini ada anggapan bahwa dunia politik identik dengan dunia laki-laki. Anggapan
ini muncul akibat adanya “image” yangtidak sepenuhnya tepat tentang kehidupan politik;
yaitu bahwapolitik itu kotor, keras, penuh intrik, dan semacamnya, yang diidentikkan dengan
karakteristik laki-laki. Akibatnya, jumlah perempuan yang terjun di dunia politik kecil,
termasuk di negara-negara yang tingkat demokrasinya dan persamaan hak asasinya cukup
tinggi. Selain itu, kesan semacam itu muncul karena secara historis, khususnya pada tahap
awal perkembangan manusia, kaum pria selalu identik dengan “lembaga” atau aktivitas kerja
di luar rumah, sementara perempuan bertugas menyiapkan kebutuhan keluarga di dalam
rumah seperti memasak, mengasuh anak, dan melayani suami.
Masih belum optimalnya kesetaraan dan keadilan gender ini bisa dibaca pada realitas
partisipasi perempuan dalam jabatan-jabatan publik di dunia internasional yang ternyata
masih sangat minim dan begitu memprihatinkan. Hal ini ditandai dari 418 partai politik di 86
negara, perempuan yang menduduki posisi sebagai presiden/ ketua partai hanya 10,8%,
deputi presiden/wakil ketua 18,7%, sekretaris jenderal 7,6%, juru bicara partai 9%2 Menurut
sensus yang dilaksanakan Biro Pusat Statistik (BPS)3 tahun 2000, jumlah perempuan di
Indonesia adalah 101.625.816 jiwa atau 51 persen dari seluruh populasi atau lebih banyak
dari total jumlah penduduk di ketiga negara Malaysia, Singapura dan Filipina.
Namun demikian, jumlah yang besar tersebut tidak tampak dalam jumlah keterwakilan
perempuan di lembaga-lembaga pembuat/pengambil keputusan politik di Indonesia.
dilaksanakan Biro Pusat Statistik (BPS)3 tahun 2000, jumlah perempuan di Indonesia adalah
101.625.816 jiwa atau 51 persen dari seluruh populasi atau lebih banyak dari total jumlah
penduduk di ketiga negara Malaysia, Singapura dan Filipina. Namun demikian, jumlah yang
besar tersebut tidak tampak dalam jumlah keterwakilan perempuan di lembaga-lembaga
pembuat/pengambil keputusan politik di Indonesia. Pasca diberlakukannya Undang-undang
Nomor 12 tahun 2003 tentang Pemilihan Umum dapat dikatakan bahwa perjuangan kaum
perempuan untuk mendapatkan hak khusus di bidang politik yang sifatnya sementara
(affirmative action) telah tercapai.
Pada satu sisi kebijakan ini sesungguhnya sangat menguntungkan bagi kaum perempuan
di Indonesia, sebab dengan kebijakan amandemen Undang-undang tersebut, perempuan dapat
meningkatkan partisipasi politiknya yang terlihat dalam peningkatan representasi perempuan
di parlemen sekurang-kuangnya 30 persen.
1
Hal ini tercermin secara implicit pada Pasal 65 ayat (1) yang berbunyi: “Setiap partai
politik peserta pemilihan umum dapat mencalonkan anggota DPR/DPRD Propinsi dan
Kabupaten/Kota untuk setiap daerah pemilihan dengan memperhatikan perempuan sekurang-
kurangnya 30 persen”. Namun pada sisi yang lain, justru akan menjadi kendala bagi
perempuan itu sendiri, institusi-institusi yang akan merekatempati manakala kesiapan dan
penerapannya tidak sejalan dengan tuntutan dari keijakan Undang-undang tersebut.1
2. Rumus masalah
1. pengertian komunikasi politik dan gander?
2. Apasih kondisi perempuan dalam dunia politik.?
3. Apa saja budaya polik bagikaum perempuan?
4. Pengertian komunikasi politik perempuan?
5. Apasaja gambaran-gambaran politisi perempuan didalam media?
3. Tjuan penulis
1. Untuk mengetahui pengaru- pengaruh perempuan di dinua politik.
2. Untuk mengtahui betapa pentingnya perempuan dalm dunia politik.
3. Upertisipasi politik perempuan di indonesia penting bagi kemajuan bangsa..
BAB II
1
https://media.neliticom/diakses-tgl-19-desmber-2022/pkl:1926-wib
2
PEMBAHASAN
2.konsep gender
2
https://id.m.wikipedia.org/diakses-tgl19-desember2022/pkl:19:28-wib
3
Gender rmerupakan perbedaan yang terliahat antara laki-laki dan perempuan
apabila dilihat darinilai dan tingkahlaku gender itu berasal dari kata latin “guenus”
yang berarti jenis atau tipe, gander adalah sipat atau perilaku, yang dilakukan pada
laki-laki dan perempuan.
Berbicara tentang politik tidak hanya dilakukan oleh kalangan politisi, pemerintah
atau para birokrat saja namun semua lapisan masyarakat. Disetiap tongkrongan
kopi kita bisa mendengar para warga sedang meperbincangkan politik,
memperdebatkan paslon mana yang terbaik atau mengkritisi kebijakan
pemerintah.
Representasi perempuan dalam bidang politik dapat dikatakan masih jauh dari
harapan. Diindonesia sendiri perempuan yang terjun dalam dunia perpolitikan
masih terbelenggu dengan latar belakang, budaya patriarkhi, perbedaan gender.
Meskipun sampai saat ini selalu ada upaya untuk memperbaiki persolan tersebut.
3
https://alearning.menlhk.go.id/diakses-tgl19-desember-2022-pkl:2300-wib
4
Penulis menyakini bahwa ada hal mendasar yang membuat perempuan begitu sulit
masuk dalam dunia perpolitikan. Ialah budaya patriarkhi. Sistem yang masih
terjaga dan masih terawat dalam kehidupan masyarakat. Sebuah anggapan bahwa
derajat perempuan adalah dibawah laki-laki. Perempuan adalah mahluk lemah dan
harus dilindungi sehingga harus di perlakukan sesuai dengan kemauan laki-laki.
Khawatirnya ialah malah berujung pada kasus kekerasan terhadap perempuan.
Tak kalah bahayanya adalah efek dari stigma ini. Ketika perempuan menganggap
ini menjadi sesuatu yang tabuh. Meyakini bahwa ini sudah menjadi hukum alam
yang tak dapat dirubah. sehingga saat dihadapkan dengan kaum laki-laki dalam
memperebutkan kursi jabatan misalnya, akan timbul rasa pesimis untuk menang.
Atau merasa gengsi dipimpin oleh seorang perempuan.
Padahal Negara Indonesia adalah Negara demokrasi dan pancasila. Setiap individu
dalam masyarakat memiliki kebebasan tersendiri. Kebebasan mengekspresikan
dirinya melakukan segala tindakan sosial dengan tetap terikat pada hukum yang
berlaku. Memilih maupun mencalonkan untuk dipilih dalam masyarakat. Itu
semua bagian dari demokrasi.
Begitu juga dalam sila yang kelima yang berbunyi keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia menegaskan bawasannya tidak dibenarkan adanya pengkulturan
dalam masyarakat Indonesia. Tidak boleh ada diskriminasi, pengkotakan atau
pengkelasan dalam masyarakat apalagi berdasarkan jenis kelamin antara
perempuan dan laki-laki. Semuanya dianggap sebagai entitas yang sama dan
sejatinya diperlakukan adil. keadilan dalam ruang politik, ekonomi, sosial
masyarakat.
Dengan lahirnya para kartini baru seperti ibu megawati soekarno putri sebagai
presiden perempuan pertama di Indonesia menjadi bukti bahwa perempuan tidak
kalah kuat dibanding dengan kaum laki-laki. Ibu sri mulyani yang menjabat
sebagai menteri keuangan atau ibu retno marsudi sebagai menteri luar negeri.
Mereka adalah sebagian dari banyaknya perempuan hebat yang memiliki peranan
penting dalam Negara ini.4
4
https://www.unja.aciddi/diakse-tgl19-desember2022-pkl:23.04-wib
5
C. Budaya politik bagi kaum perempuan.
dalam sistem demokrasi, yang memegang prinsip kebebasan siapa saja
bisa menjadi pemimpin dan berada didalam lingkungan parlemen atau
menjadi eksekutif, jika dia memiliki suara maka seseorang tidak melihat
apakah dia laki-laki atau perempuan, jika sudah dipilih rakyat dan terpilih
maka dapat menjadi pemimpin atau anggota parlemen, namun terkadang
perempuan enggan untuk maju dalam kontestasi politik yang ada di
Indonesia. Ketika perempuan sedikit berada dalam legislatif maka
keterwakilan dan pemikiran dari perspektif perempuan justru akan hilang
dan tidak terwakilkan. Ketika laki-laki mendominasi di dalam legislatif
maka akan timbul sebuah sistem sosial yang disebut patriarki.
Di dalam menjalakan sebuah sistem pemerintahan di suatu negara
demokrasi, maka harus mewakilkan keterlibatan perempuan dan
menyerap aspirasi dari seluruh aspek masyarakat karena pada dasarnya
aspirasi yang disampaikan merupakan sebuah kebutuhan yang diharapkan
rakyat kepada pemerintah demi kebaikan dan kemajuan bersama bangsa
dan negara dan dalam mengambil sebuah keputusan negara harus
memperhatikan dari berbagai aspek masyarakat dan tidak boleh memihak
Meskipun negara telah memberikan kesempatan yang sama bagi setiap
warga negaranya melalui amanat Undang-Undang, namun kaum
perempuan merasa adanya sebuah diskriminasi secara tidak langsung
yang mempengaruhinya dan masih kurang dipercayai untuk bisa ikut ambil
dalam kontestasi politik, sehingga hal itu menyebabkan keterlibatan
perempuan dalam politik masih rendah dan sebagian besar dalam dunia
politik itu sendiri selalu di duduki oleh kaum laki-laki. Kaum perempuan
diharapkan bisa dipercaya dan diberi kesempatan untuk bisa duduk di
legislatif sehingga nantinyta bisa tercipta sebuah sistem yang seimbang.
Perempuan yang memiliki sifat yang lemah lembut harus diberi
kesempatan yang sama dalam politik dan diberi kesempatan untuk bisa
menjabat dan menduduki posisi strategis di dalam bidang politik, agar
nantinya bisa mengeksploitasi dan mengimplementasikan kemampuan
dan karakter dari perempuan itu sendiri sehingga nantinya melalui
kepemimpinan perempuan bisa mensejahterahkan masyarakat melalui
caranya.5
D. Komunikai politik bagi kaum perempuan
6
sejumlah badan administeatip di lembaga untuk menciptakan peluang sosial bagi
perempuan dan beberapa politisi perempuan berusaha, memasuki posisi
pemerintahan.
6
Karya holia A.nusa media {komunikasai politikrepoblik di india}:2012-hal,2.3
7
Putri wahyuni, ade irma, syamsulArifin.perempuan dan media volume 1,2021-hal,2,3
7
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
2. Saran
Penulis sangat menyadari bahwa didalam makalah ini masih banyak
kekurangannya, oleh karena itu kami mohon maaf. Dan kami sangat berharap atas
kritikan dan saran yang bersifat membangun. mudah-mudahan makalah ini
bermanfaat untuk kita semua dan khususnya bagi kami sebagai penulis.
8
DAFTARPUSTAK
https://media.neliticom/diakses-tgl-19-desmber-2022/pkl:1926-wib
https://id.m.wikipedia
https://id.m.wikipedia.org/diakses-tgl19-desember2022/pkl:19:28-wib
https://alearning.menlhk.go.id/diakses-tgl19-desember-2022-pkl:2300-wibhttps://
www.unja.aciddi/diakse-tgl19-desember2022-pkl:23.04-wib https://bemu.umm.ac/id/diakses-tgl19-
desember-2022-pkl:23:40-wib
9
10