Diusun Oleh :
ZUL FATMI
210802090
Dosen pembimbing:
Mujiburrahman, S. IP., M.A.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan karunia-
Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Destinasi
Politik di Indonesia”ini.
Penulisan makalah ini ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Sistem
politik indonesia. Dalam makalah ini berisi tentang informasi mengenai
pengertian destinasi politik, akibat adanya destinasi politik , dan bagaimana
cara mengatasi destinasi politik. Diharapkan pembaca makalah ini bisa
menjadi lebih paham dengan apa itu destinasi politik dan bagaimana
destinasi politik yang terjadi di Negara Indonesia, sehingga mereka tidak
hanya cuman tau dari pengertian saja tapi bisa mengetahui kondisi
sesungguhnya. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Semua pihak yang
telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna.
Untuk itu penulis mengharapkan saran yang membangun untuk
kesempurnaan penulisan selanjutnya. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat
bagi penulis dan pembaca sekalian.
penulis
Zul Fatmi
1
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR 1
DAFTAR ISI 2
LATAR BELAKANG 3
PERMASALAHAN 4
PEMBAHASAN 5
PENUTUP 11
DAFTAR PUSTAKA 12
LAMPIRAN 13
2
LATAR BELAKANG
Dinasti politik seperti kasus diatas adalah suatu realita yang tak terbantahkan,
dan tidak bisa dihindari apapun bentuk Pemerintahan suatu Negara.
termasuk di Negara Indonesia.
3
PERMASALAHAN
Fenomena dinasti politik ini sebenarnya bukan khas Indonesia. Fenomena ini
terjadi pula di berbagai negara, baik di negara berkembang maupun negara
maju. Di India dan Pakistan misalnya, terdapat dinasti politik Gandhi dan
Bhutto. Di Amerika Serikat terdapat dinasti politik Bush, Clinton, dan tentu
saja yang paling terkenal adalah dinasti politik Kennedy.
4
PEMBAHASAN
5
dalam arti yang paling substansial. Memang, di dalam demokrasi modern
politik dinasti juga tetap bisa muncul. Kita bisa melihat beberapa tipe politik
dinasti dalam kepolitikan sekarang.
Dalam bentuk yang halus, politik dinasti muncul dalam gejala ”dinasti politik”
yang mendorong anak keluarga elite-elite lama untuk terus memegang
kekuasaan yang diturunkan ”secara demokratis” oleh para pendahulu mereka.
Dalam bentuk yang lain, politik dinasti tampil dalam cara yang lebih vulgar
dan identik dengan otoriterianisme. Ia muncul dari suatu sistem politik
modern yang sebelumnya sudah dibekukan dan dikondisikan sedemikian
rupa sehingga ”rakyat” melalui wakilnya hanya bisa memilih anak/istri dari
keluarga penguasa lama. Dengan demikian, di sini yang terjadi sebenarnya
adalah politik dinasti yang dipilih bukan secara sukarela tetapi secara
paksaan.
Hal serupa juga nyaris terjadi di Indonesia pada masa akhir kekuasaan
Soeharto. Namun, penting juga untuk dicatat di sini bahwa meskipun
otoritarian, politik dinasti di Singapura masih relatif lebih ”elegan”
dibandingkan dengan sistem Soeharto dulu karena setidaknya ”sang pewaris”
takhta secara sengaja dan khusus dipersiapkan dan dididik secara serius
untuk berkuasa. Jadi, bukan dinasti politik yang serampangan.
6
Dalam bentuk yang lain, politik dinasti muncul dalam konteks yang lebih unik.
politik dinasti dilakukan dengan mempertimbangkan delikasi politik
demokratis dan persiapan matang untuk tidak ”memalukan”, dalam tipe ini,
politik dinasti muncul semata-mata sebagai bagian dari mekanisme
reproduksi kekuasaan pribadi yang terang-terangan dengan memanfaatkan
sistem demokrasi yang baru. Dalam mekanisme ini politik dinasti
berkolaborasi secara intens dengan politik uang, kapitalisme media, dan
budaya patronase. Uang, media, dan budaya patronase dipakai dan
dimanipulasi untuk ”mengatrol” penampilan dan meraup justifikasi politik.
Gejala ini menguat di Indonesia sekarang.
Lantas, apa bahaya dari politik dinasti? Ada orang yang menganggap bahwa
politik dinasti bukanlah gejala yang mengkhawatirkan. Salah satu argumen
yang diajukan adalah pengalaman India di mana dinasti politik terus muncul,
tetapi demokrasinya tetap stabil dan bermutu.
7
Politik dinasti berlawanan dengan paham di atas karena di dalamnya yang
menjadi dasar sekaligus tujuan adalah kepentingan pribadi . Kedua, konsep
demokrasi yang kita terima mengedepankan legitimasi dan reproduksi
kekuasaan yang melibatkan orang banyak. Artinya, sekali lagi mau ditegaskan
bahwa politik selalu adalah urusan ”yang umum” atau ”yang publik”. Prinsip
ini tidak dapat dirubah dengan manipulasi uang, media, dan eksploitasi
budaya patronase yang masih kuat.
Di Negara republik, yang lebih penting adalah kita tidak boleh lupa bahwa
nama depan Indonesia adalah republik. Bentuk ini dipilih bukan tanpa sebab;
di dalam republik ada pendirian, cita-cita, dan etika. Dalam pengertian yang
paling sederhana, republik adalah tanda dari penentangan yang serius
terhadap politik dinasti.
Musuh pertama republik adalah absolutisme yang digunakan dalam praktik
pemerintahan raja-raja. Politik dinasti diturunkan dari sistem terbelakang ini.
Di dalam republik, para pendiri bangsa kita menetapkan keyakinan pada
kerangka kebersamaan untuk kemaslahatan umum, di mana kekuasaan
diproduksi secara sosial melalui suatu mekanisme demokratis dan
partisipatif, bukan diturunkan secara biologis.
Dalam republik, para pendiri bangsa yang baik harus membuang cara
pandang unttuk membuat para elite dan keluarga kaya/penguasa
8
memandang diri dan keluarga mereka sebagai makhluk-makhluk istimewa
yang berbeda derajatnya dengan kebanyakan rakyat.
9
dengan mudah memanfaatkan fasilitas pemerintah dan jaringan untuk
memenangkan pertarungan seraya menyingkirkan para kompetitornya.
Apalagi, bila keluargapun turut berbisnis dalam tender-tender dalam proyek
pemerintah di daerah bersangkutan, maka dapat dibayangkan dana-dana
pemerintah dalam bentuk proyek mudah menjadi bancakan dengan aneka
warna KKNnya. Dana pemerintah seolah milik uang keluarga.
Keempat, dinasti politik dapat menutup peluang warga negara lainnya di luar
keluarganya untuk menjadi pejabat publik. Tentu hal ini, bila terjadi, akan
mengurangi kualitas demokrasi kita. Untuk itu memang perlu diatur agar
jabatan kepala pemerintahan puncak, tidak dijabat secara terus menerus oleh
satu keluarga inti secara berurutan.
Berbagai usul pun muncul seperti kepala daerah di setiap provinsi harus
dipilih oleh anggota DPRD sehingga terhindar akan munculnya politik dinasti.
Beberapa anggota DPR atau sebagian masyarakat setuju akan hal ini. Tetapi,
pertanyaan yang kembali muncul ”apakah anggota DPRD akan memilih
kepala daerah yang benar-benar bisa memimpin rakyat atau memilih
berdasarkan lobby politik?”. Bukannya mengecilkan kualitas anggota DPRD
tetapi bisa saja hal itu terjadi.
Atau, mungkin saja anggota DPRD tersebut memilih sang kepala daerah
berdasarkan partai yang sama dengan anggota DPRD tersebut. Hal ini tentu
10
akan menimbulkan kembali dinasti politik ala partai politik. Terlebih-lebih
anggota DPRD dari suatu partai politik tersebut paling banyak terdapat dalam
DPRD tersebut.
Sebaiknya memang kepala daerah dipilih daerah dipimpin oleh rakyat sendiri.
Tetapi, untuk menghindari terjadinya dinasti politik sebaiknya kerabat dari
keluarga kepala daerah tidak mencalonkan menjadi pejabat yang langsung
berhubungan dengan kekuasaan kepala daerah. Jika itu terjadi kepala daerah
tersebut harus mundur dari jabatannya. Misalnya sang gubernur tidak boleh
ada hubungan kerabat dengan walikotanya ataupun jabatan terkaitnya.
PENUTUP
1.Kesimpulan
11
Negara Indonesia adalah Negara republik, dimana yang namanya destinasi
politik harus ditentang keras . karena musuh pertama republik adalah
absolutisme yang digunakan dalam praktik pemerintahan raja-raja. Politik
dinasti diturunkan dari sistem terbelakang ini. Di dalam republik, para pendiri
bangsa kita menetapkan keyakinan pada kerangka kebersamaan untuk
kemaslahatan umum, di mana kekuasaan diproduksi secara sosial melalui
suatu mekanisme demokratis dan partisipatif, bukan diturunkan secara
biologis. Dalam republik, para pendiri bangsa yang baik harus membuang
cara pandang unttuk membuat para elite dan keluarga kaya-penguasa
memandang diri dan keluarga mereka sebagai makhluk-makhluk istimewa
yang berbeda derajatnya dengan kebanyakan rakyat. Intinya, sejauh kita
masih bermaksud meneruskan republik warisan pendiri bangsa, politik dinasti
tidak dapat kita terima.
2.Saran
DAFTAR PUSTAKA
12
Dinasti Politik Melawa Prinsip Modernisasi,
www.antaranews.com/berita/402369/dinasti-politik-melawan-prinsip-
modernisasi, dikses pada tanggal 22 Juni 2022.
http://www.beritametro.co.id/opini/dinasti-politik-di-indonesia, diakses
pada tanggal 22 Juni 2022.
Zul
13