Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

SISTEM POLITIK INDONESIA


POLITIK DINASTI DI INDONESIA

Diusun Oleh :

ZUL FATMI
210802090

Dosen pembimbing:
Mujiburrahman, S. IP., M.A.
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan karunia-
Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Destinasi
Politik di Indonesia”ini.

Penulisan makalah ini ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Sistem
politik indonesia. Dalam makalah ini berisi tentang informasi mengenai
pengertian destinasi politik, akibat adanya destinasi politik , dan bagaimana
cara mengatasi destinasi politik. Diharapkan pembaca makalah ini bisa
menjadi lebih paham dengan apa itu destinasi politik dan bagaimana
destinasi politik yang terjadi di Negara Indonesia, sehingga mereka tidak
hanya cuman tau dari pengertian saja tapi bisa mengetahui kondisi
sesungguhnya. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Semua pihak yang
telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna.
Untuk itu penulis mengharapkan saran yang membangun untuk
kesempurnaan penulisan selanjutnya. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat
bagi penulis dan pembaca sekalian.

Banda aceh,23 juni 2022

penulis

Zul Fatmi

1
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

KATA PENGANTAR 1

DAFTAR ISI 2

LATAR BELAKANG 3

PERMASALAHAN 4

PEMBAHASAN 5

PENUTUP 11

DAFTAR PUSTAKA 12

LAMPIRAN 13

2
LATAR BELAKANG

Belakangan ini isu politik dinasti kembali menguat sejak Komisi


Pemberantasan Korupsi(KPK) menangkap Ketua Mahkamah Konstitusi
(MK) Akil Mochtar terkait Pemilukada Kabupaten Lebak, Banten yang
melibatkan kerabat Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah .

Menariknya, Kabupaten Lebak tersebut diketahui dikuasai oleh politik Dinasti


Jayabaya yang merupakan Bupati Lebak selama dua periode yang kemudian
memajukan putrinya yang dikenal sebagai Iti Jayabaya. Dinasti lain di Banten
adalah keluarga Ismeth Iskandar di Kabupaten Tangerang, Wahidin Halim di
Kota Tangerang serta Dimyati Natakusumah di Pandeglang.

Dinasti politik seperti kasus diatas adalah suatu realita yang tak terbantahkan,
dan tidak bisa dihindari apapun bentuk Pemerintahan suatu Negara.
termasuk di Negara Indonesia.

3
PERMASALAHAN

Di Indonesia, dinasti politik sebenarnya sudah muncul di dalam keluarga


Presiden pertama Indonesia,  Soekarno. Hal tersebut terbukti dari anak-anak
Soekarno yang meneruskan pekerjaan ayahnya sebagai seorang politisi,
seperti Megawati Soekarno Putri , Guruh Soekarno Putra, dll.  Dinasti politik
juga terlihat pada diri keluarga mantan Presiden Indonesia Alm K.H.
Abdurrahman Wahid, dengan tampilnya saudara-Saudara dan anak
kandungnya ke dalam dunia perpolitikan Indonesia.  Kemudian, dalam
keluarga Presiden Indonesia saat ini, Susilo Bambang Yudhoyono,
kecenderungan dinasti politik juga mengemuka dengan kiprah anaknya Eddie
Baskoro atau Ibas yang berhasil menjadi anggota DPR periode 2009-2014.

Fenomena dinasti politik ini sebenarnya bukan khas Indonesia. Fenomena ini
terjadi pula di berbagai negara, baik di negara berkembang maupun negara
maju. Di India dan Pakistan misalnya, terdapat dinasti politik Gandhi dan
Bhutto. Di Amerika Serikat terdapat dinasti politik Bush, Clinton, dan tentu
saja yang paling terkenal adalah dinasti politik Kennedy.

Lalu, mengapa dinasti politik dipermasalahkan di Indonesia? Apa yang salah


dengan dinasti politik di Indonesia?  Bukankah mengikuti kontestasi politik
untuk menjadi pimpinan jabatan publik, seperti kepala daerah, merupakan hak
politik tiap warga negara?

4
PEMBAHASAN

Dinasti politik merupakan sebuah serangkaian strategi politik manusia yang


bertujuan untuk memperoleh kekuasaan, agar kekuasaan tersebut tetap
berada di pihaknya dengan cara mewariskan kekuasaan yang sudah dimiliki
kepada orang lain yang mempunyai hubungan keluarga dengan pemegang
kekuasaan sebelumnya. Itulah pengertian netral dari dinasti politik. Terdapat
pula pengertian positif dan negatif tentang dinasti politik. Negatif dan positif
tersebut bergantung pada proses dan hasil dari jabatan kekuasaan yang
dipegang oleh jaringan dinasti politik bersangkutan. Kalau proses
pemilihannya fair dan demokratis serta kepemimpinan yang dijalankannya
mendatangkan kebaikan dalam pembangunan dan kesejahteraan masyarakat
maka dinasti politik dapat berarti positif. Akan tetapi, bisa berarti negatif jika
yang terjadi sebaliknya. Selain itu, positif dan negatif arti dinasti politik juga
ditentukan oleh realitas kondisi sosial masyarakat, sistem hukum dan
penegakan hukum, dan pelembagaan politik  bersangkutan. Dinasti politik
yang terdapat pada masyarakat dengan tingkat pendidikan politik yang
rendah, sistem hukum dan penegakan hukum yang lemah serta pelembagaan
politik yang belum mantap, maka dinasti politik dapat berarti negatif.

Dinasti adalah sistem reproduksi kekuasaan yang primitif karena


mengandalkan darah dan keturunan dari segelintir orang. Maka, di dalam
dinasti tidak ada politik publik karena peran publik sama sekali tidak
dipertimbangkan. Dengan sendirinya, dinasti juga adalah musuh demokrasi

5
dalam arti yang paling substansial. Memang, di dalam demokrasi modern
politik dinasti juga tetap bisa muncul. Kita bisa melihat beberapa tipe politik
dinasti dalam kepolitikan sekarang.

Dalam bentuk yang halus, politik dinasti muncul dalam gejala ”dinasti politik”
yang mendorong anak keluarga elite-elite lama untuk terus memegang
kekuasaan yang diturunkan ”secara demokratis” oleh para pendahulu mereka.

Dalam jenis ini, penyesuaian terhadap etik demokrasi modern dilakukan


dengan cara mempersiapkan putra-putri yang bersangkutan dalam sistem
pendidikan dan rekrutmen politik yang sedemikian dini. Jadi, dengan itu,
apabila mereka muncul, kemunculannya seolah-olah bukan diakibatkan oleh
karena faktor darah dan keluarga, melainkan oleh karena faktor-faktor
kepolitikan yang lebih wajar dan rasional. Cara semacam ini masih
dipraktikkan dalam negara-negara demokratis, misalnya Amerika Serikat dan
India.

Dalam bentuk yang lain, politik dinasti tampil dalam cara yang lebih vulgar
dan identik dengan otoriterianisme. Ia muncul dari suatu sistem politik
modern yang sebelumnya sudah dibekukan dan dikondisikan sedemikian
rupa sehingga ”rakyat” melalui wakilnya hanya bisa memilih anak/istri dari
keluarga penguasa lama. Dengan demikian, di sini yang terjadi sebenarnya
adalah politik dinasti yang dipilih bukan secara sukarela tetapi secara
paksaan.

Hal serupa juga nyaris terjadi di Indonesia pada masa akhir kekuasaan
Soeharto. Namun, penting juga untuk dicatat di sini bahwa meskipun
otoritarian, politik dinasti di Singapura masih relatif lebih ”elegan”
dibandingkan dengan sistem Soeharto dulu karena setidaknya ”sang pewaris”
takhta secara sengaja dan khusus dipersiapkan dan dididik secara serius
untuk berkuasa. Jadi, bukan dinasti politik yang serampangan.

6
Dalam bentuk yang lain, politik dinasti muncul dalam konteks yang lebih unik.
politik dinasti dilakukan dengan mempertimbangkan delikasi politik
demokratis dan persiapan matang untuk tidak ”memalukan”, dalam tipe ini,
politik dinasti muncul semata-mata sebagai bagian dari mekanisme
reproduksi kekuasaan pribadi yang terang-terangan dengan memanfaatkan
sistem demokrasi yang baru. Dalam mekanisme ini politik dinasti
berkolaborasi secara intens dengan politik uang, kapitalisme media, dan
budaya patronase. Uang, media, dan budaya patronase dipakai dan
dimanipulasi untuk ”mengatrol” penampilan dan meraup justifikasi politik.
Gejala ini menguat di Indonesia sekarang.

Lantas, apa bahaya dari politik dinasti? Ada orang yang menganggap bahwa
politik dinasti bukanlah gejala yang mengkhawatirkan. Salah satu argumen
yang diajukan adalah pengalaman India di mana dinasti politik terus muncul,
tetapi demokrasinya tetap stabil dan bermutu.

Ringkasnya, mengenai sifat baik-buruk politik dinasti pada dasarnya memang


akan sangat bergantung pada pendasaran dan filsafat politik apa yang kita
anut. Bagi mereka yang berpandangan ekstrem liberal yang menganggap
bahwa inti dari politik adalah hak-hak individual, politik dinasti diperbolehkan,
bahkan mesti dibela. Ini dipandang sebagai bagian dari hak individu. Namun,
bagi mereka yang berpandangan sedikit republikan, politik dinasti secara
prinsip tidak bisa diterima! Mengapa?
Terdapat beberapa alasan mengapa politik dinasti tidak dapat kita terima.
Pertama, kata rakyat, demokrasi, dan kata politik sebagaimana ditulis
konstitusi kita pada dasarnya merujuk pada hal yang sama, yakni
kemaslahatan umum atau kepentingan orang banyak atau publik. Artinya,
politik dalam paham ketatanegaraan kita secara prinsip harus bersumber dan
sekaligus diarahkan ke tujuan kemaslahatan orang banyak.

7
Politik dinasti berlawanan dengan paham di atas karena di dalamnya yang
menjadi dasar sekaligus tujuan adalah kepentingan pribadi . Kedua, konsep
demokrasi yang kita terima mengedepankan legitimasi dan reproduksi
kekuasaan yang melibatkan orang banyak. Artinya, sekali lagi mau ditegaskan
bahwa politik selalu adalah urusan ”yang umum” atau ”yang publik”. Prinsip
ini tidak dapat dirubah dengan manipulasi uang, media, dan eksploitasi
budaya patronase yang masih kuat.

Ketiga, dalam konteks Indonesia, invasi kepentingan pribadi ini sudah


mencapai tahap kegilaan tertentu. Ini terlihat dalam gejala di mana makin
banyak anak, istri—bahkan ada istri pertama dan istri kedua, artis-artis yang
hanya mengandalkan bombastisme media bertarung dalam pilkada-pilkada.
Kegilaan ini secara sepintas barangkali sama sekali tidak merusak prosedur
demokrasi kita, tetapi secara prinsip merusak substansi politik dan
demokrasi yang mengedepankan kemaslahatan dan akal budi umum.

Di Negara republik, yang lebih penting adalah kita tidak boleh lupa bahwa
nama depan Indonesia adalah republik. Bentuk ini dipilih bukan tanpa sebab;
di dalam republik ada pendirian, cita-cita, dan etika. Dalam pengertian yang
paling sederhana, republik adalah tanda dari penentangan yang serius
terhadap politik dinasti.
Musuh pertama republik adalah absolutisme yang digunakan dalam praktik
pemerintahan raja-raja. Politik dinasti diturunkan dari sistem terbelakang ini.
Di dalam republik, para pendiri bangsa kita menetapkan keyakinan pada
kerangka kebersamaan untuk kemaslahatan umum, di mana kekuasaan
diproduksi secara sosial melalui suatu mekanisme demokratis dan
partisipatif, bukan diturunkan secara biologis.

Dalam republik, para pendiri bangsa yang baik harus membuang cara
pandang unttuk membuat para elite dan keluarga kaya/penguasa

8
memandang diri dan keluarga mereka sebagai makhluk-makhluk istimewa
yang berbeda derajatnya dengan kebanyakan rakyat.

Intinya, sejauh kita masih bermaksud meneruskan republik warisan pendiri


bangsa, politik dinasti tidak dapat kita terima.

Pentingnya untuk membatasi dinasti politik

Dinasti politik perlu dibatasi karena pertimbangan berikut. Pertama, dinasti


politik, terutama di daerah, hanya akan memperkokoh politik yang negatif.
Bila jabatan-jabatan penting di lembaga eksekutif dan legislatif dikuasai oleh
satu keluarga, maka mekanisme check and balances tidak akan efektif.
Akibatnya, rawan terjadi penyalahgunaan kekuasaan untuk kepentingan diri
dan keluarga. 

Kedua, dinasti politik mengarah pada terbentuknya kekuasaan yang absolut.


Bila jabatan kepala daerah misalnya, dipegang oleh satu keluarga dekat yang
berlangsung lama secara terus menerus, misalnya setelah 10 tahun menjabat,
kemudian digantikan oleh istrinya selama sepuluh tahun lagi, kemudian oleh
anaknya dan seterusnya, maka akan muncul fenomena kekuasaan Soeharto
ala orde baru. Kekuasaan absolut yang rawan korupsi akan terbentuk,
sebagaimana adagium politik terkenal dari Lord Acton: “Power tends to
corrupt, and Absolute Power Tends to Corrupt Absolutely” (kekuasaan itu
cenderung korup, dan kekuasaan yang absolut akan cenderung korup secara
absolut pula).        

Ketiga, dinasti politik pada masyarakat Indonesia yang pendidikan politiknya


relatif kurang dan sistem hukum serta penegakan hukum (law enforcement)
yang lemah, maka akan menyebabkan proses kontestasi politik menjadi tidak
adil.  Keluarga yang maju dalam kontestasi politik, seperti Pemilukada, akan

9
dengan mudah memanfaatkan fasilitas pemerintah dan jaringan untuk
memenangkan pertarungan seraya menyingkirkan para kompetitornya.
Apalagi, bila keluargapun turut berbisnis dalam tender-tender dalam proyek
pemerintah di daerah bersangkutan, maka dapat dibayangkan dana-dana
pemerintah dalam bentuk proyek mudah menjadi bancakan dengan aneka
warna KKNnya. Dana pemerintah seolah milik uang keluarga.  

Keempat, dinasti politik dapat menutup peluang warga negara lainnya di luar
keluarganya untuk menjadi pejabat publik. Tentu hal ini, bila terjadi, akan
mengurangi kualitas demokrasi kita. Untuk itu memang perlu diatur agar
jabatan kepala pemerintahan puncak, tidak dijabat secara terus menerus oleh
satu keluarga inti secara berurutan. 

Kelima, pembatasan dinasti politik diarahkan untuk meningkatkan derajat


kualitas demokrasi kita dengan cara memperluas kesempatan bagi warga
negara untuk berpartisipasi dalam jabatan-jabatan publik dan mereduksi
penyalahgunaan jabatan incumbent dalam kontestasi Pemilu maupun
Pemilukada.   

Cara mengurangi terjadinya destinasi politik

Berbagai usul pun muncul seperti kepala daerah di setiap provinsi harus
dipilih oleh anggota DPRD sehingga terhindar akan munculnya politik dinasti.

Beberapa anggota DPR atau sebagian masyarakat setuju akan hal ini. Tetapi,
pertanyaan yang kembali muncul ”apakah anggota DPRD akan memilih
kepala daerah yang benar-benar bisa memimpin rakyat atau memilih
berdasarkan lobby politik?”. Bukannya mengecilkan kualitas anggota DPRD
tetapi bisa saja hal itu terjadi.

Atau, mungkin saja anggota DPRD tersebut memilih sang kepala daerah
berdasarkan partai yang sama dengan anggota DPRD tersebut. Hal ini tentu

10
akan menimbulkan kembali dinasti politik ala partai politik. Terlebih-lebih
anggota DPRD dari suatu partai politik tersebut paling banyak terdapat dalam
DPRD tersebut.

Sebaiknya memang kepala daerah dipilih daerah dipimpin oleh rakyat sendiri.
Tetapi, untuk menghindari terjadinya dinasti politik sebaiknya kerabat dari
keluarga kepala daerah tidak mencalonkan menjadi pejabat yang langsung
berhubungan dengan kekuasaan kepala daerah. Jika itu terjadi kepala daerah
tersebut harus mundur dari jabatannya. Misalnya sang gubernur tidak boleh
ada hubungan kerabat dengan walikotanya ataupun jabatan terkaitnya.

Dengan cara seperti itu dampaknya tentu akan meminimalisir terjadinya


politik dinasti .Masyarakat pun harus cerdas dalam pemilihan Pilkada yang
diselenggarakan jangan melihat tampang calon kepala daerah serta wakilnya
dan caleg DPRDnya saja.

PENUTUP

1.Kesimpulan

Dinasti politik merupakan sebuah serangkaian strategi politik manusia yang


bertujuan untuk memperoleh kekuasaan, agar kekuasaan tersebut tetap
berada di pihaknya dengan cara mewariskan kekuasaan yang sudah dimiliki
kepada orang lain yang mempunyai hubungan keluarga dengan pemegang
kekuasaan sebelumnya.

11
Negara Indonesia adalah Negara republik, dimana yang namanya destinasi
politik harus ditentang keras . karena musuh pertama republik adalah
absolutisme yang digunakan dalam praktik pemerintahan raja-raja. Politik
dinasti diturunkan dari sistem terbelakang ini. Di dalam republik, para pendiri
bangsa kita menetapkan keyakinan pada kerangka kebersamaan untuk
kemaslahatan umum, di mana kekuasaan diproduksi secara sosial melalui
suatu mekanisme demokratis dan partisipatif, bukan diturunkan secara
biologis. Dalam republik, para pendiri bangsa yang baik harus membuang
cara pandang unttuk membuat para elite dan keluarga kaya-penguasa
memandang diri dan keluarga mereka sebagai makhluk-makhluk istimewa
yang berbeda derajatnya dengan kebanyakan rakyat. Intinya, sejauh kita
masih bermaksud meneruskan republik warisan pendiri bangsa, politik dinasti
tidak dapat kita terima.

2.Saran

Untuk menghindari terjadinya destinasi, sebaiknya kepala daerah dipimpin


oleh rakyat sendiri. Tetapi, untuk menghindari terjadinya dinasti politik
kerabat dari keluarga kepala daerah tidak mencalonkan menjadi pejabat yang
langsung berhubungan dengan kekuasaan kepala daerah. Jika itu terjadi
kepala daerah tersebut harus mundur dari jabatannya. Misalnya sang
gubernur tidak boleh ada hubungan kerabat dengan walikotanya ataupun
jabatan terkaitnya.

DAFTAR PUSTAKA

 Wiranto: Saya akan melawan politik destinasi,


news.okezone.com/read/2013/11/19/339/899034/wiranto-saya-akan-
melawan-politik-dinasti , diakses pada tanggal 22 Juni 2022.

12
Dinasti Politik Melawa Prinsip Modernisasi,
www.antaranews.com/berita/402369/dinasti-politik-melawan-prinsip-
modernisasi, dikses pada tanggal 22 Juni 2022.

http://www.beritametro.co.id/opini/dinasti-politik-di-indonesia, diakses
pada tanggal 22 Juni 2022.

Zul

13

Anda mungkin juga menyukai