Anda di halaman 1dari 4

DAMPAK NEGATIF DINASTI POLITIK

Dinasti politik merupakan permasalahan yang diduga telah ada di Indonesia sejak
presiden pertama kita, Ir. Soekarno, berkuasa. . Hal tersebut terbukti dari lahirnya anak-anak
Soekarno yang meneruskan pekerjaan ayahnya sebagai seorang politisi. Seperti Megawati
Soekarno Putri (yang akhir-akhir ini juga semakin memperlihatkan gejala kedinastian politik
Indonesia pada diri anaknya Puan Maharani), Guruh Soekarno Putra, dll. Meskipun dinasti
politik tidak melanggar peraturan berdemokrasi, dalam praktiknya dinasti politik menahan
adanya mobilisasi sosial, sebab kekuasaan hanya diasosiasikan pada golongan masyarakat
tertentu saja. Praktek dinasti politik bisa menjadi sebuah upaya untuk mempertahankan
kekuasaan. Kedudukan dalam pemerintahan akan ditanggalkan dalam batas waktu tertentu;
hal ini menyebabkan beberapa golongan menginginkan status agar golongannya bisa tetap
berada di posisi atas. Semakin tinggi posisinya, maka akan semakin besar juga kemungkinan
untuk melakukan dinasti politik. Apakah wajar apabila jabatan seorang kepala pemerintahan
diteruskan oleh istri, anak , atau kerabat dekatnya? Di negara kita sedang terjadi praktek
penerusan kekuasaan pada orang-orang terdekat. Politik dinasti adalah fenomena politik
munculnya

calon

dari

lingkungan

keluarga

kepala

pemerintahan

yang

sedang

berkuasa. Dinasti politik yang dalam bahasa sederhana dapat diartikan sebagai sebuah rezim
kekuasaan politik atau aktor politik yang dijalankan secara turn-temurun atau dilakukan oleh
salah keluarga ataupun kerabat dekat. Rezim politik ini terbentuk dikarenakan concern yang
sangat tinggi antara anggota keluarga terhadap perpolitikan dan biasanya orientasi dinasti
politik ini adalah kekuasaan.
Dinasti politik di Indonesia sebenarnya adalah sebuah hal yang jarang sekali
dibicarakan atau menjadi sebuah pembicaraan, padahal pada prakteknya dinasti politik secara
sadar maupun tidak sadar sudah menjadi benih dalam perpolitikan di Indonesia sejak zaman
kemerdekaan. Dinasti politik sebenarnya adalah sebuah pola yang ada pada masyarakat

modern Barat maupun pada masyarakat yang meniru gaya barat. Hal ini dapat terlihat dalam
perpolitikan di Amerika dan juga di Filipina. Dinasti politik tidak hanya tumbuh di kalangan
masyarakat demokratis-liberal. Tetapi pada hakikatnya dinasti politik juga tumbuh dalam
masyarakat otokrasi dan juga masyarakat monarki, dimana pada system monarki sebuah
kekuasaan sudah jelas pasti akan jatuh kepada putra mahkota dalam kerajaan tersebut. Etika
adalah sesuatu yang berkenaan dengan akhlak, nilai mengenai sesuatu yang baik dan yang
buruk. Ada nilai-nilai yang berkembang di masyarakat, nilai tentang sesuatu yang pantas
untuk dilakukan dan tidak pantas untuk dilakukan. Bila dianalisis dari segi etika, politik
dinasti tidak baik apabila dilakukan oleh elit politik.
Kalau seseorang elit politik maju dengan mengandalkan politik dinastinya dan dengan
mengesampingkan etika sosial, maka tingkat kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah
akan terus merosot. Rakyat akan menilai ternyata bangsa ini di zaman reformasi dibangun
dengan sistem nepotisme. Pembentukan politik dinasti akan menciptakan tatanan politik yang
tak sehat. Walaupun menurut undang-undang hal itu tak dilarang, namun hal itu dinilai tidak
sesuai dengan etika.
Menurut Zulkieflimansyah, apabila politik dinasti ini diteruskan, akan muncul
banyak dampak negatif.
Pertama, menjadikan partai sebagai mesin politik semata yang pada gilirannya
menyumbat fungsi ideal partai sehingga tak ada target lain kecuali kekuasaan. Dalam posisi
ini, rekruitmen partai lebih didasarkan pada popularitas dan kekayaan caleg untuk meraih
kemenangan. Di sini kemudian muncul calon instan dari kalangan selebriti, pengusaha,
darah hijau atau politik dinasti yang tidak melalui proses kaderisasi.
Kedua, sebagai konsekuensi logis dari gejala pertama, tertutupnya kesempatan
masyarakat yang merupakan kader handal dan berkualitas. Sirkulasi kekuasaan hanya

berputar di lingkungan elit dan pengusaha semata sehingga sangat potensial terjadinya
negosiasi dan penyusunan konspirasi kepentingan dalam menjalankan tugas kenegaraan.
Ketiga, sulitnya mewujudkan cita-cita demokrasi karena tidak terciptanya
pemerintahan yang baik dan bersih (clean and good governance). Fungsi kontrol kekuasaan
melemah dan tidak berjalan efektif sehingga kemungkinan terjadinya penyimpangan
kekuasaan seperti korupsi, kolusi dan nepotisme sangat besar. Efek negatif dari dinasti politik
yang paling sering kita dengar adalah nepotisme dimana hubungan keluarga membuat orang
yang tidak kompeten memiliki kekuasaan. Tapi hal sebaliknya pun bisa terjadi, dimana orang
yang kompeten menjadi tidak dipakai karena alasan masih keluarga. Di samping itu, cita-cita
kenegaraan menjadi tidak terealisasikan karena pemimpin atau pejabat negara tidak
mempunyai kapabilitas dalam menjalankan tugas. Bagaimanapun bentuknya sebuah dinasti
pemerintahan bukanlah sistem yang tepat untuk diterapkan dalam sebuah sistem
pemerintahan yang bukan monarki. Negara kita bukanlah negara dengan sistem pemerintahan
monarki yang menuntut penerus pemerintahan harus berasal dari garis keturunan dari
pemimpin sebelumnya. Negara kita memiliki sistem pemilihan umum untuk memilih siapa
saja yang pantas menduduki suatu jabatan dalam pemerintahan sebagai wakil rakyat yang
dipilih langsung oleh rakyat.
Dinasti politik telah dikenal sejak zaman kerajaan. Pada masa itu, kekuasaan
diwariskan secara turun temurun dari ayah kepada anak. Tradisi mewariskan kekuasaan ini
terus berlaku dengan menafikan potensi-potensi yang ada, sehingga kekuasaan tetap berada
dalam lingkaran keluarga. Sebagai negara bekas jajahan Belanda yang juga berasal dari
kerajaan nusantara, gejala-gejala untuk kembali ke kondisi pada masa pra-Hindia Belanda
nampak secara signifikan. Beberapa daerah di Indonesia, satu per satu membangun dinasti
kekuasaannya. Memang, hak setiap warga negara untuk memilih dan dipilih. Tapi apakah
dengan hanya berbekal mempunyai hubungan keluarga dengan penguasa seseorang dapat

dengan leluasa mencalonkan diri? Inikah yang harus diperbaiki oleh pemerintah agar calon
yang maju dalam pemilihan kepala daerah tidak hanya berdasarkan koneksi dan kesempatan
tetapi juga didukung dengan kualifikasi yang mumpuni untuk menjadi kepala daerah
sehingga memajukan daerah yang dipimpinnya.
Dinasti politik bukanlah sistem yang tepat unrtuk diterapkan di Negara kita Indonesia,
sebab negara Indonesia bukanlah negara dengan sistem pemerintahan monarki yang memilih
pemimpin berdasarkan garis keturunan.

Anda mungkin juga menyukai