Anda di halaman 1dari 4

ESAI ILMU POLITIK

OLEH :

WINDY LASTRI MANURUNG : (230902072)

ELISA BR SIAGIAN : (230902052)

WINA STEFFANY HUTAGAOL : (230902102)

RISKA WIKA YANTI : (230902064)

KEZIA AMARIA GINTING : (230902094)

ADEK AYU WANDIRA : (230902062)

SALSA NABILA : (230902022)


POLITIK DINASTI DAN DEMOKRASI INDONESIA

Politk Dinasti dapat diartikan sebagai sebuah kekuasaan politik yang dijalankan oleh
sekelompok orang yang masih terikat dalam hubungan keluarga yang memiliki jabatan dalam
pemerintahan. Politik dinasti ini sama dengan politik kerajaan yang memberikan kekuasan
pemerintahan secara langsung kepada garis keturunannya untuk mewarisi jabatannya maupun
menempati jabatan di posisi lain. Namun, politik ini merupakan politik yang bertentangan
dengan demokrasi dikarenakan demokrasi memberikan kesempatan yang sama terhadap
masyarakat bukan hanya kepada segelintir orang, maka sesuai dengan hak yang diberikan, semua
orang berhak memiliki tempat didunia politik, termasuk anak maupun kerabat dari seorang
pejabat.

Kalau begitu apakah ada praktik politik dinasti di Indonesia ? maka jawabannya
‘seharusnya’ tidak ada. Selama Indonesia menganut ideologi demokrasi maka seharusnya politik
dinasti itu tidak ada, kecuali pada beberapa wilayah di Indonesia yang sudah ditetapkan seperti
DI Yogyakarta. Namun pada kenyataannya praktik ini sering terjadi di Indonesia dan hebatnya
praktik ini melalui pemilihan umum yang mana sesuai dan tidak melanggar peraturan yang ada.
Ini dinamakan politik dinasti versi modern! Dikutip dari artikel MK RI Pengertian Politik
Dinasti, Menurut Dosen ilmu politik Fisipol UGM, A.G.N. Ari Dwipayana, Tren politik
kekerabatan itu sebagai gejala neopatrimonialistik. Benihnya sudah lama berakar secara
tradisional. Yakni berupa sistem patrimonial, yang mengutamakan regenerasi politik berdasarkan
ikatan genealogis, ketimbang merit system, dalam menimbang prestasi. Menurutnya, kini disebut
neopatrimonial, karena ada unsur patrimonial lama, tapi dengan strategi baru. "Dulu pewarisan
ditunjuk langsung, sekarang lewat jalur politik prosedural." Anak atau keluarga para elite masuk
institusi yang disiapkan, yaitu partai politik. Oleh karena itu, patrimonialistik ini terselubung
oleh jalur prosedural. Secara legislasi, konsep politik dinasti saat ini tidak salah karena prosesnya
masih sesuai peraturan yang ada yaitu melalui pemilihan umum dan konsep ini juga tidak
melanggar hak seseorang untuk ikut serta dalam partisipasi politik, namun praktik tersebut
tidaklah etis.
Keberadaan sekelompok orang yang terikat hubungan kekeluargaan yang memiliki kekuasaan
politik sangat memungkinkan terjadinya praktik oligarki yang mana merupakan bentuk
pemerintahan di mana kekuasaan berada ditangan segelintir orang. Konsep politik dinasti
modern ini sangat menganggu kedaulatan demokrasi di Indonesia. Pasalnya atas nama hak asasi
kita tidak bisa melarang seseorang untuk ikut serta dalam partisipasi politik namun dengan
adanya sekelompok orang yang memiliki hubungan keluarga dalam pemerintahan dapat
memiliki kekuasaan yang lebih besar dan dapat mengarah kepada pemerintahan untuk orang
orang tertentu saja bukan untuk semua orang. Pemilihan umum tidak lagi tentang memilih
individu yang berkualitas namun untuk mempertahankan kekuasan politik di generasi yang sama.

Demokrasi yang seharusnya “dari rakyat, oleh rakyat, untuk rakyat” akan berubah
menjadi “dari rakyat, oleh rakyat, untuk kami” Ya, hanya untuk kepentingan segelintir orang
saja. Jika suatu kelurga memiliki kekuasaan politik yang sangat besar, maka memungkinkan
untuk pihak pihak lain ikut serta ingin menjadi bagian dari kekuasaan mereka. Maka akan ada
banyak orang yang mengikut mereka untuk ‘menjamin’ diri mereka di masa depan, dan pada
akhirnya pengikut keluarga tersebut akan semakin banyak dan demokrasi yang kita anut akan
semakin memudar.

Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme sangat berkemungkinan untuk terjadi jika praktik politik
dinasti ini terjadi. Negara ini seakan akan menjadi milik sekelompok pihak saja dan yang
memegang kekuasaan adalah pihak keluarga yang berkuasa. Salah satu kemungkinan terburuk
adalah Trias Politika seakan akan menjadi pajangan saja, dan keputusan mutlak ada di tangan
pihak keluarga. Konsep dinasti politik ini dapat membuat orang yang tidak kompeten memimpin
sebuah negara. Bayangkan saja bagaimana jadinya bila seseorang yang tidak layak memimpin
menjadi pemimpin negara sebesar Indonesia ?

Adapun dampak yang terjadi jika politik dinasti adalah menjadikan partai sebagai mesin
politik semata yang pada gilirannya menyumbat fungsi ideal partai sehingga tidak ada target lain
kecuali kekuasaan, tertutupnya kesempatan masyarakat yang merupakan kader handal dan
berkualitas, sulitnya mewujudkan cita-cita demokrasi karena tidak terciptanya pemerintahan
yang baik dan bersih, fungsi kontrol kekuasaan melemah dan tidak berjalan efektif sehingga
kemungkinan terjadinya penyimpangan kekuasaan seperti korupsi, kolusi, dan nepotisme.
Apakah politik dinasti memiliki hal positif ? Jika penerus kekuasaan dan keluarganya
dianggap layak dan berkualitas serta memang bermasuksud untuk mengabdikan dirinya untuk
kepentingan masyarakat maka akan memberikan dampak positif bagi negara ini. Sistem politik
dinasti ini akan sangat berpengaruh dalam mengurangi tindakan kecurangan yang ada dalam
politik di Indonesia. Ketika masyarakat telah percaya kepada keluarga tersebut maka dalam
menuruti peraturan yang telah dibuat akan sedikit lebih mudah dibanding dengan orang lain yang
tidak dipercayai sepenuhnya dalam membuat peraturan.

Peran masyarakat objektif sangat diperlukan untuk mengendalikan sistem ini, bagaimana
pun yang memilih pejabat adalah masyarakat itu sendiri. Untuk itu dalam memilih sebaiknya
berhati hati dan pilih lah secara objektif. Pilihan kita yang akan menentukan bagaimana nasib
bangsa Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

Pengertian Politik Dinasti | Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia


https://www.mkri.id/index.php?page=web.Berita&id=11428

Anda mungkin juga menyukai