Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH MK POLITIK

TEMA:
DINASTI POLITIK INDONESIA DALAM TATANAN BIROKRASI

NAMA : DAVID WILLY UNSULANGI


NIM : 20603016
SEMESTER : 3/C
Daftar isi…….

 Cover………..

 Kata Pengantar……………

 Daftar Isi. ...............

 Pendahuluan. ...............

 Latar Belakang. ...................

 Rumusan Masalah. ..............

 Isi…………..

 Penutup………..
Kata pengantar…..

Puji syukur saya ucapkan kepada Tuhan yang maha Esa atas segala
rahmat-Nya sehingga makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai.
Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak
yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran
maupun materinya. Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat
menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami
berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam
kehidupan sehari-hari. Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih
banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan
pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.

Tomohon 15 oktober 2021

David willy Unsulangi


Pendahuluan

Fenomena dinasti politik yang hadir di Indonesia, sering kali menjadi hal yang
harus di hindari. Mengingat banyak dampak negatif daripada positifnya yang
dihasilkan dari dinasti politik, membuat kita perlu ikut serta dalam menyikapinya.
Dinasti politik merupakan salah satu kemunduran atau ketidaksempurnaan dari
demokrasi Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari sering terjadinya praktek dinasti
politik didaerah-daerah yang ada di Indonesia

Latar belakang……

Pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah ilmu politik
Dan untuk juga menambah wawasan kita semua tentang system politik yang ada
khususnya di Negara Indonesia apa terlebih tentang masalah masalah politik yang
ada salah satunya makalah ini membahas tentang kasus dinasti politik yang
pernah terjadi di Indonesia.

Rumusan masalah / Contoh kasus

Dinasti Fuad di Bangkalan Mantan Bupati Bangkalan, Fuad Amin Imron


adalah contoh lain dari dinasti politik. Dia merupakan penguasa di
Bangkalan selama 10 tahun atau dua periode mulai 2003 sebelum turun
takhta pada 2013. Lihat Foto Terdakwa kasus suap jual beli gas alam
Bangkalan Fuad Amin bersiap menjalani sidang dengan agenda tanggapan
jaksa penuntut umum (JPU) atas eksepsi tim penasihat hukum terdakwa di
Pengadilan Tipikor, Jakarta Selatan, Kamis (21/5/2015). JPU meminta
Majelis Hakim untuk menolak eksepsi terdakwa karena surat dakwaan
telah disusun sesuai ketentuan Kitab Undang-undang Hukum Acara
Pidana.(TRIBUNNEWS/HERUDIN) Fuad kemudian digantikan putranya
sendiri, Makmun Ibnu Fuad, Bupati Bangkalan Periode 2013-2018.
Makmun saat itu menjadi bupati termuda dengan usia 26 tahun. Pada
2014, Fuad yang terbentur aturan menjabat Bupati Bangkalan karena
sudah dua periode, dilantik putranya menjadi anggota DPRD Bangkalan.
Dia kemudian terpilih menjadi Ketua DPRD Bangkalan 2014-2019.

Ayah dan anak itu kemudian memimpin lembaga eksekutif dan legislatif di
Bangkalan. Hal ini menjadi ironi karena DPRD selaku lembaga legislatif
yang punya peran mengawasi Pemkab Bangkalan selaku eksekutif,
dipimpin oleh ayah dan anak. Pada Desember 2014, Fuad ditangkap oleh
KPK. Selama menjadi Bupati Bangkalan dan Ketua DPRD Bangkalan,
Fuad disebut telah menerima uang yang diketahui atau patut diduga
merupakan hasil tindak pidana korupsi terkait jabatannya, yaitu menerima
dari bos PT MKS Antonius Bambang Djatmiko sebesar Rp 18,05 miliar.
Uang suap diberikan Bambang agar Fuad yang saat itu menjabat sebagai
bupati memuluskan perjanjian konsorsium kerja sama antara PT MKS dan
PD Sumber Daya, serta memberikan dukungan untuk PT MKS kepada
Kodeco Energy terkait permintaan penyaluran gas alam ke Gili Timur. Fuad
juga didakwa melakukan tindak pidana pencucian uang dengan
mengalihkan harta kekayaannya ke sejumlah rekening di bank. Selain itu,
terdapat juga pembelian sejumlah aset berupa tanah dan bangunan serta
mobil yang diatasnamakan istri dan anak Fuad.

Kesimpulan

KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN

Fenomena dinasti politik yang hadir di Indonesia, sering kali menjadi hal yang
harus di hindari. Mengingat banyak dampak negatif daripada positifnya yang
dihasilkan dari dinasti politik, membuat kita perlu ikut serta dalam menyikapinya.
Dinasti politik merupakan salah satu kemunduran atau ketidaksempurnaan dari
demokrasi Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari sering terjadinya praktek dinasti
politik didaerah-daerah yang ada di Indonesia salah satunya terjadi di Provinsi
Jambi. Berdasarkan hasil temuan peneliti, politik dinasti merupakan sebuah
tantangan besar demi terwujudnya demokrasi yang bermartabat, ciri politik
dinasti adalah terjadinya sebuah kekuasaan yang dipegang oleh satu kelompok
tertentu dan oleh karenanya hal ini bisa dikatakan sebagai musuh demokrasi.
Kekuatan politik dinasti merupakan contoh nyata dalam penyelewengan nilai-nilai
demokrasi yang di anggap mencakup nilai nilai kebersamaan, dan di dalamnya
terdapat sebuah kekuatan koheren yang menjadi segala macam proses dalam
pembentukan kebijakan. Seiring berjalannya waktu penerapan demokrasi pun
kian melenceng dari pengertian demokrasi yang sesungguhnya, menurut peneliti
saat ini kita dihadapkan pada yang namanya kekuatan politik praktis, politik
dinasti, atau mungkin demokrasi terpusat. Sebagaimana yang diketahui pada hasil
temuan penelitian ini di Provinsi Jambi yang walaupun sudah menggunakan
prinsip-prinsip demokrasi didalam 85 pemerintahnnya namun tidak dapat
dipungkiri bahwa pengaruh dari “orang kuat lokal” mempunyai andil yang cukup
signifikan. Zulkifli Nurdin memiliki pengaruh yang besar dalam memengaruhi
politik lokal di Jambi. Hubungan afeksi, solidaritas, kepercayaan, dan solidaritas
dalam keluarga besar maupun kroninya. Zulkifli Nurdin tanpa memiliki latar
belakang politik mampu memenangkan pemilihan Gubernur periode 1999. Zulkifli
Nurdin merupakan pengusaha besar di Provinsi Jambi dan hampir menguasai
seluruh elemen perdagangan, sehingga dia memiliki cukup kekuatan untuk
mengedalikan para elit-elit lokal. Dinasti politik juga dianggap hal yang wajar oleh
beberapa kalangan asalkan memang yang mengemban amanah memiliki
kemampuan untuk ikut berpolitik dan ikut andil dalam pemerintahan. Tidak ada
pelarangan dalam UU mengenai dinasti politik disuatu daerah. Jika seorang calon
pemimpin dianggap layak dan mampu secara finansial maka tidak ada salahnya ia
mencalonkan diri. Kedekatan seorang calon pemimpin dengan penguasa
sebelumnya dipastikan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
kemenangannya disaat pemilihan. Semakin besar jumlah modal yang dimiliki oleh
Zulkifli, maka semakin besar pula kekuasaan tidak terlihatnya yang mampu
memenangkan Katamso sebagai kepala daerah di Kab. Tanjung Jabung Barat.
Modal yang invisible melahirkan kekuasaan yang invisible sebagaimana tujuan
dari Zulkifli untuk terus memberikan pengaruh politiknya melalui orangorang
terpercayanya. Pembedaan bentuk kekuasaan dilakukan dengan cara melakukan
pembedaan terhadap modal. Bentuk, karakter, ciri kekuasaan seperti dalam teori
power cube yang digunakan sebagai alat analisis dalam penelitian ini adalah 86
memperlihatkan penampakan lahiriah, yang tidak sepenuhnya mewakili realitas
kekuasaan. Dari hasil analisis pemetaan modal dapat diketahui bahwa Zulkifli
sebagian besar dalam mendukung kemenagan Kataamso sebagai kepala daerah
menggunakan modal simbol, kultur, ideologi, prestise, finansial, dan agama yang
digunakannya untuk mempengaruhi masyarakat Kab. Tanjung Jabung Barat. B.
SARAN Saran yang dapat peneliti berikan secara praktis untuk mencegah
terjadinya dinasti politik di tingkat daerah yaitu: (1). menguatkan pengawasan
pemilu dan penegakan hukum bagi pelanggaran pemilu untuk mencegah politik
dinasti dan politik uang, (2), meningkatkan pengawasan dan fungsi dari partai
politik untuk menghasilkan kader-kader yang berkualitas, dan (3) memperbaharui
aturan-aturan hukum yang berlaku untuk membatasi ruang gerak dari politik
dinasti. Secara sisi akademis saran yang dapat peneliti berikan yaitu: (1)
memperkuat kajian teoritis untuk melakukan penelitian lanjutan mengenai dinasti
politik di tingkat daerah, dan (2) menggunakan pendekatan dan metode yang
multidisipliner untuk mengetahui bentuk-bentuk dinasti politik di masing-masing
daerah.

Penutup
Menurut saya yang namanya politik itu suci…tidak kotor seperti yang dikatakan
oleh banyak orang orang yang ada diluar sanah.Karna sebenarnya yang membuat
politik itu kotor bukan karna sistemnya tetapi sikap dan cara orang yang
mempraktekkan politik itu yang kurang baik…salah satu contoh kasusnya adalah
judul makalah yang menjadi pembahasan saat ini yaitu tentang dinasti politik

Harapan saya kedepan system perpolitikan yang ada di negra Indonesia yang saya
cintai ini dalam lebih membaik dan dapat mencerminkan kesucian politik yang
sesungguhnya yaitu pelayanan yang baik kepada masyarakat

Trima kasih……………

Anda mungkin juga menyukai