Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perjuangan untuk menghidupkan demokrasi di Indonesia, adalah
mendesak agar Badan Perwakilan Rakyat Desa dan Pemerintahan Desa segera
dibentuk berdasarkan UU No. 6 Tahun 2014, sehingga rakyat desa langsung
mengenal siapa yang dikehendaki mewakili dirinya dalam Badan Perwakilan
Rakyat Desa dan dapat menentukan siapa yang dikehendaki menjadi kepala desa
serta pembantu-pembantunya. Dengan demikian tidak ada hambatan lagi untuk
menyampaikan aspirasinya kepada wakil-wakil yang dipilihnya dalam BPRD
tersebut. Kemudian secara langsung dapat mengontrol apakah keinginan-
keinginan dan kepentingan rakyat di desa itu diwujudkan dalam pemerintahan
sehari-hari atau tidak.
Dengan demikian rakyat desa menjadi penentu pemerintahan desa yang
akan dilaksanakan sendiri. Jadi tidak menjadi orang yang diperintah oleh atasan
atau melaksanakan kepentingan-kepentingan pemerintah pusat atau pemerintah
atasan di desa seperti yang terjadi selama ini. Tentu saja prinsip dari apa yang
sudah terjadi selama ini. Tentu saja prinsip dari apa yang sudah terjadi itu tidak
berbeda dengan penjajahan terhadap rakyat di tingkat desa seperti yang sudah
berjalan sejak zaman Belanda.1

1.2 Perumusan Masalah


Kebijakan otonomi daerah, yang didalamnya memuat otonomi desa, telah
bergulir sejak diberlakukannya UU No.22 tahun 1999 dan UU No.25 tahun 1999
diperbaharui lagi dengan UU No. 32 tahun 2004, UU Nomor 121 tahun 2008 dan
Undang-Undang Nomor 4 tahun 2016. Di banyak desa, saat ini sedang bergulat
untuk mendorong perubahan, yang disesuaikan dengan potensi, persoalan dan
aspirasi masyarakat setempat. Hal yang menjadi masalah adalah apakah kebijakan
yang ada telah benar-benar mencerminkan suatu akomodasi atas kebutuhan dasar
masyarakat desa, ataukah masih terdapat hal-hal yang memang memerlukan

1
Purwo Santoso, Merubah Watak Negara Strategi Pengamatan Partisipasi Desa, Laporan Pustaka
Utama, Yogyakarta, 2002/hal.130

1
langkah pembaruan yang lebih mendasar. Ulasan singkat ini dimaksudkan
mengundang diskusi (perdebatan) yang lebih jauh mengenai perlunya penguatan
otonomi desa sebagai jalan untuk membangun fondasi yang lebih kokoh bagi
bangunan demokorasi desa.
M. Ryaas Rasyid, ketika masih menjabat sebagai Dirjen PUOD,
menyampaikan suatu pandangan kritis mengenai UUPD NO.5 tahun 1970 dalam
forum Rapat Konsultasi Penyelenggaraan Pemerintahan Desa. Pertama, masalah
penyeragaman desa-desa. Kedua, proses depowering. Ketiga, pemerintah desa
menjadi alat mobilisasi. Keempat, otonomi desa tidak diakui secara tegas. Kelima,
mengedepankan kekuasaan. Sementara itu ketika menjabat sebagai Menteri
Negara Otonomi Daerah dalam sambutannya pada acara seminar “Demokrasi
Mulai Dari Desa.2
Ryaas Rasyid, menyatakan bahwa kekeliruan yang sangat mendasar dalam
merealisasikan pasal 18 UUD 1945, baik menurut UU 6 tahun 2014 tentang
pemerintahan desa ialah menjadi corak pemerintahan desa seragam di seluruh
Indonesia.
Sedangkan potret sebuah desa diseluruh Indonesia, serta kebutuhan desa
masing-masing berbeda, ada desa yang lebih maju dan ada desa yang biasa-biasa
saja dan ada desa yang terbelakang.
Dari perbedaan potret desa tersebut menumbuhkan permasalahan :
1. Masyarakat belum mengetahui perkembangan desa, terlebih dengan
disalurkan dan pembangunan desa sebanyak 7 milyar?
2. Apa yang menjadi kendala bagi masyarakat kelurahan Bukit Baru
Kecamatan Ilir Barat I Palembang, tentu tidak dapat menggunakan dana
tersebut dengan baik?

1.3 Tujuan
Tujuan penyuluhan hukum tidak semata-mata sekedar setiap warga Negara
masyarakat mengetahui suatu peraturan hukum, tetapi juga agar setiap warga
masyarakat, menyadari dan memahami hak dan kewajibannya sehingga secara
khusus penyuluhan hukum ini bertujuan.

2
Ryas Rasyid, dalam kompas tahun 2010

2
1. Menjadikan masyarakat paham hukum, dalam arti memahami ketentuan-
ketentuan yang terkandung dalam peraturan hukum terutama peraturan desa
No. 4 tahun 2006
2. Membina dan meningkatkan kesadaran hukum masyarakat untuk taat pada
hukum dan secara sukarela melaksanakan hak dan kewajiban dalam
pembangunan desa

1.4 Manfaat
Manfaat yang diharapkan dengan adanya penyuluhan hukum ini :
1. Sebagai upaya pengabdian kepada negara untuk membina masyarakat
untuk patuh dan taat pada hukum tentang peraturan desa
2. Meminformasikan tentang hukum yang berkembangan dalam Negara
Indonesia sesuai dengan pembangunan desa.
3. Diharapkan umpan balik dari masyarakat untuk kelemahan-kelemahan
peraturan hukum yang ada, sehingga dapat disampaikan kepada
pemerintah melalui lembaga perwakilan yang ada di desa seperti badan
musyawarah desa.
4. Sebagai eksistensi fakultas hukum universitas muhammadiyah Palembang
dalam akreditasi di dunia pendidikan.
Kegiatan penyuluhan hukum dan bantuan hukum merupakan kegiatan
penyampaian informasi hukum, berupa materi hukum yang berlaku
dengan maksud dapat diterima, diketahui, yang selanjutnya dapat terwujud
dalam pola berpikir dan bertingkah laku.
5. Khalayak sasaran
Yang menjadi sasaran pokok penyuluhan hukum ini adalah masyarakat
yang kurang mampu dan buta hukum, kelompok ibu-ibu PKK yang ada
dalam kelompok rukun tetangga, remaja yang berada dalam kelompok
karang taruna serta masyarakat lain yang membutuhkan informasi tentang
hukum pedesaan dan dana desa.

3
Kegiatan pokok dalam penyuluhan hukum ini berupa penyampaian
informasi hukum antara lain:
1) Dalam bidang pembangunan desa terutama desa tertinggal untuk dapat
lebih maju.
2) Mengenai hak-hak warga Negara dalam membangun desa
3) Sekitar tentang undang-undang tentang desa
4) Undang-undang koperasi desa.

4
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN

Prinsip penegakan hukum, merupakan suatu keniscayaan bagi kemandirian


peradilan berdasarkan konstitusi. Di Negara manapun komunitas masyarakatnya
mengharapkan agar keadilan ditegakkan. Tanpa penegakan hukum dan keadilan,
masyarakat Negara dipastikan mengalami dekadensi moral dan perilaku anarkis.
Sudah menjadi kenyataan bahwa hukum tanpa keadilan mewujudkan penindasan
(questo facto). Penindasan oleh otoriter menimbulkan distruktivisme sosial akibat
hukum tak bernilai keadilan (questo juris). Pemaksaan kehendak dan represi
arogansi tanpa kompromi pada gilirannya dapat menghancurkan infrastruktur
sosial politik baik secara evolutif maupun revolutif.
Hal ini dikatakan yang dikutip Abraham Amor oleh Pitirin Sorokin dalam
Piotr Sztompka (2004: 178-180) bahwa pada prosesi historisme dalam fluktuasi
sosiokultural terjadi siklus melingkar (the circle siclus of the social life), yang
terjadi secara berulang-ulang dalam konteks sejarah peradaban umat manusia.
Pola perubahan sosiokultural paling umum adalah proses pengulangan perubahan
yang tidak henti-hentinya. Singkatnya, dalam jangka panjang proses perubahan
bergerak menurut arah atau ruang tertentu yang secara kuantitatif dan kualitatif
dapat mencapai “titik jenuhnya”, kemudian selalu berbalik arah gerakannya.3
Fluktuasi ini diperjelas oleh realitas proses pembalikan arah yang tampil
pada skala besar dalam sejarah dan terbagi menjadi epos, era atau periode. Prinsip
penting periodesasi adalah pergantian tipe dominan mentalitas system kultural,
bertukar berurutan melalui proses kultur ideasional, idealistic, dan sensate. Ketika
setiap kultur kehabisan potensi kreatif dan kognisi, moral, estetika, politik dan
nilai-nilai lain terutama penipuan, kecurangan, dan kepalsuan, system kultural
merosot menjadi steril dan merugikan nilai kemanusiaan umumnya. Kontigensi
kultural kontemporer melahirkan prostitusi intelektual, kriminalitas, gelandangan,
kemiskinan, sakit jiwa, kemunafikan, bajian, dan perilaku murahan lainnya.
Menurut Sorokin, perubahan siklus perilaku manusia yang diakibatkan
oleh tindakan pelecehan atau bersifat diskriminatif, pada gilirannya nanti dapat

3
H.F. Abraham Amos Katastropi Hukum Que Vadis system Politik Peradilan Indonesia, Raja
Grafindo Persada, Jakarta, 2007, hal.230

5
menimbulkan berbagai bentuk endemic penyimpangan sosiokultural yang bisa
berbentuk seperti :
1. Anarki moral dan etika;
2. Manusia dikonkretkan sebagai mesin;
3. Hilangnya konsensus moral intelektual dan menonjolnya kekacauan opini
serta keyakinan;
4. Tatanan kehidupan sosial dipelihara oleh paksaan semata dan kaidah politik
terlegitimasi oleh kekuatan kekuasaan;
5. Kebebasan semakin merosot menjadi sekedar slogan kosong yang bertujuan
untuk menyesatkan dan memperbudak massa;
6. Kekacauan lingkungan sosial dan kekerabatan semakin merajalela;
7. Kultur masa murahan lebih meningkat menggantikan pengungkapan citra
artistic;
8. Kualitas hidup dan standar kehidupan umum lebih merosot;
9. Patologi sosial kultural semakin berkembang dan
10. Apatisme, egoism, picik, dan pengutamaan kepentingan pribadi mendominasi
dalam ruang lingkup kehidupan politik.
Inilah yang dimaksud Sorokin sebagai logika fase proses melingkar atau
disebut teori sosiokultural melingkar, yang mengandung makna pesimisme dan
optimism karena cepat atau lambat, titik tertinggi (kulminasi) dan terendah
prestasi manusia bisa muncul kembali.4

Faktor Penyebab Dan Dampak Penyalahgunaan Narkoba


Penyebab penyalahgunaan narkoba ini biasanya berasal dari faktor
Individu, faktor social budaya dan juga dari faktor lainnya. Tapi yang paling
utama terjadinya penyalahgunaan narkoba tentu karena banyak tersedia di mana-
mana baik di pemukiman, di rumah sekolah, kampus, di jalanan, di warung-
warung kecil dan lain sebaginya, meskipun ini dengan cara ilegal dan sembunyi-
sembunyi dari faktor-faktor penyebab yang terjadi berasal :

4
Piotr Sztompka, Sosiologi Perubahan Sosial. (Jakarta: Prenada Media, 2004), hlm.178-180

6
1. Dari faktor Individu ini sangat dominan terjadi dari aspek kepribadian, yaitu
yang menyangkut pada :
- Tingkah laku anti social seperti; kepribadian ingin melanggar, sifat
memberontak, melawan apa saja yang berbau otoritas, menolak nilai-nilai
yang tradisional, mudah kecewa dan sifat tidak sabar.
- Kecemasan dan depresi, ini banyak terjadi pada orang yang tidak dapat
menyelesaikan kesulitan hidupnya sehingga timbul depresi dan akan
berakibat pada penyalahgunaan narkoba.
- Pengetahuan yang kurang tentang napza akan mengakibatkan orang
berfikir positif terhadap penggunaanya, sehingga akan mengakibatkan
penyalahgunaan narkoba.
- Ketrampilan berkomunikasi dengan teman sebaya sangat berpengaruh
pada penyalahgunaan narkoba. Pada Orang/anak yang kurang trampil
berkomunikasi juga akan menyebabkan tidak dapat menolak/menghindar
jika ada orang yang menawarkan untuk memcoba sesuatu (narkoba),
sehingga akan mengakibatkan pada penyalahgunaan narkoba.
2. Dari Faktor Sosial budaya antara lain berasal:
- Dari kondisi keluarga; Hubungan keluarga yang kurang harmonis sehingga,
Orang tua meninggal dls. Akan menyebabkan kurang nyamannya kondisi
di dalam rumah.
- Dari pengaruh teman kelompok sebaya ; Keinginan untuk mencoba
biasanya datang dari pengaruh teman, disamping rasa takut seseorang/anak
untuk tidak diterima dalam kelompoknya akan menyebabkan orang/anak
mencari kompensasi ke penyalahgunaan narkoba.
- Dari kondisi di Sekolah; Kurang ketatnya peraturan sekolah tentang tata
tertib penggunaan narkoba, sistem control yang kurang ketat akan
menyebabkan orang/anak mencari kompensasi ke penyalahgunaan
narkoba.
3. Dari Faktor Lain yaitu berasal dari :
- Pengaruh iklan; Promosi iklan yang berlebihan atau kurang jelas tentang
khasiat suatu obat, akan menyebabkan orang/anak mencari kompensasi ke
penyalahgunaan narkoba.
- Kehidupan modern; kehidupan modern yang lebih mengarah pada
banyaknya tuntutan hidup, bisa menyebabkan stress yang pada akhirnya
akan menyebabkan orang/anak mencari kompensasi ke penyalahgunaan
narkoba.5

Ada tahap-tahap dari penyalahgunaan narkoba yaitu akan diawali dari


tahap; Coba-coba, sosial/rekreasi, situasional dan akhirnya sampai pada tahap
ketergantungan dan dampak dari penyalahgunaan narkoba ini bukan hanya pada
kondisi Fisik dan kondisi Psikologik saja tetapi juga berdampak besar pada
kondisi sosial-ekonomi .

5
Internet, http://id.wikipedia.org/penyebab_narkoba

7
Upaya Dan Strategi Pencegahan Penggunaan Narkoba
Upaya yang paling baik dalam menanggulangi penyalahgunaan narkoba
tentunya adalah melalui upaya pencegahan yang dilakukan kepada manusia
sebagai calon pengguna dan pengadaan narkoba serta pemasarannya. Pencegahan
yang dapat dilakukan antara lain melalui :
1. Pencegahan primer (Primary Prevention );
Pencegahan ini dilakukan kepada orang yang belum mengenal Narkoba
serta komponen masyarakat yang berpotensi dapat mencegah penyalahgunaan
narkoba.
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam upaya pencegahan ini antara lain :
- Penyuluhan tentang bahaya narkoba.
- Penerangan melalui berbagai media tentang bahaya narkoba.
- Pendidikan tentang pengetahuan narkoba dan bahayanya.

2. Pencegahan Sekunder (Secondary Prevention );


Pencegahan ini dilakukan kepada orang yang sedang coba-coba
menyalahgunakan Narkoba serta komponen masyarakat yang berpotensi dapat
membantu agar berhenti dari penyalahgunaan narkoba.
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam upaya pencegahan ini antara lain :
- Deteksi dini anak yang menyalahgunaan narkoba
- Konseling
- Bimbingan sosial melalui kunjungan rumah
- Penerangan dan Pendidikan pengembangan individu
- (life skills) antara lain tentang ketrampilan berkomunikasi, ketrampilan
menolak tekanan orang lain dan ketrampilan mengambil keputusan dengan
baik.

3. Pencegahan Tertier (Tertiary Prevention );


Pencegahan ini dilakukan kepada orang yang sedang menggunakan
narkoba dan yang pernah/mantan pengguna narkoba, serta komponen masyarakat
yang berpotensi dapat membantu agar berhenti dari penyalahgunaan narkoba dan
membantu bekas korban naroba untuk dapat menghindari.
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam upaya pencegahan ini antara lain :
- Konseling dan bimbingan sosial kepada pengguna dan keluarga serta
kelompok lingkungannya
- Menciptakan lingkungan yang kondusif bagi bekas pengguna agar mereka
tidak terjerat untuk kembali sebagai pengguna narkoba.

Selain pencegahan yang telah disebutkan, maka wahana yang paling


berpotensi untuk dapat menghindari penyalahgunaan narkoba adalah dari
lingkungan keluarga.

8
Ada Beberapa strategi sederhana yang dapat dilakukan orang tua dalam
upaya pencegahan narkoba diantaranya yaitu:
1. Orang tua harus memiliki pengetahuan secara jelas tentang narkoba , agar
dapat memberikan pengetahuan dan pembekalan pada anak tentang
ganasnya narkoba dan bagaimana cara menghindarinya.
2. Hindari kepercayaan diri yang berlebihan bahwa anaknya adalah anak
yang sempurna dan tidak punya masalah, ini perlu dilakukan agar
secepatnya dapat mendeteksi dini bila ada perobahan yang tidak lazim
pada anaknya.
3. Jangan segan mengawasi dan mencari penyebab terjadinya perubahan
tingkah dan perilaku pada anaknya.
4. Cek secara berkala kondisi kamar ( bila anak memiliki kamar pribadi ),
pakaian yang habis dipakai (isi kantong, aroma pakaian, dls) tas sekolah
dan atribut lainnya. (dalam melakukannya perlu strategi yang baik agar
tidak menimbulkan konflik dengan anaknya).
5. Orang tua sebaiknya dapat menjadi model dan contoh yang baik bagi
anaknya serta sekaligus juga dapat berperan sebagai sahabatnya. ( agar
anaknya tidak segan mencurahkan segala isi hati, pendapat dan
permasalahan yang dihadapinya).
6. Menerapkan dan membudayakan delapan fungsi keluarga di dalam
kehidupan sehari-hari keluarga. Agar muncul rasa nyaman pada anak
ketika berada di lingkungan keluarganya.

Catatan ini hanyalah sebagian dari apa yang harus dilakukan oleh orang
tua agar secepatnya dapat mendeteksi dini perubahan perilaku anaknya khususnya
yang menjurus pada penyalah gunaan dan penggunaan Narkoba. Penulis berfikir
pasti ada strategi sederhana lain yang dimilki keluarga yang juga dapat digunakan
dalam upaya pencegahan tersebut.6

6
Endang Sutarti, Pusat Dukungan Pencegahan BNN, Modul pelatihan bagi fasilitator penyuluh
Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba, Jakarta. 2005, hal. 30

9
BAB III
MATERI DAN METODE

3.1 Materi Penyuluhan


Materi yang disampaikan dalam penyuluhan ini adalah sebagai berikut :
1. Menginformasikan tentang narkoba akibat-akibat hukum pengguna,
pengedar
2. Upaya-upaya menjelaskan hak-hak masyarakat dalam keikutserta
masyarakat dalam memberantas penggunaan narkoba
3. Menanamkan kesadaran hukum masyarakat untuk patuh pada hukum
bantuan peraturan narkoba
4. Membantu masyarakat memberi informasi tentang penggunaan dan
peredaran narkoba

3.2 Materi Pelaksanaan


Kegiatan penyuluhan dilaksanakan pada tanggal 10 Juli s/d 10 September
2018 di Kelurahan Kenten Kecamatan Sako Kenten Palembang.
Dengan rincian sebagai berikut :
Minggu
No Uraian
1 2 3 4 5 6
1 Pendekatan sosial pada masyarakat
2 Penyusunan materi
3 Pelaksanaan penyuluhan hukum dipusatkan di Kelurahan
Kenten Kecamatan Sako Kenten Palembang

Minggu
No Uraian
7 8 9 10 11 12
4 Penyusunan laporan hasil pengabdian masyarakat

5 Seminar Hasil

10
Metode yang digunakan dalam kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah sebagai
berikut :
1. Survey
Survey ditujukan untuk memilih lokasi yang tepat untuk pelaksanaan penyuluhan
masyarakat kepada masyarakat
2. Ceramah dan Tanya Jawab
Ceramah berisi tentang informasi bentuk hukuman yang dijatuhkan oleh
pengadilan, penjelasan jenis yang baik tanggung jawab dengan khalayak dan
bahaya lain akibat penggunaan narkoba.

3.3 Khalayak Sasaran


Khalayak sasaran adalah masyarakat umum, para remaja masjid, ibu-ibu
anggota PKK dan warga RT, RW Kelurahan Kenten Kecamatan Sako Palembang.

11
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Potensi masyarakat ini sebenarnya memiliki peran dan posisi yang


strategis dalam upaya pencegahan penyalahugunaan narkoba dan peredagan gelap
narkoba. Mengapa demikian? Karena pencegahan penyalahgunaan narkoba
dikalangan masyarakat merupakan upaya untuk memberikan kekuatan masyarakat
melalui peningkatan pengetahuan dan ketrampilan mereka dalam mengidentifikasi
dan memprioritaskan kebutuhan masyarakat dan melakukan upaya untuk
mencapai kebutuhan tersebut. Pendekatan ini dianggap sesuai dan relevan dalam
mengatasi masalah narkoba dikalangan masyarakat karena:
1. Permasalahan narkoba ini sendiri merupakan masalah masyarakat yang
membutuhkan perhatian dan tanggung jawab penuh dari masyarakat itu sendiri.
2. Masyarakat lebih mengenal lingkungan tempat tinggal mereka sendiri yang akan
memudahkan mereka dalam mencegah penyalahgunaan narkoba dengan cara
mereka sendiri yang sesuai dengan apa yang berada di lingkungan mereka sendiri.
3. Masyarakat setempat harus ikut terlibat dalam program-program yang telah
mereka buat dan harus mereka kembangkan sendiri.

Dalam upaya pencegahan penyalahgunaan narkoba dan peredaran gelap


narkoba ini, diharapkan peran serta masyarakat, terutama para tokoh masyarakat yang
harus tampil sebagai aktor utama dalam menggerakan masyarakat. Para tokoh
masyarakat ini diharapkan dapat memberikan pengaruh positif terhadap kelangsungan
program pencegahan penyalahgunaan narkoba ini, mereka juga harus merangkul
semua elemen masyarakat mulai dari orang tua, anak-anak, remaja, sekolah hingga
organisasi sosial masyarakat supaya program tersebut dalam dilaksanakan
sepenuhnya oleh semua anggota masyarakat. Agar para tokoh masyarakat ini tampil
sebagai aktor utama dalam upaya pencegahan penyalahgunaan narkoba ini,
diharapkan mereka dapat melakukan hal berikut ini:
1. Memahami masalah penyalahgunaan narkoba, upaya pencegahan dan
penanggulangannya di masyarakat.
2. Mengamati bagaimana kondisi dan situasi lingkungan masayarakat sekitar.

12
3. Menggalang potensi masyarakat yang nantinya dapat ikut membantu
pelaksanaan pencegahan, pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap
narkoba, terutama orang tua, para remaja sekolah, organisasi sosial dan
kelompok kegiatan masyarakat dalam lingkungan sekitar.
4. Memberikan arahan yang benar, menyemangati tanpa lelah dan
mengendalikan gerakan masyarakat tersebut agar tidak keluar dari batas yang
sudah ditetapkan bersama.7

Dalam menggalang dan menggerakan masyarakat, dapat melakukan hal-


hal berikut ini:
1. Bertatap muka langsung dan berbicara secara terbuka. Ini merupakan cara
yang paling sederhana namun juga cara yang paling ampuh dalam upaya
menggerakan masyarakat dalam program ini. Dengan bertemu langsung,
masyarakat akan jauh lebih mengerti tentang apa yang ingin disampaikan oleh
para tokoh masyarakat tersebut; mengenai program atau solusi-solusi apa saja
yang bisa dilakukan. Ini lebih efektif ketimbang hanya melalui selebaran-
selebaran atau spanduk yang terpampang disekitar wilayah masyarakat.
2. Mengadakan rapat untuk menyusun program kerja. Hal ini harus dilakukan
karena tanpa adanya program kerja yang mumpuni maka semua ide dan solusi
yang telah disampaikan tidak akan bisa berjalan dan hasilnya tidak akan
tampak sama sekali. Pembuatan program kerja ini harus sesuai dengan
anggaran yang tersedia, jangan sampai anggaran yang telah disepakati
membengkak karena hal-hal yang tidak ada hubungannya dengan program
yang ada. Karena itu perlu adanya pengawasan yang intensif agar tidak terjadi
penyimpangan dan penyalahgunaan didalam penyusunan program kerja ini.
3. Para tokoh masyarakat ini juga harus dilibatkan, baik tokoh agama, tokoh
sosial maupun tokoh pemuda yang ada didalam masyarakat. ini penting karena
keberadaan tokoh masyarakat ini sendiri telah mempunyai pengaruh yang
besar terhadap kehidupan masyarakat. Bila para tokoh ini yang berbicara,
maka masyarakat akan lebih mudah mempercayai dan menjalankannya
dikarenakan faktor kedekatan antar tokoh dan masyarakatnya ini sendiri.

7
Suara Muhammadiyah, Edisi, 130, tahun 2010, hal.38

13
4. Harus ada pemberitahuan mengenai bahaya penyalahgunaan narkoba dan
peringatan mengenai hal tersebut karena masalah ini tidak hanya menjadi
masalah pemerintah semata tapi juga masyarakat.

Keterlibatan tokoh agama dalam upaya pencegahan penyalahgunaan dan


peredaran gelap narkoba ini juga merupakakan salah satu kunci terpenting bagi
suksesnya program ini. Hal ini dikarenakan para tokoh agama merupakan
pembimbing serta penuntun masyarakat dalam menjalankan nilai-nilai agama
yang mereka yakini. Pemberian nilai moral agama yang intensif juga akan
menimbulkan kekebalan masyarakat terhadap hal-hal negatif yg dilarang oleh
ajaran agama yang mereka yakini. Bila sudah seperti itu, otomatis masyarakat
akan jadi lebih tahu dan paham kalau menggunakan narkoba dan mengedarkannya
secara gelap merupakan perbuatan yang dilarang oleh agama. Peran tokoh agama
ini diharapkan tidak hanya sebagai pembimbing dan penuntun masyarakat saja
namun juga harus mempunyai otoritas di lingkungannya dalam memberikan
bantuan untuk pembinaan dan membina umatnya masing-masing.8
Tokoh agama diharapkan melakukan hal berikut ini dalam perannya
sebagai salah satu tokoh masyarakat yang ikut aktif dalam upaya pencegahan
penyalahagunaan narkoba:
1. Pembinaan umat
Tokoh agama dapat membantu keluarga yang sedang menderita karena
masalah penyalahgunaan narkoba ini dengan cara melakukan bimbingan
konseling. Pengadaan konseling oleh tokoh agama ini merupakan kegiatan yang
sangat membantu keluarga dalam memecahkan masalah, setidaknya meringankan
beban yang ada dalam diri keluarga yang nantinya mungkin saja dapat membuka
jalan bagi keluarga untuk mengambil tindakan dan keputusan yang tepat.
Tokoh agama juga dapat membantu umat untuk menerima para korban
penyalahgunaan narkoba tersebut. Tokoh agama harus dapat menyakinkan umat
dan masyarakat kalau pecandu narkoba ini bukanlah seorang tertuduh kriminal,
mereka hanyalah korban dan tidak sepantasnya para korban dikucilkan. Doa dan

8
Ibid, hal.130

14
dukungan untuk korban beserta keluarga sangat membantu menguatkan keluarga
dalam menghadapi kondisi keputusasaan hingga nanti mereka akan menemukan
harapan kembali.
2. Program pendidikan untuk pencegahan
Tokoh agama dan umatnya memiliki potensi besar untuk bersama-sama
mengadakan program pencegahan masalah penyalahgunaan dan peredaran gelap
narkoba ini dengan cara:
a. Program pendidikan yang terfokus pada pengadaan bimbingan, pelatihan
dan penyuluhan untuk membangun prinsip hidup sehat dalam diri
masyarakat sehingga dapat dicapai suatu tahapan ketahanan dibidang fisik
yang merupakan pertahanan kuat dari bahaya pengaruh penyalahgunaan
dan peredaran gelap narkoba.
b. Program pendidikan bagi orang tua mengenai mengasuh dan mendidik
anak yang baik sebagai strategi pencegahan penyalahgunaan dan
peredaran gelap narkoba. Membangun komunikasi yang baik antara orang
tua dan anak agar anak dapat menceritakan segala hal kepada orang tuanya
tanpa menutup-nutupi bila anak sedang memiliki masalah. Menciptakan
disiplin bagi anak dan memperlakukan anak sebagaimana mestinya tanpa
harus ada paksaan.
c. Program pendidikan bagi generasi muda mengenai peningkatan dan
pengamalan kehidupan keagamaan sehingga nantinya dapat mewujudkan
generasi muda yang sehat jasmani dan rohani, berbudi luhur dan
mempunyai ketakwaan kepada Tuhan YME.
d. Program sosial

Tokoh agama, organisasi dan umatnya dapat menjadi aktor utama dan
berperan serta dalam upaya pencegahan penyalahgunaan dan peredaran gelap
narkoba ini dengan cara mengadakan program sosial yang meliputi:
1. Mendirikan pusat atau tempat pelayanan untuk konseling dan konsultasi.
Tidak hanya untuk para korban dan keluarganya saja namun juga
masyarakat umum juga dapat menggunakan fasilitas ini. Tujuannya agar

15
masyarakat mendapatkan informasi terkini mengenai narkoba dan
bagaimana cara mereka untuk menghindarinya.
2. Pendirian pusat pengobatan, penampungan dan bimbingan pada anak-anak
korban penyalahgunaan narkoba. Fasilitas ini diperlukan karena anak
merupakan elemen yang sangat rentan terhadap dampak penyalahgunaan
narkoba ini. Mereka akan mendapatkan trauma yang sangat mendalam bila
mengetahui kalau salah satu anggota keluarganya merupakan korban
penyalahgunaan narkoba. Dibutuhkan waktu dan keahlian khusus agar
anak bisa kembali seperti sediakala lagi.
3. Mengadakan kegiatan positif untuk menghindarkan diri dari penyalahguna
narkoba. Ini diperlukan agar lingkungan masyarakat senantiasa hidup dan
aktif dalam menjalin kekerabatan dan kebersamaan antar penghuninya
sehingga akan tercipta kerukunan dan kesatuan dalam diri masyarakat
yang berguna dalam menangkal masuknya bahaya penyalahgunaan dan
peredaran gelap narkoba.
4. Penempatan pekerjaan dan program latihan. Membuka lahan usaha baru
agar dapat menampung warga sekitar yang tidak memiliki pekerjaan,
tujuannya agar mereka yang tadinya mengganggur tidak terjerumus dalam
usaha praktek jual beli narkoba yang banyak mengincar orang-orang yang
tidak punya pekerjaan seperti mereka. Iming-iming bayaran yang tinggi
dapat dengan mudah mengajak mereka yang menganggur untuk
melakukan bisnis haram tersebut. Program latihan ketrampilan juga
diperlukan agar warga mempunyai kemampuan untuk berkreatifitas yang
bila nantinya dikembangankan akan mampu membuka lapangan kerja baru
untuk diri mereka sendiri.

Untuk mengurangi jumlah pengguna narkoba di Indonesia langkah


pertama yang harus dilakukan oleh pemerintah daerah sebaiknya bersilaturahmi
menemui tokoh-tokoh masyarakat di daerah dan jajaran muspida. Berikutnya
langkah pemberantasan juga harus dilakukan secara bergiliran dengan tindakan
pencegahan. Sebaiknya dilakukan pemberantasan narkoba dalam upaya

16
pencegahan. Terutama di provinsi-provinsi tertentu di Indonesia yang mana
terkenal akan banyaknya kasus narkoba pada masyarakatnya lebih diperketat atau
diperbanyak tindakan pemberantasan. Bandar-bandar dan pemakai narkoba yang
sudah keluar masuk penjara juga harus dijadikan prioritas agar kejadian yang
sama tidak terulang lagi.
Program untuk aspek pencegahan narkoba seharusnya sudah diterapkan
sejak dini, sejak TK dan SD. Tapi, dengan bahasa tertentu yang disesuaikan
dengan usia. Intinya harus ditanamkan pemahaman kepada anak-anak bahwa
narkoba itu membahayakan. Program seperti itu memang sudah berjalan di
beberapa provinsi provinsi besar di wilayah Indonesia. tetapi masih banyak
provinsi dan daerah-daerah terpencil di Indonesia yang jauh dari kota belum
mendapatkan sosialisasi dan penyuluhan tentang bahaya narkoba. Itu yang
menyebabkan masyarakat di desa sangat mudah dipengaruhi oleh penyebaran
narkoba.
Pemerintah provinsi dan daerah juga seharusnya memerintahkan kepala
dinas untuk memberikan materi tambahan tentang akibat buruk narkoba dan
memberitahu bahwa narkoba adalah salah satu kejahatan luar biasa. Pemberian
materi tambahan tentang akibat buruk narkoba ini juga sangatlah penting bagi
para pelajar yang sangat rentan akan serangan obat haram tersebut. tetapi Hal ini
tidak bisa serentak dilaksanakan karena tergantung otonomi setiap daerah juga.
Jadi untuk hal penambahan kurikulum narkoba di sekolah ini kepala dinas
pendidikan bergabung dengan kapolri harus melakukan pendekatan kepada
masing-masing pemerintah daerah.
Hal tersebut ditanamkan sejak dini agar generasi muda bangsa Indonesia
tau kejahatan dan kerugian apa yang ditimbulkan dari narkoba. Karakteristik
tindak pidana narkoba berbeda dengan tindak pidana lainnya, kejahatan ini
temasuk kejahatan luar biasa (Extra Ordinary Crime) pergerakannya bersifat
nasional dan antar Negara (Transnational Crime). Dalam pengungkapannya juga
mempunyai tingkat kesulitan yang tinggi, terutama di dalam pembuktiannya.
Modus yang dilakukan sering menggunakan teknik yang licik dan pelaku selalu

17
berupaya menghindar dari pengawasan petugas dengan berbagai cara yang kadang
di luar akal sehat.
Sindikat narkoba mempunyai jaringan yang sangat luas, baik ke atas
maupun ke bawah. Hal ini diperparah dengan terbatasnya orang yang mau
melaporkan adanya tindak pidana narkotika di lingkungannya dengan alasan
keselamatan. Ini menjadi tantangan tersendiri bagi penegak hukum di saat
melakukan penyelidikan dan penyidikan. Banyak teknik penyidikan dan
penyelidikan yang kerap digunakan untuk memburu para pelaku tindak kejahatan
narkoba. Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) menyatakan bahwa Indonesia
pada saat ini dalam kondisi darurat narkoba dengan jumlah kematian 50 orang per
hari karena barang haram ini. 9
Lebih lanjut BNN (Badan Narkotika Nasional) mengatakan bahwa
kerugian Negara akibat narkoba mencapai Rp. 63,1 triliun. Sementara di
Indonesia diketahui sekitar 60 jaringan narkoba yang beroperasi. Ini berarti rata-
rata Rp. 1 triliun tiap jaringan.keterbatasan jumlah personil BNN (Badan
Narkotika Nasional) dan BNNP (Badan Narkotika Nasional dan Provinsi) yang
menjadi hambatan pemberantasan narkoba di Indonesia. personil BNN pada saat
ini diperkirakan hanya 4.600 orang, masih jauh dari jumlah ideal yakni 74 ribu
orang. Ini menunjukkan sangat jauh dari kemampuan jumlah. Dari 250 juta
penduduk Indonesia, 125 juta diantaranya merupakan usia produktif. Dengan
jumlah yang sedemikian banyak itu bagaimana BNN (Badan Narkotika Nasional)
bisa menjaga 125 juta manusia terhadap narkoba.
BNN (Badan Narkotika Nasional) juga mengalami keterbatasan sarana dan
prasarana, lalu teknologi. Sementara target rehabilitasi 100 ribu orang di 2015
tidak berhasil. Hal ini karena belum adanya standarisasi program dan metode
rehabilitasi di Indonesia. inilah yang perlu dievaluasi dari BNN serta peran
pemerintah Indonesia yang harus ikut serta memberantas penyalahgunaan
narkotika di Bumi Nusantara.
Sebenarnya sangat mudah untuk memerangi narkoba yang telah merajalela
di Indonesia ini. Salah satunya adalah dengan menyadarkan diri sendiri betapa
sangat buruknya efek yang ditimbulkan akibat narkoba. Selain itu kita juga dapat
mendekatkan diri dengan yang maha kuasa agar dijauhkan dari barang haram

9
KPA Nasional Mengenal dan Menanggulangi HIV/AIDS, Jakarta, 2000, hal. 141

18
tersebut. Yang dimaksud dengan mendekatkan diri pada yang maha kuasa adalah
dengan pendekatan agama (Religius) melalui pendekatan ini orang-orang yang
masih bersih dari dunia narkoba senantiasa ditanamkan ajaran agama mereka
masing-masing. Karena agama manapun tidak ada yang mengajarkan para
penganutnya untuk merusak dirinya sendiri di masa depan.
Setiap agama juga pasti mengajarkan tentang menegakkan kebaikan,
menghindari kerusakan, baik pada dirinya sendiri, keluarganya maupun
lungkungan sekitarnya. Sedangkan bagi mereka yang telah terlanjur masuk dalam
ruang lingkup narkoba maka senantiasa selalu diingatkan kembali akan nilai-nilai
yang terkandung di dalam ajaran agama yang mereka yakini. Dengan demikiaan,
diharapkan ajaran agama yang telah mereka yakini dan yang pernah tertanam
dalam benak mereka mampu menggugah jiwa mereka untuk kembali kejalan yang
benar.
Selain pendekatan agama, pendekatan sosial bagi mereka yang belum
maupun yang sudah masuk ke dalam dunia narkoba juga sangatlah penting.
Melalui pendekatan sosial ini mereka akan disadarkan jika mereka merupakan
bagian penting dari lingkungan dan keluarganya. Dengan ditanamkannya
pendekatan ini, maka mereka merasa bahwa kehadirannya memiliki arti penting.
Pendekatan ini mampu menggerakan hati para remaja gan generasi muda yang
belum terjerumus dalam narkoba untuk tidak larut dan mudah tergiur akan
kelamnya dunia narkoba yang menyesatkan. Bagi mereka yang telah terjerumus
dalam dunia narkoba pendekatan sosial diharapkan mampu membuat para
pengguna yang telah terjerumus sadar bahwa betapa pentingnya kehidupan ini dan
amat sayang jika di siasiakan dengan kesenangan dunia semata.
Pendekatan psikologis juga merupakan salah satu pendekatan yang sangat
penting untuk memerangi narkoba. Dengan pendekatan ini mereka yang belum
terjamah akan obat terlarang itu akan diberikan pendekatan secara khusus dari hari
ke hati oleh orang-orang yang dekat dengannya serta sesuai dengan karakter dan
kepribadiannya masing-masing. Langkah pendekatan psikologis ini diharapkan
mampu menenamkan kesadaran dalam diri mereka masing-masing untuk
menjauhi dunia narkoba.

19
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan proses dan pengabdian yang sudah dilakukan maka dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Masyarakat kelurahan Bukit Baru Kecamatan Ilir Barat I Palembang
berpartisipasi aktif mengikuti semua kegiatan penyuluhan tentang
pembangunan pedesaan sangat disayangkan masyarakat tidak mau
menggunakan haknya untuk bertanya tentang pembangunan desa.
2. Yang menjadi kendala bagi masyarakat Kelurahan Bukit Baru Kecamatan Ilir
Barat I Palembang tidak menggunakan bantuan hukum :
a. Masih ada saja korupsi dari dana desa, karena sebagian masyarakat desa
tidak berani melaporkan bila terjadi penyimpangan dalam pembangunan
desa terutama dalam pembangunan infrastruktur
b. Belum cukupnya sarana dari komisi pengawasan korupsi (KPK) untuk
mengawasi seluruh desa Indonesia, sebab banyak desa yang belum
tercapai terutama di Indonesia timur
c. Masih banyak masyarakat desa yang bodoh dan berani memprotes
terhadap pembangunan desa hal ini adanya KKN antara pelaksana
pembangunan dengan aparat desa
d. Kost/biaya yang cukup tinggi yang harus dikeluarkan oleh kepala desa
untuk mempertahankan kedudukannya, sehingga hal ini cukup menganggu
pembangunan desa.

5.2 Saran
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan hukum pada masyarakat
diharapkan masyarakat Kelurahan Bukit Baru Kecamatan Ilir Barat I Palembang
mengenai eksistensi lembaga pembangunan desa.

20
DAFTAR PUSTAKA

C Jemabut Blaang, Perumahan dan Permukiman sebagai kebutuh pokok, Yayasan


Obor Baru, Indonesia, Jakarta, 1986

Purwo Santoso, Merubah Watak Negara Strategi Pembangunan Partisipasi Desa,


Lappera Pustaka Utama, Yogyakarta, 2002

Yunarso Ridwan, Hukum Administrasi Negara dan Kegiatan Publik, Nuansa,


Bandung, 2009.

Soerang, Ayobandung.com

21
LAPORAN
PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

PENYULUHAN HUKUM PEMBANGUNAN DESA YANG LEBIH BAIK


DI RT.01 RW.02 KELURAHAN BUKIT BARU
KECAMATAN ILIR BARAT I PALEMBANG

OLEH :
Hj. KURNIATI

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
2019

22
RINGKASAN

Arus reformasi yang berhembus sejak tahun 1998 telah membawa banyak
perubahan di bidang politik pemerintahan dan ketenagakerjaan dengan terjadinya
pergeseran paradigm dari system pemerintahan yang bercorak sentralistik ke arah
system yang desentralistik.
Salah satu instrument pokok menandai pergeseran paradigm tersebut
adalah di undang-undang Nomor 22 tahun 1999 diperbaharuhi lagi dengan
undang-undang Nomor 32 tahun 2004, diperbaharui lagi dengan undang-undang
nomor 12 tahun 2004, diperbaharui dengan undang-undang nomor 4 tahun 2014
tentang desa.
Setelah 5 tahun berjalan semakin mendapat perhatian khususnya dalam
pembangunan.
Dipilihnya lokasi penyuluhan hukum di kelurahan Bukit Baru Kecamatan
Ilir Barat I Palembang menurut pengamatan penulis secara langsung masih
banyak informasi yang belum diketahui oleh masyarakat.

Permasalahan
1. Adapun yang menjadi permasalahan di kelurahan Bukit Baru Kecamatan Ilir
Barat I Palembang, masyarakat banyak yang belum mengetahui
perkembangan desa, terlebih dengan disalurkan uang pembangunan desa
sebanyak 7 milyar pertahun ?
2. Yang menjadi kendala bagi masyarakat kelurahan Bukit Baru Kecamatan Ilir
Barat I Palembang, mereka tidak dapat menggunakan dana tersebut dengan
baik.

Teknik penyuluhan hukum ini dilakukan dengan metode ceramah dan Tanya
jawab, penyuluhan hukum ini diikuti oleh masyarakat berjumlah 30 orang yang
terdiri dari Bapak-bapak, petani, pedagang, dan generasi muda.

Adapun temuan di lapangan dalam penyuluhan ini dapat diambil kesimpulan


sebagai berikut:
1. Masyarakat Kelurahan Bukit Baru Kecamatan Ilir Barat I Palembang
berpartisipasi aktif mengikuti semua kegiatan penyuluhan tentang pendanaan
dana desa yang cukup banyak, tapi disayangkan masyarakat belum dapat
menggunakan dana tersebut dengan baik.
2. Yang menjadi kendala :
a. Masih ada saja korupsi dari dana desa, karena sebagian masyarakat desa
tidak berani melaporkan bila terjadi penyimpangan dalam pembangunan
desa, terutama dalam pembagian infrastruktur
b. Belum cukupnya dana pengawas dari Komisi Pemberantasan Korupsi
untuk mengawasi seluruh desa di Indonesia, karena banyak desa yang
belum terjangkau terutama di Indonesia timur
c. Masih banyak masyarakat desa yang bodoh dan berani memprotes
terhadap pembangunan desa, hal ini adanya KKN antara pelaksana
pembangunan desa dengan aparat desa

ii23
d. Cost/biaya yang cukup tinggi yang harus dikeluarkan oleh kepala desa
untuk mempertahankan kedudukannya, sehingga hal ini cukup menggangu
pembangunan desa.

iii
24
HALAMAN PENGESAHAN

1. Judul : Pembangunan Desa Yang Lebih Baik di RT.01


RW.02 Kelurahan Bukit Baru Kecamatan Ilir Barat I
Palembang
2. Bidang Ilmu : Ilmu Hukum
3. Ketua Penelitian :
a. Nama Lengkap : Hj. Kurniati
b. Jenis Kelamin : Wanita
c. NIP / NIDN : 0204046301
d. Disiplin ilmu : Hukum Keperdataan
e. Pangkat/Golongan : Asisten Ahli / IIIb
f. Fakultas : Hukum / Hukum Perdata
g. Alamat : Jl. Jend. A. Yani 13 Ulu Palembang
h. Telp : 0711512266
i. Alamat rumah : Komp. Kenten Indah Blok A51 Rt.047 Kelurahan
Sukamaju Kecamatan Sako Palembang

4. Lokasi Kegiatan : Kelurahan Bukit Baru Kec. Ilir Barat I Palembang


5. Pendanaan/Sumber :
6. Jangka waktu kegiatan : 3 (tiga) bulan
7. Bentuk Kegiatan : Pengabdian kepada Masyarakat
8. Sifat Kegiatan : Penyuluhan Hukum

Palembang,

Mengetahui, Pelaksana
Dekan

DR. Sri Suatmiati, SH, M.Hum Hj. Kurniati

Menyetujui,
Ketua Pusat Pengabdian Masyarakat UMP.

Ir. Dasir, M.Si

iv
25
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT, atas rahmat


dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Pengabdian
kepada Masyarakat ini yang bertemakan Penyuluhan Hukum pada masyarakat
yang berada di kelurahan Bukit Baru Kecamatan Ilir Barat I Palembang. Laporan
ini merupakan bentuk pertanggungjawaban terhadap kegiatan pengabdian kepada
masyarakat.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih terutama kepada lurah Bukit
Baru Kecamatan Ilir Barat I Palembang yang telah mendukung sehingga
terlaksananya kegiatan ini.
Semoga ilmu yang telah diberikan kepada penulis dapat bermanfaat
dimasa yang akan datang, dan demi mutu ilmu pengetahuan yang akan datang,
saran dan kritikan sangat penulis harapkan agar dapat digunakan sebagai wacana
untuk dapat menjadi lebih baik.
Demikianlah laporan pengabdian kepada masyarakat ini, semoga dapat
bermanfaat bagi kita semua. Amin ya rabbal alamin

Palembang,…………………

Penulis

v
26
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... ii
I. PENDAHULUAN .................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah ............................................................................ 1
1.3 Tujuan Kegiatan ................................................................................... 2
1.4 Manfaat Kegiatan ................................................................................ 3
II. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 5
III. MATERI DAN METODE ........................................................................ 7
3.1 Materi Penyuluhan ............................................................................... 7
3.2 Metode Pelaksanaan ............................................................................ 7
3.3 Khalayak Sasaran ............................................................................... 8
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................ 9
V. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 15
5.1 Kesimpulan ......................................................................................... 15
5.2 Saran ................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 16
LAMPIRAN

27
vi

Anda mungkin juga menyukai