Anda di halaman 1dari 8

TUGAS PEKAN XI

UUD 1945 Sebagai Hukum Dasar Penyelenggaraan Kehidupan


Berbangsa dan Bernegara

OLEH DEFVI RAHMA ILAFI

D051201017

TEKNIK ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN 2020


BAB I. PENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAKANG

Undang-Undang Dasar 1945 adalah suatu hukum dasar tertulis atau konstitusi negara yang
mejadi dasar dan sumber dari peraturan-peraturan lain atau perundang-udangan lain yang
berlaku di wilayah NKRI. UUD 1945 bukan hanya hukum biasa, tetapi merupakan hukum
dasar. Sebagai hukum dasar maka UUD 1945 merupakan sumber hukum. Setiap produk
hukum seperti Undang-Undang, peraturan atau keputusan pemerintah, dan setiap tindakan
kebijakan pemerintah harus berlandaskan dan bersumberkan pada peraturan yang lebih tinggi
yang pada akhirnya dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan-ketentuan
UUD 1945. Dalam Pasal 33 Undang Undang Dasar 1945, ayat (3) yang berbunyi “Bumi, air
dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya digunakan untuk sebesar-besar
kemakmuran rakyat” ditegaskan bahwa posisi rakyat yang substansial (utama) sehingga
demokrasi ekonomi mengutamakan kemakmuran masyarakat dan bukan kemakmuran orang-
seorang yang artinya mengutamakan kebersamaan (mutualisme), bukan
berdasar individualisme. Pengutamaan kepentingan masyarakat ini tidak mengabaikan hak-
hak individu secara semena-mena sebagaimana dikemukakan Mohammmad Hatta dalam
Sidang BPUPKI tanggal 15 Juli 1945 tentang perlunya melindungi hak-hak warganegara
orang-seorang. Dalam paham Demokrasi Ekonomi, maka rakyat secara bersama
memiliki kedaulatan ekonomi. Ekonomi rakyat (grassroots economy) memegang peran
dominan dan menjadi tumpuan ekonomi nasional.
BAB II. PEMBAHASAN

Realita bangsa Indonesia saat ini sangat memprihatinkan. Banyak polemik yang
terjadi, seperti KKN, multikulturalisme yang memicu perang antarsuku-agama, sentralisasi
pembangunan hanya di pulau Jawa dan kota besar sehingga kurang memerhatikan wilayah
lain yang memicu pertikaian untuk melepaskan diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia
seperti kasus Timor-Timur, dan kericuhan pemilu tahun 2009 akibat tata pelaksanaan yang
semrawut.

Negara Kesatuan Republik Indonesia dirancang oleh para founding fathers di antara-
nya Soekarno dan Moehammad Hatta yang tergabung dalam suatu badan yang bernama
Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia yang dibentuk pada
tanggal 29 April 1945 dan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia yang dibentuk
pada tanggal 7 Agustus 1945.

Hal-hal yang sangat mendasar dirumuskan secara cermat baik dalam teks proklamasi
kemerdekaan, Pancasila maupun dalam UUD 1945, terutama pembukaannya, yang berisi
konsep, prinsip, dan nilai-nilai yang sangat mendasar bagi kehidupan berbangsa dan
bernegara. Tiga hal tersebut menjadi dasar dalam menentukan kelembagaan Negara
serta dalam menyusun peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam Pancasila,
Kelima sila dibuat berdasarkan pada kesesuaian perilaku manusia Indonesia yang memiliki
kemajemukan atau heterogenitas suku, pandangan hidup, nilai (seperti nilai religius), moral
(etika), kebersamaan dan toleransi, kemanusiaan, pluralitas, keadilan
intelektualitas, nasionalisme, dan kebangsaan.

II.1 Penyimpangan-penyimpangan Implementasi UUD 1945 dan Pancasila, sebagai


Fungsi Regulatif dan Konstitusif.

1) Demokrasi dalam kehidupan masyarakat, berbangsa, dan bernegara, yang merupakan


agenda utama reformasi, ternyata telah dilakukan oleh para politikus dengan kurang
mempertimbangkan kepentingan rakyat dan bangsa. Dalam praktiknya, mereka lebih
mengacu pada sistem liberal daripada sistem sila ke-4.

2) Pemilihan umum yang diberi predikat sebagai indikator implementasi demokrasi sering
berakhir kericuhan. Prinsip kebersamaan dalam sila ke-3 dan 2 yang harus ditegakkan tak
diacuhkan dan diperhatikan.
3) Pada era reformasi, KKN lebih menggebu-gebu, jumlah pengangguran meningkat
akibatnya kemiskinan akan meningkat pula. Ini bertentangan dengan sila keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia.

4) Tingkah laku yang tidak didasari oleh rasa kasih sayang dan humanis: Angkuh, merasa
menang sendiri, kebencian, balas dendam, mencaci, menjelekkan, dan memfitnah dianggap
sebagai perbuatan yang lazim dan hebat. Sikap hospitalitas berubah menjadi hostilitas.

II.2 Permasalahan Penerapan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia


Tahun 1945.

1. Disorientasi dan belum Dihayatinya Nilai-nilai Pancasila sebagai Filosofi dan Ideologi
Bangsa.

Pancasila dijadikan sebagai dasar nilai-nilai kehidupan masyarakat yang bersumber dari
budaya Indonesia yang telah menjadi ideologi dan pandangan hidup. Pancasila sebagai
pandangan hidup mengandung makna bahwa hakikat hidup bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara dijiwai oleh moral dan etika yang dimanifestasikan dalam sikap perilaku dan
kepribadian manusia Indonesia yang proporsional baik dalam hubungan manusia dengan
yang maha pencipta, dan hubungan antara manusia dengan manusia, serta hubungan antara
manusia dengan lingkungannya. Namun dalam kehidupan masyarakat prinsip tersebut
tampak belum terlaksana dengan baik. Kekerasan (domestik maupun nasional) dan hempasan
globalisasi sampai kepada korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) masih belum dapat diatasi.
Masalah tersebut muncul karena telah terjadi disorientasi dan belum dihayatinya nilai-nilai
Pancasila yang diakui kebenarannya secara universal.

2. Keterbatasan Perangkat Kebijakan Terpadu dalam Mewujudkan Nilai-nilai Esensi


Pancasila.

Substansi hukum, baik hukum tertulis maupun hukum tidak tertulis sudah tertuang secara
implisit maupun eksplisit dalam produk-produk hukum yang ada. Substansi hukum mengarah
pada pemenuhan kebutuhan pembangunan dan aspirasi masyarakat, terutama dalam
pemenuhan rasa keadilan di depan hukum. Namun demikian berbagai kebijakan dan produk
hukum tersebut masih belum sepenuhnya dapat mengakomodasi kebutuhan untuk
mewujudkan nilai-nilai esensi Pancasila sebagai landasan dalam kehidupan masyarakat,
berbangsa dan bernegara. Akibatnya, maka penanaman nilai-nilai Pancasila sebagai wahana
dan sarana membangun karakter bangsa bagi seluruh rakyat Indonesia belum optimal. Oleh
karena itu, pewujudan nilai-nilai esensi Pancasila pada semua lapisan masyarakat Indonesia
perlu didukung perangkat kebijakan terpadu.

3. Bergesernya Nilai-nilai Etika dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara.

Pembangunan nasional dalam segala bidang yang telah dilaksanakan selama ini memang
mengalami berbagai kemajuan. Namun, di tengah-tengah kemajuan tersebut terdapat dampak
negatif, yaitu terjadinya pergeseran terhadap nilai-nilai etika dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara. Pergeseran sistem nilai ini terlihat dalam kehidupan masyarakat, seperti
penghargaan terhadap nilai budaya dan bahasa, musyawarah mufakat, kekeluargaan, sopan
santun, kejujuran, dan rasa cinta tanah air semakin memudar. Banyak penyelesaian masalah
yang cenderung diakhiri dengan tindakan anarkis. Hal tersebut, menegaskan bahwa telah
terjadi pergeseran nilai-nilai etika dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

4. Memudarnya Kesadaran terhadap Nilai-nilai Budaya Bangsa.

Arus budaya global yang sering dikaitkan dengan kemajuan di bidang komunikasi mencakup
juga penyebaran informasi secara mendunia melalui media cetak dan elektronika berdampak
tehadap ideologi, agama, budaya dan nilai-nilai yang dianut manyarakat Indonesia. Pengaruh
arus deras budaya global yang negatif menyebabkan kesadaran terhadap nilai-nilai budaya
bangsa dirasakan semakin memudar. Hal ini tercermin dari perilaku masyarakat Indonesia
yang lebih menghargai budaya asing dibandingkan budaya bangsa, baik dalam cara
berpakaian, bertutur kata, pergaulan bebas, dan pola hidup konsumtif, serta kurangnya
penghargaan terhadap produk dalam negeri.

5. Ancaman Disintegrasi Bangsa.

Ancaman dan gangguan terhadap kedaulatan negara, keselamatan bangsa, dan keutuhan
wilayah sangat terkait dengan posisi geografis Indonesia, kekayaan alam yang melimpah,
serta belum tuntasnya pembangunan karakter bangsa, terutama pemahaman masalah
multikulturalisme yang telah berdampak munculnya gerakan separatis dan konflik horisontal.
Selain itu, belum meratanya hasil pembangunan antardaerah, primordialisme yang tak
terkendali, dan dampak negatif implementasi otonomi daerah cenderung mengarah kepada
terjadinya berbagai permasalahan di daerah.
6. Melemahnya Kemandirian Bangsa.

Kemampuan bangsa yang berdaya saing tinggi adalah kunci untuk membangun kemandirian
bangsa. Kemandirian suatu bangsa tercermin, antara lain pada ketersediaan sumber daya
manusia yang berkualitas dan mampu memenuhi tuntutan kebutuhan pokok dan kemajuan
pembangunan, kemandirian aparatur pemerintahan dan aparatur penegak hukum dalam
menjalankan tugasnya, pembiayaan pembangunan yang bersumber dari dalam negeri yang
semakin kukuh. Namun hingga saat ini sikap ketergantungan masyarakat dan bangsa
Indonesia masih cukup tinggi terhadap bangsa lain. Konsekuensinya bangsa Indonesia dalam
berbagai aspek kurang memiliki posisi tawar yang kuat sehingga tidak jarang menerima
kehendak negara donor meskipun secara ekonomi kurang menguntungkan. Kurangnya
kemandirian, juga tercermin dari sikap masyarakat yang menjadikan produk asing sebagai
primadona, etos kerja yang masih perlu ditingkatkan, serta produk bangsa Indonesia dalam
beberapa bidang pertanian belum kompetitif di dunia internasional.

II.3 Solusi Permasalahan Penerapan UUD NKRI Tahun 1945

1. Disorientasi dan belum dihayatinya nilai-nilai Pancasila sebagai filosofi dan Ideologi
Bangsa.

Pancasila merupakan pandangan hidup bangsa, kita sebagai warga negara indonesia perlulah
untuk menghayati dan menanamkan nilai-nilai dari pancasila tersebut serta menerapkan isi
tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Pancasila memuat karakter-karakter bangsa indonesia
yang ingin bersatu.

2. Keterbatasan Perangkat Kebijakan Terpadu dalam Mewujudkan Nilainilai Esensi


Pancasila.

Dengan keterbatasan perangkat kebijakan terpadu di Indonesia, ini mengakibatkan


penanaman nilai-nilai pancasila belum optinal dikalangan bangsa indonesia. Sehingga
pemerintah sudah mengkaji solusi terhadap permasalahan ini, Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional merupakan salah satu contoh solusi dari permasalahan ini, dengan RPJPN,
pendidikan karakter masyarakat Indonesia akan ditingkatkan lagi sehingga permasalahan ini
bisa dihilangkan.

3. Bergesernya Nilai-nilai Etika dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara.


Pembangunan nasional kini kian maju, walaupun itu merupakan berita yang positif, terdapat
juga dampak negatif dari pembangunan nasional yang laju ini, yaitu pergeseran nilai etika
dalam kehidupan sehari-hari. Ini disebabkan oleh belum optimalnya pendidikan karakter
bangsa serta tidak adannya penyaringan budaya di dalam masyarakat. Sehingga kita sebagai
warga negara Indonesia perlu meningkatkan pendidikan karakter kita, selain itu kita perlu
menyaring budaya-budaya yang masuk sesuai dengan nilai-nilai pancasila yang ada, solusi ini
bisa mengatasi masalah bergesernya nilai etik dalam kehidupan sehari-hari.

4. Memudarnya Kesadaran terhadap Nilai-nilai Budaya Bangsa. Sebagai bangsa yang cerdas
kita perlu bisa untuk menyaring kebudayaan yang masuk apa itu baik bagi kita atau tidak.
Dengan ini permasalah tersebut akan teratasi.

5. Ancaman Disintegrasi Bangsa. Kita sebagai warga negara Indonesia perlu berpegangan
teguh dengan semobayan Bhineka Tunggal Ika agar kita selalu menghormati keberagaman
yang ada di sekitar kita. Selain itu pemerintah juga perlu untuk meratakan pembangunan di
seluruh daerah serta peningkatan kualitas otonomi daerah sebagai cara mengatasi gerakan
separatisme ini. Selain itu pembelajaran tentang multikulturalisme juga sangat diperlukan
dalam mengatasi permasalahan ini.

6. Melemahnya Kemandirian Bangsa. Membuka berbagai lapangan kerja untuk masyarakat


indonesia, mengadakan pelatihan khusus untuk melatih individu bangsa indonesia,
mengutamakan ekspor dan bangga memakai barang dalam negara 16 indonesia atau memakai
produk negeri sendiri dan tidak bergantungan dengan kegiatan impor negara lain.

Dari pemaparan point-point masalah dan solusi yang sudah dijelaskan diatas, bisa
disimpulkan bahwa minimnya pendidikan karakter bangsa serta kurangnya pemahaman nilai-
nilai UUD NRI 1945 dan Pancasila merupakan akar dari permasalahan diatas. Dari Masalah-
masalah yang di paparkan diatas, Solusi yang bisa dilakukan untung mencegah bahkan
mengatasi permasalahan tersebut diantaranya; Pancasila dan UUD 1945 seharusnya
dimengerti secara kontekstual bukan tekstual sehingga timbulnya perilaku menyimpang dapat
diminimalisir dan dicegah. Selain itu, dari permasalahan diatas, bisa dikatakan bahwa
pendidikan karakter dalam kehidupan sehari-hari merupakan susuatu yang sangat penting
dalam berkehidupan bangsa negara. Kita juga sebagai warga negara yang baik juga harus
mampu mengatasi masalah yang ada, dengan ini kita dapat meminimalisir permasalahan yang
ada. Menyadari adanya perbedaan, penghargaan terhadap karya bangsa sendiri, serta mau
menerima dan memberi umpan balik juga diperlukan karena dengan menyadari adanya
perbedaan, menunjuukan bahwa pengetahuan multikulturalis kita sudah tinggi, bangga
terhadapat karya bangsa menunjukan rasa cinta tanah air, dan mau menerima umpan balik
perlu diterapkan agar kita menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Selain itu, peran pemerintah
juga sama pentingnya dalam mencegah permasalahan ini, seperti melanjutkan pemerataan
pembangunan nasional dan meningkatkan kualitas otonomi suatu daerah.

BAB III.PENUTUP

Jadi yang dapat simpulkan adalah;

1. Kita ketahui bahwa UUD 1945, merupakan konstitusi tertinggi dan sumber hukum
dasar tertulis, yang menjadi landasan dan pedoman dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara.

2. Pada konteks realitanya. Bangsa Indonesia saat ini sedang mengalami kondisi yang
memprihatinkan karena banyak terjadi polemic didalamnya, lalu begitu juga pada
UUD 1945 yang dalam praktiknya kian terjadi penyimpangan yang membuat
beberapa pasal didalamnya itu sulit direalisasikan dan terlaksana

3. Selanjutnya, tentu dalam penerapannya, selain terjadi penyimpangan ada juga


masalah – masalah lain yang terjadi. Nah untuk mengatasi
penyimpangan/permasalahan/atau keprihatinan bangsa Indonesia saat ini. Perlulah
penyelesaian dan solusi yang tepat, yang didasarkan lagi pada aturan – aturan yang
berlaku.

4. Terakhir mungkin, saran kita sebagai warga negara perlu meningkatkan kesadaran,
perasaan dan perhatian dalam mendukung terlaksananya UUD 1945, dengan cara
menjunjung tinggi dan menaati segala aturan yang ada, serta
mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari hari. Karena perlu diketahui realita
hanya sekedar realita kalau tidak ada usaha didalamnya

Anda mungkin juga menyukai