PENDAHULUAN
pusat dan daerah, yang secara spesifik diatur dalam Pasal 18 ayat (1) UUD
daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan
Menurut Ari Dwipayana,1 ada dua hal yang menarik dalam proses transisi
melahirkan demokratisasi-desentralistik.
1
AAGN Ari Dwipayana dan Sutoro Eko, “Membangun Good Governance Di
Desa” (IRE Press, Yogyakarta,2003) hal. 1
1
2
yang menyangkut hubungan Pusat dan Daerah, baik itu yang berkenaan
Daerah dan Pemerintahan Desa menuntut hal yang sama. Dengan kondisi
2
Ni’matul Huda, Otonomi Daerah; Filosofi, Sejarah Perkembangan dan
Problematika, Cetakan I (Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2005) hlm. 80
3
AAGN Ari Dwipayana dan Sutoro Eko, “Membangun... Op.Cit,. hal. 35
3
tidak sesuai lagi dengan jiwa UUD 1945, dan perlunya mengakui dan
menghormati hak asal usul daerah yang bersifat istimewa sehingga perlu
Baru.5
yang jauh dari jangkauan “Ibu Kota”, untuk Desa lebih mandiri dan
dalamnya. jauh dari sebelum itu, Hatta7 telah menyatakan hal yang serupa,
4
Ni’matul Huda, “Hukum Pemerintahan Desa; Dalam Konstitusi Indonesia
Sejak Kemerdekaan Hingga Era Reformasi”, (Setara Press, Malang, 2015) hal. 172
5
Ibid., Hlm. 172
6
Ina E. Slamet, dikutip dari Suhartono Dkk, “Politik Lokal; Parlemen Desa:
Awal Kemerdekaan Sampai Jaman Otonomi Daerah”, (Lapera Pustaka Utama,
Yogyakarta, 2001) hal.26
7
Mohammad Hatta, dikuti dari, Suhartono Dkk, “Politik Lokal; Parlemen Desa:
Awal Kemerdekaan Sampai Jaman Otonomi Daerah”, (Lapera Pustaka Utama,
Yogyakarta, 2001) hal.26
4
yang asli itu sebenarnya hanya ada ditingkat desa, selain itu tidak ada
demokrasi.8
(Orde Lama dan Orde Baru), memperlihathan corak yang syarat dengan
sentralisasi dimasa Orde Baru, yang menjadikan Desa sebagai alat alas
terdapat enem hal yang terjadi pada Desa. Petama, Desa kehilangan
8
Jimly Asshiddiqie, Gagasan Kedaulatan Rakyat Dalam Konstitusi dan
Pelaksanaannya Di Indonesia, (Jakarta, PT Ichtiar Baru Van Hoeve, 1994) hlm. 30
5
urbanisasi.9
sama sekali tidak berbau sentralisme, tetapi Desa sifatnya tetap hanya
9
Abdur Rozaki, dkk, “Desa, Otonomi dan Desentralisasi”, (Yogyakarta, IRE
Press, 2005) hlm.4-9
10
Aang Kusmawan, Mengukur Kemandirian Desa, Opini Kompas 8 Mei 2015.
6
dari bahasa sansekerta yang berartikan tanah, tumpah darah. Sebutan Desa
sebagainya. Artinya Desa hanya mengarah pada dua daerah saja, yakni
kota.12
yang ditingali oleh sejumlah orang yang saling mengenal, hidup bergotong
royong, memiliki adat istiadat yang relatif sama, dan mempunyai tata cara
11
Koentjaraningrat, Masalah-Masalah Pembangunan: Bunga Rampai
Antropologi Terapan, dikutip dari Heny Setyowati, kedudukan Peraturan Desa Sebelum
dan Setelah Lahirnya Undang-Undang No. 12 Tahun 2011 tentang Peraturan
Perundang-undangan dan UU No. 6 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Desa, Tesis UII,
2014, Hal. 28
12
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai
Pustaka, Jakarta, 2002, Hlm.258
13
H.A.W Widjaja, Otonomi Desa Merupakan Otonomi Yang Asli, Bulat Dan
Utuh, (Bandung, PT Rajagrafindo, Hlm. 3
7
“Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama
lain, selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat
hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk
14
Hanif Nurcholis, Pertumbuhan dan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa,
(Jakarta, Erlangga, 2011) hlm. 4
15
Undang-undang No. 22 Tahun 1999 Tentang Pemerintahan Daerah
16
Undang-undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah
8
Desa. Karena Desa bukan berasal dari penyerahan, akan tetapi tumbuh dan
asli dan mandiri sejak dulu, maka pengakuan (rekognisi) terhadap Desa
(Pusat dan Daerah). Selama ini, khsusnya setelah lahirnya dua Undang-
undang (22/1999 dan 32/2004) pasca reformasi, belum ada format yang
jelas terhadap hubungan Desa dan Daerah, karena melihat dari dua
Pemerintahan Daerah.
17
Undang-undang No. 6 Tahun 2014 Tentang Desa. Sedangkan istilah Desa
dalam UU No. 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah, adalah sama dan terdapat
empat Pasal di dalamnya yang membahas tentang Desa.
18
Bagir Manan, “Hubungan Antara Pusat Dan Daerah Menurut UUD 1945”,
Cetakan Pertama (Jakarta, Sinar Harapan, 1994) hlm. 164
19
Ibid., hlm. 165
9
(pusat dan daerah), telah terjadi di awal-awal kemerdekaan. Hal itu terlihat
pernyataan Moh. Yamin dalam sidang BPUPKI pada tanggal 29 Mei 1945,
ia mengatakan:
undang Dasar 1945. Bahwa konsep dan struktur pemerintahan terdiri dari
20
Moh. Yamin, “Naskah Persiapan Undang-Undang Dasar 1945” dikutip dari
Ni’matul Huda, “Otonomi Daerah; Filosofi,.... , Op Cit hlm.1
21
Ibid., hlm. 2
10
Pusat dan Desa, justeru memiliki peran yang urgen dalam pelaksanaan
Desa sejak awal kemerdekaan sampai pasca Reformasi dewasa ini. dalam
propinsi dan daerah propinsi akan dibagi pula dalam daerah yang lebih
daerah itu mempunyai susunan asli, dan oleh karenanya dapat dianggap
23
Penjelasan Pasal 18 UUD 1945 Sebelum Amandemen
24
UUD 1945
12
Tentang Desa.
oleh Undang-undang. Adapun isi dari otonomi Desa telah diuraikan secara
25
Hanif Nurcholis, “Pertumbuhan.... Op., Cit,. hlm. 21-24
13
yang jelas pula hubunganya antara Daerah dan Desa sebagai pelaksanan
otonomi. Tidak hanya berhenti disitu saja, Desa yang ditempatkan seagai
memang diatur secara rinci, akan tetapi posisi Desa semakin tidak
Desa, karena Desa hanya diatur melalui PP bukan diatur melalui Undang-
undang.27
26
Zayanti Mandasari, Politik Hukum Pemerintah Desa; Studi Perkembangan
Pemerintahan Desa di Masa Orde Lama, Orde Baru, dan Orde Reformasi, Tesis
(Yogyakarta, Universitas Islam Indonesia,2015) hlm. 6
27
Ibid,. Hlm. 7
14
dinamika politik di Parlemen yang begitu menguras energi saat itu. Karena
pemerintahaan di desa yang labih baik. Akan tetapi respon lahirya undang-
undang tersebut, lebih menyorot pada pendanaan, atau besaran dana yang
sentralisasi.
menganalisis hubungan Daerah dan Desa dalam konsep otonomi dan hak
asal usul. Sedangkan penelitian dalam bentuk tesis ini, hanya akan
B. Rumusan Masalah
Tahun 2014?
C. Tujuan Penelitian
Tahun 2014.
D. Orisinalitas Penelitian
penelitian ini. sepanjang pengamatan penulis, belum ada sampai saat ini
penulis.
perjuangan segenap bangsa Indonesia. Kata kunci dari desertasi ini adalah
kedua, adalah kewenangan desa yang statusnya diakui atau dibetuk untuk
28
Nukthoh Arfa Wie Kurde, Peranan Desentralisasi dan Otonomi
Daerah Dalam Penguatan Integrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia;
Analisis Konsep Desentralisasi dan Otonomi Daerah Berdasarkan UUD 1945,
Desertasi (Yogyakarta, Universitas Islam Indonesia, 2011)
29
Zen Zanibar, Otonomi DesaDengan Acuan Khusus Pada Desa Di
Propinsi Sumantera Selatan, Deseratsi (Universitas Indonesia, 2003)
18
kesimpulan. Pertama, desa yang diakui menutur IGO dan IGOB dicirikan
Mulai tahun 1948 desa yang memenuhi syarat dibentuk dengan aturan
baru sama sekali dalam satu UU dengan daerah otonom yang lebih tinggi
Orde Lama, Orde Baru, Dan Reformasi”. Tesis ini menfokuskan pada dua
30
Zayanti Mandasari, Politik Hukum Pemerintahan Desa; Studi Perkembangan
Pemerintahan Desa Di masa Orde Lama, Orde Baru, Dan Reformasi, Tesis (Yogyakarta,
Universitas Islam Indonesia,2015)
19
Sehingga kasatuan masyarakat adat yang ada di desa menjadi runtuh. Dan
Indonesia agar tidak dipaks menjadi bagian dari desa dengan corak desa
prakarsa masyarakat, hak asal usul dan adat istiadat. Serta pendisiplinan
Desa.
No.32 Tahun 2004 telah berjalan, bahkan dalam pemilihan Kepala Desa,
BPD di Desa Sendayan dan Desa Kampung Panjang Kec. Kampar Utara
31
Ita Iryanti dengan judul “Implementasi Otonomi Desa Menurut UU No. 32
Tahun 2004; Studi Kasus Penerapan Otonomi Desa di Desa Sendayan dan Desa
Kampung Panjang Kec. Kampar Utara Kabupaten Kampar Propinsi Riau, Tesis,
(yogyakarta, Universitas Islam Indonesia, 2008)
21
infrastruktur desa.
32
Bagir Manan, “Hubungan Antara Pusat Dan Daerah Menurut UUD 1945”,
Cetakan Pertama (Jakarta, Sinar Harapan, 1994)
22
E. Kerangka Teori
33
Ni’matul Huda, “Hukum Pemerintahan Desa; Dalam Konstitusi Indonesia
Sejak Kemerdekaan Hingga Era Reformasi”, (Setara Press, Malang, 2015)
23
atau Republik.34
kesatuan. Menurut Agus Salim, Negara kesatuan adalah negara yang tidak
tersusun dari beberapa negara, melainkan terdiri atas satu negara. Sehingga
dalam negara kesatuan tidak ada istilah negara di dalam negara. 35 Tidak
jauh berbeda dengan pendapat Abu Daut Busroh, bahwa Negara kesatuan
negara yang tidak tersusun dari beberapa negara, dan tidak seperti negara
cara langsung oleh Pemerintahan Pusat atau oleh aparat-aparat pusat yang
34
Jimly Asshiddiqie, Konstitusi dan Konstitualisme, (Jakarta, Konstitusi Press,
2006) hlm. 259
35
Agus Salim Andi Gadjong, Pemerintahan Daerah Kajian Politik Dab Hukun,
(Bogor, Ghalia Indonesia, 2007) hlm. 218
36
Abu Daud Busroh, Ilmu Negara (Jakarta, Bumi Aksara,1993)hlm. 64
37
Agus Salim Andi Gadjong, Pemerintahan Daerah..... op., cit.hlm. 30
24
diberi hak otonom yaitu wewenang untuk mengatur dan mengurus urusan
yang berlaku. Cara yang kedua ini urusan pemerintahan pusat diserahkan
dengan sistem sentralisasi segala sesuatu dalam negara langsung diatur dan
38
Dann Sugandha, Masalah Otonomi dan Hubungan Antara Pemerintahan Pusat
dan Daerah di Indonesia, (Bandung, CV Sinar Baru), hlm.2
39
Fahmi Amrusyi, Otonomi Dalam Negara Kesatuan, dalam Abdurrahman
(editor), Beberapa Pemikiran Tentang Otonomi Daerah, (jakarta, Media Sarana Press,
1987) hlm.56
25
federasi adalah negara yang bersusunan jamak, atau tersusun dari beberapa
negara yang senuka telah berdiri sendiri sebagai negara merdeka dan
40
Ibid., Hlm. 93
41
C.S.T. Kansil dan Christine S.T. Kansil, Pemerintahan Daerah di Indonesia;
Hukum Administrasi Daerah, cetakan kedua (Jakarta, Sinar Grafika Offset, 2004) hlm.3
42
Sri Soemantri M. Pengantar Perbandingan Antara Hukum Tata Negara,
(Jakarta, Rajawali, 1981) hlm.52
26
negara bagian.43
hal ini diungkapkan oleh Jimly A. Bahwa istilah keatuan yang bersifat
persatuan itu harus dikembalikan kepada bunyi rumusan sila ketiga dalam
Bentuk negara keatuan telah termaktub dalam UUD 1945 Pasal 1 ayat (1).
UUD 1945.44
sebuah negara yang merdeka. oleh karen itu, memilih bentuk negara
43
Soehino, Ilmu Negara (Yogyakarta, Liberty, 2000) hlm. 224
44
Jimly Asshiddiqie, Konstitusi dan Konstitualisme, (Jakarta, Konstitusi Press,
2006) hlm. 213
27
founding fathers kala itu, dan bukan karena perintah Pancasila, khususnya
sila ketiga.45
geografis yang luas yang terurai dalam puluhan ribu pulau, serta
desentralistis.46
istilah desentralisasi berasal dari bahasa lati, yaitu de artinya lepas, dan
centrum artinya pusat atau (away from centre). Jadi, desentralisasi adalah
45
Keterangan ini disampaikan oleh Mahfud MD, saat menyampaikan mata kuliah
Otonomi Daerah di kampus Universitas Islam Indonesia. 21-11-2014
46
Pratikno, “Desentalisasi Pilihan Yang Tidak Pernah Final” dalam buku
“Kompleksitas Persoalan Otonomi Daerah di Indonesia”, Editor. Abdul Gaffar Karim.
Cet III (Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2011) hlm. 33
28
47
Juanda, Hukum Pemerintahan Daerah, (Bandung, Alumni, 2004) hlm.117
48
G. Shabbir Cheema dan Dennis A. Rondinelli, Decentralization and
Development, (California, SAGE-Publications, 1983) hlm. 18
49
Soehino, Hukum tatanegara Perkembangan Otonomi Daerah, cet, II
(Yogyakarta, BPFE, 2004) hlm. 131
29
dkk; Karena salah satu fungsi otonomi daerah atau desentralisasi adalah
dalam rangka penguatan integritas nasional. Dan lagi salah satu yang
berikut.
50
Tunner, Mark and Hume, David, “Governance, Administration and
Development”, (London, MacMillan LTD, 1990). Hlm. 75
51
Syaukani HR, Afan Gaffar dan M. Ryaas Rasyid, Otonomi Daerah Dala
Negara Kesatuan, (Yogyakarta, Pustaka Pelajar,2002). hlm. 274
52
Juanda, Hukum Pemerintahan Daerah, (Bandung, Alumni, 2004) hlm. 22
30
sendiri. Namun, yang mejadi titik tekan dalam pengertian ini terdapat
kesatuan (unitarisme).
negara yang diterima dan disepakati oleh para pembentuk negara RI (the
53
Bagir Manan, Hubungan antara Pusat dan Daerah Menurut UUD 1945,
(Jakarta, Pustaka Sinar Harapan, 1994) hlm. 16
54
Ibid., hlm. 19
32
dan otonomi daerah merupakan dua sisi dari satu mata uang. 55 Ia
kesatuan dan mencirikan negara demokrasi. Akan tetapi, hal itu tidaklah
55
Bhenyamin Hoessein, Berbagai Faktor Yang Mempengaruhi Besarnya
Otonomi Daerah Tingkat II , Desertasi Pasca Sarjana UI,1993. dikutip dari Desertasi,
Nukhtoh Arfa Wie Kurde, Peranan Desentralisasi dan Otonomi Daerah Dalam
Penguatan Integritas Negara Kesatuan Indonesia, (Pasca Sarjana UII, Yogyakarta, 2006).
Hlm. 65
56
Ibid,. Hlm. 12
57
The Liang Gie, Kumpulan Pembahasan Terhadap Undang-undang Tentang
Pokok Pemerintahan Daerah Indonesia, (Yogyakarta, Karya Kencana, 1997) hlm. 42-43
33
debirokratisasi.61
58
Bagir Manan, Hubngan....Op, Cit., hlm. 21
59
Irawan Soejito, dikutip dari Bagir Manan, Hubungan... Op. Cit., hlm. 22
60
Amarah Muslimin, Aspek-aspek Hukum Otonomi Daerah (Bandung, Alumni,
1978) Hlm. 15
61
Tri Ratnawati, “Desentalisasi Dalam Konsep Dan Implementasinya Di
Indonesia Di Masa Transisi; Kasus UU No. 22 Tahun 1999 Tentang Pemerintahan
Daerah” dalam buku “Kompleksitas Persoalan Otonomi Daerah di Indonesia”, Editor.
Abdul Gaffar Karim. Cet III (Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2011) hlm. 76
34
3. Otonomi Desa
1. Otonomi materiil
daerah.
2. Otonomi formil
3. Otonomi riil
memintanya.
otonomi daerah dan desa adalah sama. Akan tetapi ada perbedaan
asas desentralisasi.
desa itu terbentuk, atau otonomi desa berasal dari asal-usul, adat istiadat
yang mencakup kehidupan lahir dan batin penduduk desa. Otonomi desa
desentralisasi. 62
62
Bayu Surianingrat, Desa dan kelurahan menurut UU No.5 Tahun 1979
36
protes, serta terciptanya iklim gotong royong. Bahkan Hatta lebih tegas
menyatakan, demokrasi yang asli itu sebenarnya hanya ada ditingkat desa,
ada empat pandangan. Pertama, secara legal formal yang biasanya sering
63
Jimly Asshiddiqie, Gagasan Kedaulatan Rakyat.... Op.Cit. hlm. 30
64
Ni’matul Huda, “Hukum Pemerintahan Desa...... Op. Cit. hal. 47
37
berarti desa merupakan sebuah subyek hukum yang berhak dan berwenang
pengakuan negara terhadap eksistensi desa beserta hak asal usul dan adat
eksistensi desa yang umurnya jauh lebih tua ketimbang NKRI. Pengakuan
adalah pijakan pertama, tetapi pengakuan belum cukup. Lebih dari sekedar
padanan frasa “kesatuan masyarakat hukum”, tetapi sejauh ini belum ada
berdasarkan asal usul dan adat setempat. Konsep otonomi asli justeru bias
menjadi jebakan yang mematikan bagi desa, sebab banyak hal yang “asli”
milik desa khususnya sumber daya alam telah diambil oleh negara dan di
Otonomi desa tidak bisa lepas dari kontek relasi antara desa dan
otonomi desa yang hendak dicapai, dengan demikian otonomi desa harus
65
Sutoro Eko, Masa Lalu.... dalam Ni’matul Huda, “Hukum Pemerintahan
Desa.. Op.Cit. hal. 48
66
Sutor o Eko dkk, Prakarsa Desentralisasi dan Otonomi Desa, (Yogyakarta,
IRE Press, 2005) Hlm. 53
67
Ibid..... hlm. 53
39
mendapatkan pengakuan jauh sebelum NKRI ini terbentuk. Desa dan desa
adat sebagai kesatuan masyarakat hukum atau biasa disebut dengan self-
68
Hanif Nurcholis, “Pertumbuhan.... Op., Cit,. hlm. 21-24
40
dalam Undang-undang.”
desa benar adanya, dan tidak cukup hanya sekedar diberikan oleh negara,
tetapi lebih dari itu, pengakuan adanya susunan asli dan hak asal usul
otonomi asli.
F. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
yaitu studi pustaka sebagai data sekunder atau biasa disebut dengan liberry
Daerah dan Desa yang berlaku. Selanjutnya dengan jenis penelitian non
2. Obyek Penelitian
41
Daerah dan Desa. Adapun batasan penelitian ini, difokuskan pada masa
dari bahan hukum primer, sekunder, dan bahan hukum tersier.69 Bahan
Daerah
Daerah.
sebelumnya.
69
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, “Penelitian Hukum Normatif, Suatu
Tinjauan Singkat”, (PT. Raja Grafindo Persada, 2003) hlm. 13
42
Daerah.
outhorities) terdiri dari berbagai kajian ilmiah, seperti jurnal, buku, hasil
diskusi lainnya yang ada kaitannya dengan objek penelitian. Hal demikian
konperhensif.
dengan objek penelitian ini. pengumpulan data dilakukan pula dengan cara
5. Metode Pendekatan
Pemerintahan Daearah dan Desa, pasca reformasi 1998, baik dari aspek
G. Sistematika Penulisan
berikut. Adapun penelitian ini terdiri dari lima bab, dan masing-masing
penulisan.
Bab II, dalam bab ini penulis mencoba akan mengurai tentang
BAB III, fakus bab ini akan difokuskan pada analisis hubungan
daerah dan desa berdasarkan pasca reformasi. Adapun sub bab yang
45
dalam UU No.22 Tahun 1999 dan UU No. 32 Tahun 2004. Dan hubungan
daerah dan desa sebelum dan sesudah UU No 6 Tahun 2014, yang terdiri
Tahun 2014
dalam penutup terdiri menjadi dua bagian, yakni kesimpulan dan saran.