Anda di halaman 1dari 5

Solomon Stefan Elliot Murdiono, 12A4/32

Peran Sistem Administrasi dan Pembagian Wilayah dalam Menjaga


Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia
Solomon Stefan Elliot Murdiono, XIIA4/32
Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia merupakan organisasi yang berperan penting
bagi dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia. Organisasi yang menggantikan BPUPKI ini
menggelar siding sebanyak tiga kali setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia tanggal 17
Agustus 1945 yakni pada tanggal 18, 19, dan 22 Agustus 2021. Dalam setiap sidang ini, dibahas
hal-hal penting mengenai kelengkapan negara mulai dari pembentukan konstitusi, perancangan
kelembagaan pemerintahan, hingga tata negara untuk memastikan proses kemerdekaan Indonesia
dapat berjalan secara terencana dengan adanya struktur kenegaraan yang jelas untuk
memungkinkan pemerintahan yang mandiri.
Setelah proklamasi kemerdekaan, Indonesia belum memiliki struktur pemerintahan yang
terorganisir. Padahal, pemerintahan merupakan salah satu syarat fundamental berjalannya suatu
negara. Sebagai negara dengan kawasan geografis yang sangat luas, tepatnya 5.193.250 km² terdiri
atas 1.919.440 km² daratan dan 3.273.810 km² perairan, dibutuhkan sistem administrasi negara
yang jelas untuk memelihara keutuhan NKRI dan memaksimalkan pemerataan pembangunan
nasional.1 Inilah yang menjadi tugas dan tanggung jawab PPKI, yakni untuk memastikan
terbentuknya sistem pemerintahan yang tidak bersifat sentris atau terpusat pada satu daerah saja,
melainkan adil dan merata untuk menjangkau seluruh wilayah Indonesia. Kegagalan untuk
mewujudkan hal ini bisa mengakibatkan ketidakpuasan rakyat yang berpotensi memicu
perpecahan dalam NKRI, sehingga sidang PPKI yang memberikan sebuah landasan pengaturan
administrasi negara mulai dari tingkat tertinggi ke tingkat terendah menjadi suatu hal yang sangat
krusial dalam melengkapi kebutuhan negara.
Usaha membentuk sistem pemerintahan yang terstruktur tentu melalui proses yang
panjang. Perjalanan ini dimulai dari sidang PPKI ke-1 yang membentuk sebuah pemerintahan
pusat dibawah pimpinan Ir. Soekarno sebagai Presiden dan Drs. Mohammad Hatta sebagai Wakil
Presiden. Bersama dengan ini, disahkan UUD 1945 sebagai landasan konstitusional Indonesia
dalam melaksanakan kegiatan kenegaraan. Pembentukan Komite Nasional Indonesia Pusat
(KNIP) dilakukan juga untuk membantu tugas Presiden sebelum terbentuknya MPR dan DPR.
KNIP inilah yang menjadi cikal bakal majelis legislatif di Indonesia yang bertugas menetapkan
Garis-Garis Besar Haluan Negara.2
Hasil sidang PPKI ke-2 adalah pembagian wilayah Indonesia menjadi 8 Provinsi, yakni
Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatra, Borneo, Sulawesi, Maluku, dan Sunda

1
Arum Sutrisni, “Letak dan Luas Indonesia”, Kompas, diakses pada 23 Agustus 2021, pukul 16.30,
https://www.kompas.com/skola/read/2020/05/22/193000869/letak-dan-luas-indonesia?page=all
2
Serafica Gischa, “Komite Nasional Indonesia Pusat”, Kompas, diakses pada 23 Agustus 2021, pukul 16.30,
https://www.kompas.com/skola/read/2021/02/15/135133769/komite-nasional-indonesia-knip-tujuan-pembentukan-
dan-tugasnya
Solomon Stefan Elliot Murdiono, 12A4/32

Kecil yang masing-masing dipimpin oleh Gubernur dengan dibantu oleh Komite Nasional Daerah.
Pasal 18 UUD 1945 yang disahkan pada sidang PPKI ke-1 pada 18 Agustus 1945 menyatakan
bahwa negara Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi, dan daerah provinsi itu dibagi atas
kabupaten dan kota, yang tiap-tiap provinsi, kabupaten, dan kota itu mempunyai pemerintahan
daerah, yang diatur dengan undang-undang. Pembagian wilayah ini menjadi dasar
penyelenggaraan asas dekonsentrasi, desentralisasi, dan tugas pembantuan untuk pembagian
administratif dalam rangka pemerataan pembangunan nasional Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Sidang PPKI ke-3 menjadi sidang terakhir sebelum organisasi ini dibubarkan pada tanggal
29 Agustus 1945. Sidang yang memfokuskan kepada kelengkapan negara ini menghasilkan
pembentukan beberapa kelembagaan negara demokrasi yakni Partai Nasional Indonesia (PNI)
yang mengambil nama dari partai pra-perang Soekarno sebagai media partai politik bagi rakyat
dalam mendukung pemerintah. Untuk menjaga ketertiban, dibentuk pula Badan Keamanan Rakyat
(BKR) yang berfungsi untuk mengembalikan kestabilan umum sekaligus membantu korban
perang pasca-kemerdekaan di berbagai wilayah Indonesia.
Sejarah pemekaran wilayah Indonesia bisa ditelusur hingga Konferensi meja Bundar di
Den Haag, yang menghasilkan kesepakatan antara Republik Indonesia, Bijeenkomst voor Federaal
Overleg (BFO), dan Belanda untuk didirikannya negara federasi Republik Indonesia Serikat (RIS)
pada 27 Desember 1949, yang terdiri atas 15 negara bagian.3 Hal ini menyebabkan perubahan yang
besar yakni bentuk negara dari kesatuan menjadi federal dan sistem pemerintahan dari presidensial
menjadi parlementer. Pada 17 Agustus 1950, Soekarno mengeluarkan Dekrit Presiden yang salah
satu isinya adalah membubarkan RIS dan mengembalikan Indonesia ke bentuk negara kesatuan,
sekaligus memulai era orde lama.
Pemekaran provinsi Indonesia di era orde lama berawal dengan Provinsi Sumatera dipecah
menjadi 3 provinsi, yakni Sumatera Barat, Sumatera Utara, dan Sumatera Selatan dan Provinsi Jawa
Tengah dipecah menjadi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Kemudian dilanjutkan pada
1956, dengan bertambahnya 4 Provinsi baru dari pecahnya Kalimantan menjadi Kalimantan Barat,
Kalimantan Selatan, dan Kalimantan Timur, serta Aceh dari pemekaran Sumatra Utara. Kemudian
pada 1957, terbentuk Provinsi Kalimantan Tengah dari pemekaran Kalimantan Selatan. Pada 1958,
Sumatra Tengah dipecah menjadi Jambi, Riau, dan Sumatera Barat dan Provinsi Sunda Kecil dipecah
menjadi Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur. Lalu pada 1960, Provinsi Sulawesi
dipecah menjadi Provinsi Sulawesi Utara dan Sulawesi Selatan dan terakhir di era orde lama, pada
tahun 1964, Provinsi Lampung terbentuk dari pemekaran Sumatra Selatan, Provinsi Sulawesi Tengah
dari pemekaran Sulawesi Utara, dan Provinsi Sulawesi Tenggara dari pemekaran Sulawesi Selatan.

Pemekaran berlanjut pada era orde baru dengan terbentuknya Provinsi Bengkulu yang
dimekarkan dari Sumatera Selatan dan juga bergabungnya Irian Barat secara resmi pada 1969 sebagai
provinsi ke-26 Indonesia. Timor Timur menjadi bagian dari Indonesia pada 1976, sebelum

3
Ari Welianto, “Perkembangan Wilayah Indonesia”, Kompas, diakses pada 23 Agustus 2021, pukul 16.30,
https://www.kompas.com/skola/read/2020/07/13/143000369/perkembangan-wilayah-indonesia?page=all
Solomon Stefan Elliot Murdiono, 12A4/32

memisahkan diri menjadi Timor Leste pada tahun 2002 dibawah naungan PBB. Di era reformasi,
pemekaran juga tidak berhenti dengan munculnya berbagai provinsi baru seperti: Provinsi Papua
Barat dari pemekaran Papua dan Provinsi Maluku Utara dari pemekaran Maluku pada 1999, Provinsi
Banten dari pemekaran Jawa Barat, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Provinsi Gorontalo dari
pemekaran Sulawesi Utara pada 2000, Provinsi Kepulauan Riau dari pemekaran Riau pada 2002,
Provinsi Sulawesi Barat dari pemekaran Sulawesi Selatan pada 2004, dan terakhir Provinsi
Kalimantan Utara dari pemekaran Kalimantan Timur pada 2012. (Welianto, 2020)4

Berdasarkan UU Nomor 22 Tahun 1999, pemberian keleluasaan kepada daerah untuk


menyelenggarakan otonomi daerah bertujuan untuk menekankan prinsip demokrasi, mendorong
peran serta masyarakat, mewujudkan keadilan, dan memperhatikan potensi dan keanekaragaman
daerah. Sebuah amandemen yang mengubah sistem kekuasaan negara yakni UU nomor 32 Tahun
2004 memberi peluang otonomi daerah yang lebih luas. Pengertian otonomi daerah menurut UU
No. 32 Tahun 2004 adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan
mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan
peraturan perundang-undangan. Dengan adanya pemerintah daerah, orientasi pembangunan
diubah dari prinsip efisiensi dan pertumbuhan menjadi prinsip kemandirian dan keadilan.
Perubahan ini memiliki dampak yang besar terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara, secara
khusus dalam penerapan asas dekonsentrasi, desentralisasi, dan tugas pembantuan.
Peran asas dekonsentrasi, desentralisasi, dan tugas pembantuan sangat esensial dalam
menjembatani dan memperpendek rentang kendali pelaksanaan tugas dan fungsi pemerintah
sehingga pembinaan dan pengawasan terhadap penyelenggaraan urusan pemerintahan hingga
tingkat terendah bisa terjangkau dengan efektif. Hal ini menjaga keutuhan NKRI dengan menjamin
demokrasi, yakni memegang prinsip “dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat”. Aplikasinya
adalah dalam pemecahan masalah setempat, ketiga asas tersebut memungkinkan keterlibatan
rakyat yang lebih besar baik secara langsung maupun melalui wakil-wakilnya dalam parlemen
dalam perumusan, pelaksanaan, dan evaluasi kebijakan public untuk kepentingan masyarakat.
Melalui ketiga asas ini, pemerintah juga bisa menjadi motor penggerak untuk memberdayakan
daerah-daerah yang terisolasi atau memiliki aksesibilitas kurang. Hal ini bisa mengurangi
kesenjangan antar daerah, meningkatkan kesejahteraan umum masyarakat, mengidentifikasi
potensi keanekaragaman sosial budaya daerah, dan meningkatkan keadilan dalam politik
pembangunan.
Untuk menyimpulkan, konstruksi perwilayahan Indonesia dengan implementasi asas
dekonsentrasi, desentralisasi, dan tugas pembantuan merupakan aspek yang penting untuk
diperhatikan dalam penyelenggaraan pemerintahan. Sistem administratif yang baik akan
memelihara keutuhan NKRI dan meningkatkan kesejahteraan umum dengan adanya prosedur
penugasan Pemerintah Pusat kepada daerah yang lebih efisien dan efektif. Otonomi daerah yang
nyata, bertanggung jawab, dan dinamis memungkinkan pengaturan rumah tangga yang mandiri
dengan menyesuaikan faktor-faktor objektif kedaerahan, dalam lingkup batasan konsekuensi

4
Ibid., hlm. 2
Solomon Stefan Elliot Murdiono, 12A4/32

mutlak dan wajar sebagai negara kesatuan sebagaimana telah ditetapkan dalam UUD 1945 yang
disahkan dalam sidang PPKI.
Solomon Stefan Elliot Murdiono, 12A4/32

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2021. “Hasil Sidang PPKI Terlengkap yang Digelar Sebanyak Tiga Kali”. Detik.com. Diakses
pada 21 Agustus 2021, pukul 18:50. https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5563034/hasil-sidang-
ppki-terlengkap-yang-digelarsebanyak-tiga-kali
Endah, Kiki. 2016. “Pelaksanaan Otonomi Daerah di Indonesia”. Moderat Jurnal. Diakses pada 23 Agustus
2021, pukul 19.00. https://jurnal.unigal.ac.id/index.php/moderat/article/view/2697
Gischa, Serafina. 2020. “Komite Nasional Indonesia Pusat”. Kompas. Diakses pada 23 Agustus 2021, pukul
19.00. https://www.kompas.com/skola/read/2021/02/15/135133769/komite-nasional-indonesia-
knip-tujuan-pembentukan-dan-tugasnya
Hasanah, Sovia. 2017. “Arti dan Maksud Tugas Pembantuan Pemerintah”. Hukum Online.com. Diakses
pada 23 Agustus 2021, pukul 19.00.
https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt58b4dd94d9b04/arti-dan-maksud-tugas-
pembantuan-pemerintah/
Maharani, Anajeng. 2015. “Urgensi Desentralisasi, Dekonsentrasi, dan Tugas Pembantuan dalam
Menjamin Keutuhan Kegara Kesatuan Republik Indonesia”. Jurnal UNS. Diakses pada 23 Agustus
2021, pukul 19.00. https://jurnal.uns.ac.id/respublica/article/viewFile/46732/29318
Nuradhawati, Rira. 2020. “Dinamika Sentralisasi dan Desentralisasi di Indonesia”. Academia Praja.
Diakses pada 23 Agustus 2021, pukul 19.00. https://ejournal.fisip.unjani.ac.id/index.php/jurnal-
academia-praja/article/view/90
Sutrisni, Arum. 2020. “Letak dan Luas Indonesia”. Kompas. Diakses pada 23 Agustus 2021, pukul 19.00.
https://www.kompas.com/skola/read/2020/05/22/193000869/letak-dan-luas-indonesia?page=all
Tenrini, Rita. 2013. “Pemekaran Daerah: Kebutuhan atau Euforia Demokrasi?”. Kemenkeu. Diakses pada
23 Agustus 2021, pukul 19.00.
https://www.kemenkeu.go.id/sites/default/files/2013_kajian_pkapbn_mengapa%20harus%20mekar
_rth.pdf
Wahyun, Andik. 2013. “Pemekaran Wilayah dan Otonomi Daerah Pasca Reformasi di Indonesia: Konsep,
Fakta Empiris, dan Rekomendasi ke Depan”. Media Neliti. Diakses pada 23 Agustus 2021, pukul
19.00. https://media.neliti.com/media/publications/107897-ID-pemekaran-wilayah-dan-otonomi-
daerah-pas.pdf
Welianto, Ari. 2021. “Perkembangan Wilayah Indonesia”. Kompas. Diakses pada 23 Agustus 2021, pukul
19.00. https://www.kompas.com/skola/read/2020/07/13/143000369/perkembangan-wilayah-
indonesia?page=all

Anda mungkin juga menyukai