PROPOSAL SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar Sarjana Hukum (S.H)
Jurusan Hukum Pidana Islam (Jinayah)
Oleh:
FAKULTAS SYARIAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SULTAN AMAI GORONTALO
2023
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Pembimbing penulisan proposal skripsi mahasiswa atas nama Shava
Clara Ainshabilla, NIM 192032039, program studi Hukum Pidana Islam,
Fakultas Syariah, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sultan Amai Gorontalo,
setelah dengan seksama meneliti dan mengoreksi proposal skripsi yang
bersangkutan dengan judul “Implementasi Undang-Undang Nomor 22 Tahun
2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dalam Penegakan Hukum
terhadap Balapan Liar di Kota Gorontalo”, memandang bahwa proposal
skripsi tersebut telah memenuhi syarat-syarat ilmiah dan dapat disetujui untuk
diajukan ke Seminar Proposal.
Demikian persetujuan ini diberikan untuk proses lebih lanjut.
Gorontalo, September
2023
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Arhjayati Rahim, SH., M.H Nur Aina Ahmad, SPd., M.Pd
NIP: 198411232009012017 NIP: 198411212011012009
Mengetahui:
Ketua Jurusan Hukum Pidana Islam (Jinayah)
i
NIP: 198411232009012017
ii
1
A. Latar Belakang
Pelanggaran lalu lintas adalah hal yang paling sering terjadi di jalan raya,
yang dilakukan oleh sebagian besar masyarakat baik pengguna jalan roda empat,
roda dua, maupun bus atau truk. Hal ini yang menjadi masalah utama di jalan raya
dan menjadi tugas penting oleh kepolisian.1 Fenomena pelanggaran yang marak
terjadi yaitu pelanggaran lalu lintas seperti balap liar, yang umumnya balap motor
merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh orang dewasa secara terorganisasi
mesin, kecepatan dan lainnya. Kegiatan ini pada umumnya dilakukan sebagai
ajang olahraga yang berjenis hobi yang nantinya akan mengarah kepada sebuah
yang sedang berbalapa ataupun menimbulkan kemacetan karena ruas jalan ditutup
oleh penyelenggara balapan, balap liar juga dapat memicu kecelakaan yang dapat
menimbulkan korban jiwa, baik dari para pembalap maupun para penonton balap
liar tersebut. Balap liar ini merupakan kegiatan yang tergolong yang sangat
pembalap maupun bagi penontonnya. Balapan liar di jalan raya adalah perilaku
1
Sasambe, “Kajian Terhadap Penyelesaian Pelanggaran Peraturan Lalu Lintas Oleh
Kepolisian”, (Jurnal Lex Crimen, Vol 5, Nomor 1, 2016), h. 82.
2
Moeljatno, Asas-Asas….., h. 182.
2
membahayakan baik pembalap liar maupun pengguna jalan yang lain. Kemudian
nasional diatur dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang lalu lintas
dan angkutan jalan. Undang-Undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan menjadi
hukum masyarakat terhadap etika berlalu lintas dapat dikatakan masih rendah. Hal
hari tidak diimbangi dengan sikap bertanggung jawab dan patuh atau taat terhadap
etika berlalu lintas atau tata cara berlalu lintas yang baik dan benar menurut
Undang-Undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, balapan liar di jalan raya itu
Pihak kepolisian melakukan patroli pada wilayah tersebut. Adapun aksi balap liar
pengendara lain serta aksi ugal-ugalan para pelaku balap liar juga rawan
mengakibatkan kecelakan. 6
Adapun balapan liar di Gorontalo Utara menabrak seorang anggota TNI,
di mana motor keduanya rusak parah, dan mengakibatkan anggota TNI tersebut
Gorontalo, yaitu balap liar. Hampir setiap malam minggu hal ini terjadi.
Masyarakat berharap Balap liar di Kota Gorontalo ini agar cepat teratasi, karena
sangat meresahkan masyarakat, diakibatkan kanalpot yang bising dan juga bisa
mengakibatkan kecelakaan.8
penyakit masyarakat yang perlu segera diobati. Aksi balap liar dilakukan tanpa
balap liar maupun pengguna jalan lainnya. Adanya balap motor yang dilakukan
berharap dapat diberikan sanksi kepada pembalap liar karena bisa menyebabkan
Balapan liar ini merupakan perbuatan yang dilarang dalam Pasal 297,
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan,
yaitu:
Setiap orang yang mengemudikan kendaraan bermotor berbalapan di jalan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 115 huruf b dipidana dengan pidana
kurungan paling lama 1 (satu) tahun atau denda paling banyak RP
3.000.000,00 (tiga juta rupiah).10
6
Soepomo, Kepala Satuan Lalu Lintas Polresta Kota Gorontalo, Hasil wawancara pada
tanggal 24 Oktober 2023.
7
Liputan6.com/regional/read/45, Di akses pada tanggal 6 November 2023.
8
Https://tribratanews.gorontalo.polri.go.id, Di akses pada tanggal 6 November 2023.
9
https://prosesnews.id, Di akses pada tanggal 6 November 2023.
4
Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
Gorontalo”`
B. Rumusan Masalah
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dalam penegakan hukum terhadap pelaku
1. Tujuan Penelitian
tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dalam penegakan hukum terhadap
2. Kegunaan Penelitian
a. Teoretis
Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dalam penegakan
b. Praktis
Gorontalo.
2) Menjadi sumber referensi ilmiah baru dalam meneliti suatu masalah terkait
permasalahan yang ada di dalam penelitian ini dan menjadi referensi peneliti
22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dalam penegakan
1. Definisi Operasional
a. Implementasi
umum adalah suatu tindakan atau pelaksanaan rencan yang telah disusun secara
cermat dan rinci (matang).11 Kata implementasi berasal dari bahasa Inggris yaitu
atau swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan
nilai maupun sikap yang terealisasi. Adapun implementasi yang dimaksud dalam
tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dalam penegakan hukum terhadap pelaku
11
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, (Jakarta: Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan, 2016), h. 427.
12
Solichin Abdul Wahab, Analisis Kebijakan dari Formulasi ke Implementasi Kebijakan
Negara, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), h. 65.
13
Ibid., h. 66.
7
Jalan
Angkutan Jalan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pada pasal 297, yaitu:
Setiap orang yang mengemudikan kendaraan bermotor berbalapan di jalan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 huruf b dipidana dengan pidana
kurungan paling lama 1 (satu) tahun atau denda paling banyak RP
3.000.000,00 (tiga juta rupiah).14
c. Penegakan Hukum
berfungsi norma-norma sebagai dasar pelaku hukum yang ada di masyarakat dan
negara. Sistem penegakan hukum adalah terkait adannya keserasian antara nilai-
dilakukan oleh subjek hukum, baik melalui prosedur peradilan ataupun melalui
14
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan, Pasal 297.
15
Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, (Bandung: Alumni, 1986), h. 21.
16
Barda Nawawi Arif, Masalah Penegakan Hukum dan Kebajikan Penanggulangan
Kejahatan, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2001), h. 28.
8
penegakan hukum yang dimaksud dalam penelitian ini adalah penegakan hukum
d. Balapan Liar
Balapan liar adalah sebuah aktivitas ilegal di mana para para pesertanya,
resmi dalam sebuah kompetisi kecepatan di jalan raya atau area umum yang
bukan arena balap resmi. Dalam balapan liar, para peserta berusaha mencapai
yang berbahaya dan tidak terkendali. Balapan liar sering kali melibatkan
yang lebih kuat, penggantian suspensi, atau perubahan lainnya. Kegiatan ini sering
masyarakat umum yang ada disekitarnya. Selain itu, balapan liar juga illegal
berbahaya serta merusak property publik. 17 Adapun balap liar yang dimaksud
dalam penelitian ini adalah balap liar yang berada di Kota Gorontalo.
e. Kota Gorontalo
Kota Gorontalo yang dimaksud adalah Ibu Kota Provinsi Gorontalo yang
Teluk Tomini (Teluk Gorontalo), sehingga menjadi Kota Gorontalo sebagai pusat
17
Yosep Dwi Rahadyanto, “Upaya dan Kendala Polisi dalam Menanggulangi Tindak
Pidana Perjudian Balap Liar di Kabupaten Sleman, Skripsi, (Yogyakarta: Fakultas Hukum,
Universitas Atma Jaya Yogyakarta, 2014), h. 7.
9
islam.18 Adapun Kota Gorontalo yang dimaksud dalam penelitian ini adalah di
mana masih maraknya para pelaku balapan liar yang berada di Kota Gorontalo.
Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dalam penegakan hukum
Angkutan Jalan dalam penegakan hukum terhadap pelaku balapan liar di Kota
Gorontalo.
E. Telaah Pustaka
sebagai berikut:
1. Skripsi dari Izhar Mega, dari fakulas Hukum, Universitas Negeri Gorontalo
penelitian dari Izhar Mega adalah ada beberapa faktor penyebab maraknya
18
https://bappeda.gorontaloprov.go.id, di akses tanggal 2 Agustus 2023, pukul 22:33.
10
mempunyai kesamaan kepentingan yang sama baik itu klub motor maupun
baik bagi diri sendiri maupun orang lain atau lingkungan masyarakat
sekitarnya. Minimnya pendidikan formal, dalam hal ini pendidikan moral dan
agama yang sangat minim serta tingkat pengetahuan yang di bawah rata-rata.
Kemudian, dalam praktiknya ada beberapa hal yang dilakukan oleh pihak
berwajib, apabila terjadi suatu aski-aksi brutal balapan liar yang dilakukan
2. Skripsi dari Ahmad Fauzi, dari Fakultas Hukum, Universitas Andalas Padang
kepolisian dalam menanggulangi balap liar yang dilakukan oleh remaja dan
19
Izhar Mega, “Tinjauan Kriminologi terhadap Aksi Balap Liar Dikalangan Remaja di
Kecamatan Limboto”, Skripsi, (Gorontalo: Fakultas Hukum, Universitas Negeri Gorontalo, 2015).
11
penanggulangan tindak pidana balap liar yang dilakukan oleh remaja dan
upaya preventif dengan cara melakukan operasi one night service setiap
masyarakat agar dapat membubarkan jika terjadi aksi balap liar dan segera
informasi sehingga ketika ada patrol dan razia para pelaku sudah tidak ada di
tempat dan ketika mereka melihat anggota kepolisian para pelaku kabur dan
kedua orang tua dan tidak adanya sarana dan pra sarana penunjang hobi anak
remaja tersebut.20
20
Ahmad Fauzi, “Upaya Kepolisian dalam Penanggulangan Tindak Pidana Balap Liar
yang dilakukan oleh Remaja di Wilayah Hukum Polresta Padang”, Skripsi, (Padang: Fakultas
12
pelaku balap liar di Kota Banjarbaru dan juga apa saja sanksi hukum yang
Goes to Campus, police goes to campus juga melalui radio dan media social,
akan bahayanya balapan liar yang dapat membahayakan diri sendiri maupun
orang lain. Kemudian, sanksi hukum yang sudah diterapkan apparat kepolisian
Kota Banjarbaru kepada pelaku balapan liar di Kota Banjarbaru ini berupa
tilang, pemanggilan orang tua, serta membuat surat pernyataan untuk tidak
mengulangi lagi, karena sanksi yang diberikan berupa tilang dan pemanggilan
orang tua yang membuat mereka tidak jera. Sanksi bagi yang dewasa berupa
penilangan dan membuat surat pernyataan, sanksi bagi yang dibawah umur
pulang.21
Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dalam penegakan
hukum terhadap pelaku balapan liar di Kota Gorontalo dan bagaimana upaya yang
balapan liar.
F. Kajian Teori
(machtstaat). Oleh karena itu, hukum harus dijadikan sebagai prinsip serta pijakan
sesuai dengan Pancasila dan Undang Undang Dasar 1945 yang menjunjung tinggi
hak asasi manusia dan menjamin setiap warga negara mempunyai kedudukan
yang sama di muka hukum, serta wajib menjunjung hukum dan pemerintahan
tanpa terkecuali. Oleh karena itu, hukum yang efektif adalah hukum yang sesuai
dengan apa yang tertulis (law in book) dengan apa yang diterapkan dalam
berbicara tentang apa yang seharusnya (das sollen) dan bukan apa yang
semestinya (das sein), maka beberapa pakar seperti Hans Kelsen menegasikan
efektivitas hukum. Selama suatu hukum sudah dapat dinyatakan valid, yakni
merupakan norma yang mengatur perbuatan manusia, dibentuk oleh organ negara
22
Hans Kelsen, Teori Umum Tentang Hukum Negara, (Bandung: Nusa Media, 2014), h.
21.
14
maka hukum tersebut adalah sah dan dapat dianggap sebagai hukum.23
lakunya.24
suatu kegiatan yang terencana dan untuk mencapai tujuan kegiatan. 26Menurut
23
Hans Kelsen, Teori Umum Hukum Dan Negara, Dasar-Dasar Ilmu Hukum Normatif
Sebagai Ilmu Hukum Deskriftif-Empirik, (Jakarta: BEE Media Indonesia, 2007), h. 10.
24
Ishaq, Dasar-Dasar Ilmu Hukum, (Jakarta: Sinar Grafika, 2008), h. 244.
25
Affan Gaffar, Otonomi Daerah dalam Negara Kesatuan, (Yogyakarta: Pustaka Belajar
Kedasama, 2009), h. 294.
26
Nurdin Usman, Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum, (Bandung: CV Sinar Baru,
2002), h. 65.
27
Guntut Setiawan, Implementasi dalam Birokrasi Pembangunan, (Jakarta: Balai Pustaka,
2004), h. 40.
15
ketersediaan sumber daya dalam jumlah dan mutu tertentu, sikap dan komitmen
dari pelaksana program atau kebijakan birokrat, dan struktur birokrasi atau standar
aktivitas, tetapi suatu kegiatan yang terencana dan dilakukan secara sungguh-
b. Target grup yaitu kelompok masyarakat yang menjadi sasaran dan ditetapkan
a. Komunikasi
28
Ibid., h. 45.
29
Ibid., h. 55.
16
b. Sumber Daya
daya finansial.
menjalankan kebijakan dengan baik seperti apa yang diinginkan oleh pembuat
hukum; pertama, hukum yang dibuat oleh institusi kenegaraan, dapat kita sebut
30
Usman, Konteks….., h. 74-75.
17
kesadaran hukum dan budaya hukum, seperti hukum adat; ketiga, hukum yang
dibuat atau terbentuk sebagai bagian dari perkembangan pemikiran di dunia ilmu
dipatuhi. Oleh karena itu, memberikan keadilan dalam suatu perkara berarti
kenyataan.33
Secara konsepsional, inti dan arti penegakan hukum terletak pada kegiatan
31
Ibid., h. 85.
32
Dellyana Shant, Konsep Penegakan Hukum, (Yogyakarta: Liberty, 1988), h. 32.
33
Satjipto Raharjo, Masalah Penegakan Hukum, (Bandung: Sinat Baru, 1983), h. 24.
18
yang baik dan yang terwujud dalam serangkaian nilai untuk menciptakan,
penegakan hukum dipengaruhi oleh beberapa faktor yang mempunya arti netral.
a. Hukum (Undang-Undang)
hukum
e. Faktor kebudayaan, sebagai hasil karya cipta dan rasa yang didasarkan pada
hanya sebagai alat kontrol sosial atau sarana untuk menjaga stabilitas negara
semata, akan tetapi juga sebagai alat untuk melakukan pembaharuan di dalam
penegakan hukum yang rasional. Penegakan hukum pidana secaea rasional yaitu:
situasi masa kini dan masa yang akan datang, kemudian merumuskannya
keadilan dan daya guna. Tahap ini merupakan tahap kebijakan legislatif.
34
Soerjono Soekanto, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, (Jakarta:
Raja Grafindo Persada, 1983), h. 5
19
b. Tahap aplikasi, yaitu tahap penegakan hukum pidana (tahap penerapan hukum
hukum harus memegang teguh nilai-nilai keadilan dan daya guna. Tahap ini
c. Tahap eksekusi, yaitu tahap penegakan hukum pidana secara konkret oleh
aparat pelaksana hukum pidana. Dalam tahap ini aparat pelaksana pidana
daya guna.35
Ketiga tahap tersebut, dilihat sebagai suatu usaha atau proses yang rasional
yang sengaja direncanakan untuk mencapai tujuan tertentu. Cita hukum bangsa
merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur. Cita hukum tersebut yaitu
Pancasila.
Hukum adalah tata aturan sebagai suatu sistem aturan tentang perilaku
manusia, dengan demikian hukum tidak menunjuk pada satu aturan tunggal tetapi
seperangkat aturan yang memiliki satu kesatuan sehingga dapat dipahami sebagai
35
Barda Nawawi Arief, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana, (Bandung: Citra Aditya
Bakti, 2014), h. 173
20
Secara konseptual, inti dan arti penegakan hukum terletak pada kegiatan
a. Faktor Hukum
perkara secara penerapan Undang-Undang saja, maka ada kalanya nilai keadilan
36
Jimly Assiddiqie, Teori Hans Kelsen, (Jakarta: Konstitusi Press: 2006), h. 13.
37
Soerjono Soekanto, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, (Jakarta:
Rajawali Pers, 2010), h. 5.
38
Janus Sidabalok, Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia, (Bandung: Citra Aditya
Bakti, 2006), h. 23-24.
39
Soekanto, Faktor-Faktor….., h. 8.
21
itu adalah aparatur penegak hukum yang mampu memberikan kepastian, keadilan,
untuk mencapai tujuan. Ruang lingkupnya terutama adalah sarana fisik dan
d. Faktor Masyarakat
e. Faktor Kebudayaan
masalah sistem nilai-nilai yang menjadi inti kebudayaan spriritual atau nin
material.
40
Ibid., h. 8.
22
hukum berlakunya kaedah hukum di masyarakat ditinjau dari kaedah hukum itu
sendiri.
keuangan yang cukup. Tanpa sarana dan fasilitas yang memadai, penegakan
hukum tidak dapat berjalan dengan lancar dan penegakan hukum tidak mungkin
4) Faktor Masyarakat
penegakan hukum, sebab penegakan hukum berasal dari masyarakat dan bertujuan
5) Faktor Kebudayaan
menegakannya.
24
3. Teori Kriminologi
perbuatan yang disebut sebagai kejahatan, pelaku kejahatan, dan reaksi yang
sehingga orang berbuat jahat. Apakah memang bakatnya adalah jahat, ataukah
diadakan tindakan-tindakan yang tepat, agar orang lain tidak lagi berbuat
demikian, atau orang lain tidak akan melakukannya. 42 Kriminologi dibagi menjadi
a. Criminal Biology, yaitu yang menyelidiki dalam diri orang itu sendiri akan
hukum yang baik adalah ketaatan hukum, dan ketidak sadaran hukum yang baik
41
Wahju Muljono, Pengantar Teori Kriminologi, (Yogyakarta: Pustaka Yustisia, 2012), h.
35.
42
Moeljatno, Asas-Asas Hukum Pidana, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), h. 10.
43
Ibid., h. 14.
25
sebab akibat dari kesadaran dan ketaatan hukum. 44 Sebagai hubungan yang tidak
dapat dipisahkan antara kesadaran hukum dan ketaatan hukum maka beberapa
literatur yang diungkap oleh beberapa pakar mengenai ketaatan hukum bersumber
pada kesadaran hukum, hal tersebut memiliki dua macam kesadaran, yaitu:
hukum, berada dalam hukum, sesuai dengan aturan hukum yang disadari
atau dipahami.
Hukum berbeda dengan ilmu yang lain dalam kehidupan manusia, hukum
berbeda dengan seni, ilmu profesionalis lainnya, struktur hukum pada dasarnya
berbasis kepada kewajiban dan tidak di atas komitmen. Kewajiban moral untuk
sendiri dapat dibedakan dalam tiga jenis, yaitu teori hukum (legal theory), teori
44
Achmad Ali, Menguak Teori Hukum (Legal Theory) dan Teori Peradilan (Judicial
Prudence) termasuk Interprestasi Undang-Undang (Legisprudence), (Jakarta: Kencana, 2009), h.
342.
45
Ibid., h. 510.
46
Ibid., h. 352.
26
bersifat religius atau alami dan karena itu, tidak disangkal membangkitkan
norma hidup dan tumbuh berkembang dengan pesat. Kewajiban moral dalam
sebagai subjek hukum terhadap peraturan hukum yang diwujudkan dalam bentuk
yang masih bersifat abstrak yang belum diwujudkan dalam bentuk perilaku yang
G. Metodologi Penelitian
1. Jenis Penelitian
partisipan dengan mengajukan pertanyaan umum dan agak luas. Informasi yang
berupa kata atau teks. Dari kata-kata tersebut kemudian dianalisis, dan dari hasil
47
Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1991), h. 112.
48
Ibid., h. 122.
27
analisis tersebut ddapat berupa penggambaran atau deskripsi. Setelah itu, peneliti
2. Pendekatan Penelitian
Permasalahan dan tujuan penelitian ini terfokus pada unsur hukum, maka
penelitian hukum itu akan menerapkan pendekatan yuridis empiris. 50 Penelitian ini
hukum pada dasarnya merupakan suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada
satu atau dari beberapa gejala hukum tertentu dengan cara menganalisisnya, selain
itu juga diadakan pemeriksaan yang mendalam terhadap fakta hukum tersebut
permasalahan yang timbul di dalam gejala yang ada untuk meneliti dan mengkaji
Lintas dan Angkutan Jalan dalam Penegakan Hukum terhadap Pelaku Balapan
3. Lokasi Penelitian
lokasi penelitian ini adalah Polres Kota Gorontalo dan Masyarakat Kota
Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dalam Penegakan Hukum
49
Conny R Semiawan, Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta: PT Gramedia Widia Sarana
Indonesia, 2010), h. 7.
50
Ibid., h. 17.
28
4. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitan ini adalah data primer dan
a. Data Primer
Data primer pada penelitian ini bersumber pada subjek penelitian, yaitu
b. Data sekunder
berbagai referensi lainnya yang relevan dengan masalah yang diteliti. Data
1) Bahan hukum primer, yang menjadi bahan hukum dalam penelitian ini adalah
Jalan.
penelitian ini adalah penelitian terdahulu yang relevan dan literatur hukum
2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dalam Penegakan Hukum
51
Bambang Sugiono, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011),
h. 127.
29
c. Data Tersier
penjelasan terhadap data primer dan data sekunder. Pada penelitian ini data tersier
melakukan sesuatu dalam mencapai tujuan dengan teknik dan alat tertentu.
Metode penelitian ini berarti proses pencarian data meliputi penentuan penjelasan
a. Wawancara (Interview)
sumbernya dengan mengajukan pertanyaan secara lisan untuk dijawab secara lisan
berbagai media sebagai sarana diantaranya: gawai sebagai alat rekam dan buku
b. Dokumentasi
52
Cholid Narbuko, Metode Penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), h. 1
53
Djam’an Satori, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2013), h. 129.
30
penelitian melalui berbagai bukti outentik suatu penelitian. Gawai adalah alat
pendukung.
6. Instrumen Penelitian
dengan penelitian yang diperoleh secara langsung oleh beberapa informasi yang
yang digunakan berupa gawai yang digunakan untuk mengambil gambar dan
bahan hukum yang terkumpul dijelaskan dalam bentuk narasi yang disusun secara
sistematis dan logis serta merupakan produk interpretasi peneliti terhadap bahan
hukum yang terkumpil dilakukan melalui tahap reduksi data, verifikasi data,
a. Reduksi Data
keluasan serta kedalaman wawasan yang tinggi. Dalam hal ini merangkum,
memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal pokok dari catatan tertulis
b. Verifikasi Data
apakah data tersebut telah sesuai atau tidak. Selain itu verifikasi data juga dapat
antara subjek satu dan yang lainnya, sehingga dapat ditarik kesimpulan secara
proporsional.
c. Penyajian Data
Angkutan Jalan dalam Penegakan Hukum terhadap Pelaku Balapan Liar di Kota
Gorontalo.
d. Penarikan Kesimpulan
dari keseluruhan data yang diperoleh melalui kegiatan penelitian yang sudah
dianalisis sebelumnya.
32
OUTLINE PENELITIAN
BAB I: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
D. Definisi Opetrasional dan Ruang Lingkup Penelitian
E. Telaah Pustaka
BAB II: TINJAUAN TEORITIS
A. Teori Implementasi Hukum
B. Teori Penegakan Hukum
C. Teori Kriminologi
D. Teori Ketaatan Hukum
BAB III: METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
B. Pendekatan Penelitian
C. Lokasi Penelitian
D. Sumber Data
E. Metode Pengumpulan Data
F. Instrumen Pengumpulan Data
G. Teknik Analisis dan Metode Analisis Data
BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Implementasi Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan dalam penegakan hukum terhadap pelaku
balapan liar di Kota Gorontalo
B. Upaya yang dilakukan kepolisian dalam penegakan hukum terhadap
pelaku balapan liar
BAB V: PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
33
DAFTAR PUSTAKA
Alam, S. Pengantar Kriminologi. Makasar: Pustaka Refleksi, 2010.
Ali, Achmad. Menguak Teori Hukum (Legal Theory) dan Teori Peradilan
(Judicial Prudence) termasuk Interprestasi Undang-Undang
(Legisprudence). Jakarta: Kencana, 2009.
Arief, Barda Nawawi. Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana. Bandung: Citra
Aditya Bakti, 2014.
______. Masalah Penegakan Hukum dan Kebajikan Penanggulangan Kejahatan.
Bandung: Citra Aditya Bakti, 2001.
Assiddiqie, Jimly. Teori Hans Kelsen. Jakarta: Konstitusi Press: 2006.
Cecil, Andrew R. Penegakan Hukum. Bandung: Alfabeta, 2017.
Fauzi, Ahmad. “Upaya Kepolisian dalam Penanggulangan Tindak Pidana Balap
Liar yang dilakukan oleh Remaja di Wilayah Hukum Polresta Padang”.
Skripsi. Padang: Fakultas Hukum, Universitas Andalas Padang, 2020.
Gaffar, Affan. Otonomi Daerah dalam Negara Kesatuan. Yogyakarta: Pustaka
Belajar Kedasama, 2009.
Ishaq. Dasar-Dasar Ilmu Hukum. Jakarta: Sinar Grafika, 2008.
Kelsen, Hans. Teori Umum Hukum Dan Negara, Dasar-Dasar Ilmu Hukum
Normatif Sebagai Ilmu Hukum Deskriftif-Empirik. Jakarta: BEE Media
Indonesia, 2007.
______. Teori Umum Tentang Hukum Negara. Bandung: Nusa Media, 2014.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Kamus Besar
Bahasa Indonesia. Jakarta: Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan,
2016.
Mega, Izhar. “Tinjauan Kriminologi terhadap Aksi Balap Liar Dikalangan Remaja
di Kecamatan Limboto”. Skripsi. Gorontalo: Fakultas Hukum, Universitas
Negeri Gorontalo, 2015.
Mi’Rajziah. “Peran Aparat Kepolisian dalam Menanggulangi Balapan Liar di
Kota Banjar Baru”. Skripsi. Banjarmasin: Fakultas Syariah, Universitas
Islam Negeri Antasari, 2022.
Moeljatno. Asas-Asas Hukum Pidana. Jakarta: Rineka Cipta, 2008.
Mohamad Rezky Saktiawan Zees. “Peran Kepolisian dalam Menangani
Delinquency terhadap Anak sebagai Pelaku Balap Liar di Kota
Gorontalo”. Skripsi. Fakultas Hukum, Universitas Negeri Gorontalo, 2016.
Muljono, Wahju. Pengantar Teori Kriminologi. Yogyakarta: Pustaka Yustisia,
2012.
Narbuko, Cholid. Metode Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara, 2010.
Rahadyanto, Yosep Dwi. “Upaya dan Kendala Polisi dalam Menanggulangi
Tindak Pidana Perjudian Balap Liar di Kabupaten Sleman”. Skripsi.
Yogyakarta: Fakultas Hukum, Universitas Atma Jaya Yogyakarta, 2014.
34