USULAN PENELITIAN
YUNITA
150574201055
2. Polres Tobasa menghadapi tantangan baik internal (dari dalam pihak Kepolisian) maupun
eksternal (dari luar pihak Kepolisian). Kendala internal tersebut berupa minimnya anggaran
untuk operasional dan tenaga terampil untuk pengumpulan kasus. Keengganan saksi untuk
memberikan informasi, kurangnya kesadaran masyarakat, dan kurangnya bukti adalah
contoh hambatan eksternal. Kendala lainnya antara lain kurangnya kerjasama masyarakat.
b. Skripsi Mohamad Thoriq dengan judul “Penegakan Hukum
Pasal 480 KUHP Terhadap Tindak Pidana Penadahan Kendaraan
Bermotor oleh Polrestabes Surabaya”. Berdasarkan temuan
tesis ini, penegakan Pasal 480 KUHP tentang tindak pidana
penadahan kendaraan bermotor di Kota Surabaya telah
dilakukan secara efisien dan prosedural dengan memanfaatkan
pembelian terselubung, pelacakan, dan pemetaan daerah
rawan. jalur yang berkaitan dengan kejahatan. Satuan Resmob
Satreskrim Polrestabes Surabaya menghadapi sejumlah
tantangan dalam kasus ini. Mereka tidak tahu bagaimana
mencari informasi di tempat-tempat yang sulit dijangkau
seperti Madura dan kurangnya transportasi yang memadai
untuk menemukan pelaku Penadahan. Kurangnya kesadaran
masyarakat akan kejahatan penadahan kendaraan bermotor
menjadi kendala terakhir, karena indikator menolak untuk
memberikan informasi yang jelas.
c. Jurnal Hukum Coby Mamahit dengan judul “Aspek Hukum Pengaturan
Tindak Pidana Penadahan dan Upaya Penanggulangannya di Indonesia”.
Dalam Jurnal ini di simpulkan bahwa aspek hukum yang mengatur tindak
pidana penadahan di Indoseia adalah pasal 480 KUHP, diamana seseorang
terbukti atau dinyatakan sebagai seorang penadah jika telah memenuhi
unsur-unsur dalam pasal 480 KUHP, khususnya perbuatan yang di sebutkan
pada sub 1 dari pasal tersebut. Upaya penanggulangan terjadinya tindak
pidana penadahan, untuk mempermudah hakim membuat keputusan di
Indonesia yaitu dapar dilihat dari Penjelasan Pasal 480 KUHP, dimana dapat
diketahui bahwa tindak Pidana Penadahan yang di atur dalam pasal 480
KUHP merupakan tindak pidana formil, sehingga ada tidaknya pihak lain
yang dirugikan bukanlah unsur yang menentukan. Aturan ini telah di
pertegas kembali, melalui Yurisprudensi Mahkamah Agung RI.
No.79K/Kr/1958 tanggal 09 Juli 1958 dan Yurisprudensi Mahkamah Agung
RI. No. 126 K/Kr/1969 tanggal 29 November 1972 yang menyatakan bahwa:
“tidak ada peraturan yang mengharuskan untuk lebih dahulu menuntut dan
menghukum orang yang mencuri sebelum menuntut dan menghukum
orang yang menadah” dan “pemeriksaan tindak pidana penadahan tidak
perlu menunggu adanya keputusan mengenai tindak pidana yang
menghasilkan barang-barang tadahan yang bersangkutan”.
2.1.2. Pengertian Tindak Pidana
Berikut beberapa pendapat para ahli mengenai tindak pidana :
Moeljatno lebih suka menggunakan istilah “tindak pidana” yang
menggambarkan suatu perbuatan yang melawan hukum dan disertai dengan
ancaman kejahatan tertentu terhadap siapa saja yang melanggar aturan.
Menurut pengertian Pompe, straafbaarfeit tidak lebih dari suatu perbuatan
yang telah dinyatakan sah menurut suatu rumusan hukum.
Simons mendefinisikan tindak pidana sebagai perbuatan yang dilakukan oleh
orang yang berkompeten, melawan hukum, dan dilakukan karena kesesatan.
R. Tresna menyatakan bahwa walaupun sangat sulit untuk merumuskan atau
memberi definisi yang tepat perihal peristiwa pidana, namun beliau juga
menarik suatu definisi, yang menyatakan bahwa peristiwa pidana adalah suatu
perbuatan atau rangkaian perbuatan manusia yang bertentangan dengan
undamg undang dan peraturan perundang-undangan lainnya. Terhadap
perbuatan mana diadakan tindakan penghukuman.
J. E. Jonkers mendefinisikan peristiwa pidana sebagai perbuatan melawan
hukum (wederrechttelijk) yang dilakukan dengan kesengajaan oleh orang yang
bertanggung jawab.
Tindak pidana dapat dibedakan menjadi beberapa
jenis, yaitu:
1) Tindak Pidana Formil dan Tindak Pidana Materil
2) Tindak pidana commissionis, tindak pidana
ommissionis, dan tindak pidana commissionis
per ommissionem comisa.
3) Kejahatan Dolus dan Culpa, juga dikenal sebagai
opsettelijke delicten dan culpooze delicten.
4) Pengaduan dan non-pengaduan
5) Delik Umum dan Delik-delik Khusus
Tindak Pidana Penadahan
pidana terhadap harta kekayaan orang lain, dan sangat sulit untuk
1.Faktor hukum
2.Faktor masyarakat
3.Faktor kebudayaan
yaitu :
a. Kepastian Hukum, dalam mewujudkan kepastian hukum sebagai tempat perlindungan seseorang
b.Kemanfaatan, (Ubi Sosietas Ibi Ius) artinya dimana ada manusia disitu ada hukum. melalui proses
penegakan hukum tentunya harus berpihak dan dapat memberikan kemanfaatan bagi manusia
tersebut. Agar melalui proses penegakan hukum tidak menimbulkan keresahan bagi masyarakat.
c. Keadilan, pada hakikatnya tiada hukum tanpa keadilan, karena hukum itu menyeluruh dan dapat
dari keinginan hukum yang telah di rumuskan berdasarkan peraturan-peraturan hukum yang telah
disepakati di kemudian hari menjadi kenyataan. Sementara itu, Jimly Assiddiqie menegaskan bahwa
konsep penegakan hukum adalah suatu prosedur untuk mencapai penegakan secara nyata peran
Menurut Moeljatno, berdasarkan dari pengertian istilah hukum pidana yang megatakan bahwa
penegakan hukum adalah bagian dari keseluruhan hukum yang berlaku di suatu Negara yang
Bagir Manan menegaskan bahwa integrasi penegakan hukum merupakan suatu kesatuan sistem
peradilan yang terpadu, yang dimaksudkan agar proses peradilan dapat dilaksanakan secara efektif,
efisien, dan saling mendukung guna menemukan hukum yang tepat guna menjamin putusan yang
Penegakan Hukum
Teori :
KESIMPULAN
2.4. Definisi Konsep
a.sebuah. Penegakan hukum merupakan tahap akhir dalam pengembangan nilai-nilai untuk menciptakan dan memelihara kehidupan sosial
yang damai. Ini adalah tindakan yang mengatur hubungan antara nilai-nilai yang dirumuskan dalam hukum yang solid dan dinyatakan dalam
sikap tindakan. Manusia memiliki standar sendiri untuk mencapai tujuan hidup dalam pengaturan sosial, tetapi standar ini sering
bertentangan satu sama lain. Karakteristik yang bertujuan untuk memenuhi harapan yang diinginkan oleh hukum adalah yang merupakan
b.Perbuatan pidana adalah perbuatan yang melawan hukum dan disertai dengan hukuman—biasanya dalam bentuk kejahatan tertentu—bagi
c.Kegiatan yang termasuk dalam kategori penahanan adalah membeli, menyewakan, menukarkan, menerima gadai, menerima hadiah, atau
menjual, menyewakan, menukarkan, menggadaikan, membawa, menyimpan, atau menyembunyikan sesuatu yang diketahui atau diduga
d.Barang adalah orang atau pelaku yang terlibat dalam suatu kegiatan seperti membeli, menyewakan, menukarkan, menerima sebagai gadai,
menerima keuntungan, menjual, menyewakan, menukarkan, menggadaikan, membawa, menyimpan, atau menyembunyikan sesuatu yang
e.Kendaraan bermotor roda dua adalah kendaraan yang digerakkan oleh mesin rekayasa dan digunakan untuk transportasi darat.Kebanyakan
kendaraan roda dua memiliki mesin pembakaran dalam atau mesin sepeda motor berbahan bakar bensin.Kendaraan bermotor roda dua.
BAB III
METODE PENELITIAN
Pendekatan yuridis empiris dan jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah dua pendekatan yang
berbeda. Istilah "penelitian empiris yuridis" mengacu pada semua jenis penelitian yang berfokus pada perilaku
masyarakat. Orang-orang yang diteliti menunjukkan perilaku yang dihasilkan dari interaksi dengan sistem norma
yang telah ditetapkan. Sebagai respon masyarakat terhadap pelaksanaan suatu ketentuan hukum yang
Proses yang dilakukan penegak hukum Kabupaten Lingga dalam memberantas kepemilikan ilegal kendaraan
bermotor roda dua menjadi fokus penelitian ini. Lokasi penelitian yaitu Desa Limbung Kecamatan Lingga Utara
Kabupaten Lingga memudahkan penulis untuk memperoleh data dan informasi yang diperlukan untuk proposal
penelitian ini.
3.3. Fokus penelitian
Proses penegakan hukum terhadap tindak pidana penyitaan kendaraan bermotor roda dua di
Kabupaten Lingga di wilayah Kepolisian Sektor (Polsek) Daik Lingga, yang menjadi kendala
dalam proses penegakan hukum terhadap tindak pidana penyitaan kendaraan bermotor roda dua
Dimungkinkan untuk membedakan antara data yang diperoleh langsung dari masyarakat dan data
yang diperoleh dari bahan pustaka berdasarkan jenis data dan sumbernya. Penelitian ini
a. Data Primer
b.Data Sekunder
3.5. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan
dalam penelitian ini yaitu wawancara,
merupakan teknik pengumpulan yang dilakukan
oleh peneliti dengan bertemu sumber data
(Narasumber) dan mengumpulkan data melalui
komunikasi. Komunikasi dilakukan dengan cara
mengajukan beberapa pertanyaan dengan
informan/narasumber terkait judul atas
penelitian peneliti.
3.6. Informan
Dalam hal ini penulis menetapkan informan
untuk melakukan wawancara penelitian, yaitu :
Tabel 3.1. Informan Berdasarkan Jumlah Dan
Lokasi.
Jumlah 9
3.7. Teknik Analisa Data
Metode kualitatif digunakan untuk menganalisis
data setelah dikumpulkan. Metode tersebut
antara lain memberikan penjelasan dengan
menguraikan hasil penelitian, membandingkan
temuan dengan teori dan pendapat hukum, dan
membandingkan temuan dengan ketentuan
perundang-undangan dan ketentuan hukum
yang ditetapkan. dan akhirnya dirumuskan
secara deduktif, yaitu membuat generalisasi
tentang isu-isu tertentu.
3.8. Jadwal Penelitian
Tahun 2022
Minggu 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Tahap Persiapan
.
a. Studi Literatur
b. Observasi
c. Mengurus
Perizinan (Pra)
Penelitian
d. Penulisan
Proposal Usulan
Penelitian
e. Pengajuan Judul
Usulan
Penelitian
f. Pengesahan
Judul Usulan
Penelitian
g. Bimbingan
2 Tahap Penelitian
.
a. Observasi
b. wawancara
c. Pengolahan
Data
d. Analisa Data
e. Penyusunan
Laporan
3 Tahap Pengujian
. a. Seminar Usulan
Penelitian
b. Revisi usulan
Penelitian
c. Sidang Skripsi
d. Revisi Skripsi
TERIMAKASIH