Anda di halaman 1dari 27

PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA PENADAHAN KENDARAAN BERMOTOR RODA DUA DI DESA LIMBUNG KABUPATEN LINGGA.

USULAN PENELITIAN

YUNITA
150574201055

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
2022
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Masyarakat sekarang pada umumnya berhadapan dengan perkembangan zaman,


dimana pada zaman modern ini alat transportasi (kendaraan bermotor) tidak lagi
menjadi kebutuhan skunder, akan tetapi menjadi kebutuhan primer. Masyarakat
modern menjadikan kendaraan bermotor sebagai alat mata pencarian meraka.
Pada saat ini, kendaraan bermotor dijadikan sebagai gaya hidup yang trend.
Akan tetapi, hal ini pasti akan membutuhkan biaya yang lumayan besar.
Masyarakat kelas menengah menginginkan kendaraan yang bagus dengan harga
yang murah. Barang dengan harga yang murah membuat banyak orang bisa
memilikinya. Apa lagi jika barang dengan harga murah tersebut adalah kendaraan
bermotor yang juga merupakan kebutuhan primer dan tidak lagi menjadi kebutuhan
sekunder. Oleh sebab itu, kendaraan bermotor yang dijual dengan harga murah
akan mudah di jangkau oleh masyarakat.
Masyarakat memang memiliki hasrat dan kemauan yang
secepatnya harus tercapai, oleh karena itu banyak yang memikirkan
jalan pintas bagaimana keinginannya tercapai dengan cara yang
mudah dan relatif murah. Oleh sebab itu sekarang banyaknya
masyarakat yang mencari kendaraan bermotor roda dua yang dijual
dengan harga yang murah meriah dan dalam kondisi yang masih
sangat bagus. Dalam hal ini banyak juga pihak yang menjadikan ini
sebagai peluang untuk mendapatkan keuntungan yang cukup besar
dengan cara yang mudah. Akhirnya beberapa masyarakat membeli
kendaraan bermotor dengan harga murah tanpa tahu apa akibat yang
selanjutnya akan terjadi.
Menurut keterangan yang penulis ketahui, bahwa di Kabupaten
Lingga, khususnya di Desa Limbung Kecamatan Lingga Utara
memang sudah banyak masyarakat yang membeli kendaraan yang
memang sejak awal sudah diketahui bahwa kendaraan bermotor
tersebut hasil dari curian yang dijual dengan harga relatif murah.
Penulis menarik kesimpulan dari uraian sebelumnya
bahwa masih banyak kasus tindak pidana
penahanan yang belum tuntas. Oleh karena itu,
perlu peningkatan penegakan hukum di Indonesia,
khususnya di Desa Limbung Kabupaten Lingga,
untuk memberantas tindak pidana Penadahan
kendaraan roda dua. Berdasarkan pemikiran
tersebut, penulis tertarik untuk mengetahui lebih
jauh tentang upaya penegakan hukum yang diberi
judul: Penegakan hukum terhadap tindak Pidana
Penadahan Kendaraan Bermotor Roda Dua di Desa
Limbung Kabupaten Lingga
1.2. Rumusan masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas,
penulis menyimpulkan rumusan masalah sebagai
berikut:
a. Bagaimana penegakan hukum terhadap tindak
pidana penadahan kendaraan bermotor roda
dua di Desa Limbung Kabupaten Lingga?
b. Apa saja yang menjadi hambatan dalam
penegakan hukum terhadap tindak pidana
penadahan kendaraan bermotor roda dua di
Desa Limbung Kabupaten Lingga?
1.3. Tujuan penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu :
a. Untuk mengetahui penegakan hukum
terhadap tindak pidana penadahan kendaraan
bermotor roda dua di Desa Limbung
Kabupaten Lingga.
b. Untuk mengetahui apa saja yang menjadi
hambatan dalam penegak hukum terhadap
tindak pidana penadahan kendaraan bermotor
roda dua di Desa Limbung Kabupaten
Lingga.
1.4. Manfaat penelitian
Manfaat Teoritis
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan pemahaman yang lebih baik kepada
mahasiswa dan masyarakat umum tentang
bagaimana tindak pidana kepemilikan kendaraan
bermotor roda dua ditangani oleh penegak hukum.
Manfaat Praktis
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat
memberikan pemahaman yang lebih dalam
mengenai penegakan hukum terhadap tindak pidana
penadahan kendaraan bermotor roda dua.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Pustaka
2.1.1. Penelitian Terdahulu
a.Jurnal Hukum Lino F Sibarani Jurnal ini menarik beberapa kesimpulan dengan judul
“Peran Polisi Dalam Mengungkap Tindak Pidana Penadahan Sepeda Motor”, antara lain
sebagai berikut:
1.Kebijakan Polisi Resor Tobasa dan cara mereka menyelidiki kasus penahanan kriminal.
a)Peraturan kepolisian dalam UU No. 2 Tahun 2002.
b)Pengaturan KUHP tentang tindakan penyitaan yang tidak sah.
c)Pekerjaan yang dilakukan oleh Kepolisian Resort Tobasa

2. Polres Tobasa menghadapi tantangan baik internal (dari dalam pihak Kepolisian) maupun
eksternal (dari luar pihak Kepolisian). Kendala internal tersebut berupa minimnya anggaran
untuk operasional dan tenaga terampil untuk pengumpulan kasus. Keengganan saksi untuk
memberikan informasi, kurangnya kesadaran masyarakat, dan kurangnya bukti adalah
contoh hambatan eksternal. Kendala lainnya antara lain kurangnya kerjasama masyarakat.
b. Skripsi Mohamad Thoriq dengan judul “Penegakan Hukum
Pasal 480 KUHP Terhadap Tindak Pidana Penadahan Kendaraan
Bermotor oleh Polrestabes Surabaya”. Berdasarkan temuan
tesis ini, penegakan Pasal 480 KUHP tentang tindak pidana
penadahan kendaraan bermotor di Kota Surabaya telah
dilakukan secara efisien dan prosedural dengan memanfaatkan
pembelian terselubung, pelacakan, dan pemetaan daerah
rawan. jalur yang berkaitan dengan kejahatan. Satuan Resmob
Satreskrim Polrestabes Surabaya menghadapi sejumlah
tantangan dalam kasus ini. Mereka tidak tahu bagaimana
mencari informasi di tempat-tempat yang sulit dijangkau
seperti Madura dan kurangnya transportasi yang memadai
untuk menemukan pelaku Penadahan. Kurangnya kesadaran
masyarakat akan kejahatan penadahan kendaraan bermotor
menjadi kendala terakhir, karena indikator menolak untuk
memberikan informasi yang jelas.
c. Jurnal Hukum Coby Mamahit dengan judul “Aspek Hukum Pengaturan
Tindak Pidana Penadahan dan Upaya Penanggulangannya di Indonesia”.
Dalam Jurnal ini di simpulkan bahwa aspek hukum yang mengatur tindak
pidana penadahan di Indoseia adalah pasal 480 KUHP, diamana seseorang
terbukti atau dinyatakan sebagai seorang penadah jika telah memenuhi
unsur-unsur dalam pasal 480 KUHP, khususnya perbuatan yang di sebutkan
pada sub 1 dari pasal tersebut. Upaya penanggulangan terjadinya tindak
pidana penadahan, untuk mempermudah hakim membuat keputusan di
Indonesia yaitu dapar dilihat dari Penjelasan Pasal 480 KUHP, dimana dapat
diketahui bahwa tindak Pidana Penadahan yang di atur dalam pasal 480
KUHP merupakan tindak pidana formil, sehingga ada tidaknya pihak lain
yang dirugikan bukanlah unsur yang menentukan. Aturan ini telah di
pertegas kembali, melalui Yurisprudensi Mahkamah Agung RI.
No.79K/Kr/1958 tanggal 09 Juli 1958 dan Yurisprudensi Mahkamah Agung
RI. No. 126 K/Kr/1969 tanggal 29 November 1972 yang menyatakan bahwa:
“tidak ada peraturan yang mengharuskan untuk lebih dahulu menuntut dan
menghukum orang yang mencuri sebelum menuntut dan menghukum
orang yang menadah” dan “pemeriksaan tindak pidana penadahan tidak
perlu menunggu adanya keputusan mengenai tindak pidana yang
menghasilkan barang-barang tadahan yang bersangkutan”.
2.1.2. Pengertian Tindak Pidana
Berikut beberapa pendapat para ahli mengenai tindak pidana :
 Moeljatno lebih suka menggunakan istilah “tindak pidana” yang
menggambarkan suatu perbuatan yang melawan hukum dan disertai dengan
ancaman kejahatan tertentu terhadap siapa saja yang melanggar aturan.
 Menurut pengertian Pompe, straafbaarfeit tidak lebih dari suatu perbuatan
yang telah dinyatakan sah menurut suatu rumusan hukum.
 Simons mendefinisikan tindak pidana sebagai perbuatan yang dilakukan oleh
orang yang berkompeten, melawan hukum, dan dilakukan karena kesesatan.
 R. Tresna menyatakan bahwa walaupun sangat sulit untuk merumuskan atau
memberi definisi yang tepat perihal peristiwa pidana, namun beliau juga
menarik suatu definisi, yang menyatakan bahwa peristiwa pidana adalah suatu
perbuatan atau rangkaian perbuatan manusia yang bertentangan dengan
undamg undang dan peraturan perundang-undangan lainnya. Terhadap
perbuatan mana diadakan tindakan penghukuman.
 J. E. Jonkers mendefinisikan peristiwa pidana sebagai perbuatan melawan
hukum (wederrechttelijk) yang dilakukan dengan kesengajaan oleh orang yang
bertanggung jawab.
Tindak pidana dapat dibedakan menjadi beberapa
jenis, yaitu:
1) Tindak Pidana Formil dan Tindak Pidana Materil
2) Tindak pidana commissionis, tindak pidana
ommissionis, dan tindak pidana commissionis
per ommissionem comisa.
3) Kejahatan Dolus dan Culpa, juga dikenal sebagai
opsettelijke delicten dan culpooze delicten.
4) Pengaduan dan non-pengaduan
5) Delik Umum dan Delik-delik Khusus
Tindak Pidana Penadahan

Tindak pidana penahanan merupakan salah satu bentuk tindak

pidana terhadap harta kekayaan orang lain, dan sangat sulit untuk

mengusut perbuatannya. Tindak pidana jenis ini sebenarnya sering

terjadi di masyarakat; Namun, karena penyembunyian pelaku yang

rapi dan kurangnya kepedulian masyarakat, kejahatan ini sering

dipandang sebagai tindakan biasa atau normal daripada kejahatan.


2.1.3. Penegakan Hukum di Indonesia

a. Pengertian Penegakan Hukum di Indonesia


Penegakan hukum adalah perbuatan yang mengatur hubungan
nilai-nilai yang dirumuskan dalam Hukum-hukum yang kokoh
dan dinyatakan dalam sikap perbuatan yang merupakan tahap
akhir dalam pengembangan nilai untuk menciptakan, dan
memelihara kehidupan sosial yang damai. Dalam kehidupan
bermasyarakat, manusia memiliki standar tersendiri untuk
mencapai tujuan hidup, namun standar tersebut seringkali
bertentangan antara individu yang satu dengan individu lainnya.
Penegakan hukum bukanlah tugas penerapan hukum pada
peristiwa tertentu, melainkan aktivitas manusia dengan segala
karakteristik nya yang bertujuan untuk memenuhi harapan yang
diinginkan oleh hukum.
b. Faktor-faktor Penegakan Hukum di Indonesia

Penegakan hukum di Indonesia memiliki faktor guna menunjang berjalannya

tujuan dari penegakan hukum tersebut. faktor-faktor yang mempengaruhi

penegakan hukum di Indonesia :

1.Faktor hukum

2.Faktor masyarakat

3.Faktor kebudayaan

4.Faktor sarana dan fasilitas

5.Faktor penegak hukum


2.2. Kerangka Teori
2.2.1. Teori Tindak Pidana
a. Menurut Pompe menegaskan bahwa rumusan teori “Strafbaar Feit”
adalah sebagai berikut: pelanggaran norma (gangguan aturan hukum)
yang telah dilakukan oleh seorang aktor, baik sengaja maupun tidak
sengaja, dan di mana penjatuhan hukuman kepada pelakunya. diperlukan
untuk memelihara ketertiban hukum dan menjamin perlindungan hukum.
b. Menurut Van Hamel "serangan atau ancaman terhadap hak orang lain"
adalah bagaimana "Strafbaar Feit".
c. menurut Simons, "Strafbaar Feit" berarti "perbuatan melawan hukum
yang dilakukan dengan sengaja atau tidak sengaja oleh seseorang yang
dapat dimintai pertanggungjawaban atas perbuatannya dan demi hukum
telah dinyatakan sebagai perbuatan yang dapat dihukum,".
d. Menurut E. Utrecht, “Strafbaar Feit” adalah istilah untuk suatu peristiwa
pidana yang sering disebut sebagai delik karena peristiwa itu merupakan
perbuatan positif atau negatif atau kelalaian natal negatif, serta
konsekuensi (kondisi yang disebabkan oleh tindakan atau kelalaian).
2.2.2. Teori Penegakan Hukum
Menurut Sudikno Mertokusumo ada tiga unsur yang perlu diperhatikan dalam penegakan hukum,

yaitu :

a. Kepastian Hukum, dalam mewujudkan kepastian hukum sebagai tempat perlindungan seseorang

terhadap tindakan yang dilakukan sewenang-wenang, hadirnya kepastian hukum ditengah

masyarakat memberikan jaminan agar masyarakat lebih tertib.

b.Kemanfaatan, (Ubi Sosietas Ibi Ius) artinya dimana ada manusia disitu ada hukum. melalui proses

penegakan hukum tentunya harus berpihak dan dapat memberikan kemanfaatan bagi manusia

tersebut. Agar melalui proses penegakan hukum tidak menimbulkan keresahan bagi masyarakat.

c. Keadilan, pada hakikatnya tiada hukum tanpa keadilan, karena hukum itu menyeluruh dan dapat

mengikat setiap orang.


Menurut Satjipto Rahardjo, penegakan hukum merupakan proses untuk memberikan perwujudan

dari keinginan hukum yang telah di rumuskan berdasarkan peraturan-peraturan hukum yang telah

disepakati di kemudian hari menjadi kenyataan. Sementara itu, Jimly Assiddiqie menegaskan bahwa

konsep penegakan hukum adalah suatu prosedur untuk mencapai penegakan secara nyata peran

norma hukum dalam kehidupan bernegara.

Menurut Moeljatno, berdasarkan dari pengertian istilah hukum pidana yang megatakan bahwa

penegakan hukum adalah bagian dari keseluruhan hukum yang berlaku di suatu Negara yang

mengadakan unsur-unsur dan aturan-aturan.

Bagir Manan menegaskan bahwa integrasi penegakan hukum merupakan suatu kesatuan sistem

peradilan yang terpadu, yang dimaksudkan agar proses peradilan dapat dilaksanakan secara efektif,

efisien, dan saling mendukung guna menemukan hukum yang tepat guna menjamin putusan yang

memuaskan. baik bagi pencari keadilan maupun kesadaran hukum masyarakat


2.3. Kerangka pemikiran

Tindak Pidana Penadahan

Pasal 480 KUHP


tentang penadahan

Penegakan Hukum

Teori :

1. Teori tindak pidana

2. Teori penegakan hukum

KESIMPULAN
2.4. Definisi Konsep

a.sebuah. Penegakan hukum merupakan tahap akhir dalam pengembangan nilai-nilai untuk menciptakan dan memelihara kehidupan sosial

yang damai. Ini adalah tindakan yang mengatur hubungan antara nilai-nilai yang dirumuskan dalam hukum yang solid dan dinyatakan dalam

sikap tindakan. Manusia memiliki standar sendiri untuk mencapai tujuan hidup dalam pengaturan sosial, tetapi standar ini sering

bertentangan satu sama lain. Karakteristik yang bertujuan untuk memenuhi harapan yang diinginkan oleh hukum adalah yang merupakan

penegakan hukum daripada tugas menerapkan hukum pada peristiwa tertentu.

b.Perbuatan pidana adalah perbuatan yang melawan hukum dan disertai dengan hukuman—biasanya dalam bentuk kejahatan tertentu—bagi

yang melanggar hukum.

c.Kegiatan yang termasuk dalam kategori penahanan adalah membeli, menyewakan, menukarkan, menerima gadai, menerima hadiah, atau

menjual, menyewakan, menukarkan, menggadaikan, membawa, menyimpan, atau menyembunyikan sesuatu yang diketahui atau diduga

merupakan hasil kekayaan. kejahatan untuk mendapatkan keuntungan.

d.Barang adalah orang atau pelaku yang terlibat dalam suatu kegiatan seperti membeli, menyewakan, menukarkan, menerima sebagai gadai,

menerima keuntungan, menjual, menyewakan, menukarkan, menggadaikan, membawa, menyimpan, atau menyembunyikan sesuatu yang

diketahuinya atau sewajarnya. tersangka sebagai penyimpan hasil tindak pidana.

e.Kendaraan bermotor roda dua adalah kendaraan yang digerakkan oleh mesin rekayasa dan digunakan untuk transportasi darat.Kebanyakan

kendaraan roda dua memiliki mesin pembakaran dalam atau mesin sepeda motor berbahan bakar bensin.Kendaraan bermotor roda dua.
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yuridis empiris dan jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah dua pendekatan yang

berbeda. Istilah "penelitian empiris yuridis" mengacu pada semua jenis penelitian yang berfokus pada perilaku

masyarakat. Orang-orang yang diteliti menunjukkan perilaku yang dihasilkan dari interaksi dengan sistem norma

yang telah ditetapkan. Sebagai respon masyarakat terhadap pelaksanaan suatu ketentuan hukum yang

menguntungkan, maka muncullah interaksi. 

3.2. Objek dan Lokasi Penelitian

Proses yang dilakukan penegak hukum Kabupaten Lingga dalam memberantas kepemilikan ilegal kendaraan

bermotor roda dua menjadi fokus penelitian ini. Lokasi penelitian yaitu Desa Limbung Kecamatan Lingga Utara

Kabupaten Lingga memudahkan penulis untuk memperoleh data dan informasi yang diperlukan untuk proposal

penelitian ini.
3.3. Fokus penelitian

Proses penegakan hukum terhadap tindak pidana penyitaan kendaraan bermotor roda dua di

Kabupaten Lingga di wilayah Kepolisian Sektor (Polsek) Daik Lingga, yang menjadi kendala

dalam proses penegakan hukum terhadap tindak pidana penyitaan kendaraan bermotor roda dua

kendaraan di Kabupaten Lingga, menjadi fokus penelitian penulis.

3.4. Sumber Data

Dimungkinkan untuk membedakan antara data yang diperoleh langsung dari masyarakat dan data

yang diperoleh dari bahan pustaka berdasarkan jenis data dan sumbernya. Penelitian ini

menggunakan data dari sumber berikut:

a. Data Primer

b.Data Sekunder
3.5. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan
dalam penelitian ini yaitu wawancara,
merupakan teknik pengumpulan yang dilakukan
oleh peneliti dengan bertemu sumber data
(Narasumber) dan mengumpulkan data melalui
komunikasi. Komunikasi dilakukan dengan cara
mengajukan beberapa pertanyaan dengan
informan/narasumber terkait judul atas
penelitian peneliti.
3.6. Informan
Dalam hal ini penulis menetapkan informan
untuk melakukan wawancara penelitian, yaitu :
Tabel 3.1. Informan Berdasarkan Jumlah Dan
Lokasi.

No. INFORMAN JUMLAH

1. Kapolsek Daik Lingga 1

2. Kanit Reskrim Daik Lingga 1

3. Kanit Intelkam Daik Lingga 1

4. Kanit Lantas Daik Lingga 1

5. Warga/masyarakat pemilik kendaraan bermotor yang tidak bersurat  


5

  Jumlah 9
3.7. Teknik Analisa Data
Metode kualitatif digunakan untuk menganalisis
data setelah dikumpulkan. Metode tersebut
antara lain memberikan penjelasan dengan
menguraikan hasil penelitian, membandingkan
temuan dengan teori dan pendapat hukum, dan
membandingkan temuan dengan ketentuan
perundang-undangan dan ketentuan hukum
yang ditetapkan. dan akhirnya dirumuskan
secara deduktif, yaitu membuat generalisasi
tentang isu-isu tertentu.
3.8. Jadwal Penelitian
Tahun 2022

No Kegiatan Bulan Juli Agustus September Oktober November Desember

Minggu 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Tahap Persiapan

.
a. Studi Literatur

b. Observasi
c. Mengurus
Perizinan (Pra)
Penelitian
d. Penulisan
Proposal Usulan
Penelitian
e. Pengajuan Judul
Usulan
Penelitian
f. Pengesahan
Judul Usulan
Penelitian
g. Bimbingan
2 Tahap Penelitian

.
a. Observasi

b. wawancara
c. Pengolahan
Data
d. Analisa Data
e. Penyusunan
Laporan
3 Tahap Pengujian

. a. Seminar Usulan
Penelitian
b. Revisi usulan
Penelitian
c. Sidang Skripsi

d. Revisi Skripsi
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai