Anda di halaman 1dari 4

"PENTINGNYA PERLINDUNGAN DAN PENEGAKAN HUKUM UNTUK MEWUJUDKAN

KEDAMAIAN DALAM MASYARAKAT"

Hukum dapat menjadi alat kontrol sosial. Berbagai ketentuan yang ada dalam peraturan
perundang-undangan menjadi batas sekaligus tindakan yang harus dilakukan masyarakat.
Kehidupan masyarakat akan lebih terjaga. Indikator perbuatan baik dan buruk dalam
masyarakat dapat diketahui Pidana mengatur "bahwa barang siapa mengambil barang
sesuatu, yang seluruhnya atau sebagian dalam peraturan perundang-undangan. Seperti
contoh pasal 362 Kitab Undang-Undang Hukum kepunyaan orang lain, dengan maksud
untuk dimiliki secara melawan hukum, diancam karena pencurian, dengan pidana penjara
paling lama lima tahun atau pidana denda paling banyak sembilan ratus rupiah. Pasal
tersebut memberikan larangan melakukan pencurian kepada setiap orang. Dengan
demikian, dapat diketahui bahwa pencurian merupakan tindakan pelanggaran hukum
sebagaimana diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana. Apabila semua orang
mematuhi aturan tersebut, kehidupan masyarakat akan tenteram dan aman.
Hukum merupakan alat kontrol bagi masyarakat. Akan tetapi, dalam perlindungan dan
penegakan hukum yang terjadi dalam masyarakat dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-
faktor yang memengaruhi berlakunya hukum dalam masyarakat sebagai berikut.

1.Hukumnya
Hukum sebagai kaidah yang berlaku dalam masyarakat dapat dibedakan menjadi tiga
sebagai berikut.
a)Kaidah hukum berlaku secara yuridis, apabila penentuannya didasarkan pada tata
peraturan yang lebih tinggi tingkatannya atau terbentuk atas dasar yang telah ditetapkan.
b) Kaidah hukum berlaku secara sosiologis, apabila kaidah tersebut efektif. Artinya kaidah
tersebut dapat dipaksakan berlakunya oleh pemerintah walaupun tidak diterima oleh
masyarakat.
c) Kaidah hukum berlaku filosofis, apabila sesuai cita-cita hukum sebagai nilai positif
tertinggi.

Ketiga hal tersebut harus ada dalam hukum. Apabila satunya tidak ada, efektivitas
berlakunya hukum tidak akan tercapai. Apabila hukum hanya berlaku secara yuridis, ada
kemungkinan kaidah itu merupakan kaidah mati. Apabila hukum hanya berlaku sosiologis,
kaidah hukum itu menjadi aturan pemaksa. Apabila hanya berlaku filosofis, kaidah itu hanya
merupakan hukum yang dicita-citakan (ius constituendum).

Hukum yang dibuat harus mencerminkan kondisi masyarakat setempat. Seperti di


Indonesia, hukum di Indonesia harus disesuaikan dengan ideologi Pancasila. Hukum yang
dibuat sesuai kondisi masyarakat akan memberikan kemanfaatan sehingga tujuan hukum
bisa tercapai. Dengan demikian, pembuat hukum harus paham tentang cara pembuatan
hukum sesuai kebutuhan masyarakat dan sesuai ideologi negara.

Menurut Soerjono Soekanto, supaya pembuat hukum tidak berlaku sewenang-wenang atau
supaya hukum dapat diberlakukan dalam masyarakat, diperlukan syarat-syarat berikut.
a) Keterbukaan dalam proses pembuatan.
b) Pemberian hak kepada masyarakat untuk memberikan usulan melalui cara:
(1) penguasa mengundang mereka yang berminat untuk menghadiri suatu pembicaraan
mengenai peraturan tertentu;
(2) suatu departemen tertentu mengundang organisasi-organisasi tertentu untuk
memberikan masukan bagi suatu rancangan undang-undang yang sedang disusun
(3) acara dengar pendapat di Dewan Perwakilan Rakyat; dan
(4) pembentukan kelompok-kelompok penasihat yang terdiri atas tokoh-tokoh masyarakat
atau para ahli.

Dengan demikian, cara dan proses pembuatan suatu peraturan perundang-undangan


ternyata sangat memengaruhi proses penegakan hukum. Oleh karena itu, pemerintah harus
benar-benar memperhatikan setiap kaidah dan proses pembuatan peraturan perundang-
undangan supaya tidak menjadi penghalang dalam proses penegakan hukum.

2. Penegak Hukum
Penegak hukum memiliki kewajiban dalam menegakkan hukum. Setiap aparat penegak
hukum harus memiliki sifat yang baik agar penegakan hukum bisa berjalan baik. Agar
tercapai penegakan hukum, para pe- negak hukum harus bekerja sesuai peraturan
perundang-undangan. Penegakan hukum yang baik yaitu penegakan hukum yang
mengutamakan keadilan dan profesionalisme dalam menegakkan hukum. Penegak hukum
antara lain polisi, jaksa, dan hakim. Ketiga pihak sangat memengaruhi berhasil tidaknya
proses penegakan hukum.

a) Polisi
Kepolisian negara Republik Indonesia berada di bawah presiden yang dipimpin oleh Kapolri.
Dalam menjalankan tugasnya, Kapolri menetapkan, menyelenggarakan, dan me-
ngendalikan kebijakan teknis dan bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan
operasional kepolisian dalam rangka pelaksanaan tugas kepolisian negara Republik
Indonesia dan penyelenggaraan pembinaan kemampuan kepolisian negara Republik
Indonesia.

b) Jaksa
Jaksa adalah pejabat fungsional yang diberi wewenang oleh undang-undang untuk
bertindak sebagai penuntut umum dan pelaksana putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap serta wewenang lain berdasarkan undang-undang.
Penuntut umum adalah jaksa yang diberi wewenang oleh undang-undang tentang kejaksaan
untuk melakukan penuntutan dan melaksanakan penetapan hakim.

c) Hakim
Hakim adalah aparat penegak hukum yang bertugas memutus perkara dalam sidang
pengadilan. Dalam Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman,
dikenal istilah hakim dan hakim konstitusi. Pengertian hakim menurut undang- undang
tersebut adalah hakim pada Mahkamah Agung dan hakim pada badan peradilan yang
berada di bawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama,
lingkungan peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha negara, dan hakim pada
pengadilan khusus yang berada dalam lingkungan peradilan tersebut. Undang-undang
kekuasaan kehakiman menggunakan penyebutan istilah berbeda antara hakim Mahkamah
Agung dan hakim-hakim yang berada dalam lingkungan Mahkamah Agung dengan hakim di
Mahkamah Konstitusi. Perbedaan istilah hakim dalam Undang-Undang Nomor 48 Tahun
2009 tentang Kekuasaan Kehakiman menginterpretasikan bahwa yang dimaksud hakim
adalah hakim pada lembaga peradilan di bawah Mahkamah Agung, sedangkan istilah hakim
konstitusi secara khusus hanya pada Mahkamah Konstitusi.

3. Sarana/Fasilitas
Sarana atau fasilitas sangat penting untuk mengefektifkan aturan tertentu. Sarana yang
menunjang penegakan hukum seperti kendaraan, kantor, dan komputer. Semua itu sangat
penting dalam menunjang penegakan hukum. Contohnya, pasal 49 Undang-Undang Nomor
22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan berisi sebagai berikut.

a) Kendaraan bermotor, kereta gandengan, dan kereta tempelan yang diimpor, dibuat dan/
atau dirakit di dalam negeri yang akan dioperasikan di jalan wajib dilakukan pengujian.
b) Pengujian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: (1) uji tipe; dan (2) uji berkala.

Penjelasan pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) di atas dipertegas secara teknis dalam pasal 50
sebagai berikut.

a) Uji tipe sebagaimana dimaksud dalam pasal 49 ayat (2) huruf a wajib dilakukan bagi
setiap kendaraan bermotor, karena gandengan, dan kereta tempelan, yang diimpor, dibuat
dan/atau dirakit di dalam negeri, serta modifikasi kendaraan bermotor yang menyebabkan
perubahan tipe.

b) Uji tipe sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:

(1) pengujian fisik untuk menentukan persyaratan teknis dan laik jalan yang dilakukan
terhadap landasan kendaraan bermotor dan kendaraan bermotor dalam keadaan lengkap;
dan

(2) penelitian rancang bangun dan rekayasa kendaraan bermotor yang dilakukan terhadap
rumah-rumah bak muatan, kereta gandengan, kereta tempelan, dan kendaraan bermotor
yang dimodifikasi tipenya.

c) Uji tipe sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh unit pelaksana uji tipe
pemerintah.

Ketentuan-ketentuan sebagaimana diatur dalam pasal 48 dan pasal 50 Undang-Undang


Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan di atas, tanpa didukung oleh
fasilitas yang dibutuhkan, ketentuan tersebut akan menjadi "ketentuan yang mati" atau
penegakan hukum tidak bisa berjalan. Oleh karena itu, aparat penegak hukum perlu
mendapatkan fasilitas dalam rangka menunjang kinerja penegakan hukum.
4. Masyarakat
Masyarakat merupakan salah satu faktor yang memengaruhi efektivitas suatu peraturan.
Kepatuhan masyarakat terhadap peraturan perundang-undangan menunjukkan derajat
kepatuhan. Hal tersebut menjadi indikator berfungsinya hukum yang bersangkutan. Contoh
efektivitas berlakunya peraturan sebagai berikut.

"Peraturan lalu lintas akan berjalan apabila derajat kepatuhan masyarakat tinggi terhadap
rambu-rambu lalu lintas jalan. Apabila rambu-rambu lalu lintas berwarna merah, pengendara
akan menghentikan kendaraannya. Apabila terjadi sebaliknya, dapat diketahui bahwa
derajat kepatuhan pengendara bermotor sangat rendah."

Penjelasan tersebut dapat dipahami bahwa kepatuhan masyarakat terhadap hukum sangat
diperlukan. Oleh karena itu, perlu adanya pemahaman kepada masyarakat untuk
membudayakan tertib hukum. Pembudayaan tertib hukum dapat membantu menciptakan
tujuan hukum untuk memberikan keadilan, kemanfaatan, dan kepastian bagi masyarakat.
Sikap sadar hukum masyarakat tidak hanya dibangun atas dasar adanya sanksi dalam
peraturan perundang-undangan. Kesadaran hukum masyarakat karena adanya sanksj
merupakan kesadaran hukum yang lemah. Masyarakat seharusnya mempunyai tingkat
kesadaran hukum yang tinggi. Untuk meningkatkan kesadaran hukum diperlukan
pemahaman tentang arti penting hukum untuk masyarakat secara umum. Pemahaman arti
penting hukum dapat membantu meningkatkan kesadaran hukum masyarakat.

5. Kebudayaan
Kebudayaan merupakan hasil karya, rasa, dan cipta yang didasarkan pada karsa manusia
Kebudayaan muncul dalam kehidupan sosial masyarakat. Nilai-nilai kebudayaan dalam
setiap masyarakat berbeda. Masyarakat Indonesia memiliki kebudayaan berbeda dengan
masyarakat di negara lain. Nilai baik dan buruk dalam kebudayaan tersebut akan menjadi
dasar pembentukan norma atau hukum. Dengan demikian, hukum akan mengatur baik dan
buruk sesuai kebudayaan masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai