Anda di halaman 1dari 5

BAB 7

PENEMUAN DAN PENEGAKAN HUKUM


A. PENEMUAN HUKUM
Yang dimaksudkankan Dengan penemuan hukum adalah, “ Jika peraturannya sudah ada
dan sudah jelas,Hakim tinggal menerapkannya saja,Sebaliknya jika peraturannya tidak
ada Hakim harus menemukan hukumnya”.
Dalam hal ini Hakim tetap dianggap melakukan penemuan,  yaitu menemukan kecocokan
antara maksud dan bunyi peraturan perundang-undangan dengan kasus konkretnya.
Penemuan hukum dalam arti luas, bahwa Hakim bukan sekedar menerapkan peraturan
hukum yang sudah jelas dengan mencocokkan dengan kasus yang ditangani, melainkan
sudah lebih luas.  Hakim dalam membuat putusan sudah memperluas makna suatu
ketentuan undang-undang.
Di Indonesia penemuan hukum itu harus juga dilakukan , Karena adanya asas bahwa
Hakim tidak boleh menolak suatu perkara dengan alasan hukumnya tidak ada, Disamping
itu juga ada beberapa ketentuan yang dapat dijadikan alasan/ dasar hukum penemuan
hukum Indonesia. Dasar dasar hukumnya adalah sebagai berikut:
1. Adanya ketentuan pasal 16 ayat (1)  UU Pokok kekuasaan kehakiman(UUNo. 48
tahun 2009) 
2. Pasal 28 undang-undang kekuasaan kehakiman
3. Untuk mengisi kekosongan hukum 
Dengan dasar hukum di atas, Ada tiga dasar pemikiran atau alasan untuk melakukan penemuan
hukum oleh Hakim yaitu:
1. Karena peraturannya tidak ada, ada tetapi esensi perkaranya sama atau mirip dengan
suatu peraturan lain sehingga dapat diterapkan dalam perkara tersebut
2. Peraturannya memang ada, tetapi kurang jelas sehingga Hakim perlu menafsirkan nya
3.  peraturan juga sudah ada, ada tetapi sudah tidak sesuai lagi dengan kondisi dan
kebutuhan warga masyarakat
 kemudian metode penemuan hukum oleh Hakim dapat dilakukan dalam dua bentuk
yaitu: (1) interpretasi Hukum , dan (2) konstruksi hukum
Yang dimaksud dengan interpretasi hukum adalah: penafsiran perkataan dalam undang-
undang dengan tetap berpegang pada kata-kata atau bunyi. sedangkan yang dimaksud
dengan konstruksi hukum adalah penalaran logis untuk mengembangkan suatu ketentuan
dalam undang-undang yang tidak lagi berpegang pada kata-katanya, nya tetapi harus
memperhatikan hukum sebagai suatu sistem. 
B. Sejarah penemuan hukum
Suatu penemuan hukum oleh Hakim, bukan hanya sekadar menafsirkan ketentuan undang-
undang, melainkan juga menyesuaikan maksud undang-undang yang sudah tidak sesuai lagi
dengan perubahan dan perkembangan masyarakat. oleh karena itu, tu tu adanya asas “ ius curia
novit”( Hakim  dianggap tahu akan hukum)  maka dalam penemuan hukum,  selain menafsirkan
ketentuan undang-undang, juga untuk menutupi kelemahan undang-undang( hukum).
 kelemahan dan ketertinggalan hukum selalu ada dari zaman ke zaman. dalam berbagai
kepustakaan ilmu hukum, khususnya mencakup tentang sejarah hukum, penemuan hukum ini
terbagi dalam tiga fase sebagai berikut
1. Fase sebelum tahun 1800
2.  fase pertengahan abad ke-18
3.  fase abad ke-19
C. PENEGAKAN HUKUM

Berfungsinya hukum dalam masyarakat di mana hukum itu berlaku kan kan tidak bisa terlepas
dari kajian budaya hukum, kesadaran hukum dan penegakan hukum. 
Yang dimaksudkan dengan budaya hukum adalah sikap sikap dan nilai-nilai yang ada
hubungannya dengan hukum dan sistem hukum.
Masalah budaya hukum tidak bisa terlepas dari masalah penegakan hukum karena penegakan
hukum sangat bergantung kepada budaya hukum dari masyarakat yang bersangkutan. Untuk
dapat berfungsi nya hukum dalam masyarakat, salah satu yang sangat berpengaruh adalah
tentang kesadaran hukum masyarakat. kesadaran hukum ini dipakai dalam arti kesadaran untuk
bertindak sesuai dengan ketentuan hukum. ini berarti bahwa kesadaran hukum merupakan suatu
jembatan yang menghubungkan antara peraturan-peraturan hukum dengan tingkah laku anggota
masyarakat .Hal inilah yang disebut sebagai kultur hukum, yaitu nilai-nilai, sikap mempengaruhi
bekerjanya hukum.
 penegakan hukum yang mendekatkan hukum sebagai suatu sollen gesetze Dalam kehidupan
sehari-hari, maka pada saat itulah hukum itu diuji dan diterapkan pada dunia kenyataan sehari-
hari,  an ansehingga terjadi proses interaksi yang melibatkan 4 unsur yaitu: 

1. Kemauan hukum
2.  tindakan para penegak hukum
3.  struktur penegakan hukum
4.  pengaruh atau bekerjanya kekuatan-kekuatan yang berasal dari  kenyataan kehidupan
sehari-hari

Apabila terjadi proses interaksi pada keempat unsure tersebut, maka menurut satjipto raharjo
akan menimbulkan kecenderungan terjadinya berbagai hal yang di kelompokan kedakam
kejadian-kejadian yang menghambat terciptanya suatu penegakan hukum yang baik. Kejadian-
kejadian yang dapat menghambat penegakan huku tersebut, adalah sebagai berikut
1. Kekeliruan dalam penafsiran
2. Kekurangan dalam kemampuan untuk mempertahankan integritas hukum;
3. Keinginanan akan kekuasaan
4. Penyuapan
5. Pemanfaatan pekerjaan untuk kepentingan pribadi

Masalah berfungsinya hukum pada prinsipnya berpegang pada paling sedikit empat faktor,yaitu:
1. Faktor hukumnya sendiri
Faktor hukum yang dimaksudkan disini adalah merupakan faktor yuridis Bagaimana
Agar suatu hukum bisa ditegakkan atau bisa diberlakukan pada masyarakat. Hukum atau
undang-undang merupakan suatu sarana untuk mencapai kesejahteraan spiritual dan
material bagi masyarakat, melalui pelestarian maupun Pembaruan. Artinya, sumpah
undang-undang maka cara yang:
a. Keterbukaan dalam proses pembuatan
b.  pemberian hak kepada warga Negara

2.  petugas Yang menegakkan atau menerapkan;


Petugas yang menegakkan hukum mempunyai tugas dan peranan penting dalam
penegakan suatu hukum( bisaUndang-undang atau peraturan tertulis lainnya).
 Petugas yang menegakkan hukum itu adalah:
a. Polisi atau Kepolisian Negara Republik Indonesia(UU No.  2 tahun 2002 tentang
Kepolisian Negara Republik Indonesia)
b. jaksa ( UU No. 16 tahun 2004 tentang Kejaksaan Negara Republik Indonesia
c. hakim ( UU No. 48 tahun 2009 tentang kekuasaan kehakiman 
3.  fasilitas yang diharapkan akan dapat mendukung pelaksanaan kaidah hukum
Tanpa adanya fasilitas atau sarana tertentu maka penegakan hukum tidak akan mungkin
bisa berjalan dengan lancar suatu contoh, dalam  undang-undang Republik Indonesia
Nomor 22 Tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan ditentukan sebagai berikut:

a.  Dalam pasal 48
1.  setiap kendaraan bermotor yang dioperasikan di jalan harus memenuhi persyaratan
teknis dan layak jalan
2.  persyaratan teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1)  terdiri atas:

a. Susunan
b.  perlengkapan
c.  ukuran
d.  karoseri
e.  rancangan teknis kendaraan sesuai dengan peruntukannya
f. Pemuatan
g. penggunaan
h. Penggandengan kendaraan bermotor;dan 
i. Penempelan kendaraan bermotor

3. Persyaratan layak Jalan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 ditentukan oleh kinerja
minimal kendaraan bermotor yang diukur sekurang-kurangnya terdiri atas:

a. Emisi gas buang


b.  kebisingan
c.  penelitian kebisingan suara
d.  efisiensi sistem rem utama
e.  efisiensi sistem rem parkir
f.  kincup roda depan
g.  suara klakson
h.  daya Pancar dan arah sinar lampu utama
i.   radius putar
j.  akurasi alat penunjuk kecepatan
k.  kesesuaian kinerja roda dan kondisi ban
l.  kesesuaian daya mesin penggerak terhadap berat kendaraan

b. Dalam pasal 49
1. Kendaraan bermotor, Kereta gandengan, Dan kereta tempelan yang diimpor. dibuat dan/
atau Dirakit di dalam negeri yang akan dioperasikan di jalan wajib dilakukan pengujian
2.  pengujian Sebagaimana dimaksud pada ayat 1 meliputi:
a.  uji tipe
b.   Uji berkala

c. Dalam pasal 50
1. Uji tipe sebagaimana dimaksud dalam pasal 49 ayat(2)Huruf a wajib dilakukan bagi
setiap kendaraan bermotor, kereta gandengan, dan kereta tempelan, yang diimpor, dibuat
dan/ atau dirakit di dalam negeri, serta modifikasi kendaraan bermotor yang
menyebabkan perubahan tipe.
2. uji tipe sebagaiman dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:
a. pengujian fisik untuk pemenuhan persyaratan teknis dan laik jalan yang dilakukan terhadap
landasan kendaraan bermotor dalam keadaan lengkap;dan
b. penelitian rancang bangun dan rekayasa kendaraan bermotor yang dilakukan terhadap rumah-
rumah , bak muatan, kereta gandengan,kereta tempelan, dan kendaraan bermotor yang
dimodifikasi tipenya.

3. uji tipe sebagaimana dimaksud pada ayat(1) dilaksanakan oleh unit pelaksana uji tipe
pemerintah.

4. Warga masyarakat
warga masyarakat yang dimaksudkan disini adalah warga dimana hukum tersebut akan
diberlakukan, sebab ada saja suatu hukum hanya diberlakukan dalam suatu wilayah
tertentu atau dalam suatu masyarakat tertentu. soerjono soekanto menyatakan bahwa dari
susdut sistem sosial budaya, indonesia merupakan suatu masyarakat majemuk  ( plural
society), terdapat banyak golongan etnik denagn kebudayaan-kebudayaan khusus.
disamping itu sebagian besar masyarak at  indonesia bertempat tinggal di pedesaan yang
berbeda ciri-cirinya dengan mayarakat di perkotaan.
BAB 8
KEKUASAAN KEHAKIMAN
1.

Anda mungkin juga menyukai