Anda di halaman 1dari 10

BASA Vol. x, No.

y, Bulan Tahun • ISSN xxxx-xxxx • e-ISSN yyyy-yyyy

KONFLIK BATIN TOKOH RAY PADA NOVEL REMBULAN TENGGELAM DI


WAJAHMU
KARYA TERE LIYE : KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA

Ifrohatun Izzah
Helmi Wicaksono

Universitas Islam Malang


Pos-el: izzah241174@gmail.com

Abstrak: Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana konflik batin yang
dialami oelh tokoh utama Ray dalam Novel Rembulan Tenggelam di Wajahmu
karya Tere Liye. Alasan menjadikan konflik batin sebagai fokus penelitian adalah
karena dalam novel ini terjadi sebuah perjalanan lintas waktu untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan pada masa lalu. Dengan demikian dapat tergambarkan bahwa
tokoh utama berkalut dengan pertanyaan-pertanyaan itu selama hidupnya. Metode
penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian deskriptif kualitatif dengan objek
kajian psikologi sastra yang didasrkan pada pakar psikoanalisis Sigmund Freud. Data
utama dari penelitian ini adalah novel Rembulan Tenggelam di Wajahmu karya Tere
Liye yang terbit pada tahun 2006 dengan tebal halaman 767 halaman. Teknik
pengumpulan sumber data pendukung dengan kajian pustaka pada penelitian
terdahulu yang serupa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa memang terdapat
konflik batin pada tokoh utama yang didukung dengan potongan-potongan peristiwa.
Selain itu peneliti menemukan analisis kondisi psikologis berdasarkan konsep
psikoanalisis id, ego dan superego.

Kata kunci: konflik batin, psikologi, sastra

PENDAHULUAN
Karya sastra merupakan salah satu wujud pengungkapan ekspresi manusia yang
dituangkan dalam sebuah tulisan. Ada beberapa jenis karya sastra, diantaranya cerpen, novel,
puisi, drama dan lainnya. Menulis sebuah karya sastra memerlukan proses kontemplasi atau
renungan yang cukup memakan waktu. Hal ini disebabkan karena karya sastra memerlukan
penyatuan dari beberapa komponen kehidupan. Banyak hal yang bisa dijadikan bahan untuk
menulis karya sastra karena karya sastra adalah sebuah karya imajinatif yang menggambarkan
dunia rekaan serta menghadirkan pemahaman juga pengalaman yang mengandung estetika
(Sefia dan Septiaji : 2018). Dari paparan tersebut dapat disimpulkan bahwa karya sastra
merupakan cerminan dari kehidupan nyata. Segala sesuatu yang terjadi dalam karya sastra bisa
jadi merupakan gambaran dari peristiwa didunia nyata. Peristiwa-peristiwa tersebut tentunya
memiliki permasalahan atau konflik.
Salah satu jenis karya sastra yang menyajikan runtutan konflik yang lengkap adalah novel.
Novel merupakan salah satu jenis karya sastra yang bentuknya hampir menyerupai catatan
harian. Seperti yang ditegaskan Waluyo 2011:15 dalam Dewi) bahwa sebelumnya novel
merupakan catatan harian yang dibukukan. Novel merupakan sebuah karya sastra yang
menggambarkan kehidupan dengan menonjolkan sifat atau watak tokoh (Dewi:2021).
Menegaskan pernyataan tersebut (Dewi:2021) memberikan kesimpulan bahwa novel adalah
karya sastra yang memberikan gambaran kehidupan tokoh dari awal hingga penyelesaian akhir.

Ifrohatun Izzah | 1
BASA Vol. x, No. y, Bulan Tahun • ISSN xxxx-xxxx • e-ISSN yyyy-yyyy

Jadi dapat disimpulkan bahwa novel merupakan karya sastra dengan rangkaian konflik yang
runtut dari awal hingga menemukan penyelesaian.
Konflik yang terjadi pada novel umumnya adalah konflik kompleks yang menjadikan
pembaca lebih penasaran pada kelanjutan ceritanya. Tidak jarang pula konflik yang terjadi
dalam novel juga terjadi dalam kehidupan pembaca sehingga pembaca dapat masuk kedalam
konflik yang dibangun oleh pengarang. Emosi-emosi yang dibangun dalam konflik tersebut juga
ikut mempengaruhi pembaca. Dalam menyampaikan emosi tersebut seringkali penulis
menampilkan gejolak batin dari tokoh-tokoh yang ada didalamnya. Seperti yang terjadi dalam
novel Rembulan Tenggelam di Wajahmu karya Tere Liye yang menyajikan emosi melalui
konflik batin tokoh utamanya Raihan Raujana atau Ray. Dalam novel ini, Ray mengalami suatu
peristiwa di masa lalunya yang masih menimbulkan banyak pertanyaan baginya. Pertanyaan-
pertanyaan itu yang menjadi gambaran konflik batin yang dialami Ray. Konflik besar yang
terjadi dalam novel ini adalah konflik batin tokoh utamanya, Ray, penyesalan dan merasa tidak
adil atas kehidupannya. Kondisi yang dialami oleh Ray ini merupakan trauma masa lalu sesuai
dengan ungkapan (Mardiyati, 2015) trauma adalah kondisi jiwa atau perilaku yang tidak normal
akibat kenangan membekas yang tidak dapat dilupakan. Trauma masa lalu ini dapat menjadi
penyebab dari masalah-masalah psikologis seseorang, seperti pendapat (Afriyenty, 2022) yang
menyatakan bahwa trauma merupakan akar masalah yang dapat memunculkan gangguan
psikologis yang bisa dibawa bahkan hingga usia lanjut. Peristiwa inilah yang terjadi kepada Ray.
Ia mengalami peristiwa buruk pada masa lalu hingga semasa hidupnya peristiwa itu tidak dapat
dilupakan. Peristiwa itu menjadi hubungan sebab-akibat atas segala perbuatannya.
Psikologi sastra merupakan dua disiplin ilmu dalam kesusastraan yang membahas dua hal
sekaligus yaitu psikolgi dan sastra. Psikologi merupakan bidang kajian ilmu yang menilik
permasalahan kepribadian dan mental seseorang (Ratih:2017). Antara psikologi dan sastra
merupakan dua ilmu yang berbeda akan tetapi tidak menutup kemungkinan juga untuk dapat
saling berkaitan. Begitu pula yang ditegaskan (Ika dan Hidayah:2017) bahwa sastra tidak bisa
lepas dari psikologi karena dalam sebuah karya sastra memiliki banyak aspek kejiwaan yang
disertakan didalamnya.
Pada penelitian ini akan difokuskan pada konflik batin yang dialami oleh tokoh utama
Ray. Alasan menjadikan konflik batin sebagai fokus penelitian adalah karena melihat lagi kajian
psikolgi sastra dari pakar Sigmund Freud yang mendasarkan pada id, ego dan superego dimana
seluruhnya melibatkan konflik batin. Dalam novel Rembulan Tenggelam di Wajahmu ini juga
banyak membahas pertanyaan-pertanyaan terpendam yang akhirnya menjadikan rasa penasaran,
dendam dan penyesalan yang dirasakan sendiri sehingga menimbulkan gejolak batin.
Berdasarkan fenomena konflik dalam novel tersebut maka penelitian ini memilik fokus
penelitian yaitu bagaimana konflik batin yang dialami Ray serta tinjauan psikologis terhadap
fenomena konflik tersebut
Penelitian terdahulu yang relevan dengan kajian artikel ini adalah 1). Ari, dkk (2015),
Kajian Psikologi Sastra Tentang Agresivitas Tokoh Utama Dalam Novel Rembulan Tenggelam
di Wajahmu Karya Tere-Liye, Untan Pontianak. 2). Refni (2016), Telaah Konflik Dalam Novel
Rembulan Tenggelam di Wajahmu Karya Tere Liye, Universitas Bengkulu. Dari penelitian
tersebut ditemukan beberapa perbedaan diantaranya 1). Ari melakukan kajian terhadap sisi
psikologis yang berfokus pada agresivitas tokoh, 2). Refni melakukan telaah konflik secara
umum dan tidak meninjau sisi psikologi sastra. Sedangkan pada penelitian ini akan berfokus
pada konflik serta meninjau psikoanalisis dari novel yang sama yaitu Rembulan Tenggelam di
Wajahmu karya Tere Liye.

KAJIAN TEORI
Psikologi dalam KBBI merupakan ilmu yang berkaitan dengan mental yang berhubungan
dengan kegiatan jiwa. Menurut Wiyatmi (2011) berdasarkan kajian psikologi, perilaku setiap

Ifrohatun Izzah | 2
BASA Vol. x, No. y, Bulan Tahun • ISSN xxxx-xxxx • e-ISSN yyyy-yyyy

individu tidak murni dari dalam diri manusia dalam artian bukan muncul sendiri akan tetapi
merupakan akibat dari stimulus. Dalam hal ini psikologi mempercayai bahwa timbulnya perilaku
dan keadaan psikologis disebabkan oleh pengaruh diluar diri manusia. Perilaku manusia
dibedakan menjadi 2 jenis yaitu refleksif dan nonrefleksif (Wiyatmi : 2011). Perilaku refleksif
adalah perilaku manusia yang terjadi begitu saja atau secara spontan, misalnya berkedip,
bergerak saat kaget dan lainnya. Perilaku refleksif ini muncul secara begitu saja tanpa adanya
kesengajaan yang terencana. Berbeda dengan perilaku nonrefleksif yang pergerakannya terjadi
karena proses respon. Reseptor menerima stimulus kemudian otak mengolah pada pusat syaraf
dan pusat kesadaran baru selanjutnya muncul respon. Proses ini lah yang disebut proses
psikologis. Psikologi berdasarkan ruang lingkup kajiannya terbagi atas psikologi umum dan
psikologi khusus. Psikologi umum lebih dominan mengkaji perilaku manusia yang terjadi pada
kehidupan sehari-hari. Psikologi umum fokus pada pandangan bahwa manusia tidak memiliki
pengaruh dari manusia lain. Berbeda halnya dengan psikologi khusus yang mengkaji psikologi
manusia berdasarkan beberapa kajian. Diantaranya adalah 1). Psikologi perkembangan yang
mengkaji kondisi psikologis mulai dari bayi hingga dewasa, 2). Psikologi sosial yang mengkaji
hubungan kondisi psikologis dengan lingkungan sekitar (inilah yang menjadi pembeda antara
psikologi umum dan psikologi khusus), 3). Psikologi pendidikan yang mengkaji aktivitas
manusia berdasarkan hubungannya dengan pendidikan, 4). Psikologi kepribadian yang mengkaji
kepribadian manusia sekaligus tipe-tipe kepribadian, 5). Psikologi patologi yang mengkaji
khusus kondisi psikologi abnormal, 6). Psikologi kriminal yang mengkaji hubungan kondisi
psikologis dengan kriminalitas dan 7). Psikologi perusahaan yang mengkaji hubungan kondisi
psikologis dengan industri atau perusahaan.
Dari teori dasar psikologi tersebut, pada tahun 1856 muncul sebuah teori psikoanalisis
yang dikemukakan oleh Sigmund Freud. Teori psikoanalisis ini terkumpul dari penelitian Freud
terhadap pasien dan dirinya sendiri. Psikoanalisis ini mengalami perjalanan panjang hingga pada
akhirnya Freud menemukan sebuah konsep dasar tentang kesadaran dan ketidaksadaran yang
menjadi aspek kepribadian manusia. Kesadaran ini menjadi bagian kecil dari kepribadian yang
tampak di permukaan sedangkan ketidaksadaran menjadi sumber insting yang mendorong
perilaku manusia. Selanjutnya teori ini berkembang menjadi konsep psikoanalisis berdasarkan
id, ego dan superego. Id merupakan bagian dari ketidaksadaran manusia yang membentuk
kepribadian. Id ini terbentuk sejak bayi dan menjadi dasar pembentukan psikis tahap selanjutnya.
Id pada dasarnya tidak mendapat pengaruh oleh kontrol ego dan relalitas. Selanjutnya id yang
mengalami proses diferensiasi karena pengaruh dari pihak luar berubah menjadi ego. Pihak-
pihak yang paling berpengaruh terhadap proses ini lingkungan sekitar, Pola asuh, orang tua dan
orang-orang terdekatnya. Ego ini juga di sebut sebagai prinsip realitas karena ego memunculkan
pertahanan berdasarkan penyesuaian dengan realitas. Bagian yang ketiga yaitu superego,
Sigmund Freud menyebut bagian ini sebagai prinsip moral. Superego ini menjadi pengendali
munculnya sikap-sikap manusia. Superego membedakan mana yang boleh dilakukan dan mana
yang tidak. Superego didapatkan dari peraturan-peraturan yang berasal dari asuhan orang tua dan
norma-norma masyarakat.
Kajian psikologi ini kemudian digabungkan dengan sastra menjadi sebuah analisis karya
sastra yang disebut sebagai psikologi sastra. Psikologi dan sastra memiliki hubungan terikat
dimana setiap karya sastra tidak lepas dari pemeran atau tokoh dan tokoh tentunya memiliki
keadaan psikologis sesuai yang dihadirkan oleh penulis. Kedua ilmu ini sama-sama berbicara
mengenai manusia. Sastra menggambarkan manusia dengan kehidupannya sedangkan psikologi
mengkaji kehidupan manusia dari segi pandang kejiwaan. Psikologi sastra merupakan dua
disiplin ilmu yang memiliki kajian berbeda akan tetapi dapat berkaitan satu sama lain. Psikologi
sastra adalah kajian naskah yang mempertimbangakan relevansi psikologi (Halisa dan
Hidayah:2017). Pendekatan psikologi sastra sarat dengan tiga pokok bahasan utama yaitu
pengarang, pembaca dan karya sastra. Namun psikologi lebih dominan antara hubungan

Ifrohatun Izzah | 3
BASA Vol. x, No. y, Bulan Tahun • ISSN xxxx-xxxx • e-ISSN yyyy-yyyy

pengarang dengan karya sastra (Ratih, dalam Ani:2013). Dalam hal ini psikologi pemeran atau
tokoh berpengaruh penting dalam bahan kajiannya. Psikologi sastra menurut Sangidu (dalam
Ani:2013) merupakan kajian terhadap karya sastra yang memuat peristiwa yang diperankan oleh
tokoh bersifat imajinatif tetapi mungkin juga diperankan dalam kehidupan nyata. Yang menjadi
fokus dalam psikologi sastra adalah masalah yang digambarkan sebagai potret dari kejiwaan
tokoh. Masalah-masalah ini kemudian dituangkan dalam konflik yang terjadi didalam karya
sastra.
Konflik adalah permasalahn yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Dalam karya sastra
konflik merupakan pertentangan yang dialami oleh tokoh-tokoh didalamnya. Konflik ini
dihadirkan secara imajinatif oleh pengarang. Kehadiran konflik dalam karya sastra menjadi
jembatan bagi pengarang untuk menyampaikan maksud atau amanat tersirat. Konflik dalam
karya sastra merupakan pelengkap dari jalannya cerita. Menurut Wellek dan Werren (dalam Ari,
dkk) perkara dramatis yang menyangkut perseteruan dua kekuatan seimbang yang
menyampaikan adanya aksi balas-membalas. Konflik dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu
konflik fisik dan konflik batin atau dapat diklasifikasikan juga menjadi konflik internal dan
eksternal. Konflik fisik adalah perserteruan yang melibatkan kegiatan fisik seperti bertengkar,
adu mulut, adu jotos dan sebagainya. Sedangkan konflik batin lebih pada perseteruan tokoh
dengan prasangka-prasangka yang muncul dalam dirinya seperti rasa bersalah, penyesalan,
dendam dan sebagainya. Konflik internal merupakan konflik tyang terjadi antara manusia
dengan dirinya sendiri, gejolak batin yang timbul sebab perasaan atau prasangka. Konflik
eksternal adalah konflik yang dialami tokoh dengan tokoh lain ataupun hal diluar dirinya sendiri.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif dengan objek kajian
psikologi sastra yang didasrkan pada pakar psikoanalisis Sigmund Freud. Data utama dari
penelitian ini adalah novel Rembulan Tenggelam di Wajahmu karya Tere Liye yang terbit pada
tahun 2006 dengan tebal halaman 767 halaman. Teknik pengumpulan sumber data pendukung
dengan kajian pustaka pada penelitian terdahulu yang serupa. Analisis yang dilakukan adalah
analisis terhadap kondisi psikologis tokoh utama dalam novel berdasarkan pada konsep
psikoanalisis Sigmund Freud. Hasil dari data ini berupa kutipan dan potongan peristiwa didalam
novel yang merupakan bukti konflik batin tokoh yang terjadi dari konflik yang terjadi.
Metode memuat informasi mengenai macam atau sifat penelitian, data dan sumber data,
teknik pengumpulan data, instrumen pengumpulan data, prosedur pengumpulan data, dan
metode analisis data.

HASIL PENELITIAN
Dari penelitian ini, peneliti mendapatkan hasil berupa konflik batin yang dialami oleh
tokoh utama. Selain itu peneliti menemukan analisis kondisi psikologis berdasarkan konsep
psikoanalisis id, ego dan superego. Dalam penjelasan hasil penelitian ini nanti, tokoh utama akan
disebutkan sebagai Raihan dan nama sapaannya adalah Ray.

Konflik Batin Tokoh Utama


a. Rasa diperlakukan tidak adil.
“Dasar pencuri ! Ini bulan suci, bagaimana kau berani-beraninya mencuri?.” Ucap
pria setengah baya yang bertugas menjaga Panti itu melotot. Tangannya cepat
menyambar sebilah ritan di atas meja. Mengancam.
“Mengaku atau kupukul?” Rotan itu teracung ke depan
“AKU TIDAK MELAKUKANNYA!” Rehan melawan, berteriak bahkan.
Percuma, bukan? Mengaku pun dia tetap dipukul. Tidak ada bedanya.

Ifrohatun Izzah | 4
BASA Vol. x, No. y, Bulan Tahun • ISSN xxxx-xxxx • e-ISSN yyyy-yyyy

Dari potongan cerita tersebut, terlihat bahwa Raihan merasa bahwa dirinya hanya
dipandang sebelah mata. Benar atau tidak benar sekalipun dirinya tetap salah dimata Penjaga
Panti. Dalam cerita ini Raihan menjadi anak yang sering melakukan kesalahan serta menerima
perlakuan tidak adil dari Penjaga Panti karena dipandang sebagai anak nakal. Sejalan dengan
prinsip ego yang menjadi sebab dorongan perilaku diamnya Ray. Ray telah memiliki insting
bahwa dia akan disalahkan bagaimanapun kebenarannya.

b. Rasa bersalah atas perbuatan


Hening. Lima menit Bang Ape hanya menatp wajah Ray yang benjut. Tubuh
yang memar oleh bekas pukulan, kaos hitam yang menyisakan gumpalan darah.
Lima menit yang senyap. Ray tidak berani memulai percakapan, tepatnya
sungkan memberikan penjelasan. Wajah Bang Ape sejak masuk ruang terlihat
berbeda dari biasanya.

Pada potongan ini dijelaskan bahwa Ray sungkan akan memulai pecakapan. Peristiwa ini
terjadi setelah Ray bertengkar dengan gerombolan preman demi membela Ilham, temannya
dirumah singgah. Ray menyadari kesalahannya sehingga ia tidak berani membuka mulut dan
bersiap untuk dimarahi atau apapun. Peristiwa ini sejalan dengan prinsip ego yang merupakan
konsep realita dimana manusia berperilaku sesua dengan kenyataan yang dihadapi. Ego di sini
muncul pada perilaku pembelaan terhadap ilham. Ray merasa bahwa Ilham adalah teman
baiknya dan tidak pantas diperlakukan seperti demikian. Kontrol perilaku atau superego dalam
peristiwa ini terjadi saat isi kepala Ray memberontak akan tetapi tidak mengatakan apapun demi
menjaga rasa hormatnya pada Bang Ape.

c. Perasaan bingung
Semua ini membingungkan. Bagaimana orang ini tahu kalau dia baru saja
mengenang kejadian di gang dekat pojokan pasar tersebut. Bagaimana orang ini
tahu kalau dia sedang mengenang percakapan dengan Bang Apae di ruang besuk
tahanan? Bagaimana orang ini bisa membaca apa yang dipikirkannya?
Berdasarkan potongan tersebut, terlihat bahwa Ray bingung dengan apa yang terjadi pada
dirinya. Pada saat itu Ray bertemu dengan orang berwajah menyenangkan yang membawanya
melakukan perjalan waktu untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan misteri baginya.

d. Perasaan kesal
Ray mencengkeram ujung-ujung meja. Hatinya benar-benar mengkal. Kalau saja
tidak ingat betapa baiknya Bang Ape selama ini, sudah daraia tadi dia akan
berteriak-teriak membantah. Melawan. Tapi dia memutuskan diam. Menggigit
bibirnya. Menebalkan kuping.
Penggalan cerita tersebut terjadi saat preman-preman yang pernah dihabisi oleh Ray
melakukan aksi balas dendam. Ray merasa marah karena merasa dia tidak salah akan tetapi tidak
bisa mengutarakan kekesalannya. Id dalam peristiwa ini terlihat bahwa Ray adalah sosok yang
penyayang kepada orang terdekatnya. Jika novel ini dibaca secara keseluruhan dapat ditemkan
bahwa Ray termasuk anak dari keluarga beruntung yang mendapatkan kasih sayang. Akan tetapi
karena peristiwa kebakaran yang menghanguskan rumah dan kedua orang tuanya, Ray tumbuh
menjadi anak pembuat onar. Terlepas dari itu id yang dimiliki masih tetap sama bahwa dia
adalah anak yang penyayang.

e. Rasa menyesal
“Harusnya aku menurutimu, Yang...” Berusaha menyeka ujung-ujung mata
dengan piyama rumah sakit, “tidak terlalu sibuk-“

Ifrohatun Izzah | 5
BASA Vol. x, No. y, Bulan Tahun • ISSN xxxx-xxxx • e-ISSN yyyy-yyyy

Ray menggigit bibir. Hatinya terluka menatap kesedihan di wajah pucat itu.
Membantu menyeka ujung-ujung mata istrinya.
“Akulah yang keliru...seharusnya akulah yang tidak pulang larut sepanjang bulan
ini. membuatmu menunggu bermalam-malam.kurang tidur. Lelah...” ray berbisik,
menggenggam lembut jari-jemari manis istrinya.
Terdiam. Ruang rawat inap itu hening.
Potongan cerita tersebut terjadi saat istri Ray mengalami keguguran pada kehamilan
pertamanya. Ray yang sibuk merasa bersalah atas apa yang terjadi pada istrinya. Ia menyesal
telah bekerja hingga larut pada bulan-bulan dimana istrinya perlu perhatian khusus. Ray
memiliki sifat bertanggung jawab dan penyayang. Dia rela melakukan apa saja demi orang yang
disayanginya. Id membentuknya menjadi orang yang seperti itu. Naluri alamiahnya membawa
dia bersikap hangat dan penyayang. Sehingga saat ia merasa gagal muncul ego berupa
penyesalan.

f. Perasaan marah bercampur sedih


Ray gemertar mencengkeram tanah merah di depannya. Apa maksud semua ini!
Kenapa Kau TEGA? Kau renggut bayi kami tiga tahun silam....
Dan sekarang Kau renggut istri dan bayiku sekaligus...Apakau Kau SENANG
me,ihat hamba-Mu tersungkur seperti in? PUAS?
Ray meratap. Mulai mengutuk langit.

Potongan cerita itu menunjukkan peristiwa dimana istri Ray dan bayinya yang kedua
meningal hampir bersamaan. Ray merasa marah dan sedih sekaligus. Egonya terbentuk dari id
yang penyayang, di sini Ray benar-benar hancur dihempas oleh realita kehidupannya.

PENUTUP
Dalam penelitian ini telah ditemukan gejolak konflik batin yang dialami oleh tokoh utama.
Yang mana konflik-konflik ini didukung oleh kejadian yang menjadi warna dari kehidupan
tokoh utama. Dalam kajian psikoanalisis ditemukan kebenarannya bahwa id terbentuk secara
alamiah kemudian membentuk ego karena tempaan realita dan dibatasi pergerakannya dengan
superego yang terbentuk melalui norma dan aturan yang berlaku. Konflik batin yang terjadi pada
tokoh utama novel Rembulan Tenggelam di Wajahmu merupakan bentuk konflik internal. Ada
beberapa kejadian yang juga merupakan konflik eksternal. Akan tetapi yang menjadi dominan
adalah konflik internal. Sesuai pengantarnya, bahwa Ray akan mendapatkan jawaban atas lima
pertanyaan besar dalam hidupnya yang tidak pernah terjawab. Hal tersebut menunjukkan bahwa
novel ini mengandung banyak sekali konflik batin, terutama yang dialami tokoh utama.
Penelitian ini masih jauh dari kata sempurna sehingga pada masa mendatang diperlukan
penyempurnaan melalui penelitian lain. Saran untuk kedepannya dapat dilakukan penelitian
terkati sebab akibat antara konflik batin dengan perilaku yang timbul.

DAFTAR RUJUKAN

Sefia, AY, & Septiaji, A. (2019). Hujan bulan juni karya sapardi djoko damono: kritik sastra
mimetik. Diglosia: Jurnal Pendidikan, Kebahasaan, Dan Kesusastraa Dewi, R.
(2021). Perempuan dalam Novel Sehidup Sesurga Denganmu Karya Asma
Nadia (Disertasi Doktor, STKIP PGRI PACITAN).n Indonesia , 2 (1).

Dewi, R. (2021). Perempuan dalam Novel Sehidup Sesurga Denganmu Karya Asma


Nadia (Disertasi Doktor, STKIP PGRI PACITAN).

Ifrohatun Izzah | 6
BASA Vol. x, No. y, Bulan Tahun • ISSN xxxx-xxxx • e-ISSN yyyy-yyyy

Nurdayana, I., & Qur'ani, HB (2020). REPRESENTASI GANGGUAN PSIKOLOGIS TOKOH


ORANG PERTAMA DAN ORANG KEDUA DALAM NASKAH DRAMA “ALJABAR”
KARYA ZAK SORGA: TELAH PSIKOLOGI SASTRA. Pena Literasi , 2 (2), 93-104.

Kurnianingsih, A., Martono, M., & Wartiningsih, A. Kajian Psikologi Sastra Tentang
Agresivitas Tokoh Utama Dalam Novel Rembulan Tenggelam Di Wajahmu Karya Tere-
liye. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Khatulistiwa , 6 (10).

Rahayu, R. (2017). TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA TERHADAP TOKOH UTAMA


NOVEL REMBULAN TENGGELAM DI WAJAHMU KARYA TERE LIYE. Telaga
Bahasa , 5 (1), 127-142.

Maftuhah, M. (2019). KEPRIBADIAN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL REMBULAN


TENGGELAM DI WAJAHMUKARYA TERE LIYE (KAJIAN PSIKOANALISIS
SIGMUND FREUD). EDU-KATA , 5 (2), 121-128.

Wiyatmi. (2011). PSIKOLOGI SASTRA. Teori dan Aplikasinya. Kanwa Publisher

Yunita, R. (2016). TELAAH KONFLIK DALAM NOVEL REMBULAN TENGGELAM DI


WAJAHMU KARYA TERE LIYE. Wacana: Jurnal Penelitian Bahasa, Sastra dan
Pengajaran , 14 (1), 54-64.

Harini, AS (2013). Motivasi Hidup Tokoh dalam Novel Ranah 3 Warna Karya Ahmad Fuadi
( Disertasi Doktor, UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO).

Ifrohatun Izzah | 7
BASA Vol. x, No. y, Bulan Tahun • ISSN xxxx-xxxx • e-ISSN yyyy-yyyy

Lampiran 1

File Tugas UTS

NPM : 22001071036
Nama Lengkap : Ifrohatun Izzah
Kelas : Psikologi Sastra 4A
Pakar Psikologi : Sigmund Freud
Topik : Fenomena Konflik Batin Tokoh Ray pada Novel Rembulan
Tenggelam di Wajahmu Karya Tere Liye
Konflik Batin Tokoh Ray pada Novel Rembulan Tenggelam di Wajahmu Karya
Tere Liye
Dalam menjalani kehidupan manusia tentunya memiliki lika-liku konflik dan segala macamnya.
Tidak ada kehidupan yang selalu berjalan mulus seperti berjalan di atas gelaran karpet merah.
Seluruh kejadian adalah rangkaian sebab-akibat dengan kejadian yang lain. Dengan prinsip apa
yang kita tanam itulah yang akan kita tuai, begitulah seharusnya manusia menjalani hidup
dengna memilih apa yang tidak membuatnya menyesal. Dalam perjalanannya, sering kali realita
tidak seindah ekspektasi yang pada akhirnya memunculkan konflik batin bagi manusia. Sekuat
apapun manusia menolak, jika semuanya sudah ditakdirkan olrh sang pencipta, maka manusia
tidak berkutik. Manusia tidak pernah tahu apa yang akan terjadi di masa depan dan juga belum
tentu mengtahui apa sebab kejadian yang sekarang. Proses kehidupan yang indah dan misterius
ini sangatlah menarik jika dicampur dengan bumbu imajinasi dan dituangkan dengan kata pilihan
yang diuntai dengan segenap estetika. Gejolak batin yang timbul dalam menjalani kehidupan
diungkapkan melalui sebuah karya. Itulah karya sastra, karya yang mengekspresikan diri dari
penulisnya melalui ceritanya, alurnya, konfliknya. Karya sastra adalah sebuah bentuk imajiansi
ekspresif yang objeknya adalah manusia. Penggambaran kehidupan melalui konflik fiksi tersebut
akan lebih baik jika dituangkan dalam novel. Karena dalam novel penulis bisa menjabarkan
secarautuh bagaimana konflik itu terjadi dengan rentetan peristiwa yang menjadi bingkainya.
Novel adalah salah satu sastra berbentuk prosa yang dapat dijadikan sebagai bahan untuk
mempelajari kehidupan manusia beserta dengan konfliknya. Demikian yang coba digambarkan
Tere Liye dalam novelnya yang sangtalah imajinatif “Rembulan Tenggelam di Wajahmu”.
Novel terbitan pertama tahun 2006 ini sudah berhasil memasuki layar lebar menjadi film dengan
judul yang sama. Tere Liye menggambarkan gejolak batin yang dialami Rehan Raujana atau Ray
ini dengan sangat sempurna. Novel ini bercerita mengenai kesempatan langka mendapatkan
jawaban atas lima pertanyaan dalam hidup yang menjadi misteri.
Ray adalah seorang pemilik perusahaan besar dan ternama, sedang sekarat di rumah sakit. Di
samping Ray saat itu ada orang dengan wajah menyenangkan bericara “Aku memberikan kau
kesempatan hebat. Lima kesempatan untuk bertanya tentang rahasia kehidupan, dan aku akan
menjawabnya langsung sekarang. Lima pertanyaan. Lima jawaban. Apakah pertanyaan
pertama-mu?”. Begitulah semua cerita berawal, Ray mendapat kesempatan untuk mengetahui
jawaban atas pertanyaan besar semasa hidupnya. Ray menghabiskan masa kecilnya di panti
asuhan dengan pola asuh yang jauh dari kata ideal. Masa kecil yang harusnya berwarna dan
menyenangkan ia lewati dengan penuh luka dan penderitaan. Ditambah kedua orang tuanya

Ifrohatun Izzah | 8
BASA Vol. x, No. y, Bulan Tahun • ISSN xxxx-xxxx • e-ISSN yyyy-yyyy

meninggal saat ia masih kecil karena ada kebakaran besar dipemukimannya. Bosan dan muak
dengan kehidupan panti asuhan yang terus menyiksa fisik dan batinnya Ray memutuskan untuk
menjadi penghuni terminal kota, berjudi, mencuri dan mencoba semua hal baru. Kemudian masa
remajanya di lewati di sebuah rumah singgah di ibu kota. Disini ia mulai bisa mengerti arti
saudara, keluarga dan memaknai kehidupan. Masa remaja akhir, ia mulai menemukan pujaan
hatinya yang tidak bisa ia genggam sampai akhir hayat sebab hayatnya telah berakhir sebelum
janji sehidup semati terlalui. Saat usia dewasa ia mulai merangkak menuju menara dengan
segenap gundahnya. Jungkir balik kehidupan telah ia lewati selama hidupnya. Namun, Ray tetap
belum bisa mengerti mengapa semua terjadi padanya, segalanya masih meninggalkan tanya.
Hingga pada usia 60 tahun Ray yang gagah kuat tumbang, berakhir di ranjang pasien ditemani
dengan pria berwajah menyenangkan yang siap membawanya berwisata ke masa lalu untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan besarnya.
Konflik besar yang terjadi dalam novel ini adalah konflik batin tokoh utamanya, Ray, penyesalan
dan merasa tidak adil atas kehidupannya. Kondisi yang dialami oleh Ray ini merupakan trauma
masa lalu sesuai dengan ungkapan (Mardiyati, 2015) trauma adalah kondisi jiwa atau perilaku
yang tidak normal akibat kenangan membekas yang tidak dapat dilupakan. Trauma masa lalu ini
dapat menjadi penyebab dari masalah-masalah psikologis seseorang, seperti pendapat
(Afriyenty, 2022) yang menyatakan bahwa trauma merupakan akar masalah yang dapat
memunculkan gangguan psikologis yang bisa dibawa bahkan hingga usia lanjut. Inilah yang
terjadi pada Ray, trauma masa lalu yang menimbulkan gejolak batin dari masa remaja hingga
usianya lanjut. Fenomena id dimana anak seusianya butuh banyak kasih sayang dan
mendapatkan bimbingan yang baik, tapi malah sebaliknya. Egonya membawa dia untuk menjadi
preman terminal saat remaja, hingga menjadi pencuri berlian di gedung pencakar langit saat
pertengahan dewasa. Tidak ada masa dimana Ray menjalani kehidupan yang biasabiasa saja,
semuanya tidak biasa. Namun, karena semua itulah superego Ray membawanya hingga dia
berhasil menjadi konglomerat, pemilik perusahaan gurita. Semasa hidupnya Ray terus
memikirkan apakah hidup ini adil, psikisnya terguncang dengan masa lalunya tapi kehidupannya
harus terus berjalan. Semua fenomena psikologisnya adalah hubungan sebabakibat dari apa yang
ia dapat dan berakhir pada apa yang ia perbuat. Karena anak-anak yang melihat dan mengalami
kekerasan secara langsung dalam lingkup keluarga dapat mengalami trauma fisik, mental dan
emosional (Mardiyati, 2015). Perilaku menyimpang Ray tidak dapat dibenarkan akan tetapi
penyebabnya melakukan hal tersebut dapat dipahami.
Hidup memang penuh dengan warna-warni, lika-liku, terjal-landai dan sebagainya. Namun itu
semua bukan menjadi alasan seseorang untuk menyerah atas hidupnya. Dari tokoh Ray kita
dapat belajar bahwa pahitnya kehidupan itu bukanlah suatu hal yang sia-sia. Semua yang kita
lakukan sekarang pasti akan mendapatkan balasan nantinya. Tidak semua yang pahit itu buruk,
terkadang mengalami kepahitan memang baik untuk kita. Begitu juga sebaliknya, ada saat
dimana menjalani hal-hal yang kita senangi justru tidak baik untuk kita. Dari novel ini juga kita
dapat memetik pesan bahwa keluarga sangat berpengaruh terhadap perkembangan seseorang.
Keluarga merupakan rumah yang akan menjadi tempt berpulang siapa saja yang selesai
berkelana. Seperti Ray saat ia mendapatkan Si Gigi Kelinci, kehidupannya mulai lebih cerah
karena ia punya rumah untuk pulang. Namun, saat Si Gigi Kelinci tiada, Ray kembali lagi seperti
masa itu, masa hampanya. Memiliki harta ternyata bukanlah jawaban dari segala bahagia,
bahagia adalah ketika seseorang merasa nyaman dengan apa yang sedang dilakukan, senang

Ifrohatun Izzah | 9
BASA Vol. x, No. y, Bulan Tahun • ISSN xxxx-xxxx • e-ISSN yyyy-yyyy

dengan apa yang diterima dan ikhlas dengan apa yang menimpa. Begitulah kehidupan, indah,
rumit, misterius dan penuh kejutan.

Daftar Pustaka
Giriani, NP, Ahmad, MR, & Rokhmansyah, A. (2017). Kepribadian Tokoh Utama
Dalam Naskah Monolog Balada Sumarah Karya Tentrem Lestari: Kajian Psikologi
Sastra. Ilmu Budaya: Jurnal Bahasa, Sastra, Seni dan Budaya , 1 (1).
Afriyenti, LU (2022). Studi Kasus: Terapi Pengampunan untuk Mengurangi Trauma
Masa Lalu. Literasi Sintaks; Jurnal Ilmiah Indonesia , 7 (2), 806-814.
Mardiyati, I. (2015). Dampak trauma kekerasan dalam rumah tangga terhadap perkembangan
psikis anak. Jurnal Studi Gender dan Anak, I (2) , 26-29.

Ifrohatun Izzah | 10

Anda mungkin juga menyukai