Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Karya sastra bukan hanya sekedar hasil imajinasi pengarang,
melainkan itu adalah refleksi dari bentuk kehidupan yang sebenarnya.
Seperti halnya yang diungkapkan Siswantoro (2004:23), karya sastra tidak
sekedar lahir dari dunia kosong melainkan karya lain dari proses penyerapan
realita pengalaman manusia. Karya sastra menurut ragamnya terbagi
menjadi tiga, yaitu prosa, puisi, dan drama. Berkaitan dengan prosa fiksi
umumnya dibagi menjadi dua, yaitu cerita pendek (cerpen) dan novel.
Persoalan atau konflik yang disodorkan oleh pengarang dalam suatu karya
sastra berupa novel maupun cerpen selalu tidak terlepas dari pengalaman
kehidupan nyata sehari-hari. Hanya saja dalam penyampaiannya, pengarang
sering mengemasnya dengan gaya yang berbeda-beda dan sarat akan pesan
atau amanat bagi kehidupan manusia.
Novel merupakan suatu karya sastra imajinatif dimana pengarang
menciptakan tokoh-tokoh yang memiliki berbagai macam karakter di
dalamnya. Dengan menggunakan imajinasi yang mereka miliki, para
pengarang mampu menciptakan suatu karakter tokoh dengan keunikan-
keunikan tersendiri. Hal inilah yang membuat karya-karya sastra tersebut
sering menggambarkan kejiwaan manusia, yang artinya karya sastra pun erat
kaitannya dengan psikologi meskipun pengarang hanya menampilkan tokoh
itu secara fiksi. Hubungan antara sastra dan psikologi sudah tidak asing lagi
di mata masyarakat. Hal ini dilihat dari seringnya muncul hukum-hukum
psikologi yang diterapkan pada suatu karya sastra, misalnya karakter tokoh-
tokoh dalam suatu karya sastra diciptakan pengarang berdasarkan kondisi
psikologis yang dibangun oleh pengarangnya.
Sebuah karya sastra merupakan kisahan yang senantiasa bergumul
dengan para tokoh fiksional yang diciptakan oleh si pengarang. Tokoh dalam
cerita menempati posisi sebagai pembawa dan penyampai pesan dan amanat

1
atau segala sesuatu yang ingin disampaikan kepada pembaca. Keadaan ini
justru dapat berakibat kurang menguntungkan para tokoh cerita itu sendiri
dilihat dari kewajarannya dalam bersikap dan bertindak dalam kehidupannya
sehari-hari. Agar ceritera lebih menarik, si pengarang kerap kali
menampilkan perilaku para tokoh dengan kepribadian yang tidak lazim,
aneh, atau abnormal, sehingga menimbulkan berbagai perasaan bagi para
pembaca. Tidak jarang para pembaca bertanya-tanya, mengapa si tokoh
berperilaku demikian, apa yang terjadi pada dirinya, apa penyebabnya, dan
apa pula akibat dari semua ini. Bahwasanya masalah perilaku mungkin saja
terkait dengan masalah kejiwaan, maka kisahan semacam ini dapat
merupakan masalah psikologis. Maka dengan melihat kenyataan tersebut,
dapat disimpulkan bahwa karya sastra selalu terlibat dalam segala aspek
hidup dan kehidupan, tidak terkecuali ilmu jiwa dan psikologi.
Maka penelitian yang menggunakan pendekatan psikologi terhadap
karya sastra merupakan bentuk pemahaman dan penafsiran karya sastra dari
sisi psikologi. Alasan ini didorong karena tokoh-tokoh dalam karya sastra
dimanusiakan, mereka semua diberi jiwa, mempunyai raga bahkan untuk
manusia yang disebut pengarang mungkin memiliki penjiwaan yang lebih
bila dibandingkan dengan manusia lainnya terutama dalam hal penghayatan
mengenai hidup dan kehidupan (Andre Hardjana, 1985:60).
Dalam penelitian ini, penulis mengkaji novel Therapy karya
Sebastian Fitzek. Di dalam novel tersebut, peneliti menemukan beberapa
permasalahan yang dialami oleh tokoh utama yaitu Viktor Larenz yang
menimbulkan konflik kejiwaan. Dalam novel tersebut, Viktor Larenz si
tokoh utama, mengidap dua penyakit jiwa sekaligus dengan gejala yang
muncul secara berturut-turut, yaitu Sindrom Munchausen dan Skizofrenia.
Sindrom munchausen merupakan gangguan jiwa dimana penderitanya akan
berpura-pura sakit, menciptakan kebohongan-kebohongan tentang kondisi
kesehatannya, bahkan dengan sengaja akan meyakiti dirinya sendiri untuk
menarik perhatian orang disekitarnya.

2
Penelitan novel Therapy karya Sebastian Fitzek dikaji dengan
menggunakan psikologi sastra yang memfokuskan pada karya sastra sebagai
aktifitas kejiwaan yang memerlukan analisis secara menyeluruh untuk
menginterpretasikan makna, amanat, dan pesan yang terkandung di
dalamnya. Teori psikologi yang digunakan adalah psikoanalisis Sigmund
Freud. Sedangkan yang menjadi alasan peneliti menggunakan sebuah kajian
psikologi sastra sebagai dasar kajian tesis ini karena menurut peneliti
permasalahan yang ditampilkan pada novel ini lebih banyak menyentuh
pada masalah psikologi. Sebuah kajian psikologi sastra bertolak dari
pandangan bahwa suatu karya sastra pada umumnya berisi tentang
permasalahan yang melingkupi kehidupan manusia melalui penokohan yang
ditampilkan oleh pengarang. Novel Therapy karya Sebastian Fitzek
menampilkan beberapa konflik yang berpengaruh terhadap kepribadian
tokoh utamanya. Konflik yang ditampilkan dalam novel ini sangat
kompleks, baik konflik batin maupun konflik dengan tokoh lain sebagai
proses kejiwaan manusia yang pada akhirnya berpengaruh terhadap sikap
dan tingkah laku. Hal ini ditekankan pada tokoh utamanya yaitu Viktor
Larenz.
Novel ini cukup menarik karena di dalamnya sarat dengan konflik
eksternal dan internal yang mempengaruhi kejiwaan tokoh, sehingga perlu
diangkat menjadi topik dalam penelitian ini. Karya sastra ditempatkan pada
posisi penting karena melalui karya sastra manusia dapat mengambil sisi
positifnya untuk menambah wawasan dalam kehidupan. Berdasarkan latar
belakang masalah tersebut, maka penelitian ini berjudul, Struktur
Kepribadian Tokoh Utama Dan Nilai Pendidikan Novel Theraphy Karya
Sebastian Fitzek Sebagai Alternatif Bahan Ajar Sastra (Kajian Psikologi
Sastra).
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka
dapat diidentifikasikan masalah-masalah antara lain sebagai berikut.

3
1. Struktur kepribadian tokoh utama yang berkaitan dengan The Id, The
Ego, dan The Super Ego dalam novel Theraphy karya Sebastian Fitzek.
2. Konflik psikologis yang dialami tokoh utama dalam novel Theraphy
karya Sebastian Fitzek.
3. Bentuk-bentuk obsesi yang dilakukan tokoh utama dalam novel
Theraphy karya Sebastian Fitzek.
4. Nilai-nilai pendidikan yang terdapat dalam novel Theraphy karya
Sebastian Fitzek.
5. Kelayakan novel Theraphy karya Sebastian Fitzek sebagai alternatif
bahan ajar sastra.
C. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, dapat
disusun batasan masalah supaya permasalahan yang akan diteliti lebih
spesifik, tidak terlalu luas. Masalah pada penelitian ini akan dibatasi pada
hal-hal sebagai berikut.
1. Struktur kepribadian tokoh utama yang berkaitan dengan The Id, The
Ego, dan The Super Ego dalam novel Theraphy karya Sebastian Fitzek.
2. Nilai-nilai pendidikan yang terdapat dalam novel Theraphy karya
Sebastian Fitzek.
3. Kelayakan novel Theraphy karya Sebastian Fitzek sebagai alternatif
bahan ajar sastra.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah novel Theraphy karya Sebastian
Fitzek, dapat ditarik rumusan masalah. Rumusan masalah inilah yang akan
dikaji dalam penelitian. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini
sebagai berikut.
1. Bagaimanakah struktur kepribadian tokoh utama yang berkaitan dengan
The Id, The Ego, dan The Super Ego dalam novel Theraphy karya
Sebastian Fitzek?
2. Bagaimanakah nilai-nilai pendidikan yang terdapat dalam novel
Theraphy karya Sebastian Fitzek?

4
3. Bagaimanakah kelayakan novel Theraphy karya Sebastian Fitzek
sebagai alternatif bahan ajar sastra?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh jawaban yang
berkaitan dengan pertanyaan-pertanyaan dalam rumusan masalah. Tujuan
penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Mendeskripsikan struktur kepribadian tokoh utama yang berkaitan
dengan The Id, The Ego, dan The Super Ego dalam novel Theraphy
karya Sebastian Fitzek.
2. Mendeskripsikan nilai-nilai pendidikan yang terdapat dalam novel
Theraphy karya Sebastian Fitzek.
3. Mendeskripsikan kelayakan novel Theraphy karya Sebastian Fitzek
sebagai alternatif bahan ajar sastra.
F. Manfaat Penelitian
Suatu penelitian diharapkan dapat memberi manfaat positif bagi
pembacanya. Demikian pula dengan penelitian ini diharapkan dapat
memberikan manfaat secara teoretis maupun praktis.
1. Manfaat teoretis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
terhadap ilmu pengembangan sastra dan dapat dimanfaatkan sebagai
salah satu contoh kajian psikologi sastra dalam usaha untuk
meningkatkan kemampuan apresiasi sastra. Memberikan sumbangan
bagi pengembangan dan pengajaran bahasa dan sastra.
2. Manfaat praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi
berkaitan dengan psikologi sastra pada tokoh utama dalam novel
Theraphy karya Sebastian Fitzek. Selain itu, penelitian ini diharapkan
dapat menjadi alat pengontrol dan catatan dalam bersikap, dapat
digunakan dalam keperluan pengajaran sebagai bekal pembinaan
karakter yang dimiliki oleh peserta didik serta dapat membantu

5
mahasiswa, guru, dan masyarakat pada umumnya dalam rangka
menambah ilmu pengetahuan melalui karya sastra.

6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka
Penelitian menggunakan pendekatan psikologi sastra banyak
dilakukan dalam kajian sastra. Penelitian yang relevan dengan penelitian ini
adalah penelitian yang dilakukan oleh Sutrimah dengan judul Kajian
Psikologi Sastra dan Nilai Pendidikan Novel Cinta Suci Zahrana karya
Habiburrahman El Shirazy pada tahun 2013. Penelitian mengkaji
penokohan novel, kejiwaan tokoh, konflik kejiwaan, dan nilai-nilai
pendidikan dalam novel Cinta Suci Zahrana karya Habiburrahman El Sirazy.
Tokoh dan penokohan yang ada dalam novel Cinta Suci Zahrana
menggambarkan tokoh dan penokohan dengan berbagai karakter. Karakter
yang melekat pada tokoh menggambarkan penokohan yang dimilikinya.
Tokoh-tokoh itu diciptakan pengarang dengan karakteristik yang berbeda.
Zahrana yang digambarkan sebagai wanita yang ambisius, cerdas, pantang
menyerah, namun pada suatu kondisi tertentu Zahrana mengalami kondisi
putus asa yang luar biasa. Aspek psikologi tokoh yang ada dalam novel ini
menggunakan paham dari Maslow. Paham ini dipilih karena dalam novel ini
terjadi psikologi normal yang dialami tokoh-tokohnya. Aspek paham
Maslow memiliki lima kebutuhan mendasar yakni kebutuhan fisiologis,
kebutuhan kemanan, kebutuhan disayangi, dicintai, kebutuhan harga diri,
dan kebutuhan aktualisasi diri. Kelima kebutuhan ini akan terpenuhi jika
kebutuhan yang paling mendasar sudah terpenuhi. Konflik psikologi yang
dialami tokoh dalam novel ini adalah konflik yang terjadi antara diri tokoh
dengan batinnya sendiri tanpa melibatkan kondisi fisik.
Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian ini terletak pada
kajian penokohan, kejiwaan dan konflik kejiwaan. Alasan peneliti mengkaji
bidang ini karena disesuaikan antara novel yang dikaji dan teori maupun
pendekatan yang digunakan. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian
tersebut terletak pada teori atau pendekatan yang digunakan. Penelitian

7
Sutrinah menggunakan teori Maslow sedangkan penelitian ini menggunakan
teori Freud.
Penelitian selanjutnya yang relevan dengan penelitian ini adalah
penelitian yang dilakukan oleh Risya Jamalia tahun 2011 dalam tesisnya
yang berjudul Konflik Kepribadian pada Tokoh-tokoh dalam Novel Lintang
Gemubyar Karya Indarpati (Tinjauan Pskikologi Sastra). Dalam penelitian
tersebut ditunjukan bahwa (1) terdapat konflik kepribadian yang dialami
tokoh-tokoh, yakni: tokoh utama dan tokoh bawahan. Lintang menderita
gangguan anxietas stress pascatrauma. Kemudian Ayah dikategorikan
mengalami gangguan kepribadian psikopat karena tega menjual istrinya
snediri tanpa merasa bersalah, (2) ditemukan penyebab timbulnya konflik
pada para tokoh. Penyebab umum timbulnya konflik pada tokoh Lintang
adalah pengaruh lingkungan, dan penyebab khusunya adalah larangan sosial
dan adanya kebimbangan.
Penelitian di atas memiliki persamaan dengan penelitian ini, yaitu
menggunakan pendekatan psikologi sastra dan sama-sama menggunakan
teori Freud. Selain itu, penelitian ini dengan penelitian tersebut juga sama-
sama mengkaji konflik kejiwaan yang dialami tokoh. Perbedaan penelitian
ini dengan penelitian di atas terletak pada objek penelitiannya. Objek
penelitian ini adalah novel Therapy karya Sebastian Fitzek sedangkan objek
dalam penelitian tersebut adalah novel Lintang Gumebyar karya Indarpati.
Selain itu, penelitian ini mengkaji pula nilai-nilai pendidikan dalam novel
sedangkan penelitian tersebut tidak.
Penelitian relevan selanjutnya adalah penelitian yang dilakukan oleh Hawa
pada tahun 2012 dalam tesisnya yang berjudul Novel Ranah 3 Warna karya
Ahmad Fuadi: Analisis Psikologi Sastra dan Nilau Pendidikan. Penelitian ini
mengkaji struktur naratif, aspek psikologi watak tokoh, dan nilai pendidikan dalam
novel Ranah 3 Warna karya Ahmad Fuadi. Struktur naratif novel ini dikaji dari segi
tema, peristiwa, plot atau alur, penokohan atau perwatakan, latar, sudut pandang,
setting dan amanat. Novel Ranah 3 Warna ini bertema motivasi pendidikan. Aspek
psikologi watak tokoh yang terdapat dalam novel Ranah 3 Warna meliputi: (1)

8
kebutuhan fisiologi, (2) kebutuhan rasa aman, (3) kebutuhan dicinta atau disayangi,
(4) kebutuhan harga diri, dan (5) kebutuhan aktualisasi diri.
Persamaan penelitian Hawa dengan penelitian ini terletak pada kajian
aspek psikologi watak tokoh yang menjadi fokus penelitian dalam novel.
Sedangkan perbedaannya terletak pada teori psikologi yang digunakan. Dalam
penelitian Hawa tersebut, teori psikologi yang digunakan adalah teori Maslow
sedangkan dalam penelitian ini menggunakan teori Freud. Perbedaan lain terletak
pada kajian struktur naratif dan nilai-nilai pendidikan. Peneliti tidak mengkaji
struktur naratif didalam novel tetapi lebih fokus pada tokoh tertentu dan
menjelaskan nilai-nilai pendidikan karakter yang terkandung di dalam novel
Therapy karya Sebastian Fitzek.
Penelitian selanjutnya yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian
yang dilakukan oleh Puji Lestari dalam tesisnya yang berjudul Kepribadian Tokoh
Dan Nilai Pendidikan Novel Pulang Karya Leila S. Chudori (Suatu Tinjauan
Psikologi Sastra). Penelitian ini mengkaji apek kepribadian id, ego, dan superego
pada tokoh utama dalam novel Pulang karya Leila S. Chudori serta mengkaji nilai-
nilai pendidikan yang terdapat dalam novel tersebut. Terdapat persamaan dan
perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan Puji Lestari
tersebut. Persamaanya terletak pada kajian sastra dan teori yang digunakan. Dalam
penelitian ini dan penelitian Puji Lestari, sama-sama menggunakan kajian psikologi
sastra dan teori psikologinya yaitu teori Freud. Sedangkan perbedaan
penelitian ini dengan penelitian di atas terletak pada objek penelitian dan
permasalahan yang dikaji. Objek penelitian ini adalah novel Therapy karya
Sebastian Fitzek sedangkan objek dalam penelitian tersebut adalah novel
Lintang Gumebyar karya Indarpati. Masalah yang dikaji dalam penelitian
tersebut adalah id, ego, dan superego pada tokoh utama dalam novel
sedangkan penelitian ini mengkaji konflik kejiwaan yang dialami tokoh
dalam novel.
Penelitian selanjutnya yang relevan adalah penelitian yang dilakukan
Anne Golomb Hoffman pada tahun 2006 dalam jurnal ilmiahnyanya yang
berjudul Is Psychoanalysis a Poetics of Body? Penelitian ini mengkaji
tentang penulisan dan pengalaman sastra pada kegiatan manusia yang tidak
hanya melalui bahasa atau teks, tetapi juga imajinasi. Penelitian ini

9
mengeksplorasi konteks dan dan teori psikoanalitik sastra untuk memahami
pengalaman dan fantasi manusia. Penelitian ini menggunakan teori analisis
mimpi dan hysteria oleh Freud dalam kaitannya dengan teori seksualitas
antara subjek dan objek, teks dan tubuh yang merupakan bagian dari
pengalaman anlitik dan sastra.
Penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Anne Golomb
Hoffman tersebut memiliki persamaan dalam pendekatan dan teori yang
digunakan dan perbedaan yang terletak pada objek penelitian. Pendekatan
yang digunakan sama-sama menggunakan pendekatan psikologi sastra dan
teorinya oleh Freud. Dalam penelitian ini digunakan objek yang berupa
novel Therapy karya Sebastian Fitzek sedangkan penelitian tersebut
objeknya adalah subjek dan objek, teks dan tubuh yang merupakan bagian
dari pengalaman anlitik dan sastra.

B. Landasan Teoretis
1. Pengertian Novel
Novel adalah karya fiksi yang menawarkan sebuah dunia yang
imajiner dan fantastis. Dunia yang berisi model kehidupan yang
diidealkan, dunia imajiner yang dibangun melalui berbagai unsur
instrisiknya (Nurgiyantoro, 2010:4). Novel dapat dipandang sebagai hasi
dialog tentang kehidupan manusia yang diceritakan kembali. Hal
tersebut dapat tercapai setelah melewati penghayatan yang intens,
seleksi objektif, dan diolah dengan daya imajinatif-kreatif oleh
pengarang ke dalam bentuk rekaan (Nurgiyantoro, 2010: 71). Senada
dengan Nurgiyantoro, Wiyatmi (2006: 29) berpendapat novel merupakan
pengungkapan dari fragmen kehidupan manusia (dalam jangka yang
lebih panjang) konflik-konflik yang terjadi dalam novel akhirnya
menyebabkan perubahan jalan hidup antar pelakunya.
Tarigan (1986: 164) menyatakan bahwa novel adalah suatu cerita
dengan suatu alur cukup panjang mengisi satu buku atau lebih yang
menggarap kehidupan pria dan wanita yang bersifat imajinatif.

10
Sementara itu, Jassin dalam Zulfahnur (1996:67) mengatakan bahwa
novel menceritakan suatu kejadian yang luar biasa dari tokoh cerita,
dimana kejadian-kejadian itu menimbulkan pergolakan batin yang
mengubah perjalanan nasib tokohnya.
Melihat dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan secara
umum bahwa novel berarti cerita berbentuk prosa dalam ukuran yang
luas yaitu cerita dengan plot dan tema yang kompleks, karakter yang
banyak dan setting cerita yang beragam. Novel merenungkan dan
melukiskan realitas yang dilihat, dirasakan dalam bentuk tertentu dengan
pengaruh tertentu atau ikatan yang dihubungkan dengan tercapainya
gerak-gerik hasrat manusia.
2. Hakikat Pesikologi Sastra
a. Pengertian Psikologi Sastra
Ditinjau dari segi ilmu bahasa, perkataan psikologi berasal dari
perkataan psyche yang diartikan jiwa, dan perkataan logos yang
berarti ilmu atau ilmu pengetahuan. Karena itu perkataan psikologi
sering diartikan atau diterjemahkan dengan ilmu pengetahuan
tentang jiwa atau disingkat dengan ilmu jiwa (Walgito, 2004:1).
Psikologi sastra merupakan suatu pendekatan yang
mempertimbangkan segi-segi kejiwaan dan menyangkut batiniah
manusia. Lewat tinjauan psikologi akan nampak bahwa fungsi dan
peran sastra adalah untuk menghidangkan citra manusia yang seadil-
adilnya dan sehidup-hidupnya atau paling sedikit untuk
memancarkan bahwa karya sastra pada hakikatnya bertujuan untuk
melukiskan kehidupan manusia (Endraswara, 2008: 6)
Dari pengertian tentang psikologi dan psikologi sastra di atas,
dapat disimpulkan bahwa psikologi merupakan ilmu yang
mempelajari tentang kejiwaan manusia, maka, dapat diambil
kesimpulan pula bahwa psikologi sastra, berarti ilmu yang
mempelajari aspek-aspek kejiwaan manusia yang terkandung dalam
suatu karya sastra.

11
Ada tiga cara yang dapat dilakukan untuk memahami
hubungan antara psikologi dengan sastra, yaitu: a) memahami unsur-
unsur kejiwaan pengarang sebagai penulis, b) memahami tokoh-
tokoh fiksional dalam karya sastra, dan c) memahami unsur-unsur
kejiwaan pembaca (Ratna, 2011: 343). Cara pertama dilakukan untuk
memahami dan mencari tahu latar belakang terciptanya suatu karya
sastra dengan melihat kondisi kejiwaan pengarang sebagai penulis.
Wellek dan Warren dalam Ratna (2011: 343) membedakan analisis
psikologi yang berhubungan dengan peranan pengarang menjadi dua
macam, yaitu studi psikologi yang semata-mata berkaitan dengan
pengarang, seperti kelainan kejiwaan, atau sebagai sejenis gejala
nourosis, sedangkan studi yang kedua berhubungan dengan inspirasi,
ilham, dan kekuatan-kekuatan supernatural lainnya. Cara kedua,
lebih cenderung dalam mengkaji kejiwaan tokoh-tokoh yang terdapat
dalam karya sastra tersebut. Dan cara ketiga mempelajari dampak
karya sastra tersebut terhadap kejiwaan atau kondisi psikologis
pembaca.
b. Teori Psikoanalisis Sigmund Freud
Psikoanalisis berkaitan erat dengan kesusateraan. Pada
umumnya penerapan psikoanalisis dalam karya sastra dilakukan
dengan merekonstruksi sebuah cerita, menelusuri segala fenomena
ke sumbernya, melihat bagaimana satu masalah membawa kepada
masalah lainnya. Psikoanalisis dalam karya sastra berguna untuk
menganalisis tokoh-tokoh dalam drama atau novel secara psikologis.
Tokoh-tokoh tersebut pada umumnya merupakan imajinasi atau
khayalan pengarang yang berada dalam kondisi jiwa yang sehat
maupun terganggu, lalu dituangkan menjadi sebuah karya yang
indah. Terdapat hubungan antara sastra dan psikoanalisis. Hubungan
tersebut pada kesamaan antara hasrat-hasrat yang tersembunyi pada
setiap manusia yang menyebabkan kehadiran karya sastra yang
mampu menyentuh perasaan (Endraswara, 2011: 101). Jadi karya

12
sastra merupakan ungkapan kejiwaan pengarang yang
menggambarkan emosi dan pemikirannya.
Teori psikoanalisis Freud dibedakan menjadi tiga aspek, yaitu
aspek struktur kepribadian, aspek dinamika kepribadian, dan
perkembangan kepribadian (Suryabrata, 2013: 124). Struktur
kepribadian merupakan uraian sistem-sistem psikologis dalam diri
manusia. Dinamika kepribadian meruapkan cara kerja dan saling
pengaruh antara ketiga sistem dalam struktur kepribadian untuk
mengurai ketegangan. Perkembangan kepribadian secara sederhana
dapat dimengerti senagai aplikasi ketiga sistem tersebut dan
perananya dalam hidup manusia.
Menurut Freud ada tiga sistem dalam diri manusia yang
menandai hidup psikis dan merupakan sumber dari proses kejiwaan
manusia, yaitu id, ego, dan superego. Id adalah satu-satunya
komponen kepribadian yang hadir sejak lahir. Aspek kepribadian
sepenuhnya sadar dan termasuk dari perilaku naluriah dan primitif.
Menurut Freud, id adalah sumber segala energi psikis,
sehingga komponen utama kepribadian. Id didorong oleh prinsip
kesenangan, yang berusaha untuk kepuasan segera dari semua
keinginan, keinginan, dan kebutuhan. Jika kebutuhan ini tidak puas
langsung, hasilnya adalah kecemasan negara atau ketegangan.
Sebagai contoh, peningkatan rasa lapar atau haus harus
menghasilkan upaya segera untuk makan atau minum. id ini sangat
penting awal dalam hidup, karena itu memastikan bahwa kebutuhan
bayi terpenuhi. Jika bayi lapar atau tidak nyaman, ia akan menangis
sampai tuntutan id terpenuhi.
Ego adalah komponen kepribadian yang bertanggung jawab
untuk menangani dengan realitas. Menurut Freud, ego berkembang
dari id dan memastikan bahwa dorongan dari id dapat dinyatakan
dalam cara yang dapat diterima di dunia nyata. Fungsi ego baik di
pikiran sadar, prasadar, dan tidak sadar. Ego bekerja berdasarkan

13
prinsip realitas, yang berusaha untuk memuaskan keinginan id
dengan cara-cara yang realistis dan sosial yang sesuai. Prinsip
realitas beratnya biaya dan manfaat dari suatu tindakan sebelum
memutuskan untuk bertindak atas atau meninggalkan impuls. Dalam
banyak kasus, impuls id itu dapat dipenuhi melalui proses menunda
kepuasan, ego pada akhirnya akan memungkinkan perilaku, tetapi
hanya dalam waktu yang tepat dan tempat.
Komponen terakhir untuk mengembangkan kepribadian adalah
superego. Super ego merupakan kekuatan moral dari personalitas. Ia
adalah sumber norma atau standar yang tidak sadar yang menilai dari
semua aktivitas ego. Super ego menetapkan norma yang
memungkinkan Ego memutuskan apakah sesuatu itu benar atau
salah. Super ego membantu seseorang dengan menolong Ego
melawan impulsaya Id.

3. Hakikat Nilai Pendidikan


Pepper (dalam Soelaeman, 2005:35) mengatakan bahwa nilai
adalah segala sesuatu tentang yang baik atau yang buruk. Sejalan
dengan pengertian tersebut, Soelaeman (2005) juga menambahkan
bahwa nilai adalah sesuatu yang dipentingkan manusia sebagai subjek,
menyangkut segala sesuatu yang baik atau yang buruk, sebagai
abstraksi, pandangan atau maksud dari berbagai pengalaman dalam
seleksi perilaku yang ketat.
Darmodiharjo (dalam Setiadi, 2006:117) mengungkapkan nilai
merupakan sesuatu yang berguna bagi manusia baik jasmani maupun
rohani. Sedangkan Soekanto (2005:161) menyatakan, nilai-nilai
merupakan abstraksi dari pengalaman-pengalaman pribadi seseorang
dengan sesamanya. Nilai merupakan petunjuk-petunjuk umum yang
telah berlangsung lama yang mengarahkan tingkah laku dan kepuasan
dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, nilai dapat dikatkan sebagai
sesuatu yang berharga, bermutu, menunjukkan kualitas, dan berguna

14
bagi manusia. Sesuatu itu bernilai berarti sesuatu itu berharga atau
berguna bagi kehidupan manusia. Persahabatan sebagai nilai
(positif/baik) tidak akan berubah esensinya manakala ada
pengkhianatan antara dua yang bersahabat. Artinya nilai adalah suatu
ketetapan yang ada bagaimanapun keadaan di sekitarnya berlangsung.
Dari beberapa pendapat tersebut di atas pengertian nilai dapat
disimpulkan sebagai sesuatu yang positif dan bermanfaat dalam
kehidupan manusia dan harus dimiliki setiap manusia untuk dipandang
dalam kehidupan bermasyarakat. Nilai di sini dalam konteks etika (baik
dan buruk), logika (benar dan salah), estetika (indah dan jelek).
Menurut Masnur Muslich (2010 : 18) manusia menganggap
sesuatu dapat bernilai karena ia merasa memerlukannya atau
menghargainya. Dengan akal dan budinya manusia menilai dunia dan
alam sekitarnya unluk memperoleh kepuasan diri baik dalam arti
memperoleh apa yang diperlukannya, apa yang menguntungkannya,
atau apa yang menimbulkan kepuasan batinnya. Manusia sebagai
subjek budaya, maka dengan cipta, rasa, karsa iman, dan karyanya
menghasilkan bentuk-bentuk budaya yang membuktikan keberadaan
manusia dalam kebersamaan dan semua bentuk budaya itu mengandung
nilai.
Aminudin (2011:47) mengatakan untuk mengungkapkan nilai-
nilai pendidikan dari suatu karya dipergunakan pendekatan didaktis
berupaya menemukan dan memahami gagasan, tanggapan evaluative,
dan sikap pengarang terhadap kehidupan yang dipaparkan dalam suatu
pandangan etis, losos, maupun agamis. Oleh karena itu, di dalarn
karya sastra tersimpan nilai-nilai atau amanat yang marnpu
memperkaya kehidupan rohani pembaca.
Mudyahardjo (2008 : 11) mengatakan pengertian nilai pendidikan
merupakan usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat, clan
pemerintah, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan,
yang berlangsung di sekolah dan di luar sekolah sepanjang hayat, untuk

15
mempersiapkan peserta didik agar dapat memainkan peran dalam
berbagai lingkungan hidup secara tepat di masa yang akan datang.
Pendidikan adalah pengalaman-pengalaman belajar terprogram dalam
bentuk pendidikan formal, non formal, dan informal di sekolah dan di
luar sekolah yang berlangsung seumur hidup yang bertujuan untuk
optimalisasi pertimbangan kemampuan-kemampuan individu agar
dikemudian hari dapat memainkan peranan hidup secara tepat.
Berdasarkan dari beberapa pendapat di atas dapat dirumuskan
bahwa nilai pendidikan merupakan batasan segala sesuatu yang
mendidik ke arah kedewasaan, bersifat baik maupun buruk sehingga
berguna bagi kehidupannya yang diperoleh melalui proses pendidikan.
Proses pendidikan bukan berarti hanya dapat dilakukan dalam satu
tempat dan suatu waktu. Dihubungkan dengan eksistensi dan kehidupan
manusia, nilai-nilai pendidikan diarahkan pada pembentukan pribadi
manusia sebagai makhluk individu, sosial, religius, dan berbudaya.
4. Macam-macam Nilai Pendidikan
1) Nilai Pendidikan Religius
Religi merupakan suatu kesadaran yang menggejala secara
mendalam dalam lubuk hati manusia sebagai human nature. Religi
tidak hanya menyangkut segi kehidupan secara lahiriah melainkan
juga menyangkut keseluruhan diri pribadi manusia secara total
dalam integrasinya hubungan ke dalam keesaan Tuhan. Nilai-nilai
religius bertujuan untuk mendidik agar manusia lebih baik menurut
tuntunan agama dan selalu ingat kepada Tuhan. Nilai-nilai religius
yang terkandung dalam karya seni dimaksudkan agar penikmat
karya tersebut mendapatkan renungan-renungan batin dalam
kehidupan yang bersumber pada nilai-nilai agama. Nilai-nilai
religius dalam seni bersifat individual dan personal.
Semi (1993:21) juga menambahkan, kita tidak mengerti hasil-
hasil kebudayaanya, kecuali bila kita paham akan kepercayaan atau
agama yang mengilhaminya. Religi lebih pada hati, nurani, dan

16
pribadi manusia itu sendiri. Dari beberapa pendapat tersebut dapat
disimpulkan bahwa nilai religius yang merupakan nilai kerohanian
tertinggi dan mutlak serta bersumber pada kepercayaan atau
keyakinan manusia.
2) Nilai Pendidikan Moral
Moral berasal dari kata bahasa latin morse yang berarti adat
kebiasaan. Kata morse ini mempunyai sinonim; mos, moris,
manner, mores, atau manners, dan morals. Dalam bahasa Indonesia
kata moral berarti akhlak atau kesusilaan yang mengandung makna
tata tertib batin atau tata tertib nurani yang menjadi pembimbing
tingkah laku batin dalam hidup. Kata moral ini dalam bahasa
Yunani sama dengan ethos yang menjadi etika. Secara etimologis,
etika adalah ajaran tentang baik buruk, yang diterima umum
tentang sikap, perbuatan, kewajiban, dan sebagainya (Muslich,
2010: 20). Hasbullah (2005:194) mengatakan moral merupakan
kemampuan seseorang membedakan antara yang baik dan buruk.
Dari definis moral menurut para ahli di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa nilai pendidikan moral adalah peraturan-
peraturan tingkah laku dan adat istiadat dari seorang individu dari
suatu kelompok yang meliputi perilaku.
Berdasarkan tujuan pendidikan nasional yang tercantum
dalam GBHN dan tujuan kelembagaan sekolah serta tujuan
pendidikan moral yang diberikan pada tingkat sekolah dan
perguruan tinggi, dapat disimpulkan bahwa pendidikan moral
adalah suatu program pendidikan (sekolah dan luar sekolah ) yang
mengirganisasikan dang menyederhanakan sumber-sumber moral
dan disajikan dengan memperhatikan pertimbangan psikologis
untuk tujuan pendidikan. Dreeben dan Kohlberg dalam Nurul
Zuriah (2008:22-23) mengatakan jika tujuan pendidikan moral
akan mengarahkan seseorang menjadi bermoral, yang penting

17
adalah bagaimana agar seseorang dapat menyesuaikan diri dengan
tujuan hidup.
3) Nilai Pendidikan Sosial
Kata sosial berarti hal-hal yang berkenaan dengan
masyarakat/ kepentingan umum. Nilai pendidikan sosial
merupakan hikmah yang dapat diambil dari perilaku sosial dan
tata cara hidup sosial. Perilaku sosial berupa sikap seseorang
terhadap peristiwa yang terjadi di sekitarnya yang ada
hubungannya dengan orang lain, cara berpikir, dan hubungan
sosial bermasyarakat antar individu. Nilai pendidikan sosial yang
ada dalam karya seni dapat dilihat dari cerminan kehidupan
masyarakat yang diinterpretasikan (Rosyadi, 1995). Nilai
pendidikan sosial akan menjadikan manusia sadar akan
pentingnya kehidupan berkelompok dalam ikatan kekeluargaan
antara satu individu dengan individu lainnya.
Nilai pendidikan sosial mengacu pada hubungan individu
dengan individu yang lain dalam sebuah masyarakat. Bagaimana
seseorang harus bersikap, bagaimana cara mereka menyelesaikan
masalah, dan menghadapi situasi tertentu juga termasuk dalam
nilai sosial. Dalam masyarakatIndonesiayang sangat beraneka
ragam coraknya, pengendalian diri adalah sesuatu yang sangat
penting untuk menjaga keseimbangan masyarakat. Sejalan
dengan tersebut nilai sosial dapat diartikan sebagai landasan bagi
masyarakat untuk merumuskan apa yang benar dan penting,
memiliki ciri-ciri tersendiri, dan berperan penting untuk
mendorong dan mengarahkan individu agar berbuat sesuai norma
yang berlaku.
4) Nilai Pendidikan Budaya
Nilai-nilai budaya menurut merupakan sesuatu yang
dianggap baik dan berharga oleh suatu kelompok masyarakat
atau suku bangsa yang belum tentu dipandang baik pula oleh

18
kelompok masyarakat atau suku bangsa lain sebab nilai budaya
membatasi dan memberikan karakteristik pada suatu masyarakat
dan kebudayaannya. Nilai budaya merupakan tingkat yang paling
abstrak dari adat, hidup dan berakar dalam alam pikiran
masyarakat, dan sukar diganti dengan nilai budaya lain dalam
waktu singkat. (Rosyadi, 1995).
Sistem nilai budaya merupakan inti kebudayaan, sebagai
intinya ia akan mempengaruhi dan menata elemen-elemen yang
berada pada struktur permukaan dari kehidupan manusia yang
meliputi perilaku sebagai kesatuan gejala dan benda-benda
sebagai kesatuan material. Sistem nilai budaya terdiri dari
konsepsi-konsepsi yang hidup dalam alam pikiran sebagian besar
warga masyarakat, mengenai hal-hal yang harus mereka anggap
amat bernilai dalam hidup. Karena itu, suatu sisitem nilai budaya
biasanya berfungsi sebagai pedoman tertinggi bagi kelakuan
manusia.
Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
sistem nilai pendidikan budaya merupakan nilai yang menempati
posisi sentral dan penting dalam kerangka suatu kebudayaan
yang sifatnya abstrak dan hanya dapat diungkapkan atau
dinyatakan melalui pengamatan pada gejala-gejala yang lebih
nyata seperti tingkah laku dan benda-benda material sebagai
hasil dari penuangan konsep-konsep nilai melalui tindakan
berpola.
C. Kerangka Berpikir
Novel merupakan salah satu media komunikasi antara pengarang
kepada pembaca. Pengarang menciptakan tokoh-tokoh yang memiliki
berbagai macam karakter didalamnya. Dengan menggunakan imajinasi yang
mereka miliki, para pengarang mampu menciptakan suatu karakter tokoh
dengan keunikan-keunikan tersendiri. Hal inilah yang membuat karya-karya
sastra tersebut sering menggambarkan kejiwaan manusia, yang artinya karya

19
sastra pun erat kaitannya dengan psikologi meskipun pengarang hanya
menampilkan tokoh itu secara fiksi. Hubungan antara sastra dan psikologi
sudah tidak asing lagi di mata masyarakat. Oleh karena itu, munculah kajian
sastra yang ditinjau dari aspek psikologis. Pada penelitian novel Therapy
karya Sebastian Fitzek ini menggunakan kajian psikologi sastra. Pendekatan
tersebut digunakan untuk menganalisis konflik dan kejiwaan tokoh yang
telah difokuskan dalam penelitian ini.
Pada dasarnya novel lebih mengacu pada realitas yang lebih tinggi dan
psikologi yang lebih mendalam, sehingga novel berkaitan dengan ilmu
psikoologi yang di dalamnya mempertimbangkan aktivitas kejiwaan
manusia. Penerapan ilmu psikologi dalam novel ini digunakan untuk
mengkaji konflik dan kejiwaan tokoh yang disebabkan oleh kontak sosial
antar manusia. Konflik yang terjadi antar manusia dapat mempengaruhi
kejiwaan tokoh dalam karya sastra novel tersebut. Jadi penelitian ini
dititikberatkan pada pembahasan tentang psikologi sastra untuk
menganalisis permasalahan yang mengakibatkan konflik yang terjadi dan
kijawaan tokoh dalam karya sastra.
Hubungannya dengan tinjauan psikologi sastra, dalam penelitian ini
peneliti berupaya mendeskripsikan dan menjelaskan penokohan, konflik
tokoh baik internal maupun eksternal, kejiwaan tokoh, kejiwaan pengarang
dalam menciptakan karya sastra, dan nilai-nilai pendidikan karakter yang
terkandung dalam novel Therapy karya Sebastian Fitzek. Setelah kelima
rumusan masalah dianalisis, diperoleh kesimpulan yang sekaligus
merupakan hasil akhir dari penelitian ini.

20
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Subjek dan Objek Penelitian


1. Subjek Penelitian
Menurut Siswantoro (2005: 125) subjek penelitian adalah hal
yang dikaji yang di dalamnya terangkum gejala atau variabel yang
menjadi problem penelitian. Subjek penelitian dapat berupa orang
maupun barang yang berisi keterangan mengenai objek yang diteliti.
Penentuan objek penelitian sangat diperlukan karena melalui subjek
penelitian dapat diperoleh informasi yang tepat.
Subjek dalam penelitian ini adalah novel Theraphy karya
Sebastian Fitzek. Novel ini diterbitkan oleh Ufuk Press, Jakarta pada
tahun 2010 cetakan ke .. dengan tebal .. dan .. sub halaman.
2. Objek Penelitian
Menurut Siswantoro (2005: 55) objek penelitian adalah gejala
atau fenomena yang akan diteliti. Lebih lanjut Siswantoro menjelaskan
bahwa objek penelitian dibedakan menjadi dua macam yaitu, objek
material dan objek formal. Objek material berarti kenyataan yang akan
diteliti atau dibahas manusia itu sendiri. Objek formal merujuk kepada
aspek khusus dari objek materi yang akan diteliti.
Objek material dalam penelitian ini adalah tokoh Viktor Larenz
yang terdapat dalam novel Theraphy karya Sebastian Fitzek yaitu dari
kehidupan sosial tokoh utama, kepribadian tokoh utama, kebudayaan
tokoh utama, perilaku tokoh utama, dan sebagainya. Objek formal
dalam penelitian ini adalah struktur kepribadian tokoh utama yang
berkaitan dengan The Id, The Ego, dan The Super Ego menggunakan
psikoanalisis Sigmund Freud, nilai pendidikan, dan kelayakan novel
Theraphy karya Sebastian Fitzek sebagai bahan ajar sastra.
B. Metode Pengumpulan Data

21
Metode adalah prosedur atau tata cara sistematis yang dilakukan
seorang peneliti dalam upaya mencapai tujuan memecahkan masalah atau
menguak kebenaran atas fenomena tertentu (Siswantoro 2005: 55). Metode
pengumpulan data berarti cara-cara yang digunakan oleh peneliti untuk
memperoleh data yang dibutuhkan dalam suatu penelitian. Metode
pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
metode baca catat dan kepustakaan. Adapun metode yang dilakukan adalah
sebagai berikut.
1. Metode baca catat adalah metode yang digunakan untuk mengumpulkan
data dengan cara membaca keseluruhan isi teks yang menjadi objek
penelitian, lalu mencatat data yang diperlukan (Siswantoro, 2005: 137).
Dalam penelitian ini, peneliti akan membaca secara cermat novel
Theraphy karya Sebastian Fitzek, kemudian mencatat hal-hal penting
pada kartu data atau lembar pengumpul data.
2. Metode kepustakaan adalah metode yang digunakan untuk
mengumpulkan data dengan cara mencari, menemukan, dan menelaah
berbagai buku sebagai sumber tertulis penelitian, serta mencari berbagai
buku sebagai referensi yang tepat dan mendukung penelitian
(Siswantoro, 2005: 126). Metode kajian tersebut digunakan untuk
mencari, menemukan sumber dari berbagai acuan yang dapat digunakan
untuk meneliti novel Theraphy karya Sebastian Fitzek kemudian
menganalisis data yanh sudah diperoleh.
3. Metode diskriptif analisis adalah prosedur pemecahan masalah dengan
menggambarkan atau melukiskan keadaan subjek atau objek penelitian.
Metode diskriptif dilakukan dengan cara mengklasifikasi data yang
diperoleh kemudian dianalisis (Siswantoro, 2005: 56). Metode diskriptif
digunakan untuk mencari

22
C. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang digunakan untuk
memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian,
misalnya perilaku, persepsi, tindakan dan lain-lain. Penelitian kualitatif
mengarah pada pendeskripsian secara rinci dan mendalam mengenai potret
kondisi yang sebenarnya terjadi (Sutopo, 2006: 111).
Jenis penelitian ini mengacu pada penelitian deskriptif kualitatif yaitu
penelitian berupa penggambaran tentang suatu keadaan tertentu. Dalam
penelitian deskriptif kualitatif data yang dikumpulkan berupa kata-kata
tertulis atau kutipan-kutipan data untuk memberikan gambaran penyajian
laporan tersebut.

D. Data dan Sumber Data


Data dalam penelitian ini berupa hasil analisis dokumen novel
Therapy karya Sebastian Fitzek sesuai dengan rumusan masalah yang telah
disajikan meliputi tentang penokohan, konflik tokoh, aspek kejiwaan tokoh,
kejiwaan pengarang dan nilai pendidikan. Data dalam penelitian ini berupa
kata, kalimat dalam bentuk ungkapan, dan dialog antar tokoh yang
menunjukan adanya konflik kejiwaan yang terjadi pada tokoh yang menjadi
fokus penelitian. Sumber data didapat dari novel Therapy beserta
wawancara dengan pengarangnya Sebastian Fitzek, dan akan diperkuat
dengan wawancara dengan psikolog. Sedangkan sumber data yang lain
berupa buku yang relevan tentang teroi sastra, psikologi sastra, tesis dan
jurnal.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh
peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan
hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis
sehingga mudah diolah (Arikunto, 2006: 160). Instrumen yang digunakan

23
dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri, kartu data, dan lembar
wawancara.
Dalam penelitian ini, peneliti merupakan peran utama yang
menentukan keseluruhan skenario penelitian. Kartu data digunakan untuk
mencatat hal-hal yang penting atau kutipan-kutipan yang berkaitan dengan
gangguan kejiwaan yang terdapat novel Therapy karya Sebastian Fitzek.
Sedangkan lembar wawancara digunakan untuk wawancara dengan
pengarang novel.
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan cara-cara yang digunakan oleh
peneliti untuk memperoleh data yang dibutuhkan dalam suatu penelitian
(Arikunto, 2006: 160). Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini
dilakukan dengan menggunakan teknik baca catat dan kepustakaan. Adapun
teknik yang dilakukan sebagai berikut:
1. Analisis dokumen, yaitu analisis dokumen berupa data-data dalam
novel, buku-buku yang relevan dan dengan penelitian.
2. Teknik baca catat, yaitu teknik yang digunakan untuk mengumpulkan
data dengan jalan membaca seluruh isi novel secara berulang ulang
kemudian dicatat untuk mendapatkan data yang akurat.
3. Teknik kepustakaan, yaitu teknik yang digunakan untuk
mengumpulkan data dengan cara mencari referensi yang sesuai
dengan teori yang digunakan.

G. Validitas Data
Sebuah data diperoleh, selanjutnya data diperiksa keabsahanya
melalui teknik triangulasi. Triangulasi merupakan pengecekan kebenaran
dengan cara memperoleh data tersebut dari pihak atau sumber yang berbeda.
Hal ini bertujuan untuk membandingkan informasi yang diperoleh dari
berbagai pihak agar ada jaminan tentang tingkat kepercayaan atau kevalidan
data. Teknik pemeriksaan keabsahan data terbagi menjadi tiga jenis yaitu
triangulasi sumber atau data, dan triangulasi metode (Moleong, 2007: 330).

24
1. Triangulasi teori yaitu pemeriksaan kebenaran data hasil analisis
dengan menggunakan teori yang berbeda tetapi membahas masalah
yang sama. Teori yang digunakan oleh peneliti adalah teori yang
relevan dalam penelitian ini, yakni: (1) teori pengkajian sastra; (2) teori
psikologi sastra; dan (3) teori nilai pendidikan, yang di dapatkan dari
buku acuan, tesis, jurnal dan sebagainya. Teori ini kemudian menjadi
dasar bagi peneliti untuk membahas rumusan masalah yang terdapat
dalam penelitian ini.
2. Triangulasi sumber atau data yaitu teknik pemeriksaan kebenaran data
hasil analisis dengan melakukan wawancara dengan narasumber yang
berbeda tetapi membahasa masalah yang sama. Selain pengarang novel
sendiri, narasumber yang akan diwawancarai dalam penelitian ini
adalah seorang psikolog.
3. Triangulasi metode yaitu pengecekan keabsahan data dengan beberapa
teknik pengumpulan data yang berbeda atau pengecekan data yang
sama dengan metode yang berbeda. Triangulasi metode dalam
penelitian ini dilakukan dengan cara mencocokan konten analisis yang
berupa pembacaan, pencatatan, dan analisis dengan wawancara
mendalam dengan pengarang.

H. Teknik Analisis Data


Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
interactive model of analysis atau teknik analisis interaktif yang
dikemukakan oleh Miles dan Huberman (dalam Sugiyono, 2010: 338).
Teknik analisis ini melibatkan tiga komponen utama yaitu:
1. Reduksi Data.
Berhubung data yang terkumpul jumlahnya banyak, maka perlu
dilakukan reduksi data. Mereduksi data berarti merangkum, memilih
hal-hal yang pokok dan fokus pada hal-hal yang penting. Proses ini
dilakukan dengan cara menggolongkan data, membuang yang tidak

25
perlu, dan kemudian mengorganisasi data dengan cara sedemikian
rupa sehingga bisa diambil kesimpulan-kesimpulan.
2. Penyajian Data
Setelah direduksi, selanjutnya adalah menyajikan data. Menurut Miles
dan Hubberman penyajian data dalam penelitian kualitatif berbentuk
teks yang bersifat naratif (Sugiyono, 2010: 341).
3. Penarikan Simpulan
Kegiatan analisis data yang ketiga adalah menarik simpulan dan
verifikasi. Setelah data yang dikumpulkan direduksi dan disajikan,
maka ditariklah stau kesimpulan akhir yang mampu menjawab
permasalahan yang dikemukakan.
Secara lebih jelas model analisis data tersebut dapat disajikan dalam gambar
berikut.

Pengumpulan data

Reduksi data Penyajian data

Penarikan simpulan

Gambar 2. Analisis model interaktif

Secara rinci, jika diterapkan dalam penelitian ini, maka langkah-


langkah analisis datanya adalah:
1. Data yang diperoleh melalui pembacaan novel Therapy karya
Sebastian Fitzek dikumpulkan.
2. Data yang terkumpul ditafsirkan dan dimaknai sesuai dengan aspek
gangguan kejiwaan yang dialami tokoh.

26
3. Menganalisis data yang diperoleh dan mengklasifikasikan berdasarkan
teori.
4. Menyimpulkan hasil analisis menjadi temuan penelitian dan saran-
saran.

I. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian merupakan proses yang melukiskan kegiatan sejak
awal persiapan sampai penyusunan laporan penelitian. adapaun prosedur
penelitian yang dilakukan meliputi tahap-tahap berikut:
1. Persiapan
Pada tahap persiapan dilakukan kegiatan sebagai berikut:
a. Menentukan novel yang akan dianalisis dan dianggap mampu
memberikan gambaran tentang penokohan, konflik tokoh baik
internal maupun kesternal yang mempengaruhi kejiwaan tokoh
yang menadi fokus penelitian dan nilai pendidikan yan terkandung
di dalamnya.
b. Menentukan informan yang dianggap paham tentang kajian dalam
penelitian ini meliputi, pengarang, sastrawan, dan psikolog.
2. Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan dilakukan kegiatan sebagai berikut:
a. Mencari dan menentukan konflik tokoh utama yang akan
dianalisis.
b. Wawancara dengan narasumber yang paham dengan karya sastra
dan wawancara dengan psikolog yang paham dengan ilmu
kejiwaan
c. Membandingkan hasil analisis dengan data hasil wawancara.
d. Menarik kesimpulan.
3. Penyajian hasil penelitian
Penulisan atau penyajian hasil penelitian dilakukan dalam
bentuk tesis lengkap dengan aturan penulisas tesis yang telah
ditentukan.

27
DAFTAR PUSTAKA

Aminudin. 2011. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru


Algesindo.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.

Jakarta : Rineka Cipta.


Durand, V. Mark dan D.H. Barlow. 2007. Psikologi Abnormal. Pustaka Pelajar
Endraswara, Suwardi. 2008. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta:
MedPress.
Fitzek, Sebastian. 2010. Therapy. Jakarta: Ufuk Press.
Hardjana, Andre. 1981. Kritik Sastra: Sebuah Pengantar. Jakarta: Gramedia.
Hasbullah, (2005). Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Minderop, Albertine. 2010. Psikologi Sastra: Karya, Metode, Teori, dan Contoh
Kasus. Yayasan Obor Indonesia.
Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Remaja Rosdakarya,
Bandung.
Mudyahardjo, Redja. 2008. Pengantar Pendidikan. Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada.
Muslich, Masnur. 2010. Pendidikan Karakter. Jakarta: Bumi Aksara
Nurgiyantoro, Burhan. 2001. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra.
Yogyakarta: PT. BPFE.
Nurgiyantoro, Burhan. 2010. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Ratna, Nyoman Kuta. 2011. Teori, Metode dan Teknik Penelitian Sastra. Pustaka
Pelajar.
Rosyadi. 1995. Nilai-nilai Budaya dalam Naskah Kaba Anggun nan Tungga si
Magek Jabang. Jakarta: Depdikbud.
Semi, Atar. 1993. Metode Penelitian Sastra. Bandung : Angkasa.
Setiadi, Elly M. Dkk. 2006. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Bandung: Kencana
Predana Media Group.

28
Siswantoro. 2004. Metode Penelitian Sastra Analisis Psikologi. Surakarta: Sebelas
Maret University Press.
Soelaeman, Munandar. 2005. Ilmu Budaya Dasar Suatu Pengantar. Bandung: PT.
Refika Aditama.
Soerjono, Soekanto. 2005. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif,
Kualitataif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Tarigan, Hendri Guntur. 1986. Prinsip-prinsip Dasar Sastra. Bandung: Angkasa.
Walgito, Bimo, dkk. 2004. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Yayasan
Penerbitan Fakultas Psikologi UGM.
Wiyatmi. 2006. Pengantar Kajian Sastra. Yogyakarta: Pustaka.
Zulfahnur, dkk. 1996. Teori Sastra. Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan
Zuriah, Nurul. 2008. Pendidikan Moral & Budi Pekerti Dalam Perspektif
Perubahan. Jakarta: Bumi Aksara.

29

Anda mungkin juga menyukai