Anda di halaman 1dari 5

Judul buku : Apresiasi Sastra Indonesia

Penulis buku : Drs. Suyanto

Penerbit : PT Edumedia

Tahun terbit : 1993

Tebal buku : vi + 184 halaman

ISBN : 979-536-103-1
Apresiasi Sastra Indonesia
Perkembangan Bahasa Indonesia. Pada tanggal 28 Oktober 1928, para pemuda perintis
kemerdekaan Indonesia menyelenggarakan sebuah kongres. Peristiwa itu kemudian dikenal dengan
julukan “Sumpah Pemuda” dan sekarang diperingati secara nasional setiap tahun. Sumpah Pemuda itu
memang merupakan sebuah peristiwa politik yang sangat penting, karena sumpah itu merupakan saat
perumusan dan kelahiran bangsa Indonesia.
Pengakuan akan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan yang akan dijunjung tinggi secara
batiniah merupakan pengakuan pula akan keanekaragaman bahasa dan kebudayaan daerah yang
terdapat di tanah air Indonesia. Bahasa Indonesia asalnya adalah bahasa Melayu. Keputusan memilih
bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan adalah keputusan politik yang penting.
Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Negara. Dengan diproklamasikannya kemerdekaan Indonesia
pada tanggal 17 Agustus 1945, lahirlah suatu negara yang bernama Indonesia. Salah satu yang penting
bagi sebuah negara ialah adanya suatu bahasa yang dapat menghubungkan antara pemerintah dengan
rakyat: bahasa resmi.
Pemilihan bahasa resmi dilandasi oleh beberapa pemikiran, yaitu bahasa itu hendaknya dikenal
oleh sebagian besar penduduk negara itu, bahasa itu dapat diterima oleh seluruh penduduk negara
sehingga tidak menimbulkan bahan pertengkaran/perselisihan yang mengganggu kestabilan negara,
bahasa itu mempunyai kesejarahan kebudayaan dan perjuangan yang diakui oleh seluruh penduduk
negara.
Berdasarkan landasan itulah, bahasa Indonesia diangkat sebagai bahasa resmi negara Republik
Indonesia sesuai dengan ketentuan yang tertera di dalam Undang-Undang Dasar 1945, Bab XV, Pasal 36.
Pengertian Apresiasi Sastra. Istilah apresiasi berasal dari bahasa Latin “apreciato” yang berarti
“penghargaan” atau “perindahan”. Dalam bahasa Inggris adalah “appreciation” yang berarti
“penghargaan”. Apresiasi mengandung pengertian pengenalan atau pendekatan dalam menggunakan
perasaan, kedalaman, dan kehalusan batin serta pendekatan dan pemahaman nilai-nilai keindahan yang
diciptakan pengarang sehingga menumbuhkan perasaan puas dan kepekaan terhadap keindahan yang
disajikan oleh pengarang.
Terdapat 3 aspek yang dipergunakan sebagai komponen untuk melakukan kegiatan apresiasi
sastra, yaitu komponen aspek pengamatan (kognitif), aspek perasaan (emotif), aspek penilaian
(evaluatif). Kegiatan apresiasi sastra dibedakan menjadi dua, yaitu apresiasi sastra secara langsung dan
secara tidak langsung. Sedangkan sikap untuk mengapresiasi sastra ada 4, yaitu unsur renungan, unsur
keindahan, media paparan, unsur-unsur intrinsik. Bekal bekal untuk mengapresiasi sastra antara lain
kepekaan emosi, pengetahuan dan pengalaman, pemahaman terhadap aspek kebahasaan, dan
pemahaman terhadap unsur-unsur intrisik.
Unsur intrinsik pada roman/novel angkatan balai pustaka. Unsur intrinsik adalah unsur-unsur
tertentu yang membangun cipta sastra itu sendiri. Unsur unsur intrinsik pada roman/novel angkatan
balai pustaka terdapat plot/alur (alur maju, alur mundur, alur gabung), latar/setting, tema, dan
perwatakan. Sedangkan unsur intrinsik pada roman/novel modern terdapat alur/plot, latar/setting,
tema, dan perwatakan.
Unsur ekstrinsik pada roman/novel. Unsur ekstrinsik adalah hal-hal yang terdapat dalam
kehidupan faktual, atau unsur-unsur yang berkenaan dengan manfaat praktis, atau hal-hal yang berada
di luar unsur intrinsik sastra.
Mengkaji unsur ekstrinsik menurut Rene Wellek dan Austin Warren ada empat, yaitu mengkaji
hubungan antara sastra dengan biografi atau psikologi (kejiwaan) pengarang, mengkaji hubungan sastra
dengan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil kreasi sastra, misalnya: kehidupan institusional
(kelembagaan) unsur politik sosial dan ekonomi, mencari penjelasan sebab-musabab kelahiran sastra
dalam hubungannya dengan hasil-hasil pemikiran manusia seperti ideologi, filsafat, teologi, dan
sebagainya, menerangkan sastra dalam kaitannya dengan semangat zaman, atosfer atau iklim
intelektual tertentu.
Karakteristik Puisi Angkatan Pujangga Baru adalah:
1) Bentuk atau struktur puisinya mengikuti bentuk atau struktur puisi baru, seperti soneta,
distichon, tersina, oktaf, dan sebagainya.
2) Pilihan kata-katanya diwarnai dengan kata-kata yang indah
3) Kiasan yang banyak dipergunakan adalah gaya bahasa perbandingan
4) Bentuk atau struktur larik-lariknya adalah sometris
5) Gaya ekspresi aliran romantik tampak dalam pengucapan perasaan, pelukisan alam yang
indah tenteram damai, dan keindahan lainnya
6) Gaya puisinya diafan dan polos, sangat jelas, dan lambang-lambangnya yang umum
digunakan
7) Rima (persajakan) dijadikan sarana kepuitisan
8) Bersifat impresionistis
Karakteristik Prosa Angkatan ‘45
a. Revolusi dalam bentuk dan isi.
b. Mengutamakan isi dalam pencapaian tujuan yang nyata
c. Ekspresionis
d. Individualistis
e. Humanisme universal
f. Tidak terlihat oleh kovensi masyarakat dan fakta seni yang ada.
g. Tema: humanisme, human dignity, penderitaan rakyat, dan moral.
Karakteristik Puisi Angkatan ‘45
1) Puisinya adalah puisi bebas yang tidak terikat oleh pembagian baris, bait, irama, dan
rima
2) Gaya yang dianut adalah ekspresionisme dan realisme
3) Diksi mengungkapkan pengalaman batin yang mendalam dan intensitas
4) Gaya bahasa metafora dan simbolik banyak digunakan
5) Gaya pernyataan pikiran berkembang
6) Gaya ironi dan sinisme banyak kita jumpai
Mengenal tokoh tokoh pelopor angkatan ’45. Angkatan ’45 merupakan nama suatu angkatan
atau kumpulan para sastrawan muda yang muncul di Indonesia sesudah Perang Dunia II. Angkatan ini
dipelopori Chairil Anwar.
Pada mulanya Angkatan ’45 disebut dengan berbagai nama, seperti Angkatan Sesudah Perang,
Angkatan Kemerdekaan, Angkatan Chairil Anwar, Angkatan Sesudah Pujangga Baru, Angkatan
Pembebasan, Angkatan Perang, Angkatan Gelanggang. Nama Angkatan ’45 yang sebenarnya baru
didapatkan pada tahun 1949, dalam majalah Siasat tanggal 9 Januari 1949 oleh Rosihan Anwar.
Tokoh tokoh pelopor Angkatan ’45 diantara lain adalah Chairil Anwar, Rifai Apin, Asrul Sani, dan
Usmar Ismail.
Angkatan ’66. Situasi kemelut pada saat itu, yaitu adanya Partai Komunis Indonesia (PKI) dan
tragedi nasional Gerakan 30 September (G30S/PKI) itu memberi dorongan kepada H.B. Jassin
mengumumkan suatu peryataan yang dimuat dalam majalah sastra Horrison nomor 3 tahun 1966, yang
kemudian dimuat dalam antaloginya memberikan nama suatu angkatan dalam sastra ialah Angkatan
’66, di bawah judul “Bangkitnya Satu Generasi” menyebutkan Angkatan ’66 lahir setelah ditumpasnya
gerakan khianat 30 September atau Gestapu. Angkatan ini mendobrak kemacetan-kemacetan yang
disebabkan oleh pemimpin-pemimpin yang salah urus.
Mendramakan fragmen sebuah drama Angkatan ’45. Drama adalah karya sastra dalam bentuk
sajak atau prosa yang bertujuan menggambarkan kehidupan atau perawatakan dengan mengemukakan
tikaian dan emosi lewat lakuan dialog lazimnya dirancang pementasan di panggung. Unsur-unsur dalam
drama antara lain alur, dialog, dan tokoh. Dialog dalam drama dapat difungsikan untuk:
a. Menggambarkan watak tokoh
b. Memperjelas watak tokoh lain
c. Mengembangkan alur
d. Memberikan isyarat peristiwa yang telah mendahului
e. Memberikan isyarat peristiwa yang akan datang
f. Memberi komentar peristiwa yang sedang terjadi
Menyadur sebuah puisi modern ke dalam bentuk prosa. Puisi berasal dari bahasa Yunani polima
‘membuat’ atau polisis ‘pembuatan’ atau poetry. Puisi diartikian ‘membuat’ dan ‘pembuatan’ karena
lewat puisi pada dasarnya seorang telah menciptakan suatu dunia tersendiri, yang mungkin berisi pesan
atau gambaran suasana-suasana tertentu.
Memfrasekan puisi menjadi prosa adalah kegiatan yang berusaha menangkap kembali maksud
pengarang atau penulis karya puisi dengan cara cara lain baik dengan jalan mengubah kalimat
kalimatnya maupun pilihan kata katanya sehingga menjadi sebuah bentuk baru yang lebih mudah
dipahami oleh pembaca. Bentuk baru itu dapat lebih luas atau lebih singkat.
Langkah-langkah sederhana memparafrasekan puisi adalah sebagai berikut:
1. Memperhatikan dan memahami judul puisi.
2. Memperhatikan dan memahami secara teliti jumlah bait yang membangun puisi itu.
3. Memperhatikan dan memahani jumlah larik atau baris tiap-tiap bait
4. Menganalisis makna tiap-tiap kata baik secara denotatif maupun konotatif pada setiap
baris.
5. Menyisipkan kata-kata lain di antara hubungan kata, kelompok kata maupun antarbaris
untuk memberikan kemudahan pemahaman.
6. Menganalisis makna tiap-tiap larik dalam suatu bait.
7. Mengungkapkan kembali maksud yang terkandung dalam tiap-tiap bait.
8. Wujud akhir pengungkapan kembali dengan cara dan bentuk yang lebih sederhana.
Membedakan prosa Indonesia dalam berbagai aliran. Terdapat beberapa aliran, yaitu realisme,
naturalisme, diterminisme, romantik, idealisme, mistikisme, surealisme, simbolisme, psikologisme, dan
neonaturalisme.
Membuat resensi roman/novel. Resensi adalah suatu jenis tulisan yang mengulas atau menilai
sebuah hasil karya atau buku, atau jenis tulisan lain yang mempunyai titik singgung dengan ringkasan
atau ikhtisar. Tujuan resensi adalah menyampaikan kepada para pembaca, apakah sebuah hasil karya
atau buku itu patut mendapat sambutan dari masyarakat atau tidak. Resensi mempunyai fungsi untuk
membantu para pembaca dalam menentukan perlu atau tidaknya menikmati hasil karya seni dan
memberikan pertimbangan pertimbangan terhadap karya karya seni lainnya seperti darama, film,
sebuah pementasan, dan sebagainya.
Sebagai dasar resensi, penulis sekurang kurangnya memiliki dua bekal, yaitu penulis resensi
harus memahami sepenuhnya tujuan dari pengarang aslinya dan penulis harus menyadari sepenuhnya
maksud membuat resensi itu. Sasaran untuk membuat resensi antara lain latar belakang, macam atau
jenis buku, dan keunggulan buku.
Syarat resensi antara lain :
1. Penulis mengemukakan tema dari buku karangan itu,
2. Penulis harus sudah mengetahui tentang buku karangan itu,
3. Penulis mampu menyampaikan keunggulan keunggulan dari buku itu,
4. Penulis mampu menyampaikan klarifikasi buku itu, dan
5. Penulis mampu mengeritik buku itu dengan memberi pertimbangan pertimbangan dan
kekurangan kekurangan
Nilai buku
Dalam mengkritik buku, penulis resensi hendaknya :
1. Mengkritik, memberi pertimbangan, menilai, dan menunjukkan kelebihan kelebihan dan
kekurangan kekurangan buku itu secara tanggung jawab.
2. Memberikan penekanan terhadap salah satu atau lebih sasaran penilaian, misalnya: organisasi,
isi, bahasa, dan teknik yang oleh penulis resensi dianggap baik atau buruk.
3. Membandingkan buku tersebut dengan karya karya lainnya, baik dari segi organisasi, isi, bahasa,
dan teknik.

Anda mungkin juga menyukai