TINJAUAN SEJARAH
Karya Ilmiah yang Ditulis untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Guna
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
2022
ABSTRAK
i
ABSTRACT
This study about Gemeente Bestuur or private land after Cornelis Chastelein's
death which aims to find out more about Gemeente Bestuur and the system of
government within Gemeente Bestuur itself. The sources used in this study
focused on secondary sources, in the form of books and articles related to
Gemeente Bestuur. The sources were obtained from the Jakarta State University
(UNJ) Library, the University of Indonesia (UI) Library, the Depok City
Government Library and Cornelis Chastelein Institutional Foundation (YLCC).
The writing of this scientific paper was carried out using the literature study
method.
This study shows that Gemeente Bestuur in Depok does not have a government
system because the President only serves as a supervisor of private land and is
not the leader of a country.
ii
LEMBAR PENGESAHAN
iii
LEMBAR PERNYATAAN
Saya yang bertandatangan di bawah ini mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial Universitas
Negeri Jakarta :
NIM : 4415155255
Menyatakan bahwa Karya Ilmiah saya dengan judul “ Gemeente Bestuur di Depok
(1913-1952): suatu tinjauan sejarah” adalah :
1. Karya Ilmiah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapat gelar akademik (ahli
madya, sarjana, magister dan/atau dokter) baik Universitas Negeri Jakarta maupun
di Perguruan Tinggi lainnya.
2. Karya Ilmiah ini murni hasil gagasan dan rumusan penelitian saya sendiri. Tanpa
bantuan dari orang lain, kecuali bantuan dan arahan dari Dosen Pembimbing.
3. Karya Ilmiah ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis maupun
dipublikasikan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang
dan dicantumkan dalam daftar pustaka.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila di kemudian
hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya bersedia
menanggung segala sanksi akademik sesuai yang berlaku di Universitas Negeri Jakarta.
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
“ Sesungguhnya setelah kesulitan itu ada jalan keluar (kemudahan) maka apabila
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik bagimu, dan boleh
jadi pula kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu, Allah
ku saat ini.
v
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan kekuatan dan kemampuan kepada penulis, sehingga penulis
dapat menyelesaikan karya ilmiah ini dengan baik.
Penyusunan karya ilmiah ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian
syarat-syarat guna mencapai gelar Sarjana Pendidikan Sejarah, Fakultas Ilmu
Sosial, Universitas Negeri Jakarta.
Penulis menyadari bahwa penulisan karya ilmiah ini tidak dapat terselesaikan
tanpa dukungan dari berbagai pihak baik moril maupun materil. Oleh karena itu,
pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu :
1. Rektor Universitas Negeri Jakarta yang telah memberikan izin dan fasilitas
untuk penyusunan karya ilmiah ini.
2. Dekan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Jakarta yang telah
memberikan izin kepada penulis dalam penyusunan karya ilmiah ini.
3. Bapak Humaidi, S.Pd, M.Hum, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Sejarah
Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Jakarta yang sudah memberikan
saran dan semangat kepada penulis untuk menyelesaikan karya ilmiah
serta mendorong mahasiswinya agar segera lulus.
4. Bapak Drs. R. Wisnubroto, M.Pd, selaku Dosen Pembimbing I yang telah
bersedia membimbing dan mengarahkan penulis selama menyusun karya
ilmiah dan memberikan tambahan ilmu serta solusi pada setiap
permasalahan atas kesulitan dalam penulisan karya ilmiah ini.
5. Ibu Sri Martini, S.S., M.Hum, selaku dosen Pembiming II yang telah
berkenan memberikan banyak ilmu serta solusi pada setiap permasalahan
atas kesulitan dalam penulisan ini.
6. Ibu Dr. Kurniawati, M.Si sebagai ketua penguji yang sudah bersedia
memberikan banyak saran dan semangat kepada penulis agar bisa
menyelesaikan karya ilmiah ini dengan baik.
7. Ibu Dr. Nur’aeni Martha, M.Hum sebagai penguji ahli yang bersedia
memberikan banyak saran dan semangat kepada penulis agar bisa
menyelesaikan karya ilmiah ini dengan baik.
8. Ibu Dra. Ratu Husmiati, M.Hum sebagai sekretaris penguji yang bersedia
memberikan banyak saran dan semangat kepada penulis agar bisa
menyelesaikan karya ilmiah ini dengan baik.
9. Seluruh Bapak/Ibu dosen Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Jakarta
yang telah memberikan pengetahuan yang sangat bermanfaat selama masa
perkuliahan.
10. Kedua orang tua yang saya cintai, Ayah saya, Zulkaranin dan Ibu saya,
Iyah Herlina adalah salah satu motivasi penulis untuk lulus. Atas dukungan
baik moril maupun materil berupa nasehat, teguran dan doa yang tiada
henti-hentinya kepada penulis. Serta adik tercinta M. Rachmatulloh yang
juga sedang berjuang, semangat dan percaya kamu bisa.
11. Jajaran kawan yang selalu memberi semangat, saran dan dukungan selama
perkuliahan tanpa henti, Moni, Ayu, Rahel, Mutia, Rana dan Ninda mari
tetap bersahabat dan bertumbuh bersama.
vi
12. Seluruh teman-teman seangkatan, terutama kelas Pendidikan Sejarah A
Angkatan 2015 yang selalu mengisi hari-hari perkuliahan menjadi lebih
semangat. Teman seperjuangan: Mutia, Rana, Ali, Afif, Nadi, dan Roni.
Penulis menyadari bahwa karya ilmiah ini masih jauh dari kata sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan
bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak. Semoga karya ilmiah ini
dapat bermanfaat bagi para pembaca dan semua pihak khususnya dalam
bidang pendidikan sejarah.
Jakarta, Januari 2022
vii
DAFTAR ISI
ABSTRAK ...................................................................................................................................... i
ABSTRACT .................................................................................................................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................................................... iii
LEMBAR PERNYATAAN ......................................................................................................... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ............................................................................................... v
KATA PENGANTAR ................................................................................................................. vi
DAFTAR ISI .............................................................................................................................. viii
DAFTAR ISTILAH ..................................................................................................................... ix
BAB I .............................................................................................................................................1
PENDAHULUAN .........................................................................................................................1
A. Dasar Pemikiran .....................................................................................................................1
B. Pembatasan dan Rumusan Masalah .....................................................................................8
BAB II ..........................................................................................................................................10
KAJIAN PUSTAKA ...................................................................................................................10
BAB III ........................................................................................................................................14
METODE PENELITIAN...........................................................................................................14
A. Metode Penelitian ...............................................................................................................14
B. Sumber Penelitian.................................................................................................................17
BAB IV ........................................................................................................................................19
GEMEENTE BESTUUR DI DEPOK........................................................................................19
BAB V ..........................................................................................................................................32
PRESIDEN DAN WARISAN KEBUDAYAAN ......................................................................32
BAB VI ........................................................................................................................................43
KESIMPULAN ...........................................................................................................................43
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................46
LAMPIRAN ................................................................................................................................48
RIWAYAT HIDUP.....................................................................................................................49
viii
DAFTAR ISTILAH
Jakarta Pusat
Batavia.
ix
Raad Van Indie : Dewan pemerintahan kolonial Hindia – Belanda
Dagang Belanda.
Gambir.
Depok asal
x
BAB I
PENDAHULUAN
A. Dasar Pemikiran
ekonomi politik dan budaya masyarakat di sebuah wilayah dalam kurun waktu
tertentu. Sebagai ilmu yang belajar tentang masa lalu umat manusia, ruang lingkup
ilmu sejarah mencakup pokok-pokok bahasan yang sangat luas dengan rentang
merupakan hal yang lazim terjadi di dalam negeri maupun luar negeri. Sejarah kota
penjelasan historis yang penting bagi masyarakat, bukan sekadar gambaran hidup
yang masih hidup, semacam latar belakang cerita yang sedang diceritakan, atau
1
pemandangan pasif yang harus dideskripsikan, ini adalah kolaborator aktif dalam
karya sejarah.1
Istilah tersebut sama dengan daerah otonom yang disebutkan milik Cornelis
Chastelein sebagai Het Gemeente Bestuur van Het Particuliere Land Depok.3 Pada
abad ke-17 akhir, sebutan tersebut tersedia saat saudagar kebangsaan Belanda
melakukan pembelian tanah seluas 12,44 km persegi.4 Pada abad ke-17 akhir,
pernyataan tersebut kurang berdasar dan tidak memiliki kenyataan yang benar.
Istilah “Depok” terdapat di banyak tempat secara umum. Seperti, Sumedang, Garut,
serta Kabupaten Bandung. Istilah “Depok” dalam bahasa Sunda Kuna, artinya
dijadikan sebagao tempat bertapa dan pemukiman umum. Aktivitas tersebut sangat
1
Abidin Kusno, “Kata Pengantar : Politik Kota, Sejarah Kota”, dalam Purnawan Basundan, Pengantar
Sejarah Kota, Ombak. 2012. Hal. xvii
2
( Daerah pemukiman anak buah protestan), Depok adalah nama desa di Jawa Barat, yang mempunyai
arti pertapaan, atau tempat untuk bertapa. Lihat Suparlan.Y.B.,Kamus Kawi Indonesia(Yogyakarta:
Penerbit Kanisius, 1988) hlm.30. Dalam Baoesastra Djawa, istilah dépok punya dua arti yaitu sebagai
padoenoenganing adjar (pendita) atau tempat tinggal parapandita, dan arti yang lain adalah omah, yang
dalam hal ini diartikan sebagai perkampungan.
3
Peraturan Otonomi Depok untuk Mengelola daerah nya sendiri Wenri Wahar.(GedoranDepok.2010) hlm
35
4
Danadibrata, R.A. 2006. Kamus Basa Sunda. Bandung. Kiblat.hlm 108
2
mungkin terjadi karena tempat ini dahulu sebagai pusat Kerjaan Sunda Pajajaran.
Depok ialah suatu desa kecil di tengah hutan belantara, hanya sungai
Ciliwung dan jalan setapak sebagai sarana lalu lintasnya, itulah Depok tempo dulu
dan kemudian berkembang menjadi kota seperti yang kita lihat sekarang dengan
penduduknya berasal dari seluruh warga dan suku negara ini.6 Depok saat ini
Perancis yang merupakan pegawai VOC yang membeli tanah seluas 1506 rhoede
orang pertama di daerah Depok ketika awal kolonialisasi VOC di Jawa. Nama
Chastelein sendiri sangat ketat dengan sejarah adanya sekelompok orang pribumi
Kristen Protestan pertama di Asia, biasanya disebut sebagai orang Belanda Depok.
Di usianya yang ke 17 tahun, Chastelein pergi dengan kapal ‘t Huis te Cleeff pada
24 Januari 1675 ke Batavia, dan tiba pada 16 Agustus 1675. Disana Chastelein
5
Ibid., hlm 164
6
Eka Bachtiar, “Depok Dulu, Sekarang dan Yang Akan Datang”, Buletin Info Depok Edisi Khusus. 1993. Hal
8
7
Wenri Wanhar, “Gedoran Depok : Revolusi Sosial di Tepi Jakarta 1945 – 1955”, Telahsadar. 2011. Hal 14.
3
kemudian melakukan pekeerjaan dengan mencatat pembukuan pada Kamer van
Zeventien. Trek record karir ia sangat baik, sehingga tahun 1682 Chastelein terpilih
sebagai Tweede Oppercoopman des Casteels van Batavia’ (Pedagang besar kedua
pada kastil Batavia). Saat Johan van Hoorn terpilih sebagai direktur jenderal VOC,
karirnya makin baik dikarenakan van Hoorn sebagai pemimpin serta memiliki
1695, dekat “pal 17”, dengan jarak 25km selatan Batavia. Kemudian Chastelein
berkuasa di Depok, ketika “pal 21” dengan pembelian 16 Mei 1696. Semua
mencakup area yang terdapat di Depok, Mampang, Karanganyar serta dua lahan
menggarap tanahnya yang sangat luas, ia memberikan pekerjaan pada budak dari
Ambon, salah satunya Laurens de Loen. Budak ini asalnya dari Indonesia, yaitu
Bima, Jawa, Sunda, Bali, Bugis dan Ambon. Hal ini ia tulis pada buku kenangan
4
“Invallende Gedagten ende aenmerckinge over de Colonien (1705)”. Chastelein
sendiri memegang ajaran Injil yang menentang perbudakan, terutama jika budak
tersebut beragama Kristen. Dengan demikian, ketika ia wafat di tahun 1714 tercatat
sebesar 200 orang bebas dari perbudakan seusai beragama Kristen Protestan. Ada
12 keluarga (marga) yang bebas. Budak tersebut yang kemudian terkenal menjadi
Belanda Depok.
peta sejarah Depok, keberadaannya sangat menonjol. Bila kita membuka kembali
nyaris terlupakan. Ternyata menurut Tri Wahyuningsih hal ini sebagai wujud dari
bertugas untuk melakukan pengawasan pada umat Kristen Depok sesuai dengan
ketetapan yang sudah ditetapkan di dalam surat wasiat. Tugas lainnya yang harus
5
dilaksanakan Anthony yakni dengan mendaftarkan tanah milik ayahnya di depok,
atas nama mantan budak-budaknya yang berhak. Tetapi, hal ini belum terjadi
akrena Anthony wafat di tahun 1715. Akhirnya, mantan istri Anthony-lah, Anna de
Haan dengan bantuan J. F. Van Schiten memohon kepada College van Schepenen
Permohonan ini dikabulkan dan di abad ke-19, tanah Depok tercatat atas nama
Johan Francois de Witte van Schoten --- suami Anna de Haan yang baru ---. Dalam
perkembangannya kemudian, hingga akhir abad ke-19, hak guna atas tanah Depok
secara resmi terus belaku, sampai akhirnya pada 1850, Raad van Indie
mengumumkan secara resmi bahwa tanah Depok sebagai hak milik mantan budak
Cornelis Chastelein.
Pada 1871 Raad van Administratie dibantu oleh ahli-ahli hukum, Bijstand-
8
Kwisthout. “Jejak-jejak Masa Lalu Depok: Warisan Cornelis Chastelein”. BPK Gunung Mulia. 2015. Hal 11.
6
Siapa sangka, setelah wafatnya Chastelein, Depok memiliki pemerintahan
sendiri atau yang disebut dengan Gemeente Bestuur bahkan memilihi presiden.
pula lelucon, tetapi dalam arti sesungguhnya dengan segala perangkat maupun
pendiri Depok Lama ini merupakan 12 keluarga yang memiliki marga yang
diberikan oleh Chastelein, dan mereka adalah Bakas, Isakh, Jacob, Jonathans,
Presiden berikutnya tercatat ada tiga yaitu, Martin Laurens; menjabat tahun 1921,
7
Leonardus Leander; menjabat tahun 1930, dan terakhir Johannes Martins
yang terakhir karena pada 4 Agustus 1952 pemerintah Indonesia mengambil alih
seluruh tanah partikelir Depok. Kecuali Gereja, sekolah, balai pertemuan dan lahan
• Pembatasan Masalah
8
• Perumusan Masalah
Presiden di Depok.
Depok?
C. Tujuan Penelitian
runtuhnya Gemeente Bestuur, dan pengaruh ajaran agama Kristen terutama setelah
wafatnya Cornelis Chastelein. Selain itu, tujuan yang kedua ialah untuk
Secara teoritis, penelitian ini dapat dijadikan acuan serta sumber referensi
bagi peneliti sejarah dan membuka wawasan baru tentang kawasan Depok. Secara
9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
pembeda antara penelitian yang satu dengan yang lainnya, agar keaslian dan
naratif, yang menyajikan kejadian sebagai proses, yang dicakup dalam uraian
topik. Penulis memilih topik ini dari berbagai sumber bacaan yang berkaitan
dengan Kota Depok terutama aspek sejarahnya. Penulis melihat belum ada karya
memiliki kotapraja sendiri, yang dimana memiliki presiden sendiri. Sejauh ini,
9
Sartono Kartodirdjo. “Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah.”, Jakarta : 1993. Hal
10
Permukiman Depok abad 17-19 M” yang cukup membantu penulis untuk melihat
keberagaman masyarakat pada saat itu. Serta karya ilmiah yang berjudul “ Islam di
data dari berbagai sumber buku, arsip, maupun surat kabar yang berkaitan dengan
topik. Sumber yang sudah penulis dapatkan untuk penelitian ini adalah buku-buku
Ketiga, dalam tahap kritik dilakukan pengujian terhadap data yang telah
akan dikaji dan dikritik baik secara intern amupun ekstern. Kritik intern dilakukan
untuk menguji kebenaran dan keakuratan data yang didapatkan dalam penelitian
ini. Kritik intern yang dilakukan adalah misalnya dengan membandingkan isi buku.
11
Contoh yang dilakukan penulis adalah membandingkan buku. Kritik ekstern
Keempat, dalam tahap interpretasi, fakta yang telah didapat oleh peneliti
selanjutnya dilakukan penafsiran akan makna fakta yang berhubungan dengan fakta
yang masih digunakan ketika Gemeente Bestuur dan masih digunakaan hingga saat
ini.
secara kronologis dan sistematis, menjadi sebuah tulisan sejarah sebagi kisah dan
Sumber penelitian
Sumber data yang menunjang penelitian ini didapat dari buku-buku, arsip-
arsip dan surat kabar yang berkaitan dengan Gemeente Bestuur. Sumber primer
yang digunakan dalam penelitian ini merupakan arsip-arsip yang berkaitan. Dan
sumber primer terakhir yang didapat dari edaran surat kabar yang terbit antara tahun
Masa Lalu Depok : Warisan Cornelis Chastelein (1656-1714) karya Jan Karel
12
Kwisthout, buku Potret Kehidupan Masyarakat Depok tempo doeloe karya Yano
Jonathans, buku Ciri Khas Depok Makin Punah karya Fanny Jonathans Poyk, buku
Gedoran Depok : Revolusi Sosial di Tepi Jakarta 1945-1955 karya Wenri Wanhar,
13
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
• Metode Penelitian
layaknya suatu karangan ilmiah, studi kepustakaan pun terdiri dari bagian
14
rumusan-rumusan masalah yang ada. Bagian penutup dapat berupa
atau data angka dan bukan dengan pengetahuan langsung dari lapangan
pula. Kritik teks merupakan metode yang biasa dikembangkan dalam studi
karena itu teknik membaca teks menjadi bagian yang fundamental dalam
penelitian kepustakaan.
15
dengan bahan sumber yang sudah tersedia di perpustakaan.
sekunder, dalam arti bahwa peneliti memperoleh bahan dari tangan kedua
dan bukan data orisinil dari data tangan pertama di lapangan. Sumber
terutama dari sudut metode sejarah, juga bisa berarti sumber primer,
sejauh ia ditulis oleh tangan pertama atau pelaku sejarah itu sendiri.
Ciri yang keempat, kondisi data pustaka tidak dibatasi oleh ruang dan
16
dia datang dan pergi, data tersebut tidak akan pernah berubah karena ia sudah
merupakan data “mati” yang tersimpan di dalam rekaman tertulis (teks, angka,
gambar, rekaman tape atau film). Karena itu pula maka penelitian yang
secukupnya.10
B. Sumber Penelitian
tertulis penulis dapatkan antara lain dari: buku, karya ilmiah dan sumber tertulis/
lembaga lainnya yang terkait dengan penelitian ini dan masih memungkinkan
10
Mestika Zed, Metode Penelitian Kepustakaan (Jakarta : Yayasan Obor, 2008) hlm. 4.
17
▪ Perpustakaan Kota Depok
18
BAB IV
kajian yang menarik untuk diteliti. Hal ini merupakan hal yang lazim terjadi di dalam
negeri maupun luar negeri. Sejarah kota membahas dan menganalisis masyarakat
perkotaan dan dapat menjadi sumber penjelasan historis yang penting bagi masyarakat,
bukan sekadar gambaran hidup yang masih hidup, semacam latar belakang cerita yang
sedang diceritakan, atau pemandangan pasif yang harus dideskripsikan, ini adalah
sebagai milik seorang pejabat tinggi.12 Dengan demikian, sejarah Depok dapat
dikatakan dimulai pada abad ke- 17 ketika daerah itu dimiliki oleh Cornelis Chastelein,
pejabat tinggi VOC.13 Awalnya Depok merupakan sebuah dusun terpencil ditengah
11
Abidin Kusno, “Kata Pengantar : Politik Kota, Sejarah Kota”, dalam Purnawan Basundan, Pengantar Sejarah
Kota, Ombak. 2012. Hal. xvii
12
Menurut Kuntowijoyo, pada abad ke-19 wilayah yang dianggap sebagai kota negara biasanya di bawah
pengawasan langsung oleh pejabat tinggi administratif. Lihat Kuntowijoyo, Metodologi Sejarah (Yogyakarta:
Tiara Wacana, 1994), hlm.51.
13
VOC merupakan gabungan perusahaan dagang yang terdiri dari enam kamar dagang di negeri Belanda,
yakni: Amsterdam, Rotterdam, Delft, Enkhuysen, Zeeland, dan Hoorn, yang didirikan pada tanggal 20 Maret
1602, modal VOC yang terbesar berasal dari kamar dagang Amsterdam, 50 % dari keseluruhan, 25 % dari
19
hutan belantara dan semak belukar. Pada tanggal 18 Mei 1696 seorang pejabat tinggi
VOC, Cornelis Chastelein, membeli tanah yang meliputi daerah Depok serta sedikit
wilayah Jakarta Selatan dan Ratujaya, Bojong Gede, seharga 700 ringgit. Status tanah
itu adalah tanah partikelir atau terlepas dari kekuasaan Hindia Belanda. Di sana
pemerintahan sendiri (otonom), lepas dari pengaruh dan campur tangan dari luar.
Kekuasaan otonomi Chastelein ini dikenal dengan sebutan Het Gemeente Bestuur van
tersebut berlaku sampai tahun 1942. Gemeente Depok diperintah oleh seorang Presiden
yang membawahi mandat (9 mandor) dan dibantu oleh para Pencalang Polisi Desa serta
kamar dagang Zeeland, dan sisanya berasal dari kamar dagang yang lain. Sahamdijual kepada semua penduduk
Belanda, dan dimiliki oleh siapa saja, mulai dari pedagang kaya, para pejabat pemerintah, hingga orang kecil di
negeri Belanda.Kantor pusat berkedudukan di Amsterdam, kepengurusan dipegang oleh tujuhbelas orang yang
dikenal dengan sebutan Heeren Zeventien atau Dewan Tujuh Belas, mewakili semua kamar dagang yang
tergabung dalam VOC. Sebagai pemiliksaham terbesar, maka konsekuensi logisnya adalah Amsterdam memiliki
wakilyang terbanyak dalam Dewan Tujuh Belas, yakni sebanyak delapan orang. Mona Lohanda, Sejarah
Pembesar Mengatur Batavia (Jakarta: Masup, 2007), hlm. 64-66.
20
Kumitir atau Menteri Lumbung. Daerah teritorial Gemeente Depok meliputi 1.244 Ha,
namun dihapus pada tahun 1952 setelah terjadi perjanjian pelepasan hak antara
sungai Ciliwung dan jalan setapak sebagai sarana lalu lintasnya, itulah Depok tempo
dulu dan kemudian berkembang menjadi kota seperti yang kita lihat sekarang dengan
penduduknya berasal dari berbagai suku yang ada di Indonesia.15 Depok yang sekarang
tidaklah lepas dari pengaruh Cornelis Chastelein, orang Belanda keturunan Perancis
yang merupakan pegawai VOC yang membeli tanah seluas 1506 rhoede di sekitar
tanah di daerah Depok pada masa awal kolonialisasi VOC di Jawa. Nama Chastelein
sendiri tidak terpisahkan dari sejarah keberadaan sekelompok orang pribumi Kristen
14
Secara resmi tanah partikelir Depok dibubarkan pada tanggal 4 Agustus1952. Menurut catatan resmi
Pemerintah Kota Depok, pembubaran tanah partikelir Depok tersebut bersifat sukarela, sebagai konsekuensi
Peraturan Pemerintah No. 1 Tahun 1949 tentang penghapusan sistem tanah partikelir di seluruh wilayah
Negara Republik Indonesia. Penyerahan itu dilakukan setelah perundingan berkali-kali baik di Depok maupun
di Jakarta, dan disyahkan oleh Akte Notaris Soerojo No. 18. Lihat Pemerintah Kota Depok, 1999.
15
Eka Bachtiar, “Depok Dulu, Sekarang dan Yang Akan Datang”, Buletin Info Depok Edisi Khusus. 1993. Hal 8
16
Wenri Wanhar, “Gedoran Depok : Revolusi Sosial di Tepi Jakarta 1945 – 1955”, Telahsadar. 2011. Hal 14.
21
Protestan pertama di Asia, yang dikenal sebagai orang Belanda Depok. Di usianya yang
ke 17 tahun, Chastelein berangkat dengan kapal ‘t Huis te Cleeff pada 24 Januari 1675
ke Batavia, dan tiba 16 Agustus pada tahun yang sama. Disana ia lalu bekerja sebagai
pencatat pembukuan pada Kamer van Zeventien. Kariernya cukup baik, sehingga pada
1682 ia telah menjadi Tweede Oppercoopman des Casteels van Batavia’ (Pedagang
besar kedua pada kastil Batavia). Ketika Johan van Hoorn menjadi direktur jenderal
VOC, nasibnya makin baik karena van Hoorn adalah bosnya dan mereka berteman baik.
Setelah mengundurkan diri dari VOC, serta mendapatkan hak penguasaan tanah
di Sringsing (sekarang Srengseng Sawah, Jagakarsa, Jakarta Selatan) sejak 1695, dekat
“pal 17”, sekitar 25km selatan Batavia. Selanjutnya ia menguasai tanah di Depok, pada
“pal 21” dengan membelinya pada 16 Mei 1696. Seluruh komplek tanah yang dijadikan
Depok, Mampang, Karanganyar dan dua lahan kecil di tepi Ciliwung antara Batavia
dan Buitenzorg.
tanahnya yang sangat luas, ia mempekerjakan keluarga budak dari Ambon, salah
satunya Laurens de Loen. Budak-budak ini berasal dari berbagai suku di Indonesia,
22
yaitu Bali, Bima, Jawa, Ambon, Bugis dan Sunda. Hal ini ia tulis di buku kenangannya
sendiri memegang ajaran Injil yang menentang perbudakan, terutama bila budaknya
beragama Kristen. Karena itu, ketika ia wafat di tahun 1714 tercatat sekitar 200 orang
keluarga (marga) yang dibebaskan olehnya. Mereka inilah yang kelak populer dengan
tersebut berlaku sampai tahun 1942. Gemeente Depok diperintah oleh seorang Presiden
yang membawahi mandat (9 mandor) dan dibantu oleh para Pencalang Polisi Desa serta
Kumitir atau Menteri Lumbung. Daerah teritorial Gemeente Depok meliputi 1.244 Ha,
namun dihapus pada tahun 1952 setelah terjadi perjanjian pelepasan hak antara
23
Pemerintah RI dengan pimpinan Gemeente Depok, tapi tidak termasuk tanah-tanah
Tahun 1940-an menjadi tahun penuh dengan berbagai macam aksi Heroik dan
peristiwa diluar dugaan bagi bangsa Indonesia Revolusi tidak hanya terjadi di Depok,
banyak revolusi yang dilakukan oleh laskar-laskar atau para TKR di berbagai macam
banyak korban jiwa, puncak nya adalah ketika jenderal Mallaby (pimpinan tentara
Inggris untuk Jawa Timur) terbunuh, pada Oktober 1945 di Semarang terjadi
pertempuran yang tidak kalah menegangkan tidak kurang 2000 rakyat Indonesia
menjadi korban dalam pertempuran yang berjalan lima hari itu.18 Bandung juga turut
menyumbang kisah Revolusi-nya lewat peristiwa Bandung Lautan Api yang terjadi
macam revolusi yang terjadi di Indonesia kala itu Sesungguhnya Depok adalah Kota
17
Secara resmi tanah partikelir Depok dibubarkan pada tanggal 4 Agustus1952. Menurut catatan resmi
Pemerintah Kota Depok, pembubaran tanah partikelir Depok tersebut bersifat sukarela, sebagai konsekuensi
Peraturan Pemerintah No. 1 Tahun 1949 tentang penghapusan sistem tanah partikelir di seluruh wilayah
Negara Republik Indonesia. Penyerahan itu dilakukan setelah perundingan berkali-kali baik di Depok maupun
di Jakarta, dan disyahkan oleh Akte Notaris Soerojo No. 18. Lihat Pemerintah Kota Depok, 1999.
18
Garda Maeswara. Sejarah Revolusi Indonesia 1945-1950. Jogjakarta. Narasi. 2010
24
yang sangat aman baik bagi warga Pribumi ataupun bagi kaum Belanda, karena Depok
diakibatkan oleh ultimatum sekutu yang memaksa laskar–laskar dan para TKR untuk
Seiring kalahnya pasukan terakhir Belanda oleh Jepang pada maret 1942
kekuasaan Gemeente bestuur Depok mulai pudar. Tidak ada lagi pajak, seluruh hasil
bumi Depok diambil oleh Jepang dan hanya ditukar dengan sebuah celana kolor.
Kendati demikian, hak hak istimewa Kaum Depok sisa kolonial tidak serta hilang.
Dalam pergaulan sehari hari, misalnya orang kampung masih membungkuk dan
mengucapkan kata; tabek. Bila memakai topi, topinya dilepas dan diletakkan didada
sambil membungkuk. Namun keadaan seperti ini tidak bertahan lama puncak-nya
oleh IR. Soekarno tidak halnya yang terjadi di Depok kala itu, tidak ada satupun
bendera merah putih berkibar di Depok pada saat itu. Hal ini memicu terjadi-nya
19
Wenri Wahar. Op. cit hlm 30
25
Pengaruh Kristiani begitu kentara pada masyarakat Depok. Bahkan dalam peta
sejarah Depok, keberadaannya sangat menonjol. Bila kita membuka kembali lembaran-
terlupakan. Ternyata menurut Tri Wahyuningsih hal ini merupakan perwujudan dari
beragama Nasrani.
untuk mengawasi umat Kristen Depok sesuai dengan ketentuan yang ada di dalam surat
wasiat. Tugas lain yang harus dilakukan Anthony adalah mendaftarkan tanah milik
ayahnya di depok, atas nama mantan budak-budaknya yang berhak. Namun, hal ini
belum terjadi akrena Anthony wafat di tahun 1715. Akhirnya, mantan istri Anthony-
lah, Anna de Haan dengan bantuan J. F. Van Schiten memohon kepada College van
kepadanya. Permohonan ini dikabulkan dan di abad ke-19, tanah Depok tercatat atas
nama Johan Francois de Witte van Schoten --- suami Anna de Haan yang baru ---.
26
Dalam perkembangannya kemudian, hingga akhir abad ke-19, hak guna atas tanah
Depok secara resmi terus belaku, sampai akhirnya pada 1850, Raad van Indie
mengumumkan secara resmi bahwa tanah Depok sebagai hak milik mantan budak
Cornelis Chastelein.
Pada 1871 Raad van Administratie dibantu oleh ahli-ahli hukum, Bijstand-
sendiri atau yang disebut dengan Gemeente Bestuur bahkan memilihi presiden.
Pemerintahan. Pemerintahan maupun presiden itu bukan sekedar simbol, bukan pula
lelucon, tetapi dalam arti sresungguhnya dengan sega;a perangkat maupun aparaturnya,
seperti para menteri dengan urusan spesifik. Bahkan presidennya dipilih secara
Tugu Depok.
20
Kwisthout. “Jejak-jejak Masa Lalu Depok: Warisan Cornelis Chastelein”. BPK Gunung Mulia. 2015. Hal 11.
27
Berdasarkan catatan Yayasan Lembaga Cornelis Chastelein (YLCC), para
pendiri Depok Lama ini merupakan 12 keluarga yang memiliki marga yang diberikan
oleh Chastelein, dan mereka adalah Bakas, Isakh, Jacob, Jonathans, Joseph, Laurens,
Leander, Loen, Samuel, Soedira, Tholence, Zadokh. Namun sayang, karena menganut
perempuan. Mereka inilah yang menurut YLCC sebagai penduduk pertama yang
mendiami Depok.
daerah penyangga Batavia ini menjadi kawasan berkembang seperti sekarang. Presiden
berikutnya tercatat ada tiga yaitu, Martin Laurens; menjabat tahun 1921, Leonardus
Leander; menjabat tahun 1930, dan terakhir Johannes Martins Jonathans, menjabat
tahun 1952.
terakhir karena pada 4 Agustus 1952 pemerintah Indonesia mengambil alih seluruh
tanah partikelir Depok. Kecuali Gereja, sekolah, balai pertemuan dan lahan
28
pemakaman, semuanya diambil alih dikuasai pemerintah dengan kompensasi ganti rugi
Hindia Belanda. Pada Abad ke-18, Depok adalah wilayah administratif yang memiliki
Gemeente Bestuur atau pemerintah sipil. Chastelein menjadi penguasa pertama dan
pendiri Depok. Ketika itu, wilayah Depok masih berupa hutan belantara. Dengan
bantuan para budaknya yang berada dari berbagai suku daerah, Chastelein membabat
hutan untuk membuka lahan garapan. Cakupan wilayah Depok sangat luas, mulai dari
seluruh kawasan Depok sekarang, hingga Pasar Minggu di Jakarta Selatan. Para
penduduk pertama yang mendiami Depok adalah para budak milik Chastelein. Hingga
akhirnya Depok memiliki Presiden pertama pada tahun 1913 dengan nama
berada di titik Kilometer 0 yang ditandai oleh Tugu Depok. Tak jauh dari situ, berdiri
gedung pemerintahan yang kini difungsikan sebagai Rumah Sakit Harapan. Presiden
hanya menjabat selama tiga tahun saja. Baca: Mengenal Margonda, Pahlawan asal
Bogor yang Diabadikan sebagai Nama Jalan di Depok Presiden pertama Depok adalah
29
Gerrit Jonathans yang menjabat pada tahun 1913. Setelah itu terdapat tiga Presiden
yang memimpin, antara lain Martinus Laurens yang menjabat pada 1921, Leonardus
Leander yang menjabat pada 1930, dan Johannes Matjis Jonathans yang menjabat pada
1952.
Katholik yang taat, tidak heran jika ia memiliki sikap yang dermawan pada para
untuk memberikan mereka lahan, rumah, hewan, dan alat pertanian. Ia juga
ia menunjuk Jarong van Bali untuk memimpin dan mengatur mereka. Para budak yang
telah meredeka tersebut khawatir sepeninggal Jarong van Bali terjadi perebutan
kekuasaan.
pemimpin yang disebut presiden setiap tiga tahun sekali. Tidak ada jabatan Wakil
Konsep tatanan pemerintah dibuat oleh pengacara Batavia, dijalankan pada 1913.
30
Hingga akhirnya Depok diserahkan kepada pemerintah Indonesia pada tahun 1952 oleh
Presiden terakhir, Matijs Jonathans melalui akta penyerahan tanah partikulir. Jika
dilihat dari Depok sebagai kotamadya memang usianya baru menginjak 22 tahun.
Namun jika dilihat dari sejarah kota Depok sebelum menjadi bagian dari wilayah Jawa
Barat, Indonesia, maka usianya bisa mencapai lebih dari tiga abad. Telah merdeka
sebelum Indonesia.
Johannes Jonathans adalah presiden Republik Depok yang terakhir karena pada
4 Agustus 1952 pemerintah Indonesia mengambil alih seluruh tanah partikelir Depok.
Kecuali gereja, sekolah, balai pertemuan, dan lahan pemakaman, semuanya diambil
31
BAB V
Sejarah Kota Depok tidak dapat dipisahkan dari Cornelis Chastelein yang
dianggap sebagai pendiri tanah Depok oleh orang asli Depok. Cornelis Chastelein lahir
pada 10 agustus 1657 di Amsterdam, Belanda dan merupakan anak terakhir dari 10
bekerja di VOC dan menikah dengan Maria Cruinder putri walikota Dordtrecht. Pada
24 Januari 1674, Chastelein pergi ke Oost indie (Indonesia) dengan menumpang kapal
uap Huys te cleff dan tiba di Batavia 16 Agustus 1674. Lalu, Ia bekerja pada VOC
kemudian menikahi Catharina Van Vaalberg dan memiliki anak bernama Anthony
Chastelein seperti nama kakeknya. Pada tahun 1682, Chastelein mendapat kenaikan
21
Berkhof H. Sejarah Gereja. Terjemahan. Enklaar I.H. Jakarta. Gunung Mulia, 2013. Hlm 185
32
jabatan sebagai Grootwinkelier deer Oost Indische Compagnie (kepala pembelian) dan
merubah tujuan VOC, dari berdagang menjadi menjajah. Chastelein yang tidak
sepaham lalu mengundurkan diri dari jabatanya dan memutuskan untuk berwirausaha
pada tahun 1693 dengan membeli tanah di Noordwidjk (daerah pintu air jalan Juanda,
Jakarta Pusat) dan Wetelvreden (daerah pasar senen, Jakarta Pusat) dari Anthonij
yang nyaman dan tentram. Tahun 1695, Chastelein membeli tanah di daerah Sringsing
(Srengseng sawah dan Lenteng agung) serta tanah Depok pada 18 Mei 1696 dari Lucas
Meur yang mana seorang residen di Cirebon. Tanah di Depok ini memiliki luas sekitar
1.244 ha dan dibatasi oleh Pondok Cina di utara, Ciliwung di timur, Cimanggis di
22
Testament Van Cornelis. Arsip Pribadi milik YLCC. (Yayasan Lembaga Cornelis Chastelein) Depok.
33
wilayah yang sekarang termasuk dalam kelurahan Depok.23
Chastelein membeli 150 budak asal Jawa, Bali, dan Sulawesi untuk mengolah
tanah pertanian miliknya. Selain bekerja, budak-budak itu juga diberikan pengetahuan
dasar mengenai ajaran protestan. Sebanyak 120 budak diantaranya memutuskan untuk
memeluk agama protestan dan menjadi asal usul 12 marga orang Depok. Nama marga
yang dipakai umumnya meminjam dari kata-kata yang ada di dalam injil seperti
Jonathans, Samuel, Laurens, Leander, Bacas, Joseph, Loen, Tholense, Isakh, Jacob,
Zadokh, namun ada juga yang merujuk kepada nama daerahnya seperti Soedira yang
berasal dari Jawa. Saat ini marga yang tersisa hanya 11 dikarenakan keluarga Zadokh
Patrilineal.24
Penggunaan nama 12 marga dipakai oleh warga Depok asli sesudah tahun 1862
karena sebelum tahun itu, orang Depok asli masih menggunakan identitas daerah
seperti Hazin Van Bali.25 Chastelein meninggal pada 28 Juni 1714 di usia 57 tahun dan
23
Yano Jonathans. Op cit hlm 30
24
Purnomo SM. 1990. Gereja Immanuel Depok. Skripsi. Depok. Universitas Indonesia. Hlm 57
25
Testament Van Cornelis. Op cit
34
mewariskan surat wasiat (Het Testament van Cornelis) yang berisi beberapa pesan
penting : (1) Mewariskan tanah di Noordwijk (jalan Ir Juanda, Jakarta Pusat sekarang),
uang 2000 ringgit, barang perak, perabot rumah tangga kepada Catharina, (2)
Memberikan barang berupa emas, kain, senapan, pigura, dan buku kepada Anthony
Chastelein, (3) Memerdekakan budak laki-laki maupun budak perempuan baik yang
Bergama protestan ataupun bukan dan (4) Memberikan tanah Depok kepada budak-
budak yang beragama protestan, namun tanah tersebut tidak boleh dipakai menginap
atau bertempat tinggal oleh orang Arab dan Cina. Kepada orang-orang Cina peraturan
ini berlaku karena sikap orang Cina yang dinilai buruk oleh Cornelis Chastelein, namun
kepada orang-orang Arab peraturan ini berlaku dikarenakan sudah adanya sentimen
agama yang dianut oleh orang-orang Belanda Depok dan orang-orang Arab. Oleh
karena itu Chastelein memberikan wasiat agar tanah Depok tidak boleh dijual dan
menjadi sebuah negara kecil. Karena melimpahnya hasil pertanian, maka tak heran jika
Depok dijadikan sebagai sumber pangan oleh Batavia yang menyediakan pangan bagi
penduduk Batavia. Hal tersebutlah yang membuat pemerintah pusat Hindia Belanda di
35
Batavia memberikan kebijakan khusus untuk daerah Depok.
status tanah di Depok berubah. Depok menjadi daerah otonomi di bawah keresidenan
Bogor Depok sebagai daerah otonomi dipimpin oleh seorang Presiden (President) yang
dibantu oleh seorang sekretaris daerah (Secretaris) dan seorang bendahara (Thesaurier)
dan dua orang kemetir (gecommiteerden) atau komisi. Mereka dipilih langsung oleh
seluruh warga yang sudah dewasa (meerderjarigen). Masa jabatan untuk Presiden
selama 3 tahun dan dapat diperpanjang. Untuk sekretaris, bendahara dan anggota
satutahun setelah kematian Anthony Chastelein. Jarong Van Bali, bekas budak yang
yang dituakan oleh lainnya dipilih untuk mengatur tanah Depok, Sringsing dan
pilihan presiden, seorang sekretaris dan bendahara, 2 orang komisaris, dan seorang
tenaga perbukuan. Pemilihan ini dilakukan setelah keputusan berisi konsep reglement
26
Suratminto, Lilie. 2008. Depok dari Masa PraKolonial ke Masa Kolonial. Depok . UI Press
36
(aturan) pembentukan organisasi dan pemimpin desa (st.desa zelfbestuur) yang disusun
oleh Mr. M. H. Klein keluar di tahun 1871. Pada 28 Januari 1886, Reglement Van Het
Land Depok (aturan tanah Depok) disusun dan direvisi pada tahaun 1891. Kriteria
untuk menjadi presiden tanah partikelir Depok yaitu harus berasal dari keturunan 12
marga.
Noordwijk mereka mengelola sendiri tanah dan kebun mereka. Sawah yang sejak awal
digarap oleh mereka sendiri, kemudian diserahkan pada para penggarap sawah dengan
aturan bagi hasil dibawah pengawasan Gemeente Beestur (Kota Praja) Depok yang
mereka bentuk sendiri. Biasanya, setelah menuai dan membagi hasil panenan, pada
rumah penduduk Depok untuk proses penjemuran. Dimasa itu hampir semua rumah
memiliki lumbung padi sendiri lengkap dengan peralatan tumbuk yang disebut
“lumping”.27
Sistem pengairan yang ada diatur cukup baik, di samping sawah ada juga yang
27
Iskandar. Ciomas 1886: Suatu Pemberontakan Petani di Tanah Partikelir, Depok: Skripsi Sarjana Sejarah FSUI.
1982. hlm 75
37
memiliki kolam ikan tawes, gurame, dan ikan mas hal ini dikarenakan ikan-ikan jenis
ini mudah didapatkan disungai atau hanya merupakan hasil sampingan di kolam
mereka. Kehidupan masyarakat Depok pada saat itu sepenuhnya bergantung pada hasil
pertanian mereka. Ini karena saat itu negorij (negari) Depok masih merupakan daerah
yang terisolasi akibat belum adanya Transportasi modern. Pada saat itu mereka masih
mengandalkan alat transportasi seperti pedati yang ditarik kerbau, sapi atau kuda.28
bisa lebih yakni: Martinus Laurens, Leonardus Leander, Gerrit Jonathans dan Johannes
Matijs Jonathans, dengan catatan Gerrit Jonathans menjadi presiden pertama yang
memimpin negara Depok pada tahun 1913 dan Johannes Matijs Jonathans sebagai
Mereka menerapkan Tjoeke atau pajak sebesar 1/10 dari hasil panen untuk
28
29
Diunduh padal. 28 12 2021. dari www.pikiranrakyat.com
38
dihalaman gedung pemerintahan.30 Sejak pembubaran tanah Depok oleh pemerintah RI
pada tahun 1950, semua bentuk pemerintahan Depok di tanah air termasuk Gemeente
Indonesia. Setelah itu pemerintah menyerahkan sebagian tanah yang dianggap sebagai
Kelurahan Depok, Kecamatan Pancoran Mas, Kota Depok, Provinsi Jawa Barat.
Tempat yang menjadi pusat pemerintahan Kota Depok tersebut sekarang menjadi
Rumah Sakit Harapan Depok. Kawasan ini dulunya dikenal dengan Kerkstraat, lantaran
bangunan pertama yang menghuni jalan tersebut adalah kapel yang di kemudian hari
semua tanah partikelir oleh Pemerintah Republik Indonesia (RI), termasuk Gemeente
Depok. Setelah itu, pemerintah menyerahkan kembali sebagian tanah partikelir yang
dianggap sebagai Kommunal bezit dan Eigendom atau milik bersama, masyarakat
30
Yano Jonathans Op.cit. hlm 64
31
Kep. Pemerintah. Tanggal 8 april 1949
39
Depok. Termasuk di dalamnya tanah yang dimiliki secara pribadi oleh masing-masing
tergolong baik sehingga banyak tuan tanah yang kemudian sekeluarga dengan petani
penggarap setelah menikahi anak-anak mereka. Selain kelas sosial, perbedaan lokasi
peruntukan pemukimanpun sempat terjadi di Depok Lama. Orang kulon (Barat) yang
bermukim di passer straat (Jalan Kartini) dan Kerk Straat (Jalan Pemuda) tergolong
kaum elit, sedangkan mereka yang hidup di wetan (timur) di sekitar jembatan Panus
adalah masyarakat jelata. Perlakuan berbeda pun diterima seperti pada segi pendidikan.
Orang-orang kulon dapat bersekolah di Europeesche school orang wetan hanya boleh
dilakukan oleh orang-orang Belanda saja. Sedangkan orang-orang asli Depok semua
dianggap sama.32
Orang Depok lama memiliki beberapa perayaan penting seperti sinterklas yang
32
Yano Jonathans. Op.cit hlm 87
40
sering diadakan setiap tanggal 5 Desember di Europeesche Lagere School dan di ikuti
hari raya natal pada tanggal 25 Desember. Masyarakat Depok Lama juga turut
Menilik dari nilai historis yang dikandungnya, gedung kotapraja Depok sudah
selayaknya menjadi bangunan cagar budaya yang harus dilestarikan di Kota Depok.
Sebagai presiden pertama, tidak banyak yang bisa dilihat sebagai warisan
kegiatan kebaktian.
Sama halnya dengan Gerrit Jonathans, tidak ada bukti tertulis yang dimuat
41
beberapa jalan disekitar Rumah Sakit Harapan.
Tidak banyak data yang ditemukan mengenai Presiden di Depok. Hal ini terjadi
karena status Presiden di Depok hanya sebagai pengawas daerah partikelir yang dipilih
secara musyawarah dan tidak serta merta melakukan juga kebijakan politik di Depok
itu sendiri.
42
BAB VI
KESIMPULAN
Eropa. Hal itu dimulai dari pemberian 12 nama marga Depok yang dilakukan
ajaran agama yang dianut olehnya. Depok adalah sebuah saksi bahwa Belanda
datang bukan hanya untuk menjajah tapi untuk menyebarkan agama Kristen yang
mereka anut, bahkan pada saat itu Gerja Pertama dikota itu dibangun pada tahun
pembelajaran sejak tahun 1837, hal ini dilakukan oleh Baprima Lucas salah satu
budak Chastelein yang pada saat itu ditugaskan untuk mengajarkan pendidikan
agama dan budi pekerti pada sekolah minggu (Zondags School). Pada dasarnya
kehidupan sosial masyarakat Depok pada saat itu dibagi 2 yaitu kaum bangsawan
43
yang masih keturunan 12 marga Belanda Depok dan kaum buruh yang bertugas
dengan cara Bertani, mereka memiliki tampat penimbunan padi yang biasa
Presiden juga tidak masuk ke dunia politik. Jadi, murni hanya menjabat sebagai
Presiden di tanah partikelir Depok. Meski tidak banyak yang dapat diambil pada
pola pemerintahan para Presiden, banyak hal yang tetap dilestarikan hingga
sekarang. Dan ini adalah bentuk kepedulian dari keturunan Belanda-Depok atau
44
Yayasan ini secara de facto didirikan pada tanggal 4 Agustus 1952 dengan
terbitnya akta no.10 di notaris Raden mas SOEROJO dan de yure pada tanggal
5 April 1993 dengan akta no.1 di notaris SOEKAIMI, SH. Di Jakarta. Yayasan
dan Yang selanjutnya dalam Anggaran Rumah Tangga ini disebut KAOEM
DEPOK.
Sifat Yayasan adalah badan hukum non profit yang bergerak di bidang
45
DAFTAR PUSTAKA
Aditiya, Wisnu Rega. Revolusi Sosial Kota Depok 1945-1955. Semarang. 2017.
Blackburn, Susan. Jakarta : Sejarah 400 tahun. Depok : Komunitas Bambu. 2011.
INIS. 1993.
Jonathans, Yano. Potret Kehidupan Sosial dan Budaya Masyarakat Depok tempo doeloe.
Kantor Arsip dan Perpustakaan Daerah Kabupaten Bogor. Penelusuran arsip statis sejarah
KBRI Den Haag. VOC di Kepulauan Indonesia : Berdagang dan Menjajah. Jakarta : Balai
Pustaka. 2002.
46
Kwisthout, Jan Karel. “Jejak-jejak Masa Lalu Depok : Warisan Cornelis Chastelein (1656-
Raap, Oliver Johannes. Kota di Djawa tempo doeloe. Jakarta : Gramedia. 2017.
Wahyuning, Tri, dkk. Berkembang dalam bayang-bayang Jakarta : sejarah Depok 1950-1990-
Wanhar, Wenri. Gedoran Depok : Revolusi Sosial di tepi Jakarta 1945-1955. Depok : Usaha
47
LAMPIRAN
48
RIWAYAT HIDUP
yang selesai di tahun 2008. Pada tahun 2008, melanjutkan pendidikan di Sekolah
Menengah Pertama Negeri 2 Depok dan menyelesaikan pendidikan pada tahun 2011.
Setelah lulus dari SMA, penulis mengambil les Bahasa Inggris di LBPP LIA
hingga level Intermediate pada kelas English for Adults. Lalu di 2015, penulis
Semasa kuliah, peneliti sempat aktif dalam beberapa kegiatan di lingkungan kampus,
seperti Badan Eksekutif Mahasiswa Prodi Sejarah sebagai anggota Kestari. Di luar
kegiatan kampus, peneliti aktif sebagai Ketua Divisi Pendidikan dan Pelatihan di
49