EKSTREM DESA
2
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI iv
DAFTAR TABEL vii
DAFTAR GAMBAR viii
KATA PENGANTAR ix
BAB I
PENDAHULUAN 11
1.1.
LATAR BELAKANG 11
1.2. MAKSUD, TUJUAN, DAN SASARAN 16
A.
Maksud 16
B.
Tujuan 17
C.
Sasaran 17
1.3.
RUANG LINGKUP 18
1.3.1 Ruang Lingkup Pekerjaan 18
1.3.2 Ruang Lingkup Wilayah 19
1.4.
DASAR HUKUM 20
1.5. SISTEMATIKA PEMBAHASAN 22
BAB II
METODOLOGI 24
2.1. Metode Pengumpulan Data 24
2.1.1
Survei Primer 24
2.1.2 Pengumpulan Data Sekunder 25
2.2.
Metode Analisis 28
2.2.1 Analisis Data Lapangan 28
2.2.2
Analisis ROCCIPI 29
2.3. Konsep Kemiskinan Ekstrim 38
BAB III
LANGKAH KERJA 44
3.1. STRUKTUR ORGANISASI KERJA 44
3.1.1
Tenaga Ahli 44
3.1.2
Tenaga Pendukung 45
3.2. Tahapan Pekerjaan dan Jadwal Kegiatan 45
A.
Persiapan Penyusunan 45
B. Tahapan Pengumpulan Data 46
C. Identifikasi dan Analisis 47
D. Perumusan Rekomendasi Kebijakan 47
3.3.
SISTEMATIKA LAPORAN 49
1.
Laporan Pendahuluan 49
2.
Laporan Akhir 50
3. Buku Deluxe Executive Summary. 51
4.
Softcopy 52
BAB IV
ANALISIS DATA KEMISKINAN EKSTREM 38
4.1. INDEKS KEPARAHAN KEMISKINAN
VERSUS STANDAR KEMISKINAN EKSTREM 53
4.2. DATA KEMISKINAN EKSTREM
DI KABUPATEN LAMONGAN.................................... 58
4.3. DATA KEMISKINAN EKSTREM
DI KABUPATEN PROBOLINGGO.............................. 69
4.4. DATA KEMISKINAN EKSTREM
DI KABUPATEN BOJONEGORO................................ 76
4.5. DATA KEMISKINAN EKSTREM
DI KABUPATEN BANGKALAN................................... 84
BAB V
ANALISIS ROCCIPI................................... 94
5.1. Analisis ROCCIPI................................................. 94
5.2. Faktor Obyektif Dalam ROCCIPI..................... 96
5.3. Faktor Subyektif Dalam Penentuan
Data Kemiskinan............................................................. 111
BAB VI
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ......... 119
6.1. KESIMPULAN........................................................ 119
6.2. REKOMENDASI.................................................... 123
di desa Kendung.................................................................... 82
Penyusun
FISIP UB dan Pusdatin Kementrian Desa dan Transmigrasi
15
Kemiskinan Ekstrem Desa
B. Tujuan
16
FISIP UB dan Pusdatin Kementrian Desa dan Transmigrasi
C. Sasaran
Adapun sasaran dari kegiatan konsolidasi data
penanganan kisknan ekstrim Desa di Provinsi
Jawa Timur adalah:
1. Adanya identifikasi data penanganan
kemisknan ekstrim Desa di Provinsi Jawa Timur;
2. Adanya identifikasi ketercapaian program
penanganan kemiskinan ekstrim desa di Jawa
Timur;
3. Adanya data penanganan kemiskinan
ekstrem desa di Jawa Timur
4. Tersusunya rekomendasi dan arah
17
Kemiskinan Ekstrem Desa
1.3.RUANG LINGKUP
1.3.1 Ruang Lingkup Pekerjaan
Ruang Lingkup kegiatan Konsolidasi data
penanganan kemisknan ekstrim desa di Provinsi
Jawa Timur adalah sebagai berikut:
1. Pemantapan metode pelaksanaan
kegiatan, dimana tenaga ahli membuat
suatu metode kajian yang terukur dan dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
2. Identifikasi dan pengumpulan dokumen
dan data sekunder, dimana kegiatan ini dilakukan
untuk pengumpulan dokumen sebagai dasar
dalam melakukan evaluasi. Data yang dibutuhkan
berupa dokumentasi, laporan, dan data sejenisnya.
3. Pengumpulan data primer melalui indept
interview kepada sasaran dari program yang
dimaksud untuk memperoleh data dan informasi
yang relevan.
4. Melakukan analisis evaluasi program
penanganan kemisknan ekstrim desa di Provinsi
Jawa Timur
5. Melakukan perumusan kebijakan
berdasarkan data dan hasil analisis.
6. Mempresentasikan dan memaparkan hasil
18
FISIP UB dan Pusdatin Kementrian Desa dan Transmigrasi
Transmigrasi;
• Peraturan Menteri Desa, Pembangunan
Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Republik
Indonesia Nomor 21 Tahun 2020 tentang
Pedoman Umum Pembangunan Desa dan
Pemberdayaan Masyarakat Desa (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor
1633);
• Peraturan Presiden Republik Indonesia
Nomor 166 Tahun 2014 tentang Program
Percepatan Penanggulangan Kemiskinan
• Peraturan Presiden Republik Indonesia
Nomor 96 Tahun 2015 tentang Perubahan
atas Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2010
tentang Percepatan Penanggulangan
Kemiskinan
• RPJMN 2015-2019 Bidang Sosial
Budaya, Sarpras, dan Wilayah Tata Ruang,
dengan Penekanan pada Substansi Kemiskinan
oleh Kementerian Perencanaan Pembangunan
Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional Tahun 2014
• Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 3
Tahun 2018 tentang Perubahan atas Peraturan
Gubernur Nomor 51 Tahun 2017 tentang
Pedoman Umum Penyaluran Beras Bersubsidi
Dalam Program Percepatan dan Perluasan
Penanggulangan Kemiskinan Provinsi Jawa Timur
21
Kemiskinan Ekstrem Desa
22
FISIP UB dan Pusdatin Kementrian Desa dan Transmigrasi
23
Kemiskinan Ekstrem Desa
BAB II
METODOLOGI
24
FISIP UB dan Pusdatin Kementrian Desa dan Transmigrasi
25
Kemiskinan Ekstrem Desa
26
FISIP UB dan Pusdatin Kementrian Desa dan Transmigrasi
27
Kemiskinan Ekstrem Desa
28
FISIP UB dan Pusdatin Kementrian Desa dan Transmigrasi
29
Kemiskinan Ekstrem Desa
30
FISIP UB dan Pusdatin Kementrian Desa dan Transmigrasi
(1) Peraturan
Konsep peraturan atau rule paling banyak
mengacu pada aturan, hukum, atau norma sosial
yang mempengaruhi perilaku daripada aktor atau
stakeholder dan berkontribusi pada permasalahan
yang problematik.
Beberapa contoh dimana peraturan
berpengaruh kuat pada permasalahan adalah (1)
adanya aturan yang ambigu, (2) adanya aturan
yang membolehkan atau membutuhkan adanya
perilaku problematis, (3) adanya aturan yang
tidak menyelesaikan akar penyebab dari perilaku
problematis, (4) adanya aturan yang tidak
akuntabel atau transparan dalam penerapannya,
dan (5) adanya aturan yang terlalu luas ruang
lingkup penerapannya atau mungkin juga
tidak luwes dan terlalu membatasi munculnya
kebijaksanaan yang baru.
31
Kemiskinan Ekstrem Desa
(2) Kesempatan
Konsep kesempatan atau opportunity
mengacu pada kondisi situasional, peluang, atau
probabilitas dimana sebuah peran atau seorang
pelaku (atau pemangku kepentingan) terlibat
dalam perilaku problematis atau dihadapkan
pada pilihan mematuhi atau melanggar sebuah
peraturan, hukum, atau norma sosial. Contoh
lainnya untuk menggambarkan hal ini adalah
bahwa munculnya tindak kejahatan kriminal secara
probabilitas muncul karena adanya kesempatan,
bukan sekedar adanya niat dari pelaku. Perilaku
koruptif dalam pengelolaan dana sosial tertentu
bisa muncul karena adanya kesempatan untuk
penggelembungan anggaran atau kesempatan
untuk melakukan pemotongan anggaran.
(3) Kemampuan
Konsep kemampuan mengacu pada skill,
kecakapan (atau ketidakcakapan) atau kapabilitas
pelaku (atau stakeholder) dimana harus mereka
terlibat dalam permasalahan sosial tertentu atau
kecakapan mematuhi atau melanggar sebuah
aturan, hukum, dan norma sosial. Kemampuan
juga meliputi adanya hambatan-hambatan
yang mungkin merintangi atau menghalangi
kecakapan seorang pelaku untuk terlibat dalam
perilaku sosial yang problematis. Sebagai contoh
32
FISIP UB dan Pusdatin Kementrian Desa dan Transmigrasi
(4) Komunikasi
Terma komunikasi mengacu pada
efektifitas sebuah aturan, hukum, dan norma
sosial terkomunikasikan atau tersampaikan pada
seorang pelaku (atau stakeholder) yang menjadi
obyek hukum dari aturan, hukum, dan norma
sosial tersebut. Jika seseorang atau masyarakat
tidak mengetahui perilaku yang diperbolehkan
atau dilarang maka bagaimana mungkin juga
mereka diharapkan akan bertindak sesuai dengan
aturan hukum tersebut? Sebagai contoh adanya
peraturan untuk menggunakan masker selama
pandemi tidak akan dipatuhi oleh masyarakat
jika aturan tersebut tidak disosialisasikan secara
masif kepada khalayak luas.
(5) Proses
Terma proses mengacu pada kriteria dan
prosedur (atau aspek-aspek pragmatik dan
logistik) yang (1) menjelaskan sebuah siklus
atau tahapan dimana seorang pelaku akan
memutuskan untuk mematuhi atau melanggar
aturan, dan (2) menganjurkan atau mencoba
menghalangi seorang pelaku (atau stakeholder)
melakukan perilaku sosial problematis. Faktor
33
Kemiskinan Ekstrem Desa
34
FISIP UB dan Pusdatin Kementrian Desa dan Transmigrasi
(6) Kepentingan
Konsep kepentingan mengacu pada motifasi
psikologis terhadap hal berupa materi atau non
materi yang dianggap penting bagi pelaku (atau
stakeholder) untuk terlibat dalam perilaku sosial
menyimpang. Bagi pelaku, hal ini dianggap
sebagai kalkulasi untung-rugi untuk mematuhi
atau melanggar aturan, hukum, dan norma
sosial. Terdapat banyak macam motifasi pribadi
masuk sebagai kepentingan yang cukup untuk
mempengaruhi atau berkontribusi terhadap
perilaku sosial menyimpang. Faktor ini juga
termasuk ‘disinsentif’ yang menghalangi perilaku
baik.
(7) Ideologi
Konsep ideologi merujuk kepada nilai-nilai
dan sikap yang membentuk pandangan terhadap
dunia dan karena itu membentuk keputusan
individu. Ideologi juga mencakup motivasi
subyektif apa pun yang bukan merupakan
‘kepentingan’. Hal ini merupakan latar belakang
dan nilai-nilai pribadi setiap orang yang menuntun
orang tersebut dalam setiap rangkaian keadaan
dan mempengaruhi bagaimana orang tersebut
menyikapi setiap keadaan. Ideologi adalah konsep
yang lebih praktis ( practical) daripada agama.
Misalnya begini, dalam agama perilaku koruptif
adalah norma terlarang dan konsekuensinya
berakibat pada dosa. Namun beberapa orang
35
Kemiskinan Ekstrem Desa
36
FISIP UB dan Pusdatin Kementrian Desa dan Transmigrasi
37
Kemiskinan Ekstrem Desa
38
FISIP UB dan Pusdatin Kementrian Desa dan Transmigrasi
39
Kemiskinan Ekstrem Desa
40
FISIP UB dan Pusdatin Kementrian Desa dan Transmigrasi
41
Kemiskinan Ekstrem Desa
42
FISIP UB dan Pusdatin Kementrian Desa dan Transmigrasi
1. Laporan Pendahuluan
Laporan Pendahuluan memuat tentang
gambaran umum wilayah studi, rencana kegiatan,
metodologi pelaksanaan, jenis-jenis pekerjaan,
cara penyelesaian masing-masing jenis pekerjaan
serta perkiraan waktu yang dibutuhkan untuk
penyelesaiannya serta cara kerja yang akan
diterapkan berdasarkan waktu studi yang
akan dilaksanakan, Ruang lingkup kegiatan
dan keterlibatan tenaga ahli maupun tenaga
pendukung yang dibutuhkan untuk menyelesaikan
pekerjaan tersebut serta fakta-fakta yang
diperoleh dari data sekunder untuk selanjutnya
dikaji dan dianalisa yang dilengkapi dengan peta/
gambar, tabel dan lampiran pendukung lainnya.
Spesifikasi Dokumen
49
Kemiskinan Ekstrem Desa
2. Laporan Akhir
Laporan akhir memuat seluruh hasil kajian yang
dilengkapi dengan gambar, tabel, dan lampiran
lainnya. Laporan ini memuat deskripsi pekerjaan
dari awal hingga akhir setelah dilakukan revisi
dan penyempurnaan laporan sebelumnya.
Spesifikasi Dokumen
50
FISIP UB dan Pusdatin Kementrian Desa dan Transmigrasi
Spesifikasi Dokumen
Nama Executive Summary
Jenis Dokumen Buku Ringkasan
Judul Konsolidasi Data Kemiskinan
Ekstrim Provinsi Jawa Timur
51
Kemiskinan Ekstrem Desa
4. Softcopy
Soft Copy dalam bentuk Flashdisk 8GB
sebanyak1(satu) buah yang berisi semua hasil
yang telah dicetak termasuk gambar lainnya
diserahkan paling lambat 45 (empat puluh
lima) hari kalender terhitung mulai tanggal
penandatanganan Surat Perintah Mulai Kerja
(SPMK)
52
FISIP UB dan Pusdatin Kementrian Desa dan Transmigrasi
57
Kemiskinan Ekstrem Desa
58
FISIP UB dan Pusdatin Kementrian Desa dan Transmigrasi
64
FISIP UB dan Pusdatin Kementrian Desa dan Transmigrasi
67
Kemiskinan Ekstrem Desa
68
FISIP UB dan Pusdatin Kementrian Desa dan Transmigrasi
75
Kemiskinan Ekstrem Desa
76
FISIP UB dan Pusdatin Kementrian Desa dan Transmigrasi
79
Kemiskinan Ekstrem Desa
80
FISIP UB dan Pusdatin Kementrian Desa dan Transmigrasi
85
Kemiskinan Ekstrem Desa
86
FISIP UB dan Pusdatin Kementrian Desa dan Transmigrasi
91
Kemiskinan Ekstrem Desa
92
FISIP UB dan Pusdatin Kementrian Desa dan Transmigrasi
BAB V
ANALISIS ROCCIPI
93
Kemiskinan Ekstrem Desa
94
FISIP UB dan Pusdatin Kementrian Desa dan Transmigrasi
95
Kemiskinan Ekstrem Desa
96
FISIP UB dan Pusdatin Kementrian Desa dan Transmigrasi
97
Kemiskinan Ekstrem Desa
98
FISIP UB dan Pusdatin Kementrian Desa dan Transmigrasi
99
Kemiskinan Ekstrem Desa
100
FISIP UB dan Pusdatin Kementrian Desa dan Transmigrasi
101
Kemiskinan Ekstrem Desa
(2) Kesempatan
Konsep kesempatan atau opportunity
mengacu pada kondisi situasional, peluang, atau
probabilitas dimana sebuah peran atau seorang
pelaku (atau pemangku kepentingan) terlibat
dalam perilaku problematis atau dihadapkan
pada pilihan mematuhi atau melanggar sebuah
peraturan, hukum, atau norma sosial. Contoh
lainnya untuk menggambarkan hal ini adalah
bahwa munculnya tindak kejahatan kriminal secara
probabilitas muncul karena adanya kesempatan,
bukan sekedar adanya niat dari pelaku. Perilaku
koruptif dalam pengelolaan dana sosial tertentu
bisa muncul karena adanya kesempatan untuk
penggelembungan anggaran atau kesempatan
untuk melakukan pemotongan anggaran.
Kondisi di lapangan menunjukkan
ketidakseragaman dalam penggunaan aturan
hukum untuk menentukan daftar kemiskinan
ekstrem penerima manfaat yang di SK kan oleh
Pemerintah Daerah. Ketidakseragaman tersebut
membuat kualitas hasil daftar penerima manfaat
dapat berbeda beda karena didasarkan atas
indikator yang berbeda-beda.
Pada kasus di Kecamatan Sugio, Kabupaten
Lamongan (Desa Jubel Lor, Jubel Kidul, Bedingin,
102
FISIP UB dan Pusdatin Kementrian Desa dan Transmigrasi
103
Kemiskinan Ekstrem Desa
(3) Kemampuan
Konsep kemampuan mengacu pada skill,
kecakapan (atau ketidakcakapan) atau kapabilitas
pelaku (atau stakeholder) dimana harus mereka
terlibat dalam permasalahan sosial tertentu atau
kecakapan mematuhi atau melanggar sebuah
aturan, hukum, dan norma sosial. Kemampuan
juga meliputi adanya hambatan-hambatan
yang mungkin merintangi atau menghalangi
kecakapan seorang pelaku untuk terlibat dalam
perilaku sosial yang problematis. Sebagai contoh
misalnya perilaku koruptif dalam birokrasi bisa
muncul karena kemampuan seorang pelaku dalam
mengelola anggaran pemerintah.
104
FISIP UB dan Pusdatin Kementrian Desa dan Transmigrasi
105
Kemiskinan Ekstrem Desa
106
FISIP UB dan Pusdatin Kementrian Desa dan Transmigrasi
(4) Komunikasi
Terma komunikasi mengacu pada
efektifitas sebuah aturan, hukum, dan norma
sosial terkomunikasikan atau tersampaikan pada
seorang pelaku (atau stakeholder) yang menjadi
obyek hukum dari aturan, hukum, dan norma
sosial tersebut. Jika seseorang atau masyarakat
tidak mengetahui perilaku yang diperbolehkan
atau dilarang maka bagaimana mungkin juga
mereka diharapkan akan bertindak sesuai dengan
aturan hukum tersebut? Sebagai contoh adanya
peraturan untuk menggunakan masker selama
pandemi tidak akan dipatuhi oleh masyarakat
jika aturan tersebut tidak disosialisasikan secara
masif kepada khalayak luas.
Kebingungan perangkat desa yang kami
temui di lapangan terkait indikator penentuan
daftar miskin ekstrem menunjukkan pemerintah
desa beserta perangkatnya belum sepenuhnya
memahami aturan yang menjadi dasar
pelaksanaan penanganan kemiskinan esktrem dan
metode vervali data kemiskinan ekstrem. Untuk
itu, sekuat apapun aturan dan prosedur yang
telah ditetapkan oleh pemerintah pusat, jika tidak
dibarengi dengan proses komunikasi (sosialiasi)
yang baik, maka sulit untuk mendapatkan hasil
yang maksimal.
Perbedaan indikator kemiskinan yang saat
ini digunakan dalam penyusunan daftar miskin
ekstrem di desa antara lain, pertama, 14 indikator
107
Kemiskinan Ekstrem Desa
(5) Proses
Terma proses mengacu pada kriteria
dan prosedur (atau aspek-aspek pragmatik dan
logistik) yang (1) menjelaskan sebuah siklus
atau tahapan dimana seorang pelaku akan
memutuskan untuk mematuhi atau melanggar
aturan, dan (2) menganjurkan atau mencoba
menghalangi seorang pelaku (atau stakeholder)
melakukan perilaku sosial problematis. Faktor
ini secara khusus penting bagi sebuah institusi
(seperti pemerintah, korporasi, partai politik,
108
FISIP UB dan Pusdatin Kementrian Desa dan Transmigrasi
109
Kemiskinan Ekstrem Desa
110
FISIP UB dan Pusdatin Kementrian Desa dan Transmigrasi
(6) Kepentingan
Konsep kepentingan mengacu pada motifasi
psikologis terhadap hal berupa materi atau non
materi yang dianggap penting bagi pelaku (atau
stakeholder) untuk terlibat dalam perilaku sosial
menyimpang. Bagi pelaku, hal ini dianggap
sebagai kalkulasi untung-rugi untuk mematuhi
atau melanggar aturan, hukum, dan norma
sosial. Terdapat banyak macam motifasi pribadi
masuk sebagai kepentingan yang cukup untuk
mempengaruhi atau berkontribusi terhadap
perilaku sosial menyimpang. Faktor ini juga
termasuk ‘disinsentif’ yang menghalangi perilaku
baik.
Dalam konteks penelitian ini, meskipun
minor, namun dapat dilaporkan tentang adanya
kepentingan stakeholder dalam penyusunan
daftar kemiskinan ekstrem. Hal ini kami temukan di
Kabupaten Lamongan dan Kabupaten Bangkalan.
Kepentingan yang pertama adalah dugaan
pemilihan nama yang masuk daftar diprioritaskan
nama-nama yang memiliki hubungan kekerabatan
atau hubungan lainnya dengan perangkat desa,
meskipun nama-nama tersebut saat dilakukan
111
Kemiskinan Ekstrem Desa
112
FISIP UB dan Pusdatin Kementrian Desa dan Transmigrasi
(7) Ideologi
Konsep ideologi merujuk kepada nilai-nilai
dan sikap yang membentuk pandangan terhadap
dunia dan karena itu membentuk keputusan
individu. Ideologi juga mencakup motivasi
subyektif apa pun yang bukan merupakan
‘kepentingan’. Hal ini merupakan latar belakang
dan nilai-nilai pribadi setiap orang yang menuntun
orang tersebut dalam setiap rangkaian keadaan
dan mempengaruhi bagaimana orang tersebut
menyikapi setiap keadaan. Ideologi adalah konsep
yang lebih praktis ( practical) daripada agama.
Misalnya begini, dalam agama perilaku koruptif
adalah norma terlarang dan konsekuensinya
berakibat pada dosa. Namun beberapa orang
penganut agama tertentu menjabarkan lebih
lanjut norma agama tersebut ke dalam kategori-
kategori perilaku koruptif dan tidak koruptif
sehingga ditemukan alasan pembenar untuk
melakukan tindakan korupsi.
Di butuhkan komitmen yang kuat dari
113
Kemiskinan Ekstrem Desa
114
FISIP UB dan Pusdatin Kementrian Desa dan Transmigrasi
115
Kemiskinan Ekstrem Desa
116
FISIP UB dan Pusdatin Kementrian Desa dan Transmigrasi
BAB VI
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
6.1. KESIMPULAN
Seirama dengan penyataan Menteri
Desa PDT tentang urgensi validitas data dalam
pembangunan desa, kebijakan Kementerian Desa
PDT sangat instrumentalis dalam upaya konsolidasi
data tunggal kemiskinan dan kemiskinan ekstrem
yang vocal point penananganannya saat ini
bersifat multi-kementerian dan lintas lembaga.
Basis data kemiskinan ekstrem yang disusun
oleh Pemerintah Daerah melalui penetapan
surat keputusan tentang daftar masyarakat
penerima manfaat kemiskinan ekstrem belum
mengakomodasi ketentuan hukum yang
bersumber dari Kemendes PDT, sehingga perlu
kebijakan khusus tambahan yang didukung
instrument sistem Kementerian Desa dan PDT
hingga struktur terbawah, agar verifikasi serta
validasi data (verivali) lebih efektif.
Survei ini mengkonfirmasi gagasan
dan kebijakan Menteri Desa dan PDT terkait
pendekatan verivali (verifikasi dan validasi) yang
dilakukan dengan pendekatan mikro, yaitu bottom
up, berbasis pada kebutuhan dan kondisi faktual
masyarakat di bawah, tidak semata kepentingan
elit desa. Observasi lapangan terhadap 100
kepala desa di kabupaten Lamongan, Probolinggo,
Bojonegoro dan Lamongan dalam rangka
117
Kemiskinan Ekstrem Desa
118
FISIP UB dan Pusdatin Kementrian Desa dan Transmigrasi
119
Kemiskinan Ekstrem Desa
120
FISIP UB dan Pusdatin Kementrian Desa dan Transmigrasi
6.2. REKOMENDASI
Penelitian ini merekomendasikan beberapa
kebijakan jangka pendek dan jangka menengah
untuk Kementerian Desa dan PDTT:
1. Kebijakan konsolidasi data dengan metode
verifikasi dan validasi (verivali) perlu dilakukan
lebih lanjut dengan melibatkan lebih banyak
desa di kecamatan dan kabupaten lain. Hal ini
untuk mengetahui lebih lanjut kondisi kemiskinan
ekstrem dan kebijakan penanganan yang bisa
dilakukan untuk menurunkan laju peningkatan
penduduk miskin dalam rangka pencapaian target
SDGs dan RPJMN pada tahun 2024.
2. Standar kemiskinan ekstrem perlu diubah
dengan menambahkan variabel lain selain tingkat
paritas daya beli sebagaimana yang selama ini
ditetapkan dalam SDGs. Variabel lain yang bisa
diikutkan dalam standar kemiskinan ekstrem
adalah tingkat upah buruh dan petani di masing-
masing daerah, pandangan hidup masyarakat
tentang kondisi kemiskinan, serta ketersediaan
infrastruktur publik yang mendukung
pembangunan sumber daya manusia.
3. Petani dan buruh menempati posisi
mayoritas dalam data kemiskinan ekstrem
di tingkat desa. Sehingga pemerintah dapat
memanfaatkan hal ini untuk membuat sebuah
kebijakan populis seperti penetapan upah
minimum petani dan buruh lokal. Kebijakan
ubah minimum buruh dan petani lokal ini dapat
121
Kemiskinan Ekstrem Desa
DAFTAR PUSTAKA
122
FISIP UB dan Pusdatin Kementrian Desa dan Transmigrasi
123
Kemiskinan Ekstrem Desa
124
FISIP UB dan Pusdatin Kementrian Desa dan Transmigrasi
125
Kemiskinan Ekstrem Desa
126