Anda di halaman 1dari 21

TUGAS : PSIKOLOGI

KELOMPOK : 8
KELAS : 1D

Teori Belajar Arthur


Combs & Maslow

NIDA AZKIYA 111


NABILLAH PUTRI.H 112
a. Teori hierarki kebutuhan maslow

yang di ungkapkan oleh Abraham maslow. Dia beranggapan bahwa kebutuhan-


kebutuhan di tingkat rendah wajib terpenuhi atau paling tidak cukup terpenuhi
terlebih dahulu sebelum Teori kebutuhan-kebutuhan di tingkat lebih tinggi di
wujudkan menjadi hal yang memotivasi.
b. Konsep Teori Hierarki Kebutuhan Maslow

Konsep hierarki kebutuhan landasan ini bermula ketika Maslow melakukan


observasi terhadap perilaku monyet. Berdasarkan pengamatannya,
didapatkan kesimpulan bahwa beberapa kebutuhan lebih diutamakan
dibandingkan dengan kebutuhan lainnya. Contohnya bila individu merasa
haus, karenanya individu akan cenderung untuk mencoba memuaskan
dahaga. Individu mampu hidup tanpa makanan selama berminggu-minggu.
Tapi tanpa cairan, individu hanya mampu hidup selama beberapa hari saja
karena kebutuhan akan cairan lebih kuat daripada kebutuhan akan makan.
 
c. Hierarki
Kebutuhan Maslow
1. Kebutuhan Fisiologi.
2. Kebutuhan Akan Rasa Lepas dari bahaya.
3. Kebutuhan Akan Rasa Memiliki Dan Kasih
Sayang.
4. Kebutuhan Akan Penghargaan.
5. Kebutuhan Akan Aktualisasi Diri.

.
1. Kebutuhan psikologi

fisiologis yaknik kebutuhan untuk mempertahankan hidupnya secara fisik. Kebutuhan-


kebutuhan itu seperti kebutuhan akan makanan, minuman, tempat berteduh, seks, tidur
dan oksigen. Kebutuhan-kebutuhan fisiologis adalah potensi paling landasan dan agung
untuk semua pemenuhan kebutuhan di atasnya. Manusia yang lapar akan selalu
termotivasi untuk makan, bukan untuk mencari sahabat atau dihargai. Manusia akan
mengabaikan atau menekan dulu semua kebutuhan lain sampai kebutuhan fisiologisnya
itu terpuaskan.
2. Kebutuhan akan rasa lepas dari
bahaya
Kebutuhan-kebutuhan akan rasa lepas dari bahaya ini ditengahnya
adalah rasa lepas dari bahaya fisik, stabilitas, ketergantungan,
perlindungan dan kebebasan dari daya-daya mengancam seperti
perang, terorisme, penyakit, takut, cemas, bahaya, kerusuhan dan
bencana dunia. Kebutuhan akan rasa lepas dari bahaya berlainan
dari kebutuhan fisiologis karena kebutuhan ini tidak mampu
terpenuhi secara total. Manusia tidak pernah mampu dijaga
sepenuhnya dari ancaman-ancaman meteor, kebakaran, banjir atau
perilaku berbahaya orang lain.
 
Menurut Maslow, orang-orang yang tidak lepas dari bahaya akan
bertingkah laku sama seperti anak-anak yang tidak lepas dari
bahaya. Mereka akan bertingkah laku seakan-akan selalu dalam
kondisi terancam agung. Seseorang yang tidak lepas dari bahaya
memiliki kebutuhan akan keteraturan dan stabilitas secara
berelebihan serta akan berupaya keras menghindari hal-hal yang
bersifat asing dan yang tidak diharapkannya.
3. Kebutuhan Akan Rasa Memiliki Dan Kasih Sayang

Kebutuhan-kebutuhan ini meliputi desakan untuk berteman, hasrat


memiliki pasangan dan keturunan, kebutuhan untuk dekat pada keluarga
dan kebutuhan antarpribadi seperti kebutuhan untuk memberi dan
menerima cinta. Seseorang yang kebutuhan cintanya sudah relatif
terpenuhi semenjak kanak-kanak tidak akan merasa panik ketika menolak
cinta. Beliau akan memiliki keyakinan agung bahwa dirinya akan diterima
orang-orang yang memang penting untuk dirinya. Ketika ada orang lain
menolak dirinya, beliau tidak akan merasa hancur. Untuk Maslow, cinta
menyangkut suatu hubungan sehat dan penuh kasih mesra selang dua
orang, termasuk sikap saling percaya. Sering kali cinta dibuat
4. Kebutuhan Akan Penghargaan

kebutuhan penghargaan, yaitu kebutuhan yang lebih rendah


dan lebih tinggi. Kebutuhan yang rendah adalah kebutuhan
untuk menghormati orang lain, kebutuhan akan status,
ketenaran, kemuliaan, pengakuan, perhatian, reputasi,
apresiasi, martabat, bahkan dominasi. Kebutuhan yang tinggi
adalah kebutuhan akan harga diri termasuk perasaan,
keyakinan, kompetensi, prestasi, penguasaan, kemandirian
dan kebebasan. Sekali manusia mampu memenuhi kebutuhan
untuk dihargai, mereka sudah siap untuk memasuki gerbang
aktualisasi diri, kebutuhan paling tinggi yang ditemukan
Maslow.
5. Kebutuhan Akan Aktualisasi Diri

Kebutuhan aktualisasi diri adalah kebutuhan yang tidak melibatkan


keseimbangan, tapi melibatkan hasrat yang terus menerus untuk
memenuhi potensi. Maslow melukiskan kebutuhan ini sebagai hasrat
untuk makin dibuat menjadi diri sepenuh kemampuannya sendiri, dibuat
menjadi apa saja menurut kemampuannya. Awalnya Maslow berasumsi
bahwa kebutuhan untuk aktualisasi diri langsung muncul sesudah
kebutuhan untuk dihargai terpenuhi. Akan tapi selama tahun 1960-an,
beliau menyadari bahwa banyak anak muda di Brandeis memiliki
pemenuhan yang cukup terhadap kebutuhan-kebutuhan lebih rendah
seperti reputasi dan harga diri, tapi mereka belum juga mampu sampai
aktualisasi diri.
 
d. Kebutuhan Anak Usia Dini dalam Pendidikan Islam
1. Kebutuhan Pendidikan Jasmani Anak
- Anak diberikan susu ibu
- Anak diajarkan berolahraga

2. Kebutuhan Pendidikan Rohani Anak.


- Dikumandangkan Adzan di Telinga Bayi
- Anak Diberi nama yang Baik
- Anak di haqiqahi
- Anak Diperkenalkan Keteladanan yang Baik
DALIL NAQLI YANG RELEVAN DENGAN TEORI TERSEBUT

َ ْ‫ال لُ ْقمٰ ُن اِل ْبنِ ٖه َوهُ َو يَ ِعظُهٗ ٰيبُنَ َّي اَل تُ ْش ِر ْك بِاهّٰلل ِ ۗاِ َّن ال ِّشر‬
‫ك لَظُ ْل ٌم َع ِظ ْي ٌم‬ َ َ‫َواِ ْذ ق‬

Artinya: "Dan (ingatlah) ketika Lukman berkata kepada anaknya, ketika


dia memberi pelajaran kepadanya, "Wahai anakku! Janganlah engkau
mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah
benar-benar kezaliman yang besar." (QS. Al-Luqman: 13)
A. TEORI BELAJAR ARTHU
COMBS
Arthur Combs merupakan salah satu tokoh aliran humanistik yang
menyumbangkan pemikirannya berkaitan tentang dunia pendidikan.
Arthur Combs (1912-1999) bersama dengan Donald Snygg (1904-
1967) mengemukakan konsep meaning(makna atau arti) dalam
proses belajar. Menurut konsep meaning(makna atau arti) belajar
terjadi apabila mempunyai arti bagi individu tersebut.
Menurut Combs untuk mengerti tingkah laku peserta didik, yang
perlu dipahami adalah mengerti bagaimana dunia itu dilihat dari
sudut pandang peserta didik. Pernyataan tersebut salah satu dari
pandangan humanistik mengenai perasaan, persepsi, kepercayaan, dan
tujuan tingkah laku inner(dari dalam) yang membuat peserta didik
berbeda dengan peserta didik lainnya (Muniroh, 2011).

Combs memberikan lukisan persepsi diri dalam dunia seseorang seperti


dua lingkaran (besar dan kecil) yang bertitik pusat pada satu. Lingkaran
kecil (1) adalah gambaran dari persepsi diri dan lingkungan besar (2)
adalah persepsi dunia. Makin jauh peristiwa-peristiwa itu dari persepsi
diri makin berkurang pengaruhnya terhadap perilakunya. Jadi, hal-hal
yang mempunyai sedikit hubungan dengan diri, makin mudah hal itu
terlupakan.
Teori Humanistik
Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang
pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya. Tujuan utama para pendidik
adalah membantu peserta didik untuk mengembangkan dirinya, yaitu membantu
masing-masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang
unik dan membantu dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam diri
mereka.

Dalam teori belajar humanistik proses belajar harus berhulu dan bermuara pada
manusia itu sendiri. Meskipun teori ini sangat menekankan pentingya isi dari
proses belajar, dalam kenyataan teori ini lebih banyak berbicara tentang pendidikan
dan proses belajar dalam bentuknya yang paling ideal. Dengan kata lain, teori ini
lebih tertarik pada ide belajar dalam bentuknya yang paling ideal dari pada belajar
seperti apa adanya, seperti apa yang bisa kita amati dalam dunia keseharian.
Prinsip-Prinsip Teori Humanistik
1. Manusia mempunyai belajar alami
2. Belajar signifikan terjadi apabila materi plajaran dirasakan
murid mempuyai relevansi dengan maksud tertentu
3. Belajar yang menyangkut perubahan di dalam persepsi
mengenai dirinya.
4. Tugas belajar yang mengancam diri ialah lebih mudah
dirasarkan bila ancaman itu kecil
5. Bila bancaman itu rendah terdapat pangalaman peserta didik
dalam memperoleh cara.
6. Belajar yang bermakna diperolaeh jika peserta didik
melakukannya
7. Belajar lancer jika peserta didik dilibatkan dalam proses belajar
8. Belajar yang melibatkan peserta didik seutuhnya dapat
memberi hasil yang mendalam
9. Kepercayaan pada diri pada peserta didik ditumbuhkan dengan
membiasakan untuk mawasdiri
10. Belajar sosial adalah belajar mengenai proses belajar.
Aplikasi Teori Belajar Humanistik
a) Merumuskan tujuan belajar yang jelas.
b) Mengusahakan partisipasi aktif peserta didik melalui kontrak belajar yang
bersifat jelas , jujur dan positif.
c) Mendorong peserta didik untuk mengembangkan kesanggupan peserta didik
untuk belajar atas inisiatif sendiri
d) Mendorong peserta didik untuk peka berpikir kritis, memaknai proses
pembelajaran secaramandiri
e) Peserta didik di dorong untuk bebas mengemukakan pendapat, memilih
pilihannya sendiri, melakukkan apa yang diinginkan dan menanggung resiko dari
perilaku yang ditunjukkan.
f) Guru menerima peserta didik apa adanya, berusaha memahami jalan pikiran
peserta didik, tidak menilai secara normatif tetapi mendorong peserta didik untuk
bertanggungjawab atas segala resiko perbuatan atau proses belajarnya.
g) Memberikan kesempatan murid untuk maju sesuai dengan kecepatannya
h) Evaluasi diberikan secara individual berdasarkan perolehan prestasi peserta didik.
(Mulyati, 2005:182)
Implikasi Teori Belajar Humanistik
Penerapan teori humanistik lebih menunjuk pada ruh atau spirit selama proses pembelajaran yang mewarnai
metode-metode yang diterapkan. Peran guru dalam pembelajaran humanistik adalah menjadi fasilitator bagi para
peserta didik sedangkan guru memberikan motivasi, kesadaran mengenai makna belajar dalam kehidupan peserta
didik.

Ciri-ciri guru yang fasilitatif adalah:

● Merespon perasaan peserta didik

● Menggunakan ide-ide peserta didik untuk melaksanakan interaksi yang sudah dirancang

● Berdialog dan berdiskusi dengan peserta didik

● Menghargai peserta didik

● Kesesuaian antara perilaku dan perbuatan

● Menyesuaikan isi kerangka berpikir peserta didik (penjelasan untuk mementapkan kebutuhan segera dari
peserta didik) (Zagoto, Maria M., Yarni, Nevi; Dakhi, O. (2019)
Cara untuk memberi kemudahan belajar dan berbagai kualitas
fasilitator yaitu:
 Fasilitator sebaiknya memberi perhatian kepada penciptaan suasana awal, situasi
kelompok, atau pengalaman kelas
 Fasilitator membantu untuk memperoleh dan memperjelas tujuan-tujuan perorangan di
dalam kelas dan juga tujuan-tujuan kelompok yang bersifat umum.
 Dia mempercayai adanya keinginan dari masing-masing peserta didik untuk
melaksanakan tujuan- tujuan yang bermakna bagi dirinya, sebagai kekuatan pendorong,
yang tersembunyi di dalam belajar yang bermakna tadi.
 Dia mencoba mengatur dan menyediakan sumber-sumber untuk belajar yang paling
luas dan mudah dimanfaatkan para peserta didik untuk membantu mencapai tujuan
mereka.
 Dia menempatkan dirinya sendiri sebagai suatu sumber yang fleksibel untuk dapat
dimanfaatkan oleh kelompok.
 Di dalam menanggapi ungkapan-ungkapan di dalam kelompok kelas, dan menerima
baik isi yang bersifat intelektual dan sikap-sikap perasaan dan mencoba untuk
menanggapi dengan cara yang sesuai, baik bagi individual ataupun bagi kelompok.
Dalil Tori Humanistik
Allah dalam al-Qur‟an surat al-Hujurat [49] ayat 13:

‫ٰيََٓأيُّهَا ٱلنَّاسُ ِإنَّا َخلَ ْق ٰنَ ُكم ِّمن َذ َك ٍر َوُأنثَ ٰى َو َج َع ْل ٰنَ ُك ْم ُشعُوبًا َوقَبَٓاِئ َل لِتَ َعا َرفُ ٓو ۟ا ۚ ِإ َّن َأ ْك َر َم ُك ْم ِعن َد ٱهَّلل ِ َأ ْتقَ ٰى ُك ْم ۚ ِإ َّن ٱهَّلل َ َعلِي ٌم‬
‫َخبِي ٌر‬

Artinya: "Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari


seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu
berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-
mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di
sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya
Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal."
Kesimpulan

Teori belajar humanistik menekan pendidik sebagai fasilitator. Pendidik-


pendidik yang hebat merupakan pendidik-pendidik yang bisa
menjadikan manusia seutuhnya. aliran humanistik mengarahkan untuk
meningkatkan potensi diri dan intelegensi sehingga bisa menjawab
tantangan global baik positif maupun negatif. Pendidik memberikan
bimbingan yang membebaskan secara positif pada siswa dalam kegiatan
pembelajarannya, sehingga nilai-nilai atau norma diterima secara kaffah
memberikan informasi padanya tentang perilaku positif dan perilaku
negatif yang seharusnya tidak dilakukannya.
THANKS !!!

Anda mungkin juga menyukai