Anda di halaman 1dari 18

ASPEK POLITIK DAN EKONOMI DALAM ISLAM

(Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Studi Islam)

Dosen Pengampu: Dr. Khairan Muhammad Arif, M.Ed.

Disusun oleh:
Putri Ramadani 11210183000117
Adelia Putri Salsabilla 11210183000106

PRODI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2021

1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi rabbil Alamin, puji syukur Penulis haturkan kepada Allah SWT. yang
telah memberi rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulisan makalah mata kuliah
Ketarampilan Berbahasa dapat diselesaikan dengan sebaik-baiknya. Maksud dan tujuan
penyusunan makalah, yaitu dalam rangka pemenuhan tugas dan mejelaskan materi “Aspek
Politik dan Ekonomi Dalam Islam”.

Dengan ini, Penulis menyadari bahwa makalah tidak dapat tersusun dengan baik tanpa ada
bantuan dan dukungan dari berbagai pihak terkait. Oleh karena itu, Penulis mengucapkan
terimakasih kepada:

1. Kepada kedua orangtua Penulis yang sudah mendukung kegiatan penyusunan


makalah baik secara materi maupun materil.
2. Dosen mata kuliah Studi Islam yaitu: Dr. Khairan Muhammad Arif, M.Ed.
3. Serta teman-teman dan pihak-pihak yang telah mendukung berjalannya pembuatan
makalah.

Semoga dengan tersusunnya makalah ini dapat bermanfaat untuk kedepannya. Penulis
menyadari bahwa dalam penyusunan makalah jauh dari kata sempurna, untuk itu diharapkan
kritik dan saran yang membangun, silahkan hubungi alamat email salah satu penulis, yaitu:
adelia.salsabilla21@mhs.uinjkt.ac.id dengan tujuan supaya makalah dapat menjadi lebih baik
di masa mendatang.

Jakarta, 30 September 2021

Penyusun

2
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR................................................................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................................................3
BAB I......................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.....................................................................................................................................4
A. Latar Belakang...........................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah.....................................................................................................................4
C. Tujuan Masalah.........................................................................................................................4
BAB II.....................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN.......................................................................................................................................6
A. Politik dalam Islam.....................................................................................................................6
B. Varian Interpretasi Agama.........................................................................................................7
C. Orientasi Politik dalam Islam.....................................................................................................8
D. Pandangan Islam Mengenai Politik..........................................................................................10
E. Ekonomi dalam Islam...............................................................................................................11
F. Prinsip-Prinsip Ekonomi Islam..................................................................................................12
G. Aspek-Aspek Ekonomi Islam....................................................................................................15
BAB III..................................................................................................................................................17
PENUTUP.............................................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................................18

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Politik merupakan kajian yang sudah berumur mungkin seusia dengan umur
manusia itu sendiri, makanya tak heran ketika banyak pihak yang memberikan
perhatian dan mendalami ilmu politik tersebut. Politik menurut bahasa adalah hal
yang berhubungan dengan kekuasaan, definisi ini disampaikan oleh Harold lass Well.
Atau secara sederhana diartikan "Who gets what, when, and howV Perkataan politik
berasal dari bahasa Yunani, yaitu "politikus" dari akar kata "polis' yakni negara kota,
dan juga dari bahasa latin yaitu politica yang telah digunakan sejak abad ke-5 S.M.
berarti hingga kini telah digunakan lebih dari 25 abad. Kota Athen ialah pusat
pemerintahan orang-orang Yunani Kuno.
Sejarah perekonomian islam dimulai pada abad 14, munculnya pemikiran-
pemikiran untuk kontinuinitas masalah ekonomi makro yang dibahas dalam Syariah
islam. Pembahasan ini bertujuan untuk menuntaskan masalah ekonomi dengan sistem
perekonomian modern dan menyoroti nilai-nilai khusus dari asset negara dan
anggaran negara menurut obyektifitas syari’ah islam. Dan berupaya untuk
menemukan bukti konkrit tentang evolusi ekonomi di masyarakat arab terdahulu,
berlandaskan para penulis islam modern.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana aspek politik dalam islam?
2. Menjelaskan orientasi politik dalam islam?
3. Bagaimana prinsip-prinsip ekonomi dalam islam?
4. apa 3 aspek ekonomi umat islam?

C. Tujuan Masalah
1. Menjelaskan aspek politik dalam islam

4
2. Menjelaskan orientasi politik dalam islam
3. Menyebutkan prinsip-prinsip ekonomi dalam islam
4. Menyebutkan 3 aspek ekonomi umat islam

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Politik dalam Islam

Asal mula Islam sebagai gerakan politik telah dimulai sejak zaman
nabi Muhammad. Pada 622 M, sebagai pengakuan atas klaim kenabiannya,
Muhammad diundang untuk memimpin kota Medinah. Pada saat itu dua kaum
yang menguasai kota; Arab Bani Aus dan Bani Khazraj, berselisih. Warga
Medinah menganggap Muhammad sebagai orang luar yang netral, adil, dan
imparsial, diharapkan dapat mendamaikan konflik ini. Muhammad dan
pengikutnya hijrah ke Medinah, di mana Muhammad menyusun Piagam
Madinah. Dokumen ini mengangkat Muhammad sebagai pemimpin kota
sekaligus mengakuinya sebagai rasul Allah. Hukum yang diterapkan
Muhammad pada saat berkuasa berdasarkan Quran dan Sunnah (perilaku yang
dicontohkan Muhammad), yang kemudian dianggap kaum Muslim sebagai
Syariah atau hukum Islam, yang kini ingin ditegakkan oleh gerakan Islam
hingga kini. Muhammad mendapatkan banyak pengikut dan membentuk
tentara. Pengaruhnya kemudian meluas dan menaklukkan kota asalnya
Mekkah, dan kemudian menyebar ke seluruh Jazirah Arab berkat kombinasi
diplomasi dan penaklukan militer. Kini, banyak gerakan Islamisme atau Partai
Islam tumbuh di kebanyakan negara Demokrasi Islam atau negara dengan
mayoritas berpenduduk Muslim. Banyak pula kelompok Islam militan yang
beroperasi di beberapa bagian dunia. Istilah kontroversial Islam fundamentalis
juga disebutkan oleh beberapa non-Muslim untuk menggambarkan aspirasi
keagamaan dan politik dari kelompok Islam militan. Kini, istilah demokrasi
Islam dan fundamentalisme Islam, kerap tercampur aduk dalam beraneka
ragam kelompok yang mengatasnamakan Islam dan memperjuangkan gerakan
Islam, yang masing-masing memiliki sejarah, ideologi, dan konteks yang
beraneka ragam pula.
Islam menyebut politik dengan istilah Siyasah. Jika yang dimaksud
politik adalah siyasah mengatur segenap urusan umat, maka Islam sangat

6
menekankan pentingnya siyasah. Bahkan Islam sangat mencela orang-orang
yang tidak mau tahu terhadap urusan umat.
Tetapi jika siyasah diartikan sebagai orientasi kekuasaan, maka
sesungguhnya Islam memandang kekuasaan hanya sebagai sarana
menyempurnakan pengabdian kepada Allah. Tapi Islam hanya menjadi sarana
dalam masalah kekuasaan. Sebagian orang seringkali menilai istilah politik
Islam diartikan sebagai politik menurut perspektif Islam, hal itu sebagai
bentuk kewajaran karena dalam dunia nyata kita selalu disuguhkan praktik
politik yang kurang atau sama sekali menyimpang dari ajaran Islam. Sehingga
muncul pertanyaan apakah politik Islam itu ada? Apakah Islam punya konsep
khusus tentang politik yang berbeda dengan konsep politik pada umumnya?
Sampai batasan tertentu, Islam memang memiliki konsep yang khas
tentang politik. Akan tetapi, tentu saja Islam tetap terbuka terhadap berbagai
konsep politik yang senantiasa muncul untuk kemudian bisa melengkapi
konsep yang sudah ada, sepanjang tidak bertentangan dengan konsep Islam
yang sudah ada.
Sifat terbuka Islam dalam masalah politik ini tidak terlepas dari
kenyataan bahwa Islam tidaklah menetapkan konsep politiknya secara amat
rinci. Dalam hal ini, Islam memang harus memiliki corak politik. Akan tetapi,
politik bukanlah satu-satunya corak yang dimiliki oleh Islam. Sebab jika Islam
hanya bercorak politik tanpa ada corak Iain yang seharusnya ada, maka Islam
yang demikian ialah Islam yang parsial.

B. Varian Interpretasi Agama

Munculnya varian-varian Islam dengan corak politik yang amat kuat


pada dasamya didorong oleh kelemahan atau bahkan keterpurukan politik
umat Islam saat ini. Karena kondisi sedemikian ini, politik kemudian menjadi
salah satu tugas panting umat Islam, untuk bisa bangkit dari kemunduran agar
terhindar dari komoditas politik pragmatis. Perdebatan dan perselisihan dalam
masyarakat Islam sesungguhnya adalah perbedaan dalam masalah interpretasi,
dan merupakan gambaran dari pencarian bentuk pengamalan agama yang
sesuai dengan kontek budaya dan sosial. Misalnya dalam menilai persoalan-

7
persoalan tentang hubungan politik dan agama yang dikaitkan dengan
persoalan kekuasaan dan suksesi kepemimpinan.
Termasuk juga persoalan keseharian manusia, dalam hal ini masalah
interpretasi agama dan penggunaan simbol-simbol agama cenderung
digunakan untuk kepentingan kehidupan manusia. Tentu saja peran dan makna
agama akan beragam sesuai dengan keragaman masalah sosialnya.

C. Orientasi Politik dalam Islam

Orientasi utama politik Islam terkait dengan masalah kekuasaan yaitu


tegaknya hukum-hukum Allah dimuka bumi, hal ini menunjukkan bahwa
kekuasaan tertinggi ialah kekuasaan Allah. Sementara, manusia pada dasarnya
sama sekali tidak memlliki kekuasaan. Bahkan Islam menentang adanya
penguasaan Absolut seorang manusia atas manusia yang lain.

Macchiavelli dalam bukunya, La Prince ^ memberikan lima definisi


politik:
1. Kekuatan, Setiap pihak mengukuhkan kekuatan. Siapa yang kuat dialah
yang akan memerintah.
2. Balas membalas. Jika seseorang itu menuduh orang lain, ia harus membalas.
Jika yang dituduh berdiam diri berarti ia lemah dan menjadi korban kekejaman
yang menuduh
3. Kemenangan. Semakin lemah pihak lawan, semakin berkuasa dan
kemenangan berada di pihak yang menang.
4. Topeng. Pura-pura, tipu menipu, seribu satu taktik dan muslihat digunakan
untuk mengalahkan lawan. Siapa yang paling pintar dan tipu musIihat dialah
yang menang dan berkuasa.
5. Kelemahan lawan. Siapa yang mengetahui kelemahan lawan, ia akan
berhasil menguasai lawannya. Kemenangan hanya dapat dicapai setelah
mengetahui kelemahan lawan.

Istilah politik menurut para ulama dimaknai dengan dua arti:

8
1. Makna umum, yaitu: menangani urusan manusia dan masalah kehidupan
dunia mereka bedasarkan syariat agama. Karena itu dikenal istilah Khilafat
yang berarti perwakilan Rasulullah untuk menjaga agama dan mengatur dunia.
2. Makna khusus, yaitu pendapat yang dinyatakan pemimpin, hukum dan
ketetapan-ketetapan yang dikeluarkannya, untuk menjaga kerusakan yang
akan terjadi, membasmi kerusakan yang sudah terjadi atau untuk memecahkan
masalah khusus.

Dari keterangan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa politik ialah


cara dan upaya menangani masalah rakyat dengan seperangkat undang-undang
untuk mewujudkan kemaslahatan dan mencegah hal hal yang merugikan bagi
kepentingan manusia dalam menyampaikan dakwahnya. Dan juga, politik
Islam ialah aktifitas poIitik sebagian umat Islam yang menjadikan Islam
sebagai acuan nilai dan basis solidaritas berkelompok yang ada agar
terciptanya gerakan dakwah. Politik ialah cara dan upaya menangani masalah-
masalah rakyat dengan seperangkat undang-undang untuk mewujudkan
kemaslahatan dan mencegah hal-hal yang merugikan bagi kepentingan
manusia7 KaIau kata politik dikaitkan dengan Islam maka politik Islam ialah
aktivitas politik sebagian umat Islam yang menjadikan umat Islam sebagai
acuan nilai dan basis solidaritas berkelompok. Pendukung perpolitikan Islam
ini belum tentu seluruh umat Islam (pemeluk agama Islam), karenanya maka
daIam kategori politik dapat disebut sebagai kelompok politik Islam, juga
menekankan simbolisme keagamaan dalam berpolitik, seperti menggunakan
perlambang Islam, dan istilahisrilah keislaman dalam peraturan dasar
organisasi, khittah perjuangan, serta wacana politik.

Rasulullah SAWsendiri menggunakan kata politik (siyasah) dalam


sabdanya : “Adalah Bani Israil, mereka diurusi urusannya oleh para
nabi(tasusuhumul anbiya). Ketika seorang nabi wafat, nabi yang lain datang
menggantinya. Tidak ada nabi setelahku, namun akan ada banyak para
khalifah”.[3] Teranglah bahwa politik atau siyasah itu makna awalnya adalah
mengurusi urusan masyarakat. Berkecimpung dalam politik berarti
memperhatikan kondisi kaum muslimin dengan cara menghilangkan
kezhaliman penguasa pada kaum muslimin dan melenyapkan kejahatan musuh

9
kafir dari mereka. Untuk itu perlu mengetahui apa yang dilakukan penguasa
dalam rangka mengurusi urusan kaum muslimin, mengingkari keburukannya,
menasihati pemimpin yang mendurhakai rakyatnya, serta memeranginya pada
saat terjadi kekufuran yang nyata (kufran bawahan) seperti ditegaskan dalam
banyak haditsterkenal. Ini adalah perintah Allah SWT melalui Rasulullah
SAW. Berkaitan dengan persoalan ini Nabi MuhammadSAW bersabda :
“Siapa saja yang bangun pagi dengan gapaiannya bukan Allah maka ia
bukanlah (hamba) Allah, dan siapa saja yang bangun pagi namum tidak
memperhatikan urusan kaum muslimin maka ia bukan dari golongan mereka.”
(HR. Al Hakim)

D. Pandangan Islam Mengenai Politik

Islam adalah agama universal, meliputi semua unsur kehidupan, dan


politik, Negara dan tanah airi adalah bagian dari islam. tidak ada yang
namanya pemisahan antara agama dan politik. karena politik bagian dari
risalah Islam yang sempuran.[4] Seperti ungkapan bahwa tidak ada kebaikan
pada agama yang tidak ada politiknya dan tidak ada kebaikan dalam politik
yang tidak ada agamanya.
Di dalam Islam pun, politik mendapat kedudukan dan tempat yang
hukumnya bisa menjadi wajib. Para ulama kita terdahulu telah memaparkan
nilai dan keutamaan politik. Hujjatul Islam Imam Al-Ghazali mengatakan
bahwa Dunia merupakan ladang akhirat. Agama tidak akan menjadi sempurna
kecuali dengan dunia. memperjuangkan nilai kebaikan agama itu takkan
efektif kalau tak punya kekuasaan politik. Memperjuangkan agama adalah
saudara kembar dari memperjuangkan kekuasaan politik (al-din wa al-sulthan
tawamaan).
Lengkapnya Imam Al- Ghazali mengatakan: “Memperjuangkan
kebaikan ajaran agama dan mempunyai kekuasaan politik (penguasa) adalah
saudara kembar. Agama adalah dasar perjuangan, sedang penguasa kekuasaan
politik adalah pengawal perjuangan. Perjuangan yang tak didasari (prinsip)
agama akan runtuh, dan perjuangan agama yang tak dikawal akan sia-sia”.[5]
Dari pandangan Al-Ghazali itu bisa disimpulkan bahwa berpolitik itu wajib

10
karena berpolitik merupakan prasyarat dari beragama dengan baik dan
nyaman. Begitulah islam memandang pollitik
Karena paraktiknya politik itu banyak diwarnai oleh perilaku jahat,
kotor, bohong, dan korup, timbullah kesan umum bahwa politik (pada situasi
tertentu) adalah kotor dan harus dihindari. Mujaddid Islam, Muhammad
Abduh, pun pernah marah kepada politik dan politisi karena berdasarkan
pengalaman dan pengamatannya waktu itu beliau melihat di dalam politik itu
banyak yang melanggar akhlak, banyak korupsi, kebohongan, dan
kecurangan-kecurangan.
Muhammad Abduh pernah mengungkapkan doa taawwudz dalam kegiatan
politik ,”Aku berlindung kepada Allah dari masalah politik, dari orang yang
menekuni politik dan terlibat urusan politik serta dari orang yang mengatur
politik dan dari orang yang diatur politik”. Tetapi dengan mengacu pada
filosofi Imam Al-Ghazali menjadi jelas bahwa berpolitik itu bagian dari
kewajiban syari’at karena tugas-tugas syari’at hanya bisa direalisasikan di
dalam dan melalui kekuasaan politik atau penguasa (organisasi negara).
Dalam kaitan inilah ada kaidah ushul fiqh yang menyebutkan “Ma la
yatimmul wajib illa bihi fahuwa wajib” (Jika ada satu kewajiban yang tidak
bisa dilaksanakan kalau tidak ada sesuatu yang lain, maka sesuatu yang lain
wajib juga diadakan/ dipenuhi).

E. Ekonomi dalam Islam

Pada sekitar abad ketujuh merupakan bukti kedatangan pemerintahan


islam dan bangkitnya bangsa arab atau umat muslim. Setelah jatuhnya
kekaisaran Roma, islam menjadi pengaruh besar yang baru dan seluruh dunia
menjadi saksi.
Menurut Saddam (2002), seluruh dunia menjadi saksi munculnya islam
sebagai sumber kekuatan yang baru, setelah runtuhnya kekaisaran Roma.
Sebagai bukti eksistensi pemerintahan islam dan bangkitnya bangsa arab atau
umat muslim di sekitar abad ketujuh. (halm. 19)
Sejak zaman Nabi Muhammad, ekonomi islam telah berjalan hampir
disetiap jazirah arab bahkan sampai ke Afrika. Karena dalam islam tidak ada
larangan untuk bertransaksi dan berhubungan dengan non islam sehingga

11
adanya kelompok-kelompok atau suku-suku di Arab yang melakukan transaksi
atau perdagangan selama berbulan-bulan.
Namun dalam islam terdapat prinsip-prinsip etika dalam berdagang,
salah satunya yaitu menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba (bunga)
yang terdapat dalam Al-Qur’an.
Menurut Saddam (2002), sistim ekonomi dalam islam tidak hanya
didasari dari undang-undang pemerintah saja tetapi juga dilandasi dari ajaran-
ajaran islam yang terkandung dalam kitab suci al-qur’an. (halm. 19).
Sistem ekonomi islam sangat jauh berbeda dengan sistem kapitalis
yang banyak diterapkan pada negara-negara barat. Ekonomi islam yaitu suatu
ilmu pengetahuan sosial yang didalamnya mempelajari tentang masalah-
masalah ekonomi masyarakat yang berbasis islam dan didasari empat
pengetahuan yaitu Al-qur’an, sunnah, ijma’, dan qiyas. Prinsip yang
diterapkan islam dalam hal ekonomi adalah melakukan kebaikan dan berbuat
adil.
Kerangka metode ekonomi islam bersumber dari Al-qur’an dan As-
sunnah. Dimana didalam as-sunnah ini membahas dan mengategorikan
tentang ekonomi ini.
Menurut Saddam (2002), memang dalam al-qur’an belum dijelaskan
secara detail dan terperinci setiap pokok pembahasan masalah perekonomian,
tapi banyak hadist-hadist Rasulullah membahas dan menglasifikasikan setiap
pokok permasalahan. (halm. 20).

F. Prinsip-Prinsip Ekonomi Islam

1. Keimanan
Dalam kegiatan perekonomian, baik individu maupun kelompok, harus
memegang erat prinsip ini agar perjalanan ekonomi sesuai dengan yang
telah diajarkan dalam islam. Jadi segala aktivitas ekonomi syariah harus
mengacu pada ketauhidan, keimanan dan ketakwaan terhadap Allah SWT.

2. Memberikan Manfaat

12
Di dalam ekonomi konvensional, yang menjadi prinsip adalah
menggunakan sumber daya seminimal mungkin dan menghasilkan
keuntungan sebanyak mungkin. Namun, di ekonomi yang berlandaskan
syariat Islam ada tujuan yang lebih dari itu, yakni ada kemaslahatan dan
memberikan manfaat bagi kehidupan masyarakat yang lebih luas lagi.
Kegiatan ekonomi syariah diharapkan mampu meningkatkan taraf
kehidupannya lebih tinggi lagi.

3. Sumber Daya Manusia


Dalam menjalankan ekonomi Islam setiap individunya harus
memperhatikan segala aspek agar tidak menyeleweng dari nilai-nilai
syariah. Segala bentuk kecurangan atau penipuan dan perbuatan negatif
lainnya merupakan hal yang dilarang dalam ekonomi syariah.

4. Harta
Konsep yang diterapkan adalah harta dalam bentuk apapun berapa pun
jumlahnya hakikatnya semua itu hanya miliki Allah semata dan manusia
hanya mendapat amanah dari Allah.

5. Adil
Keadilan sangat ditekankan dan telah menjadi kewajiban di setiap
aktivitasnya. Keadilan disini diartikan sebagai perilaku di mana
menempatkan sesuatu sesuai dengan tempatnya. Dimana prinsip ekonomi
harus menerapkan dan melayani semua masyarakat tanpa memandang
status sosial. Keadilan dalam ekonomi syariah bertujuan agar semua
masyarakat dari semua golongan merasakan kenyamanan dan kesamaan.

6. Persaudaraan
Persaudaraan merupakan salah satu tujuan atau misi adanya ekonomi
syariah. Sangat dianjurkan untuk bekerja sama atau selalu berjamaah
dalam melakukan apapun, jangan sampai ada yang ingin sukses sendiri,
ingin kaya sendiri.

13
Dengan hal ini maka sistem ekonomi Islam menekankan pada sosial bukan
individual, karena pada dasarnya manusia hidup di dunia ini dengan tujuan
bermanfaat bagi manusia dan saling menjaga tali silaturahmi.

7. Etika
Etika harus menjadi salah satu dasar pelaksanaan ekonomi islam atau
syariah, etika yang sesuai dengan ajaran islam sangat diperlukan dalam
segala aktivitas atau kegiatan ekonomi yang sesuai ajaran Islam. Perlu kita
ketahui, kegiatan ekonomi merupakan salah satu jenis ibadah di bidang
muamalah. Maka dari itu setiap kegiatan ekonomi syariah harus dilandasi
dengan etika-etika atau norma yang baik sesuai dengan ajaran islam.

8. Melibatkan Pemerintah
Dalam melaksanakan kegiatan perekonomian Islam harus melibatkan
pemerintah di dalamnya, selain itu ekonomi islam atau syariah harus
mentaati peraturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah selama itu tidak
menyeleweng dengan ajaran atau nilai-nilai islam. Karena bagaimanapun
yang memiliki kuasa atau hak lebih untuk mengatur jalannya
perekonomian adalah pemerintah, baik buruknya perkembangan suatu
negara disebabkan oleh pemerintahannya. Jadi bagaimanapun ekonomi
syariah harus selalu melibatkan pemerintah dalam perjalanan ekonominya.

9. Bebas dan Tanggung Jawab


Dalam perspektif ushul fiqh kebebasan diartikan sebagai suatu kebebasan
yang harus dibarengi dengan suatu pertanggungjawaban. Sedangkan untuk
tanggung jawab itu tidak hanya di dunia namun juga di akhirat kelak.
Inilah prinsip ekonomi Islam, manusia diberi kebebasan namun ada
batasannya yakni harus dipertanggungjawabkan. Apapun yang terjadi dan
sudah dilakukan harus mampu dipertanggungjawabkan.

10. Kerjasama
Dalam ekonomi syariah kerjasama merupakan salah satu hal yang wajib
dilakukan seperti layaknya sholat yang dilakukan secara berjamaah bisa
mendapatkan pahala lebih yakni 27 derajat. Begitu juga dalam

14
perekonomian ketika apapun dilakukan bersama-sama, maka nilai ibadah
maupun nilai dalam hal harta akan semakin bertambah. Jadi dalam
ekonomi syariah semua kegiatan dan aktivitas dilakukan secara berjamaah
dengan niatan yang baik agar bisa menghasilkan output yang baik pula.

G. Aspek-Aspek Ekonomi Islam

1. Aspek Kultural
Aspek kultural adalah aspek yang berkaitan dengan budaya, norma,
nilai, pandangan hidup dan kebiasa an telah lama mentradisi dalam
masyarakat muslim. Dalam aspek ini bagaimana kita harus bisa
membangkitkan etos bisnis umat sesuai dengan nilai-nilai Islam. Dalam
aspek ini peran ulama sangat penting untuk memberikan tauziah tentang
pentingnya duniawi untuk mendukung akherat, pentingnya berbagi sesama
dalam kesejahteraan umat. Ulama juga sebagai pencerah umat dalam
merubah pandangan hidup tentang arti duniawi dalam mendukung akherat.

2. Aspek Struktural

Aspek Struktural adalah kebijakan pemerintah yang berimplikasi pada


kehidupan umat Islam. Dalam aspek ini diharapkan ormas-ormas Islam
bisa mendorong pemerintah untuk membuat kebijakan pemberdayaan
masyarakat dalam berbisnis terutama berkaitan dengan akses informasi
dan permodalan. Dalam aspek ini diharapkan juga peran serta Ormas,
LSM, Lembaga zakat untuk menyadarkan masyarakat bagaimana indahnya
berbagi (zakat, infak dan shodaqoh) sebagai sarana untuk mengurangi
kesenjangan ekonomi. Bagaimana menumbuhkan orang yang dulunya
menerima zakat (mustahiq) yang kedepan didorong secara ekonomi untuk
menjadi musaqi (pembayar zakat). Mendorong manusia dari tidak ada
(miskin) menjadi ada (cukup secara ekonomi untuk berzakat).

3. Aspek Teknis
Aspek Teknis adalah aspek yang berkaitan dengan konsistensi,
keseriusan dan kompetensi umat Islam dalam pengelolaan bisnis. Dalam

15
aspek ini faktor kompetensi, kecakapan dalam berwirausaha perlu
mendapatkan perhatian yang sangat serius. Bisa kita lihat dilingkungan
kita, pada saat tetangga kita, ustad kita, baru keluar dari pondok pesantren,
mereka dengan semangat yang tinggi berusaha menularkan,
menyampaikan ilmu akherat kepada jamaah, seiring waktu karena mereka
jarang dibekali oleh kompetensi dunia, begitu berkeluarga mereka sibuk
mencari dunia sehingga lambat laun, idealisme untuk selalu berbagi ilmu
kalah oleh kebutuhan duniawi. Sehingga realita dilapang banyak ustad kita
yang kehidupannya rata-rata dari pengobatan islami dan herbal.

16
BAB III

PENUTUP

1. Islam menyebut politik dengan istilah Siyasah. Jika yang dimaksud politik adalah
siyasah mengatur segenap urusan umat, maka Islam sangat menekankan pentingnya
siyasah. Bahkan Islam sangat mencela orang-orang yang tidak mau tahu terhadap
urusan umat.
2. Orientasi utama politik Islam terkait dengan masalah kekuasaan yaitu tegaknya
hukum-hukum Allah dimuka bumi, hal ini menunjukkan bahwa kekuasaan tertinggi
ialah kekuasaan Allah. Sementara, manusia pada dasarnya sama sekali tidak memlliki
kekuasaan. Bahkan Islam menentang adanya penguasaan Absolut seorang manusia
atas manusia yang lain.
3. Prinsip-prinsip dalam ekonomi islam yaitu: a) keimanan; b) memberikan manfaat; c)
sumber daya manusia; d) harta; e) adil; f) persaudaraan; g) etika.
4. Aspek-aspek ekonomi islam yaitu: a) aspek kultural; b) aspek struktural; c) aspek
teknis.

17
DAFTAR PUSTAKA

https://ms-meureudu.go.id/2019/09/14/islam-politik-dan-pemimpin-yang-terbaik/

https://alkhairat.ac.id/2018/09/30/politik-dalam-islam

POLITIK DAN KEKUASAAN DALAMISLAM (Pengantar Studi Politik Dalam


Aspek Manajemen Dakwah) Okrisal Eka Putra

Saddam, Muhammad. (2002). Ekonomi Islam. Taramedia: Jakarta

https://www.kompasiana.com/rosdhiyanah84984/5fdaf97c8ede482dcf0d9cf3/aspek-
ekonomi-islam

18

Anda mungkin juga menyukai