Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

APRESIASI DRAMA

Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas

Mata Kuliah Bahasa Indonesia II

Dosen Pengampu : Elis Siti Julaihah, S.S.,M.A

Disusun Oleh :

Elis Ropiatus Sa'adah ( 2107000820 )

Yuninda Sholikhah ( 2107000874 )

Kafi Farhatul Millah ( 2107000850 )

FAKULTAS TARBIYAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM DARUSSALAM

Jln. Kyai Haji Ahmad Fadlil No. 8 Ciamis Jawa Barat 46271

TAHUN AKADEMIK 2021/2022


KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah sebesar pujian yang dapat memenuhi kesyukuran
atas nikmat-Nya kepada kita semua sehingga penyusunan makalah ini dapat
terselesaikan. Rahmat yang paling utama dan salam yang paling sempurna semoga
terlimpah kepada penutup para nabi dan rasul, Muhammad Saw. pembawa agama
yang sangat bijaksana dan terpelihara dari segala macam perubahan dan
pergantian berkat pemeliharaan Allah Rabb al ‘Alamin sampai hari akhir.
Makalah ini berjudul “Apresiasi Drama” yang disusun untuk memenuhi
salah satu tugas mata kuliah Bahasa IndonesiaII. Makalah ini berisikan tentang
komponen Drama (Pengertian Drama, Jenis-jenis Drama, Menyimak naskah
Drama, Menceritakan kembali Naskah Drama).
Penulis sangat berterimakasih kepada berbagai pihak yang telah
memberikan dorongan, bantuan, serta doanya terutama kepada Ibu Elis Siti
Julaehah, S.S.,M.A. selaku dosen mata kuliah Bahasa Indonesia sehingga
makalah ini dapat selesai tepat waktu. Namun demikian, penulis meminta
masukan berupa saran dan kritikan dari seluruh pihak. Diharapkan semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukannya.

Akhir kata saya mohon maaf apabila dalam penulisan makalah ini terdapat
banyak kesalahan, atas perhatiannya saya ucapkan terimakasih.

Ciamis 28 Februari 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................2
C. Tujuan Penulisan...........................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
A. Pengertian Drama...........................................................................................3
B. Jenis-jenis drama............................................................................................5
C. Menyimak Naskah Drama..............................................................................6
D. Menceritakan kembali Naskah Drama................................................................7
BAB III PENUTUP................................................................................................9
A. Kesimpulan...................................................................................................9
B. Saran..............................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................10

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Apresiasi dapat diartikan suatu langkah untuk mengenal, memahami, dan
menghayati suatu karya sastra yang berakhir dengan timbulnya pencelupan atau
rasa menikmati karya tersebut dan berakibat subjekapresiator dapat menghargai
karya sastra yang dinikmatinya secara sadar.

Sedangkan istilah apresiasi berasal dari bahasa latin Apreciation yang


berarti “mengindahkan”. Dalam konteks yang lebih luas itilah apresiasi menurut
Gove dalam Aminuddin (1987:34) mengandung makna (1) pengenalan melalui
perasaan atau kepekaan, dan (2) pemahaman dan pengakuan terhadap nilai-nilai
keindahan yang diungkapkan pengarang. Pada sisi lain, Squire dan Taba dalam
Aminuddin (1987:35) berkesimpulan bahwa sebagai suatu proses, apresiasi
melibatkan tiga unsur inti, yakni (1) aspek kognitif, berkaitan dengan
keterlibatan unsur intelek pembaca dalam upaya menghayati unsur-unsur
kesusastraan yang bersifat objektif (2) aspek emotif, berkaitan dengan
keterlibatan unsur emosi pembaca dalam upaya menghayati unsur-unsur
keindahan dalam teks sastra yang dibaca (3) aspek evaluatif, berhubungan
dengan kegiatan memberikan penilaian terhadap baik buruk, indah tidak indah,
sesuai tidak sesuai serta segala ragam penilaian lain yang tidak harus hadir
dalam sebuah karya kritik, tetapi secara personal cukup dimiliki oleh pembaca.
Sejalan dengan rumusan pengertian apresiasi di atas, Effendi (1973:33)
mengungkapkan bahwa apresiasi sastra adalah kegiatan menggauli karya sastra
secara sungguh-sungguh sehingga menumbuhkan pengertian, penghargaan,
kepekaan pikiran kritis, dan kepekaan pikiran yang baik terhadap karya
sastra.drama secara langsung yaitu interaksi secara langsung dengan karya
sastradrama baik dalam bentuk teks tertulis maupun dalam bentuk pementasan.
Apresiasi dramasecara tidak langsung yaitu ketika kita belajar teori drama,
sejarah drama, kritik drama. Baikdalam sekolah, kuliah maupun belajar sendiri
melalui buku maupun surat kabar dan majalahsastra. Tingkat mengapresiasi
drama menurut Herman J.waluyo,2002:45. Menyebutkanbahwa apresiasi

1
berhubungan dengan sikap dan nilai. Beliau juga menyebutkan adanya
empattingkat apresiasi,yaitu tingkat menggemari, tingkat menikmati, tingkat
mereaksi, tingkatproduktif. Ada juga cara mengapresiasi drama secara reseptif
yaitu drama dapatdiapresiasikan dengan cara membaca, mendengarkan, dan
menyaksikan pementasan.Apresiasi sastra secara produktif,drama dapat
diapresiasikan dengan cara membuat naskah.

Dari pengertian di atas dapat kami simpulkan bahwa apresiasi drama


adalah kegiatan menggauli karya sastra secara sungguh-sungguh sehingga
menumbuhkan pengertian, penghargaan, kepekaan pikiran kritis, dan kepekaan
pikiran yang baik terhadap suatu karya sastra yang berupa drama atau seni
peran. Apresiasi drama di sini tidak hanya mencakup apresiasi pementasan
drama saja, akan tetapi apresiasi terhadap naskah drama juga.
Dalam pembelajaran apresiasi drama di perkuliahan, sebelum mahasiswa
mampu mengapresiasi sebuah karya sastra yang berupa drama. Tahap yang
harus diketahui mahasiswa adalah jenis drama yang akan ditampilkan dan
menyimak naskah dalam drama. Untuk itu dalam makalah ini akan dibahas
menggenai jenis-jenis drama dan naskah drama.

B. Rumusan Masalah
1) Apa pengertian Drama?
2) Apa saja jenis-jenis Drama?
3) Bagaimana Menyimak Naskah Drama?
4) Bagaimana Menceritakan kembali Naskah Drama?

C. Tujuan Masalah
1) Mengetahui Pengertian Drama.
2) Mengetahui Jenis-jenis Drama .
3) Memaparkan cara menyimak Naskah Drama.
4) Memaparkan cara Menceritakan kembali Naskah Drama.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Drama
Kata Drama berasal dari bahasa Yunani Draomai yang berarti
berbuat, berlaku, bertindak. Jadi drama bisa berarti perbuatan atau
tindakan. Arti pertama dari Drama adalah kualitas komunikasi, situasi,
actiom (segala yang terlihat di pentas) yang menimbulkan perhatian,
kehebatan (axcting), dan ketegangan pada para pendengar. Arti kedua,
menurut
•Moulton : Drama adalah hidup yang dilukiskan dengan gerak (life
presented in action).
•Menurut Ferdinand Brunetierre : Drama haruslah melahirkan
kehendak dengan action.
•Menurut Balthazar Vallhagen : Drama adalah kesenian
melukiskan sifat dan sifat manusia dengan gerak.
Arti ketiga drama adalah cerita konflik manusia dalam bentuk
dialog yang diproyeksikan pada pentas dengan menggunakan percakapan
dan action dihadapan penonton (audience).
Adapun istilah lain drama berasal dari kata drame, sebuah kata
Perancis yang diambil oleh Diderot dan Beaumarchaid untuk menjelaskan
lakon-lakon mereka tentang kehidupan kelas menengah. Dalam istilah
yang lebih ketat, sebuah drama adalah lakon serius yang menggarap satu
masalah yang punya arti penting, meskipun mungkin berakhir dengan
bahagia atau tidak bahagia, tapi tidak bertujuan mengagungkan tragedi.
Bagaimanapun juga, dalam jagat modern, istilah drama sering diperluas
sehingga mencakup semua lakon serius, termasuk didalamnya tragedi dan
lakon absurd.
Drama adalah satu bentuk lakon seni yang bercerita lewat
percakapan dan action tokoh-tokohnya. Akan tetapi, percakapan atau
dialog itu sendiri bisa juga dipandang sebagai pengertian action. Meskipun
merupakan satu bentuk kesusastraan, cara penyajian drama berbeda dari

3
bentuk kekusastraan lainnya. Novel, cerpen dan balada masing-masing
menceritakan kisah yang melibatkan tokoh-tokoh lewat kombinasi antara
dialog dan narasi, dan merupakan karya sastra yang dicetak. Sebuah drama
hanya terdiri atas dialog; mungkin ada semacam penjelasannya, tapi hanya
berisi petunjuk pementasan untuk dijadikan pedoman oleh sutradara. Oleh
para ahli, dialog dan tokoh itu disebut hauptext atau teks utama; petunjuk
pementasannya disebut nebentext atau tek sampingan.
Contoh; Chaterina ( bergegas masuk, membawa berita bagus );
Raina ! ( ia mengucapkan Raina, dengan tekanan pada i ) Raina ! ( ia
menunjuk ketempat tidur, berharap menemukan Raina disitu ) Mengapa, di
mana….! ( Raina menoleh kedalam ruangan).
Fase-fase dalam kurung diatas adalah petunjuk permainan untuk
sutradara dan pemain. Ini memandu para aktor dan sutradara maupun
tetang penataan perlengkapan panggung. George Bernard Shaw ( 1856 –
1950 ), pelopor realisme dalam sejarah drama Inggris, memberi petunjuk
secara panjang lebar pada nebentext-nya yang ditemukan dalam
kebanyakan naskahnya karena ia tidak ingin interprestasi lakon-lakonnya
menyeleweng dari apa yang sebenarnya ia kehendaki.
Tidak adanya narasi dalam drama bisa digantikan oleh akting para
pemain yang, dengan menghubunkan diri mereka sendiri dengan
perlengkapan, perlampuan dan iringan musik, menciptakan suasan dan
menghidupkan panggung itu menjadi dunia yang amat nyata. Disamping
itu, penjelasan tentang tokoh disampaikan melalui dialog antara tokoh yang
membicarakan tokoh lain. Pada puisi, daya ekpresi dan irama mentepati
posisi yang dominan. Oleh karena itu, puisi tidak bercerita. Jika balada
bertumpu pada narasi, sebab sebenarnya balada adalah kisah, atau cerita
yang dinyanyikan. Contohnya, mahabarata dan ramayana dalam bentuk
tembang. Puisi yang dibaca dengan baik menjadi dramatik, seperti yang
dilakukan Rendra, aktor baik. Maka “Tidak tidak diragukan lagi drama
kadang dianggap diambil dari kata dramen yang berarti sesuatu untuk
dimainkan.”Mungkin drama memperoleh hampir semua efektivitasnya dari
kemampuannya untuk mengatur dan menjelaskan pengalaman manusia.

4
Oleh karenanya, drama, seperti halnya karya sastra pada umumnya, dapat
dianggap sebagai interprestasi penulis lakon tentang hidup. Unsur dasar
drama-perasaan,hasrat, konflik dan rekonsilasi merupakan unsur utama
pengalaman manusia.
Dalam kehidupan nyata, semua pengalaman emosional tersebut
merupakan kumpulan berbagai kesan yang saling ada hubungannya.
Bagaimanapun juga, dalam drama, penulis lakon mampu mengorganisir
semua pengalaman ini ke dalam satu pola yang bisa dipahami. Penonton
melihat materi kehidupan nyata yang disajikan dalam bentuk yang padat
makna dengan menghapus hal-hal yang tidak penting dan memberi tekanan
kepada hal-hal yang penting.
Penulis lakon menulis drama untuk dipentaskan, ia menulis drama
itu dengan membayangkan action dan ucapan para aktor diatas panggung.
Jadi ucapan dan action yang terwujud dalam dialog itu adalah bagian
paling penting, yang tanpa itu drama bukan benar-benar sebuah lakon.
Karena itu, sebuah drama mewujudkan action, emosi, pemikiran,
karakterisasi, yang perlu digali dari dialog-dialog itu. Adalah satu
keharusan bagi seorang sutradra untuk menganalisis drama sebelum
memanggugkan drama itu.
B. Jenis -Jenis Drama
Drama menurut masanya dapat dibedakan dalam dua jenis yaitu
drama baru dan drama lama.
a. Drama Baru / Drama Modern
Drama baru adalah drama yang memiliki tujuan untuk
memberikan pendidikan kepada mesyarakat yang umumnya
bertema kehidupan manusia sehari-hari.
b. Drama Lama / Drama Klasik
Drama lama adalah drama khayalan yang umumnya
menceritakan tentang kesaktian, kehidupan istanan atau
kerajaan, kehidupan dewa-dewi, kejadian luar biasa, dan lain
sebagainya.

5
Macam-Macam Drama Berdasarkan Isi Kandungan Cerita :
a. Drama Komedi, adalah drama yang lucu dan menggelitik penuh
keceriaan.
b. Drama Tragedi, adalah drama yang ceritanya sedih penuh
kemalangan.
c. Drama Tragedi Komedi, adalah drama yang ada sedih dan ada
lucunya.
d. Opera, adalah drama yang mengandung musik dan nyanyian.
e. Lelucon / Dagelan, adalah drama yang lakonnya selalu bertingkah
pola jenaka merangsang gelak tawa penonton.
f. Operet / Operette, adalah opera yang ceritanya lebih pendek.
g. Pantomim, adalah drama yang ditampilkan dalam bentuk gerakan
tubuh atau bahasa isyarat tanpa pembicaraan.
h. Tablau, adalah drama yang mirip pantomim yang dibarengi oleh
gerak-gerik anggota tubuh dan mimik wajah pelakunya.
i. Passie, adalah drama yang mengandung unsur agama / religius.
j. Wayang, adalah drama yang pemain dramanya berupa boneka
wayang atau sejenisnya.

C. Menyimak Nasakah Drama

Menyimak dapat kita artikan sebagai suatu proses kegiatan


mendengarkan lambang lisan-lisan dengan penuh perhatian,
pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi,
menangkap isi, serta memahami makna komunikasi yang tidak
disampaikan oleh si pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan.
Proses menyimak memerlukan perhatian serius agar informasi yang

6
disampaikan dapat diterima dengan baik. Ia berbeda dengan
mendengar atau mendengarkan. Perbedaan menyimak dan mendengar
menurut Tarigan adalah bahwa pada kegiatan mendengar mungkin si
pendengar tidak memahami apa yang didengar. Pada kegiatan
mendengarkan sudah ada unsur kesengajaan, tetapi belum diikuti
unsur pemahaman karena itu belum menjadi tujuan. Menyimak
sebagai suatu keterampilan berbahasa memberikan gambaran tentang
kegiatan menyimak, menyimak selalu mencakup mendengar,
mendengarkan, dan disertai usaha untuk memahami bahan simakan.
Oleh karena itu dalam kegiatan menyimak ada unsur kesengajaan,
perhatian dan pemahaman, yang merupakan unsur utama dalam setiap
peristiwa menyimak. Penilaiannya pun selalu terdapat dalam peristiwa
menyimak, bahkan melebihi unsur perhatian. Dengan demikian,
tujuan utama menyimak adalah untuk menangkap dan memahami isi
pesan dan ide serta gagasan yang terdapat pada materi atau bahasa
simakan.

Menyimak drama dapat dikatakan berjalan dengan baik apabila


setelah proses menyimak tersebut kita dapat memahami jalannya cerita
beserta penokohannya khususnya dalam perwatakannya. Mengevaluasi
pemeran tokoh berarti memberikan apresiasi dan penilaian mengenai
pemeranan. Evaluasi ini dapat ditunjukkan pada bagian akting yang
meliputi ekspresi dengan gerak tubuh; suara yang meliputi volume,
artikulasi, intonasi, keluwesan, dan ketepatan karakter yang
diperankan, serta penghayatan terhadap isi naskah. Dengan kita
mengevaluasi pemeran tokoh dalam drama, maka akan mempermudah
si penyimak dalam menceritakan kembali naskah drama yang
ditunjukkan meliputi: Pelafalan, intonasi, mimik, kinesik, dan
penghayatan. (Indarti, 2006, hal. 90)

D. Menceritakan Kembali Naskah Drama dengan Baik


Menceritakan kembali merupakan kegiatan menyusun kembali
isi naskah drama yang telah disimak entah itu dari proses pembacaan

7
ataupun pertunjukkan. Tujuan dari kegiatan menceritakan kembali
adalah untuk memberikan informasi dan pengetahuan kepada orang
lain secara lisan. Ketika guru meminta anak untuk menceritakan
kembali isi naskah drama yang telah didengar, peran guru di sini
adalah untuk memotivasi agar anak dapat berpikir secara logis dan
dapat menceritakan kembali isi cerita dengan baik. Untuk dapat
menceritakan kembali isi naskah drama yang telah kita simak, kita
harus memperhatikan dengan seksama drama yang sedang kita simak
tersebut. Setidaknya ada beberapa langkah yang dapat kita lakukan
dalam rangka menceritakan kembali naskah drama. Diantaranya:
a Menyimak secara keseluruhan isi naskah dramaTujuan dari
kegiatan ini adalahagar kita dapat memahami isi naskah drama
yang berkaitan dengan makna yang terkandung di dalam cerita
tersebut. Nilai-nilai atau amanat itulah yang harus kita temukan
pada saat menyimak.
b Mencatat tokoh dan penokohan dalam naskah drama. Sebab,
tokmerupakan      motor penggerak alur.
c Mencatat latar atau setting cerita di dalam naskah drama.
d Mencatat alur yang digunakan di naskah drama.
e Memahami hal pendukung lain yang dapat membantu kita dalam
menceritakan kembali seperti gaya bahasa yang digunakan, dialog
antar tokoh, pada bagian mana konflik harus memuncak, serta hal
yang lain seperti amanat atau nilai-nilai kehidupan yang dapat
dijadikan sebagai bahan pengembang dalam menceritakan kembali.
f Rangkailah cerita menggunakan bahasamu sendiri.(Aminudin,
2001, hal. 54)

8
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Drama adalah satu bentuk lakon seni yang bercerita lewat percakapan
dan action tokoh-tokohnya. Akan tetapi, percakapan atau dialog itu sendiri
bisa juga dipandang sebagai pengertian action. Meskipun merupakan satu
bentuk kesusastraan, cara penyajian drama berbeda dari bentuk kekusastraan
lainnya.

Drama menurut masanya dapat dibedakan dalam dua jenis yaitu drama
baru dan drama lama. Dan Macam-Macam Drama Berdasarkan Isi
Kandungan Cerita yaitu Drama Komedi, Drama Tragedi, Drama Tragedi
Komedi, Opera, Lelucon / Dagelan, Operet / Operette, Pantomim, Tablau,
Passie, Wayang,

Menyimak drama dapat dikatakan berjalan dengan baik apabila setelah


proses menyimak tersebut kita dapat memahami jalannya cerita beserta
penokohannya khususnya dalam perwatakannya. Proses menyimak
memerlukan perhatian serius agar informasi yang disampaikan dapat diterima
dengan baik. Ia berbeda dengan mendengar atau mendengarkan. Perbedaan
menyimak dan mendengar menurut Tarigan adalah bahwa pada kegiatan
mendengar mungkin si pendengar tidak memahami apa yang didengar.

9
Menceritakan kembali merupakan kegiatan menyusun kembali isi naskah
drama yang telah disimak entah itu dari proses pembacaan ataupun
pertunjukkan. Tujuan dari kegiatan menceritakan kembali adalah untuk
memberikan informasi dan pengetahuan kepada orang lain secara lisan.

B. Saran
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini ada beberapa
kesalahan dan kekurangannya, maka dari itu kami memohon maaf dan
senantiasa menerima kritik dan saran yang dapat membangun untuk
pembuatan makalah dimasa yang akan datang.

DAFTAR PUSTAKA

Aminuddin. 2002. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru


Algensindo.

Indarti, Titik. 2006. Memahami Drama Sebagai Teks Sastra dan


Pertunjukan. Surabaya: Unesa University Press.

https://www.anekamakalah.com/2012/10/makalah-tentang-drama.html?
m=1

http://organisasi.org/arti-definisi-pengertian-drama-dan-jenis-macam-
drama-pelajaran-bahasa-indonesia

10
11

Anda mungkin juga menyukai