Anda di halaman 1dari 5

Ekologia, Vol. 13 No.

2 , Oktober 2013: 31-35

APLIKASI AMONIUM HIDROKSIDA (NH4OH) SEBAGAI TRIGGER


PEMIJAHAN TIRAM MUTIARA Pinctada maxima (JAMESON)

Tjahjo Winanto
Jurusan Perikanan dan Kelautan Fakultas Sains dan Teknik
Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui dosis larutan NH4OH yang
optimum dan posisi injeksi yang tepat sehingga dapat menjadi pemicu (trigger) pemijahan
induk tiram mutiara Pinctada maxima (Jameson). Percobaan menggunakan Rancangan Acak
Lengkap Faktorial (Faktorial-RAL), dengan tiga kali ulangan. Perlakuan yang diterapkan
terdiri dari dua faktor yaitu (I) Posisi Injeksi dan (II) Dosis larutan NH 4OH. Faktor I terdiri
dari 4 taraf faktor yaitu posisi injeksi di bagian (A) Otot aduktor, (B) Pangkal kaki, (C)
Gonad dan (D) Tidak diinjeksi (kontrol). Faktor II terdiri dari 3 taraf faktor yaitu dosis (E)
0,5 ml, (F) 1,0 ml dan (G) 1,5 ml. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa dosis larutan
NH4OH yang optimum untuk memicu (trigger) pemijahan induk tiram mutiara Pinctada
maxima (Jameson) adalah 0,51,0 ml dengan posisi injeksi terbaik di bagian pangkal kaki.

Kata kunci : Pearl oyster Pinctada maxima; amonium hidroksida (NH4OH); spawning

PENDAHULUAN adalah tiram tidak mau memijah setelah


Permasalah utama pada budidaya dipelihara di hatchery. Beberapa
tiram mutiara (hatchery) saat ini adalah perusahaan tiram mutiara di Indonesia
ketersediaan induk yang siap pijah dan sampai saat ini masih menggunakan bahan
benih (spat) yang sebagian besar masih kimia untuk mempercepat proses
tergantung dari alam. Suplai spat pemijahan di hatchery. Menurut Dan
merupakan bagian yang krusial dari (1967); Finkel and Wolf (1980) dalam
industri ini, jika semata-mata hanya Longo (1988), bahan kimia tertentu yang
menggantungkan pengumpulan spat dari diaplikasikan pada moluska, ternyata dapat
alam (Le Blanc et al. 2005). Sedangkan meningkatkan atau memacu reaksi
spat dan calon induk yang berasal dari akrosoma. Aktifitas sel telur maupun
alam jumlahnya terbatas, sangat fluktuatif spermatozoa dapat meningkat jika terjadi
dan dipengaruhi musim. Penyediaan spat peningkatan pH intra seluler. Kondisi
secara terkendali melalui hatchery perairan yang basa akan meningkatkan
merupakan alternatif yang tepat untuk reaksi akrosomal pada spermatozoa,
menanggulangi terbatasnya spat alam. sehingga berpengaruh positif terhadap
Menurut Jeffrey et al. (1990) tujuan utama peningkatan persentase fertilisasi.
dari kegiatan pembenihan adalah Beberapa jenis bahan kimia seperti
memproduksi jutaan juvenil (spat) dengan Hidrogen Peroksida (H2O2), Amonia
cara memelihara larva pada tingkat (NH4), Natrium Hidroksida (NH4OH),
kepadatan yang lebih tinggi dari kondisi di Larutan Tris (Tris Buffer) telah digunakan
alam. Produksi melalui hatchery oleh Alagarswami et al (1987) dan
merupakan pendekatan yang paling Dharmaraj et al (1991) untuk kegiatan
menguntungkan dalam penyediaan spat pembenihan atau pemijahan tiram mutiara
(Rupp et al. 2005). Pinctada fucata. Winanto (2004)
Permasalah lain yang timbul setelah menggunakan larutan amonia untuk
diperoleh induk tiram mutiara dari alam meningkatkan motilitas spermatozoa,
Aplikasi Amonium Hidroksida (Nh4oh) Sebagai ………….…………….…. (Tjahyo Winanto)

31
Ekologia, Vol. 13 No.2 , Oktober 2013: 31-35

persentase pembuahan dan penetasan tiram sampai krem keputihan, betina berwarna
mutiara Pinctada maxima. kuning tua.
Konsentrasi larutan amonia yang baik Tiram yang telah diseleksi dibawa
untuk meningkatkan motilitas spermatozoa ke laboratorium dan dipelihara di dalam
antara 0,025 % 0,050 %; persentase akuarium ukuran 80 liter dan diberi aerasi.
pembuahan tertinggi pada konsentrasi Satu akuarium diisi 5 pasang tiram, posisi
larutan 0,050 % (87,40 %) dan tingkat tiram jantan dipisahkan dari tiram betina
penetasan tertinggi pada konsentrasi 0,025 dengan tujuan untuk memudahkan
% (86,25 %). pengamatan pemijahan.
Aplikasi larutan kimia untuk Percobaan dilakukan dengan
memicu pemijahan organisme kekerangan menggunakan Rancangan Acak Lengkap
umumnya dilakukan dengan perendaman Faktorial (Faktorial-RAL), dengan tiga kali
(CMFRI, 1991; Winanto 2004). Aplikasi ulangan. Perlakuan yang diterapkan terdiri
larutan kimia dengan cara diinjeksikan di dari dua faktor yaitu (I) Posisi Injeksi dan
bagian kaki dan otot aduktor Pinctada (II) Dosis larutan NH4OH. Faktor I terdiri
fucata telah dilakukan Alagarswami et al dari 4 taraf faktor yaitu posisi injeksi di
(1987). Pengunaan larutan kimia yang tepat bagian (A) Otot aduktor, (B) Pangkal kaki,
dosis sangat bermanfaat dalam (C) Gonad dan (D) Tidak diinjeksi
meningkatkan kesuburan telur dan sperma, (kontrol). Faktor II terdiri dari 3 taraf
serta meningkatkan persentase fertilisasi. faktor yaitu dosis (E) 0,5 ml, (F) 1,0 ml dan
Konsentrasi larutan kimia yang terlalu (G) 1,5 ml.
tinggi diduga dapat mengakibatkan Sebelum perlakuan injeksi larutan
rusaknya sel-sel intra seluler gamet, NH4OH dilakukan, terlebih dahulu
sedangkan konsentrasi larutan yang terlalu disiapkan tiram yang telah dibuka sebagian
rendah tidak akan berpengaruh terhadap cangkangnya dan di ganjal baji. Prosedur
aktifitas sel gamet. membuka cangkang mengikuti petunjuk
Tujuan dari penelitian ini adalah Winanto (2004). Selanjutnya dengan
mengetahui dosis NH4OH yang optimum menggunakan alat injeksi, larutan NH4OH
dan posisi injeksi yang tepat sehingga disuntikkan sesuai dengan perlakuan.
dapat memicu (trigger) pemijahan induk Parameter yang diamati adalah
tiram mutiara Pinctada maxima (Jameson). jumlah tiram mutiara yang memijah dan
sintasan. Persentase pemijahan dihitung
BAHAN DAN METODE dengan membandingkan antara jumlah
Penelitian dilakukan di tiram yang memijah dengan jumlah tiram
laboratorium pembenihan tiram mutiara awal. Sintasan dihitung berdasarkan
Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut persentase jumlah spat pada akhir
Lampung. Sebagai hewan uji digunakan pengamatan dibagi jumlah spat pada awal
tiram mutiara Pinctada maxima (Jameson) pengamatan.
berukuran antara 15–17 cm, dengan stadia Data yang diperoleh dianalisis
kematangan gonad IV (TKG IV). Seleksi dengan uji F. Jika terdapat data yang
induk dilakukan secara visual mengikuti penyebarannya tidak normal, maka terlebih
petunjuk Winanto dan Dhoe (1992); dahulu akan dilakukan transformasi dengan
Winanto (2004), Secara morfologi, tiram logaritma natural (Ln). Apabila uji F
yang telah dewasa (TKG IV) dicirikan menunjukkan adanya pengaruh nyata
dengan berkembangnya gonad sampai (P<0,05) pada tiap perlakuan, maka
menutupi seluruh organ bagian dalam dilanjutkan analisis dengan uji rerata
sehingga tampak menggembung. Tiram Tukey (Neter et al. 1990). Pengolahan data
jantan gonadnya berwarn putih susu
Aplikasi Amonium Hidroksida (Nh4oh) Sebagai ………….…………….…. (Tjahyo Winanto)

32
Ekologia, Vol. 13 No.2 , Oktober 2013: 31-35

dilakukan dengan menggunakan software maxima. Persentase pemijahan tertinggi


SPSS versi 15 for Windows. (93,33%3,4) terdapat pada perlakuan
injeksi pada pangkal kaki dengan dosis 1,0
HASIL DAN PEMBAHASAN ml (BF), sedangkan pada perlakuan injeksi
Hasil penelitian menunjukkan pada gonad dengan dosis 1,5 ml dan tanpa
bahwa posisi injeksi dan dosis larutan injeksi (kontrol) tidak terjadi pemijahan
NH4OH berpengaruh nyata (P<0,05) (Gambar 1)
terhadap pemijahan tiram mutiara Pinctada

120
Persentase Pemijahan (%)

100 e
d
80 f

60 (E) 0,5 ml
b
(F) 1,0 ml
40
(G) 1,5 ml
c
20 h
g
0
(A) Otot aductor (B) Pangkal kaki (C) Gonad (D) Tidak diinjeksi
Posisi Injeksi dan Dosis NH4OH (kontrol)
Gambar 1. Persentase rata-rata pemijahan tiram mutiara Pinctada maxima pada berbagai
posisi injeksi dan dosis larutan NH4OH.

Berdasarkan hasil pengamatan diketahui perlakuan BF atau injeksi pada pangkal


bahwa sintasan tertinggi (96,0%3,60) kaki dengan dosis 1,0 ml (95,26%3,68).
terdapat pada perlakuan injeksi pada Sebaliknya pada tiram mutiara yang tidak
pangkal kaki dengan dosis 0,5 ml (BE), diinjeksi (kontrol) tidak ada yang mati
tetapi tidak berbeda nyata (P>0,05) dengan (Gambar 2).
120 (E) 0,5 ml (F) 1,0 ml (G) 1,5 ml
b b c c c
100 e
a a
Sintasan (%)

80
d
60

40
f f
20

0
(A) Otot aductor (B) Pangkal kaki (C) Gonad (D) Tidak diinjeksi
Posisi Injeksi dan Dosis NH4OH (kontrol)

Gambar 2. Rata-rata sintasan tiram mutiara Pinctada maxima pada berbagai posisi injeksi
dan dosis larutan NH4OH.

Aplikasi Amonium Hidroksida (Nh4oh) Sebagai ………….…………….…. (Tjahyo Winanto)

33
Ekologia, Vol. 13 No.2 , Oktober 2013: 31-35

Pada penelitian ini, tiram injeksi larutan NH4OH pada bagian gonad,
menunjukkan respon pemijahan tertinggi bahkan pada dosis 1,5 ml semua hewan uji
pada perlakuan injeksi pada bagian pangkal mati. Diduga larutan kimia yang
kaki dengan dosis larutan NH4OH 1,0 ml disuntikkan dapat mengganggu aktivitas
(BF). Sebaliknya sintasan tertinggi terdapat fisiologi tiram, sehingga respon yang
pada perlakuan injeksi larutan NH4OH ditimbulkan jadi sebaliknya yaitu tidak
dengan dosis 0,5 ml pada bagian pangkal memijah karena sel-sel gonad letak rusak
kaki (BE), karena perlakuan BE dan BF atau menyebabkan kematian. Harvey and
tidak berbeda nyata maka dosis yang Hoar (1979); Rodwell (1984), menyatakan
dianjurkan adalah 0,5–1,0 ml. Diduga bahwa larutan basa kuat dengan
bagian pangkal kaki merupakan bagian konsentrasi tinggi dapat merusak sel-sel
organ yang sangat peka, organ kaki terdiri telur dan sperma, serta dapat merusak
dari jaringan otot dan syaraf sehingga dapat aktivitas enzimatik atau biologi sebagian
bergerak elastis, dan pusatnya berada pada besar protein. Gonad adalah organ
bagian pangkal kaki. Tidak mengherankan reproduksi, dalam kondisi dewasa (TKG
jika disuntikkan bahan kimia pada bagian IV) gonad menyelimuti seluruh bagian
tersebut dapat mengakibatkan adanya organ dalam yang meliputi perut, jantung
kontraksi keseluruh organ tubuh dan dan bagian utama usus yang berhubungan
memicu pemijahan. Menurut Gosling dengan massa jeroan (Chellam, 1987;
(2004), Velayudhan and Gandhi (1987), Gosling 2004). Mencermati susunan organ
kaki merupakan salah satu organ tubuh gonad, maka jika melakukan injeksi harus
yang bersifat elastis, bentuknya seperti hati-hati, karena jika jarum injeksi
lidah. Kaki terdiri dari susunan jaringan mengenai organ vital dapat mengakibatkan
otot yang menuju keberbagai arah, kematian.
jaringan otot tersebut secara menyeluruh Aplikasi bahan kimia sebagai
dapat ditembus oleh suatu tekanan darah, trigger pemijahan tiram atau jenis
sehingga dengan adanya tekanan pada kekerangan lainnya umumnya dilakukan
aliran tersebut kaki dapat menjadi regang dengan cara perendaman, bahan kimia
(turgit) dan memanjang hingga dapat yang digunakan berupa larutan dan dapat
mencapai tiga kali atau lebih dari panjang merubah pH air. Jenis bahan kimia yang
normal. umum digunakan antara lain hidrogen
Injeksi larutan NH4OH pada bagian peroksida (H2O2), natrium hidroksida
otot aduktor menunjukkan respon yang (NaOH), amonium hidroksida (NH4OH),
lebih rendah (16,5046,38%) jika dan larutan tris (trace buffer). Dalam
dibandingkan injeksi pangkal kaki. Diduga pengaplikasiannya sering dilakukan
otot aduktor tidak secara langsung pencampuran antara bahan-bahan kimia
berhubungan dengan organ reproduksi, tersebut (CMFRI, 1991; Dharmaraj et al.,
sehingga rangsang bahan kimia yang 1991; Winanto 2004). Penggunaan larutan
diinjeksikan tidak nyata pengaruhnya. NH4OH dengan dosis 0,1 – 0,3 ml tang
Disampaikan Gosling (2004), pada bivalvia diinjeksikan pada otot aduktor atau pangkal
otot aduktor mempunyai tugas utama kaki tiram mutiara Pinctada fucata dapat
khususnya dalam membuka dan menutup merespon pemijahan 46–50%
cangkang. Fungsi lain dari otot aduktor (Alagarswami et al, 1987; Winanto, 2004).
adalah sebagai tempat penyimpanan
cadangan karbohidrat atau glikogen SIMPULAN
(Dharmaraj et al., 1987). Hasil pengamatan menunjukkan
Respon pemijahan paling rendah bahwa dosis larutan NH4OH yang optimum
(3,33–11,15%) terjadi pada perlakuan untuk memicu (trigger) pemijahan induk
Aplikasi Amonium Hidroksida (Nh4oh) Sebagai ………….…………….…. (Tjahyo Winanto)

34
Ekologia, Vol. 13 No.2 , Oktober 2013: 31-35

tiram mutiara Pinctada maxima (Jameson) Dharmaraj, D., Kandasami, D., and
adalah 0,5–1,0 ml dengan posisi injeksi Alagarswami, K. 1987. Some
terbaik di bagian pangkal kaki. Aspects of Physiology of Pearl
Oyster. CMFRI. Bul 39(4): 21-28.
DAFTAR PUSTAKA Dharmaraj, S, Velayudhan TS, Chellam A,
Alagarswami K, Dharmaraj S, Velayudhan Victor ACC, Gopinathan CP. 1991.
TS, and Chellam A. 1987. Hetchery Hatchery Production of Pearl
Tecnology for Pearl Oyster Oyster Spat: Pinctada fucata.
Production. CMFRI. Bul 39(9): 62- CMFRI Special Publication 49.
71. India. 36p.
Chellam A. 1987. Biology of Pearl Oyster Gosling E. 2004. Bivalve Molluscs.
Pinctada fucata (Gould). CMFRI. Biology, Ecology and Culture.
Bul 39(3): 13-20. Fishing News Book. Great Britain.
CMFRI. 1991. Pearl Oyster Farming and Harvey, B.J and W.S. Hoar., 1979. The
Pearl Culture. Training Manual Theory and Practise of Inducced
No. 8. Regional Seafarming Breeding in Fish. IDRC – Ottawa.
Development and Demonstration 48 p.
Project. RAS/90/002. Bangkok,
Thailand. 103 p.

Aplikasi Amonium Hidroksida (Nh4oh) Sebagai ………….…………….…. (Tjahyo Winanto)

35

Anda mungkin juga menyukai