Anda di halaman 1dari 7

PERBEDAAN PENGGUNAAN FORMALIN DENGAN CAMPURAN FENOL DAN

FORMALIN SEBAGAI PENGAWET PADA PERUBAHAN HISTOPATOLOGI


HEPAR POSTMARTEM KELINCI SETELAH 24 JAM KEMATIAN

LU’LU’UL MAGHFIROH. 2019


Penelitian Eksperimental Laboratoris
Fakultas Kedokteran Universitas Hang Tuah Surabaya
Dosen Pembimbing : Nabil Bahasuan, dr., Sp.F

ABSTRAK
Latar Belakang : Sejak beberapa abad yang lalu formalin merupakan bahan yang
lazim digunakan untuk pengawetan jenazah. Namun paparan yang muncul dari
formalin menyebabkan efek samping hingga terdapat suatu penelitian yang
menunjukkan bahwa campuran fenoldan formalin dapat digunakan untuk
mengawetkan kelinci postmortem. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui
perbedaan penggunaan formalindengancampuran fenol dan formalin sebagai
pengawet pada perubahan histopatologi hepar postmortem kelinci setelah 24 jam
kematian.
Metode : Penelitian ini mengunakan metode post test only control group design
yang diambil secara random. Pada penelitian ini dilakukan di laboratorium Biokimia
Fakultas Kedokteran Universitas Hang Tuah, Surabaya dengan besar sampel 20
kelinci yang dibagi menjadi 2 kelompok: 1) Kelompok kelinci yang diberi formalin 24
jam setelah kematian. 2) Kelompok kelinci yang diberi campuran fenol dan formalin
24 jam setelah kematian. Seluruh hepar kelinci dilakukan pemeriksaan histopatologi
dengan pewarnaan HE dan dinilai tingkat nekrosis.
Hasil : Hasil perubahan histopatologi hepar yang ditemukan pada kelompok
kelinci yang diberi formalin adalah: 2 kelinci tidak ditemukan perubahan
histopatologi,6 kelinci ditemukan perubahan histopatologi Mild (focal, few, portal
areas), 2 kelinci ditemukan perubahan histopatologi Mild/moderate (focal, most
portal areas). Perubahan histopatologi hepar pada kelompok yang diberi campuran
fenol dan formalin: 5 kelinci mengalami perubahan histopatologi Mild (focal, few,
portal areas), 5 kelinci mengalami perubahan histopatologi Mild/moderate (focal,
most portal areas). Tidak terdapat perbedaan bermakna (p=0,089) antara perubahan
histologi hepar kelompok kelinci yang diberi formalin dengan campuran fenol dan
formalin.
Kesimpulan : Pemakaian formalin untuk pengawetan hepar kelinci setelah 24 jam
kematian lebih bagus dibandingkan dengan campuran fenol dan formalin pada
perubahan histopatologi hepar.
Kata kunci : Formalin, Fenol dan Formalin, Histopatologi hepar postmartem, Kelinci.

PENDAHULUAN untuk membuat tubuh tampak hidup


Metode pengawetan kimia dari selama disemayamkan sebelum
mayat memiliki keberhasilan yang besar pemakaman dan untuk mengawetkan
pada masyarakat mesir selama lebih jenazah untuk tujuan diseksi di fakultas
dari 3 abad. Pembalseman adalah kedokteran (Vij, 2011).
tindakan memberikan antiseptic Pengawet utama yang digunakan
menyeluruh dan melakukan pengawetan adalah natron yang merupakan
pada jenazah untuk mencegah campuran alami dari natrium karbonat
pembusukan. Pembalseman digunakan dan bikarbonat dalam berbagai proporsi

Jurnal Penelitian ⏐ 2019


Fakultas Kedokteran-Universitas Hang Tuah Surabaya
(Vij, 2011). Fenol pertama kali Berdasarkan urain tersebut saya
digunakan untuk desinfektan pada tahun tertarik untuk melakukan penelitian
1865 oleh dokter bedah inggris, Joseph tentang perbedaan penggunaan formalin
Lister dari Universitas Glasglow, dengan campuran fenol dan formalin
Skotlandia, untuk sterilisasi luka, sebagai bahan pengawetan pada
instrument, dan bebat untuk bedah perubahan histopatologi hepar
(Wiley, 2003). Fenol juga dapat postmartem kelinci setelah 24 jam
digunakan sebagai produk medis seperti kematian.
obat tetes pada mata dan telinga, obat
pelega tenggorokan, dan obat pencuci METODE PENELITIAN
mulut (PubCem 2016). Fenol berpotensi Desain penelitian
mampu menyebabkan toksisitas sistemik Desain penelitian ini merupakan
dan efek langsung pada kulit setelah penelitian eksperimental murni
paparan. Paparan langsung pada area laboratoris yang dikerjakan di
yang signifikan pada kulit dengan fenol laboratorium dengan post test only
konsentrasi rendah (5-6%) dapat control group design. Pada desain ini,
menjadi sangat berbahaya (ATSDR, pengambilan sampel eksperimental dan
2008). Fenol murni yang mengandung kontrol dilakukan secara random atau
lebih dari 3% fenol dapat menyebabkan acak dari suatu populasi tertentu,
korosi pada kulit, sedangkan untuk sehingga memungkinkan peneliti untuk
larutan fenol yang telah diencerkan mengatur semua faktor yang
dengan 1% - 3% dapat mengiritasi kulit mempengaruhi dan hasil dari penelitian
(CDC, 2011). sehingga dapat diperoleh hasil dengan
Sejak abad ke-19, formaldehida validitas tinggi.
merupakan bahan yang lazim digunakan
untuk pengawetan jenazah (Mayer, Populasi dan Sampel Penelitian
2012). Larutan formaldehida 8% dalam Populasi dan sampel dalam
air memiliki spektrum aktivitas luas penelitian ini adalah kelinci yang ada di
terhadap bakteri, jamur, dan virus. laboratorium Biokimia Fakultas
Larutan formaldehida 4% (formalin 10%) Kedokteran Universitas Hang Tuah,
yang digunakan untuk fiksasi jaringan Surabaya dengan total sampel yang
dan pembalseman mungkin tidak digunakan dalam penelitian ini adalah 20
bersifat mikrobakterisidal (Katzung, ekor hewan coba.
2012).
Hewan coba banyak digunakan Alat dan Bahan Penelitian
dalam studi eksperimental dengan Alat Penelitian
pertimbangan hasil penelitian tidak dapat 1) Alat untuk memberikan
diaplikasikan langsung pada manusia perlakuan berupa pinset, gunting, spuit,
untuk alasan praktis dan etis. Salah satu I.V kateter nomor 26, plester. 2) Alat
hewan yang banyak dipakai sebagai untuk hewan coba berupa timbangan
subjek penelitian adalah kelinci. hewan dan kandang/bak hewan dan
Beberapa alasan mengapa kelinci jam. 3) Alat untuk pengmatan proses
banyak digunakan sebagai hewan coba dekomposisi berupa kandang/bak dan
dalam penelitian adalah selain karena jam. 4) Alat untuk pengantaran organ
pertimbangan praktis, hewan model berupa mikrotom. 5) Alat untuk
tersebut adalah hewan sangat jinak dan pembacaan preparat berupa mikroskop
lembut, juga karena mudah untuk dan kamera. Dan 6) Alat untuk
ditangani dan memerlukan perawatan pembuatan preparat histologi dengan
yang relatif murah serta dapat penggunakan pengecatan rutin berupa
berkembangbiak secara cepat. Hematoxyline-Eosin (HE).
Jurnal Penelitian ⏐ 2019
Fakultas Kedokteran-Universitas Hang Tuah Surabaya
Bahan penelitian HASIL PENELITIAN
1) Bahan uji (Campuran Fenol
dan Formalin), 2) Bahan lain (Formalin,
Ketamine 10%)

Tahap perlakuan
Setelah hewan percobaan sudah
tidak lagi sadar, tahap pertama yang
dilakukan adalah mecnari arteri
aurikularis terbesar didaerah sekitar
telinga. Lakukan desinfektan dengan
alcohol 70% pada daerah yang akan
disuntik, lalu injeksikan larutan dengan
menyuntikan I.V kateter nomor 26.
Tahap berikutnya untuk masing-masing
kelompok yaitu : 1) Kelompok control :
hewan coba diinjeksi larutan formalin

dengan dosis 4 ml per 1 kgBB hewan

coba. Dan 2) Kelompok perlakukan :

hewan coba diijeksi campuran larutan

fenol dan formalin dengan dosis 4 ml per

1 kgBB hewan coba.


Tahap pasca perlakuan
Setelah dilakukan perlakuan
seperti diatas, karkas akan dikirim
menuju mesin incinerator RSAL Dr.
Ramelan Surabaya guna mencegah
terjadinya penyakit baru dan kematian
pada manusia.
Perubahan Histopatologi Hepar
Cara Pengolahan dan Analisis Data Postmartem Kelinci Setelah 24 Jam
Data yang sudah didapat segera Kematian
dianalisa secara statistic untuk Tabel 1. Hasil pengamatan pada hewan
membuktikan bahwa terdapat perbedaan coba yang diberi formalin
antara penggunaan formalin dengan Sampel L1 L2 L3 L4 L5 Nilai
campuran fenol dan formalin sebagai 1 3 1 1 3 1 1
bahan pengawetan pada derajat 2 3 1 3 1 3 3
perubahan postmortem kelinci setelah 3 1 1 1 1 1 1
24 jam kematian.
4 1 1 1 1 1 1
Data yang dianalisis
5 1 1 1 1 1 1
menggunakan uji statistic Mann-Whitney
6 1 1 3 1 1 1
U dan analisis crosstab, serta diolah
dengan Statistical Package for Science 7 3 3 3 3 3 3
Studies (SPSS) 23 for iMac. 8 3 1 1 3 1 1
9 1 3 1 3 1 1
10 3 1 3 3 1 3

Jurnal Penelitian ⏐ 2019


Fakultas Kedokteran-Universitas Hang Tuah Surabaya
Tabel 2. Hasil pengamatan pada hewan Hasil Uji Mann-Whitney U Perubahan
coba yang diberi campuran fenol dan Histopatologi Hepar Postmartem
formalin Kelinci (Oryctolagus cuniculus) pada
Sampel L1 L2 L3 L4 L5 Nilai Kelompok Formalin dengan
1 3 3 3 4 3 3 Campuran Fenol dan Formalin setelah
2 1 1 1 1 1 1 24 jam kematian.
3 1 1 1 1 1 1
4 1 3 3 1 1 1 Uji Mann-Whitney U adalah uji
5 3 3 3 3 3 3 non parametrik yang digunakan untuk
6 1 3 1 3 1 1 membandingkan apakah terdapat
7 1 3 1 1 1 1 perpedaan antara perubahan
8 3 4 4 4 4 4 histopatologi hepar postmartem Kelinci
9 3 3 3 4 3 3 (Oryctolagus cuniculus) pada kelompok
10 4 4 4 3 3 4 Formalin dengan Campuran Fenol dan
Keterangan: Formalin setelah 24 jam kematian. Hasil
0 : Absent dari uji Mann-Whitney U dapat dilihat
1 : Mild (focal, few, portal areas) pada Tabel 3.
2 : Mild/moderate (focal, most portal Tabel 3 Hasil Uji Mann-Whitney
areas) Uperubahan histopatologi hepar
3 : Moderate (continuous around postmartem Kelinci (Oryctolagus
<50% of tracts or septa) cuniculus) pada Kelompok Formalin
4 : Severe (continuous around >50% dengan Campuran Fenol dan Formalin
of tracts or septa) setelah 24 jam kematian
Histopatologi
Berdasarkan Tabel 1 Dapat Mann-Whitney U 37,000
diketahui bahwa ada tiga (3) Kelinci Asymp. Sig. (2-tailed) 0,259
(Oryctolagus cuniculus) yang ditemukan
perubahan histopatologi hepar
postmartem pada Kelompok Formalin Dari Tabel 3 menunjukkan
setelah 24 jam kematian kategori signifikansi p-value = 0,259 yaitu < α
Moderate (continuous around <50% of (0.05) maka tidak ada perbedaan
tracts or septa), tujuh (7) Kelinci penggunaan Formalin dengan
(Oryctolagus cuniculus) ditemukan Campuran Fenol dan Formalin sebagai
perubahan histopatologi hepar Mild pengawet pada perubahan histopatologi
(focal, few, portal areas) pada Kelompok hepar postmartem Kelinci (Oryctolagus
Formalin setelah 24 jam kematian. cuniculus) setelah 24 jam kematian.
Sedangkan pada kelompok
campuran fenol dan formalin ditemukan PEMBAHASAN
dua (2) Kelinci (Oryctolagus cuniculus) Hasil dari analisis histopatologi
yang mengalami perubahan hepar menunjukan bahwa ada tiga (3)
histopatologi hepar Severe (continuous Kelinci (Oryctolagus cuniculus) yang
around >50% of tracts or septa) setelah ditemukan perubahan histopatologi
24 jam kematian dan lima (5) Kelinci hepar postmartem pada Kelompok
(Oryctolagus cuniculus) yang mengalami Formalin setelah 24 jam kematian
perubahan histopatologi hepar Mild kategori Moderate (continuous around
(focal, few, portal areas) setelah 24 jam <50% of tracts or septa), tujuh (7) Kelinci
kematian. (Oryctolagus cuniculus) ditemukan
perubahan histopatologi hepar Mild
(focal, few, portal areas) pada Kelompok
Formalin setelah 24 jam kematian.
Jurnal Penelitian ⏐ 2019
Fakultas Kedokteran-Universitas Hang Tuah Surabaya
Sedangkan pada kelompok albicans, Aspergillus niger, atau
campuran fenol dan formalin ditemukan Penicillium notatum. Mekanisme
dua (2) Kelinci (Oryctolagus cuniculus) formaldehid sebagai pengawet diduga
yang mengalami perubahan bergabung dengan asam amino bebas
histopatologi hepar Severe (continuous dari protoplasma sel atau
around >50% of tracts or septa) setelah mengkoagulasikan protein (Cahyadi,
1X24 jam kematian dan lima (5) Kelinci 2006).
(Oryctolagus cuniculus) yang mengalami Formaldehid membunuh bakteri
perubahan histopatologi hepar Mild dengan membuat jaringan dalam bakteri
(focal, few, portal areas) setelah 24 jam dehidrasi (kekurangan air) sehingga sel
kematian. bakteri akan kering dan membentuk
Hasil penelitian menunjukkan lapisan baru di permukaan. Artinya
bahwa tidak ada perbedaan penggunaan formalin tidak saja membunuh bakteri,
formalin dengan campuran fenol dan tetapi juga membentuk lapisan baru
formalin sebagai pengawet pada yang melindungi lapisan di bawahnya
perubahan histopatologi hepar supaya tahan terhadap serangan bakteri
postmartem Kelinci (Oryctolagus lain. Bila desinfektan lainnya
cuniculus) setelah 24 jam kematian. mendeaktifasikan serangan bakteri
Meski tidak terdapat perbedaan dengan cara membunuh maka formalin
yang signifikan antara penggunaan akan bereaksi secara kimiawi dan tetap
formalin dengan campuran fenol dan ada di dalam materi tersebut untuk
formalin sebagai pengawet pada melindungi dari serangan berikutnya
perubahan histopatologi hepar (Cipta Pangan, 2006)
postmartem Kelinci (Oryctolagus Menurut Atmadja (2002) Formalin
cuniculus) setelah 24 jam kematian, sangat efektif untuk pengawetan mayat,
namun hasil penelitian menunjukkan karena formalin tidak merusak jaringan
bahwa kelompok dengan pemberian pada mayat, namun formalin memiliki
formalin mengalami kerusakan yang sifat yaitu menimbulkan bau yang
lebih kecil dari pada kelompok dengan menusuk dan uap yang dihasilkan
pemberian campuran fenol dan formalin menyebabkan sensasi terbakar di mata,
(Gambar 1 dan Gambar 2). hidung dan di daerah tenggorokan.
Hal ini dikarenakan formalin Selain itu ada juga individu yang merasa
merupakan disinfektan yang efektif mual, pusing serta mengalami iritasi
melawan bakteri vegetatif, jamur atau pada kulit apabila terdedah pada zat
virus tetapi kurang efektif melawan spora ini.Walau bagaimanapun, hal ini hanya
bakteri. Formaldehida bereaksi dengan terjadi pada individu – individu yang
protein dan hal tersebut mengurangi sensitif terhadap zat kimia formaldehida.
aktivitas mikroorganisme. Efek (National Cancer Institute, 2009)
sporosidnya meningkat, yang meningkat Sehingga diperlukan bahan
tajam dengan adanya kenaikan suhu. pengawet lain salah satunya yaitu fenol,
Larutan 0,5 % formaldehid dalam waktu dan dari hasil penelitian ini menunjukkan
6 – 12 jam dapat membunuh bakteri dan bahwa penggunaan formalin hampir
dalam waktu 2 – 4 hari dapat membunuh sama dengan campuran fenol dan
spora, sedangkan larutan 8% dapat formalin sebagai pengawet pada
membunuh spora dalam waktu 18 jam. perubahan histopatologi hepar
Formaldehid memiliki daya antimicrobial postmartem Kelinci (Oryctolagus
yang luas yaitu terhadap Staphylococcus cuniculus) setelah 24 jam kematian.
aureus, Escherichia coli, Klebsiella Hal tersebut sesuai dengan
pneumonia, Pseudomonas aerogenosa, pendapat Lordbroken (2010), bahwa
Pseudomonas florescens, Candida fenol yang bersifat sebagai antioksidan,
Jurnal Penelitian ⏐ 2019
Fakultas Kedokteran-Universitas Hang Tuah Surabaya
sehingga dapat menghambat kerusakan inhalasi. Untuk perlakuan perlu
dengan cara mendonorkan hidrogen digunakan kandang yang lebih layak
sehingga efektif dalam jumlah sangat huni dan pembuatan preparat
kecil untuk menghambat autooksidasi histopatologis di tempat yang khusus
lemak, sehingga dapat mengurangi untuk melayani penelitian.
kerusakan karena oksidasi lemak oleh
oksigen. Fenol juga sangat efektif dalam Kesimpulan
mematikan dan menghambat Kesimpulan yang dapat diambil
pertumbuhan dengan cara menembus dari penelitian ini adalah tidak ada
dinding sel mikroorganisme yang perbedaan penggunaan formalin dengan
menyebabkan sel mikroorganisme campuran fenol dan formalin sebagai
menjadi lisis kemudian mati, dengan pengawet pada perubahan histopatologi
menurunnya jumlah bakteri maka hepar Postmortem Kelinci (Oryctolagus
kerusakan oleh mikroorganisme dapat cuniculus) setelah 24 jam kematian.
dihambat sehingga meningkatkan umur
simpan produk pangan. Daftar Pustaka
Hasil penelitian ini sejalan dengan Atmadja DS. 2002. Tatacara dan
penelitian Widodo dkk (2016) yang pelayanan pemeriksaan serta
menyatakan adanya perbedaan pengawetan jenazah pada kematian
bermakna pada penggunaan formalin wajar. Jakarta: Bagian Kedokteran
10% sebagai bahan pembalseman pada Forensik dan Medikolegal FKUI /
derajat perubahan postmortem tikus RSUPN Cipto Mangunkosumo.
putih (Rattus norvegicus) jantan galur Dalam:
wistar setelah 0-6 jam. Pada hasil http://www.tatacaraembalming.com.
penelitian Widodo menunjukkan pada ATSDR 2008, Public Health Statement
kelompok hewan coba yang diberi for Formaldehyde, viewed 27
formalin 10% tidak terlihat adanya December 2017,
perubahan postmortem hingga jam ke http://www.atsdr.cdc.gov/ToxProfiles
97-120. /tp111-c1-b.pdf.
Pada penelitian ini ada beberapa ATSDR 2008, Public Health Statement
kelemahan yang dapat mempengaruhi for Phenol, viewed 27 December
hasil penelitian, antara lain kondisi 2017,
kandang kelinci yang kurang ideal, faktor http://www.atsdr.cdc.gov/ToxProfiles
stress kelinci, pengaruh penyakit lain, /tp115-c1.pdf.
serta faktor internal lain seperti daya Cahyadi, Wisnu, 2006. Analisis dan
tahan dan kerentanan kelinci. Faktor- Aspek Bahan Tambahan Pangan.
faktor di atas dapat mempengaruhi Jakarta : PT BumiAksara
perubahan gambaran histopatologi CDC 2011, NIOSH Skin Notation
hepar kelinci. Kondisi preparat yang Profiles : Phenol, viewed 17 October
tidak sempurna dan mengandung 2017,
artefak membuat pembacaan menjadi https://www.cdc.gov/niosh/ipcsneng/
lebih sulit dan meningkatkan resiko neng0070.html
terjadinya kesalahan dalam pembacaan. Cipta Pangan. 2006. Formalin bukan
Pada penelitian selanjutnya formal. (diakses 22 April 2015 dari :
hendaknya paparan formalin dan fenol http://www.ciptapangan.com)
diberikan pada dosis yang lebih Johnson EC, Johnson GR, Johnson M
bervariasi atau dosis yang biasa beredar (2012) The origin and history if
di masyarakat, kurun waktu yang lebih embalming. In: Embalming – History,
lama, dan dapat pula menggunakan Theory, and Practice. (ed. Mayer
paparan formalin melalui kulit atau
Jurnal Penelitian ⏐ 2019
Fakultas Kedokteran-Universitas Hang Tuah Surabaya
RG), pp. 467-509, New York:
McGraw-Hill.
Katzung, Bertram G. 2012. Farmakologi
Dasar dan Klinik Edisi 10. EGC,
Jakarta
Lordbroken. 2010.Fungsi Destilasi Dan
Penyaringan Asap Cair Dengan
Zeolit Dan Karbon Aktif Sebagai
Alternatif Penganti Bahan Pengawet
Yang Aman Dan Efektif Untuk
Makanan. Artikel Asap Cair
Pengawet Makanan. Available at :
https://lordbroken.wordpress.com/20
10/01/14/asap-cair-pengawet-
makanan/
National Cancer Institute, 2009. Breast
Cancer Treatments Information and
Pictures. http://www.cancer.gov
Pubchem, 2016. 'Cyanidin 3-
sambubioside PubChem',
Vij, Krishan 2011, Tectbook of Forensic
Medicine and Toxicology, 5th edition,
Elsevier, New Delhi.
Widodo. 2016. Usaha Budidaya Ternak
Kelinci dan Potensinya. Jurnal Ilmu
Peternakan. 1(1): 26-31.
Wiley John & Sons, Ltd, 2003, The
chemistry of phenols, The Hebrew
University, Jerusalem.

Jurnal Penelitian ⏐ 2019


Fakultas Kedokteran-Universitas Hang Tuah Surabaya

Anda mungkin juga menyukai