Anda di halaman 1dari 6

2.

1 Pengertian Ruang dan Waktu

A. Ruang

Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) disebutkan pengertian ruang adalah sela-sela antara
dua (deret) tiang atau sela-sela antara empat tiang (di bawah kolong rumah); juga diartikan sebagai
rongga yang berbatas atau terlingkung oleh bidang; atau juga rongga yang tidak berbatas, tempat segala
yang ada.(M. Habib Mustopo 2013:7)

Dalam sejarah ruang atau tempat merupakan unsur penting yang harus ada. Bila diibaratkan sebuah
pertunjukan, maka ruang merupakan panggung ketika peristiwa sejarah berlangsung. Ruang atau tempat
terjadinya suatu peristiwa sejarah terkait dengan unsur geografis. Akan tetapi, ruang atau tempat
tersebut bukanlah ruang yang steril. Setiap komunitas yang mendiami kawasan tertentu, seperti suku
bangsa ataupun bangsa memiliki pola pikir, dan sistem budaya yang mereka miliki dari pendahulunya.
Dengan demikian kisah sejarah manusia merupakan proses interaksi dengan kehidupan sosial, budaya,
politik, ekonomi pada suatu ruang atau tempat tertentu. Hal inilah di antaranya yang menyebabkan
setiap kejadian sejarah itu bersifat unik. (M. Habib Mustopo 2013:7)

B. Waktu

Waktu menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah serangkaian saat ketika proses,
perbuatan, atau keadaan berada atau berlangsung. Masyarakat Barat melihat waktu sebagai garis lurus
itu menciptakan urutan kejadian atau peristiwa, sebuah garis waktu yang berurut sejak zaman dahulu,
zaman sekarang, dan zaman yang akan dating. Dari sejak zaman praaksara, zaman kerajaan-kerajaan,
zaman penjajahan, zaman kemerdekaan dan seterusnya.

Dalam sejarah unsur waktu merupakan unsur penting karena mempelajari sejarah bukanlah
mempelajari sesuatu yang berhenti melainkan mempelajari sesuatu yang terus bergerak seiring dengan
perjalanan waktu. Setiap peristiwa sejarah berada pada kurun waktu tertentu yang memiliki latar
belakang kurun waktu sebelumnya. Begitu pula setiap peristiwa berpengaruh terhadap kurun waktu
berikutnya.Seperti halnya unsur ruang atau tempat, maka unsur waktu juga memberikan konteks atau
setting tertentu bagi berlangsung peristiwa sejarah. Peristiwa sejarah menempati unsur ruang dan waktu
yang terus bergerak ke depan secara dinamis. Oleh karenanya, konteks sejarah pun terus bergerak
,mengalir dan berubah secara kronologis. Setiap zaman juga memiliki sistem budaya, sistem sosial dan
semangat zaman (zeitgeist) yang berbeda-beda. Unsur waktu ini juga menjadikan setiap peristiwa
sejarah hanya sekali terjadi (einmaligh). Walaupun bisa ditemukan peristiwa sejarah yang hampir sama,
namun konteks ruang dan waktunya selalu berbeda.(M. Habib Mustopo 2013:7)

Oleh karena itu, dalam mempelajari sejarah, harus ditentukan dengan tegas dengan jelas siapa (who)
pelakunya,kapan (when) terjadinya dan dimana (where) peristiwa itu berlangsung. Baru kemudian
diuraikan bagaimana (how) peristiwa sejarah itu terjadi. Karena setiap peristiwa sejarah unik terkait
dengan tiga unsur, yaitu siapa pelakunya, kapan berlangsungnya, dan dimana kejadiannya. Hal ini sesuai
dengan pendapat yang diutarakan oleh Bendetto Creco (1951), yang menyatakan bahwa penulisan
sejarah bukan sekadar mengungkap peristiwa-peristiwa di masa lampau, tetapi merupakan sebuah
proses memahami secara utuh pola interaksi manusia dengan segenap potensi yang dimilikinya dalam
ruang dan waktu tertentu. (M. Habib Mustopo 2013:8)

Pernyataan-pernyataan umum di atas memang sudah tidak terlalu menantang dan menggelitik
pemikiran, mungkin karena sudah berada dalam kenyataan "sering" didengar. Namun, kalau diperhatikan
secara seksama, tampaknya pernyataan umum tersebut tidak sesimplistis yang diperhatikan. Karena
ternyata, statemen semacam itu mengandung makna tertentu. Secara substansial, pernyataan-
pernyataan tersebut maupun pernyataan lain yang semakna dan sesemangat dengan itu menunjukan
bahwa konsep waktu sangat penting.

Waktu adalah isi, kreativitas, dinamika, perubahan. Oleh sebab itu,waktu merupakan harapan
kontinuitas. Waktu berproses terus menerus. Dengan demikian tidak ada eksistensi yang eksak. Semua
keberadaan dalam ruang terekam dalam waktu."pantharei, semua berubah" kata Herakleitos. Perubahan
selalu bersenyawa dalam dimensi temporal. (Juraid Abdul Latief 2006:44)

Sejarah membutuhkan waktu (dimensi temporal). Tanpa waktu sejarah menjadi diam bahkan tidak ada.
Dengan waktu itulah, sejarah menjadi dinamis, berkembang. Konsepsi sejarah tentang dimensi temporal,
meliputi tiga aspek, yaitu masa lalu/lampau, masa sekarang, dan masa akan datang. Memang,sejarah
bertumpu pada masa lalu. Sebab masa lalu itu itulah yang merupakan bahan untuk menyusun cerita
sejarah. Akan tetapi, dengan bertumpu pada masa lalu bukanlah berarti bahwa sejarah hanya untuk
masa lalu semata.(Juraid Abdul Latief 2006:45)

Begitu pentingnya waktu dalam sejarah diisyaratkan dengan pertanyaan, kapan suatu peristiwa terjadi?
Malahan sejarah sebagai disiplin ilmu mempunyai karakteristik berbeda dengan disiplin ilmu lain, karena
perlakuan sejarah terhadap waktu sangat mendasar. Di sisi lain, pentingnya waktu dalam sejarah juga
tampak pada periodisasi atau pembabakan dalam sejarah dan kronologi.

2.2 Periodisasi Dan Kronologi

A. Periodisasi

pembagian waktu menurut zamannya. Istilah periodisasi dalam bahasa Indonesia sepadan dengan
penzamanan atau pembabakan. Ketiga istilah ini (periodisasi, penzamanan dan pembabakan)
mempunyai pengertian yang sama, yakni pembagian waktu menurut zamannya. Kata periodisasi berasal
dari kata periode. Dalam bahasa Indonesia, kata periode mempunyai

tiga pengertian:

1. kurun waktu,

2. lingkaran waktu, dan

3. masa.
Ketiga pengertian ini mengandung arti yang sama yakni berkaitan dengan dimensi waktu. Oleh karena itu
memahami periode menjadi sangat penting dalam belajar sejarah karena dimensi waktu merupakan
sesuatu yang paling mendasar dalam ilmu sejarah. Periodisasi dalam ilmu sejarah berfungsi untuk
menyusun sistematika dalam penulisan sejarah. Periodisasi diberikan berdasarkan caesuur atau
pembagian waktu yang diberikan. Pemberian caesuur diberikan oleh para pujangga untuk historiografi
tradisional, dan sejarawan untuk historiografi modern. Keduanya mempunyai perbedaa sebagai berikut:
Dalam historiografi tradisional suatu zaman diberi nama menurut seorang raja yang memerintah, atau
dinasti yang memerintah, atau nama kerajaannya. Sebagai contoh masa Raja Hayam Wuruk dalam
sejarah Kerajaan Majapahit, Masa dinasti atau wangsa Syailendra dalam sejarah Kerajaan Mataram
Hindu yang mendirikan Candi Borobudur, atau sejarah kota Makasar pada masa Kesultanan Gowa.
(Kemendikbud 2017:14)

Dalam historigrafi modern, pembagian waktu diberikan berdasarkan penamaan kurun waktu, misalnya
periodisasi dalam sejarah Eropa yang dibagi menjadi tiga zaman, yaitu zaman kuno, zaman pertengahan
dan zaman modern. Pembagian ini diberikan oleh Christophorus Cellarius (1638-1707), seorang ahli
sejarah klasik Eropa berkebangsaan Jerman yang hidup pada abad ke-17. Dialah yang membagi sejarah
Eropa menjadi zaman kuno. pertengahan, dam modern. Setiap periode diberikan batasan waktu 500
tahun. Berdasarkan pembagian waktu ini maka zaman kuno Eropa berlangsung antara tahun 500 hingga
tahun 1000, zaman pertengahan Eropa berlangsung antara tahun 1000 hingga tahun 1500, dan zaman
modern Eropa berlangsung mulai dari tahun 1500 hingga sekarang. Pembulatan waktu yang dilakukan
Cellarius dalam periodisasinya bertujuan untuk memberikan kemudahan dalam memahami perjalanan
sejarah bangsa Eropa menuju bangsa yang modern. Di samping pembulatan tahun, para sejarawan juga
menggunakan pembulatan berdasarkan abad. Sementara satu abad berjumlah 100 tahun. OLeh karena
itu pembulatan waktu berdasarkan abad memahami sejarah suatu bangsa dalam kurun waktu setiap
seratus tahun. Sebagai contoh dalam historigrafi Barat dikenal periodisasi yang membagi periodisasi
menjadi periode Reformasi – Protestan untuk sejarah Eropa pada abad ke-16, periode Rasionalisme
untuk sejarah Eropa pada abad ke-17, periode Pencerahan atau Aufklarung untuk sejarah Eropa pada
abad ke-18, dan peride Romantisme. Nasionalisme untuk sejarah Eropa pada abad ke-19. Periodisasi
juga diberikan para sejarawan Indonesia. Pada tahun 1957 para sejarawan Indonesia membagi sejarah
Indonesia menjadi enam periode, yaitu;

1. Jaman Prasejarah Indonesia,

2. Jaman Kuno

3. Jaman Pertumbuhan dan Perkembangan Kerajaan-Kerajaan Islam di Indonesia

4. Abad Kesembilanbelas

5. Jaman Kebangkian Nasional dan Masa Akhir Hindia Belanda, dan

6. Jaman Jepang dan Jaman Republik Indonesia.


Setiap periode tersebut berlangsung dalam kurun waktu tertentu. Dalam prasejarah berlangsung
sebelum abad masehi, jaman kuno beralngsung dari awal abad Masehi hingga tahun 1500, jaman
pertumbuhan dan perkembangan Kerajaan-Kerajaan Islam berlangsung dari tahun 1500 hingga tahun
1800, abad kesembilan belas berlangsung dari tahu 1800 hi. (Kemendikbud 2017:15)

ngga tahun 1900, jaman kebangkitan nasional dan masa akhir Hindia Belanda berlangsung dari tahun
1900 hingga 1942, dan jaman Jepang dan Jaman Republik Indonesia berlangsung dari tahun 1942 hingga
sekarang. Periodisasi sejarah Indonesia yang diberikan para sejarawan Indonesia tersebut merupakan
penggabungan dari pembulatan tahun dan pembulatan abad serta pertistiwa-peristiwa politik yang
dinilai sangat penting, seperti tahun 1942, yaitu awal penjajahan Jepang di Indonesia yang menandai
berakhirnya penjajahan Belanda di Indonesia. Jadi pembabakan itu adalah pembagian atas dasar
pengelompokan, babakan zaman dan waktu tertentu di dalam cerita sejarah.(Kemendikbud 2017:15)

Tujuan pembabakan waktu

a. Memudahkan pengertian

Gambaran peristiwa-peristiwa masa lampau yang sedemikian banyak itu dikelompok-kelompokan,


disederhanakan dan diikhtisarkan menjadi satu tatanan (orde), sehingga memudahkan pengertian.
(Rustam E. 1999:22)

b. Melakukan penyederhanaan

Gerak pikiran dalam usaha untuk mengerti ialah melakukan penyederhanaan. Begitu banyaknya
peristiwa-peristiwa sejarah yang beraneka ragam dan bersimpang siur itu sukar atau ruwet disusunnya
menjadi sederhana, sehingga pikiran mendapatkan ikhtisar yang mudah diartikan. ( Hugiono, et.al. 199:
54).

c. Mengetahui peristiwa sejarah secara kronologis

Menguraikan peristiwa sejarah secara kronologis akan memudahkan pemecahan dari masalah.
Interpretasi serta analisis sejarah dan masalah pengukuran waktu.

d. Untuk memenuhi persyaratan sistematika ilmu pengetahuan

Semua peristiwa-peristiwa masa lampau itu setelah dikelompokkan antara motivasi dan pengaruh
peristiwa itu kemudian dikaitkan lalu disusun secara teratur atau sistematis.

e. Memudahkan klasifikasi dalam ilmu sejarah

Klasifikasi dalam ilmu alam meletakan dasar pembagian jenis, golongan,suku, bangsa dan seterusnya.
Klasifikasi dalam ilmu sejarah meletakkan dasar babakan waktu. Masa lalu yang tidak terbatas peristiwa
dan waktunya dipastikan isi bentuk dan waktunya menjadi bagian-bagian babakan waktu, (Hugiono,
et.al.1992: 55).
Klasifikasi diatas atas dasar keanekaragaman peristiwa, misalnya kebudayaan, ekonomi, politik,
pandangan hidup, agama dan lainnya yang akan memberikan gambaran sejarah mudah diartikan.
(Rustam E. 1999:23)

B. Kronologi

Kronologis mengandung arti pengetahuan tentang urutan waktu dari sejumlah kejadian atau peristiwa.
Pengetahuan ini sangat penting dalam pelajaran sejarah yang senantiasa menekankan perlunya
mengurutkan seluruh kejadian atau peristiwa berdasarkan urutan waktunya, yakni menempatkan
kejadian atau peristiwa yang terjadi lebih dahulu daripada yang terjadi kemudian. Sebagai contoh:
peristiwa yang terjadi pada tahun 1945 lebih didahulukan dari pada peristiwa yang terjadi pada tahun
1946, atau peristiwa yang terjadi pada bulan Januari lebih didahulukan daripada peristiwa yang terjadi
pada bulan Februari, atau peristiwa yang terjadi pada hari Senin lebih didahulukan daripada peristiwa
yang terjadi pada hari Selasa, atau peristiwa yang terjadi pada jam 8 lebih didahulukan daripada
peristiwa yang terjadi pada jam 9.

Meski kemampuan berpikir kronologis merupakan sesuatu yang sangat penting dalam sejarah, namun
sejarah tidak dapat disamakan dengan kronik. Pengertian kronik adalah catatan peristiwa menurut
urutan waktu kejadiannya. Di dalam kronik hanya dilakukan pencatatan terhadap peristiwa tanpa
mempedulikan keterkaitan antara peristiwa yang pertama dengan yang kedua dan selanjutnya.
Sementara kronologi sangat menekankan keterkaitan antara peristiwa yang pertama dengan yang kedua
dan selanjutnya. (Kemendikbud 2017:12)

Kronologi memberikan gambaran waktu yang bersifat linear, yakni waktu yang bergerak dari belakang ke
depan, atau waktu yang bergerak dari kiri ke kanan, atau waktu yang bergerak dari titik awal hingga
mencapai titik akhir. Oleh karena itu, gerakan waktu bersifat progresif karena memandang perjalanan
waktu sebagai proses perkembangan menuju kemajuan.

Dalam pandangan waktu yang bersifat linear dan progresif tersebut, pergerakan waktu dibagi menjadi
tiga dimensi waktu yaitu masa lalu, masa kini dan masa depan. Di antara dimensi waktu itu, sejarah
mempelajari peristiwa yang terjadi pada masa lalu. Namun, peristiwa masa lalu dalam sejarah
mempunyai keterkaitan dengan masa kini dan masa depan. Keterkaitan ketiga dimensi waktu itu berada
dalam kerangka berpikir kausalitas yang akan dijelaskan pada bagian yang lain dalam modul ini.Kebalikan
dari berpikir kronologis adalah berpikir anakronistis. Bila berpikir kronologis mengurut peristiwa
berdasarkan urutan waktu kejadiannya, maka anakronisma cara berpikir yang mencampuradukan atau
memutarbalikan urutan peristiwa sehingga memberikan pemahaman yang salah. Cara berpikir
anakronistis menyalahi gambaran waktu sebagai proses yang bergerak menurut garis lurus dari awal
hingga akhir. Gerakan waktu secara matematis diukur dengan detik, menit dan jam. Satuan ukuran waktu
yang lebih besar adalah hari, minggu, bulan, tahun, windu, dasawarsa, dan abad. Anakronistis
menempatkan kejadian atau peristiwa yang terjadi lebih dahulu di belakang kejadian atau peristiwa yang
terjadi kemudian. (Kemendikbud 2017:13)
DAFTAR PUSTAKA

Mustopo,M. Habib.2013. Sejarah 1 Peminatan Ilmu-Ilmu Sosial.jakarta:yudhistira

Latief, Juraid Abdul.2006. Manusia, Filsafat, dan Sejarah.Jakarta:Bumi Aksara

Tambaruka Rustam E. 1999. Pengantar Ilmu Sejarah Teori Filsafat Sejarah Sejarah Filsafat dan
IPTEK.Jakarta:Rineka Cipta

Kemendikbud.2017. Menelusuri Konsep Sejarah Modul 1.Jakarta: Kemendikbud

Anda mungkin juga menyukai