Anda di halaman 1dari 7

BAB 1

KONSEP BERPIKIR KRONOLOGIS, SINKRONIK, RUANG, DAN WAKTU DALAM


SEJARAH
A. Pengertian Sejarah
Secara etimologis kata sejarah berasal dari bahasa Arab
syajaratun yang berarti pohon. Bentuk pohon ini kemudian dihubungkan
dengan skema dari silsilah keluarga raja dari dinasti tertentu, dan jika kita
perhatikan skema dari silsilah itu akan menyerupai bentuk pohon yang
dibalik.
Kata syajaratun kemudian digunakan dalam bahasa Melayu
dengan penyebutannya berubah menjadi syajarah, dan bahasa Indonesia
menyebutnya dengan sejarah. Kata sejarah disini masih dalam arti
semula, yaitu silsilah atau keturunan.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) memberikan definisi
tentang sejarah sebagai berikut:
(1) asal usul, keturunan, atau silsilah;
(2) kejadian atau peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau,
riwayat, tambo;
Pengertian sejarah menurut para ahli diantaranya sebagai berikut.
• Herodotus (484-425 SM) seorang filsuf dan sejarawan pertama yang
berasal dari Yunani yang juga disebut sebagai Bapak Sejarah. Ia
mengatakan bahwa sejarah tidak berkembang dan bergerak ke depan
dengan tujuan yang pasti, tetapi bergerak melingkar, yang tinggi dan
rendahnya lingkaran disebabkan oleh keadaan manusia itu sendiri.
• Ibnu Khaldun (1332-1406 M) mendefinisikan bahwa sejarah adalah
catatan tentang manusia dan peradabannya dengan seluruh proses
perubahan secara nyata dengan segala sebab dan akibatnya.
• R.G. Collingwood (1889-1943) mendefinisikan sejarah sebagai
penyelidikan tentang hal-hal yang telah dilakukan manusia pada masa
yang lampau.
• Sartono Kartodirdjo (1921-2007), menurut beliau, pada hakikatnya sejarah
dibatasi oleh dua pengertian, yaitu sejarah objektif dan sejarah subjektif.
Sejarah yang objektif adalah sejarah yang menunjuk pada kejadian
atau peristiwa itu sendiri, sedangkan sejarah subjektif adalah sejarah
yang telah dipengaruhi oleh emosi dan pikiran oleh sejarawan atau penulis
sejarah tentang suatu peristiwa.
B. Konsep Manusia, Ruang, dan Waktu dalam Sejarah
Dalam sejarah terdapat tiga unsur penting, yaitu manusia, ruang,
dan waktu. Dalam semua peristiwa atau kejadian, manusia adalah pelaku
dari semuanya. Peran manusia sangat menentukan dalam setiap peristiwa
sehingga setiap kejadian tentang peristiwa akan selalu melibatkan manusia
di dalamnya. Sejarah yang kita jadikan pengetahuan atau sebagai bahan
kajian adalah sejarahnya manusia.
Peristiwa ataupun kejadian dari masa lalu yang selalu berlangsung
dalam batasan ruang atau tempat tertentu, unsur ruang yang menjadi tempat
terjadinya peristiwa akan memberikan gambaran jelas bagi kita bahwa
peristiwa itu memang ada dan nyata.
Waktu akan menjadi batasan dari setiap peristiwa yang telah terjadi,
perjalanan hidup manusia, atau sejarah manusia tidak terlepas dari waktu.
Konsep waktu dalam sejarah meliputi dua hal, yaitu (1) proses kelangsungan
dari suatu peristiwa dalam batasan waktu tertentu, dan (2) kesatuan
kelangsungan waktu, yaitu waktu pada masa yang lampau, sekarang, dan
masa yang akan datang (the past, the present, and the future).
Sejarah juga mengenal istilah periodisasi, yang bertugas membuat klasifikasi dari peristiwa-peristiwa
sejarah dalam tahap-tahap dan pembabakan tertentu. Periodisasi dalam sejarah diperlukan karena penting bagi
kita agar dapat mengadakan tinjauan secara menyeluruh terhadap peristiwa-peristiwa yang telah terjadi dan saling
keterhubungannya dalam berbagai aspek. Periodisasi dalam sejarah dapat dilakukan dengan banyak klasifikasi
berdasarkan sejumlah aspek dalam kehidupan manusia, seperti perkembangan sistem politik, pemerintahan,
agama dan kepercayaan, ekonomi, dan sosial budaya. Contoh berikut adalah periodisasi yang dibuat berdasarkan
sistem mata pencarian hidup dalam sejarah Indonesia.
• Masa berburu dan meramu.
• Masa bercocok tanam.
• Masa bercocok tanam tingkat lanjut.
• Masa perundagian.
Periodisasi yang banyak digunakan untuk memperoleh gambaran tentang keadaan masyarakat, sistem
politik, ekonomi, agama, dan kepercayaan suatu kerajaan digunakan pembabalan berdasarkan urutan dinasti,
seperti yang terdapat pada sejarah bangsa-bangsa di Asia. Di Asia pada umumnya kedudukan raja dianggap
penting dalam masyarakat, seperti contoh berikut ini.
Dinasti yang pernah memerintah Jawa dari masa perkembangan pengaruh agama dan kebudayaan
Hindu-Buddha hingga pengaruh Islam adalah sebagai berikut.
• Dinasti (Wangsya) Sanjaya (732-850 M).
• Dinasti Syailendra (750-900 M).
• Dinasti Isyana (900-1222 M).
• Dinasti Girindra (1222-1478 M).
• Dinasti Demak (1521-1568 M).
• Dinasti Pajang (1568-1600 M).
• Dinasti Mataram (1600-1775 M).
Periodisasi bertujuan membuat klasifikasi dalam sejarah sehingga akan memudahkan kita untuk
memahami peristiwa-peristiwa sejarah secara kronologis. Melalui periodisasi, kita menjadi mudah untuk memahami
hal-hal yang terkait dengan:
• perkembangan manusia dari waktu ke waktu,
• kesinambungan antarperiode,
• kemungkinan terjadinya fenomena yang berulang, dan
• perubahan yang terjadi dari periode awal hingga ke periode berikutnya.
Periodisasi sejarah Indonesia adalah sebagai berikut.
• Masa praaksara.
• Masa kedatangan dan perkembangan agama dan kebudayaan Hindu-Buddha.
• Masa kedatangan dan perkembangan agama Islam.
• Masa kekuasaan kolonialisme Barat.
• Masa pendudukan Jepang.
• Masa Revolusi.
• Masa Orde Lama.
• Masa Orde Baru.
• Masa reformasi.
Dalam sejarah kita juga dikenalkan dengan istilah kronik. Kronik adalah catatan peristiwa menurut
urutan waktu kejadiannya. Kronik berupa catatan perjalanan yang ditulis oleh para musafir, pendeta, dan pujangga
pada masa yang lalu. Mereka pada umumnya menulis tentang peristiwa, kejadian, hal-hal yang menarik perhatian
dan mengesankan yang mereka temui di suatu tempat dan pada waktu tertentu.
Kronik sejarah Indonesia banyak ditulis oleh para musafir dan pendeta Cina yang banyak berdatangan
ke Nusantara untuk berbagai kepentingan. Kronik tentang Nusantara yang banyak ditulis oleh para musafir dan
pendeta adalah ketika Cina diperintah oleh sejumlah dinasti, seperti Dinasti Chou, Qin, Tang, dan Ming, dan juga
oleh para musafir serta pendeta yang datang dari India. Berdasarkan catatan yang
yang mereka buat, kita dapat mengetahui, atau paling tidak memiliki gambaran, tentang bagaimana kondisi
masyarakat Nusantara di suatu tempat pada masa yang lalu. Namun, untuk memperoleh gambaran lebih jelas
tentang masa lalu, diperlukan banyak sumber lain yang dapat mendukung kebenaran dari kronik tersebut.

D. Konsep Sinkronik dalam sejarah


Kata sinkronik, berasal dari bahasa Yunani yaitu syn yang berarti
dengan, dan chronoss yang berarti waktu. Adapun dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia, sinkronik diartikan sebagai segala sesuatu yang
bersangkutan dengan peristiwa yang terjadi pada suatu masa. Kajian
sejarah secara sinkronik artinya mempelajari peristiwa sejarah dengan
segala aspeknya pada masa atau waktu tertentu dengan lebih mendalam.
Lebih lengkapnya dapat dijelaskan bahwa konsep sinkronik dalam sejarah
adalah bagaimana mempelajari atau mengkaji, pola-pola, gejala, dan
karakter dari sebuah peristiwa sejarah pada masa tertentu.
Secara umum sinkronik mempunyai ciri-ciri sebagai berikut.
 Mengkaji peristiwa sejarah yang terjadi pada masa tertentu.
 Menitikberatkan kajian peristiwa pada pola-pola, gejala, dan karakter.
 Bersifat horizontal.
 Tidak ada konsep perbandingan.
E. Cara Berpikir Kronologis dan Sinkronik dalam Belajar Sejarah
Sejarah mengajarkan kepada kita cara berpikir kronologis, artinya
berpikirlah secara runtut, teratur, dan berkesinambungan. Dengan konsep
kronologis, sejarah akan memberikan kepada kita gambaran yang utuh
tentang peristiwa atau perjalanan sejarah dari tinjauan aspek tertentu
sehingga dengan mudah kita dapat menarik manfaat dan makna dari
hubungan antarperistiwa yang terjadi. Adapun dalam kehidupan sehari-hari,
konsep berpikir diakronik atau kronologis ini sangat diperlukan jika kita ingin
memecahkan masalah.
Cara berpikir sinkronik akan mengajarkan kepada kita untuk lebih
teliti dalam mengamati gejala atau fenomena tertentu, terhadap peristiwa
atau kejadian pada waktu tertentu. Selain melatih kita untuk dapat berpikir
sinkronik dan kronologis, sejarah juga mengajarkan kepada kita cara berpikir
holistik. Holistik mempunyai pengertian menyeluruh, artinya dalam
mengamati atau mempelajari suatu peristiwa kita hendaknya menggunakan

Anda mungkin juga menyukai