Anda di halaman 1dari 22

SEJARAH INDONESIA SEMUA JURUSAN

KONSEP DASAR SEJARAH


A. Pengertian sejarah
Sebelum kita mempelajari suatu peristiwa masa lalu dan belajar dari sejarah,
terlebih dahulu kita perlu memahami apakah sejarah itu. Secara etimologis, kata
sejarah berasal dari bahasa Arab syajaratun yang berarti "pohon" Bentuk pohon
kemudian disuguhkan dengan skema dari silsilah keluarga raja dari dinasti tertentu.
Kata syajaratun kemudian diserap dalam bahasa Melayu menjadi syajarah, dan bahasa
Indonesia disebut dengan sejarah. Kata sejarah di sini masih dalam arti yang semula,
yaitu "silsilah" atau "keturunan".
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) memberikan definisi sejarah sebagai
berikut.
(1) Asal usul, keturunan, atau silsilah.
(2) Kejadian atau peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lalu, riwayat, tambo.
(3) Pengetahuan atau penjelasan tentang kejadian, atau peristiwa yang benar-benar
terjadi pada masa lampau.

Sejarah dalam bahasa Inggris disebut history. Kata ini berasal dari bahasa
Yunani, istoria yang berarti "informasi" atau "pencarian". New American
Encyclopedia menyebutkan bahwa sejarah meliputi kegiatan-kegiatan manusia yang
berhubungan dengan peristiwa-peristiwa tertentu, ditempatkan dalam sebuah urutan,
dan memuat keterkaitan antar peristiwa.
Dalam bahasa Belanda, sejarah disebut geschiedenis yang memiliki pengertian
yang hampir sama, yaitu "tentang sesuatu yang telah terjadi". Adapun pengertian
sejarah menurut beberapa tokoh adalah sebagai berikut.
Ibnu Khaldun (1332-1406 M) mendefinisikan sejarah sebagai catatan tentang
manusia dan peradabannya dengan segala proses perubahan secara nyata dengan
segala sebab dan akibat.
R.G. Collingwood (1889-1943) mendefinisikan sejarah sebagai penyelidikan
tentang hal-hal yang telah dilakukan manusia pada masa yang akhirnya.
R. Mohammad Ali mendefinisikan sejarah sebagai berikut.
(1) Sejarah adalah keseluruhan perubahan, kejadian, peristiwa, dan kenyataan
yang memang benar-benar terjadi di sekitar kita.
(2) Cerita tentang perubahan-perubahan itu sendiri.
(3) llmu yang menentukan tentang perubahan-perubahan, peristiwa, dan kejadian
yang benar-benar terjadi pada masa akhirnya.
Jika kita simpulkan, sejarah adalah ilmu pengetahuan ya mempelajari berbagai
peristiwa atau kejadian penting yang terjadi dalam kehidupan manusia pada masa lalu.

B. Konsep Manusia, Ruang, dan Waktu dalam Sejarah


Jika kita kembali membaca definisi-definisi tentang sejarah, dalam sejarah
terdapat tiga unsur penting, yaitu manusia, ruang, dan waktu. Dalam semua peristiwa
atau kejadian, manusia adalah pelaku dari semuanya. Peran manusia sangat
menentukan dalam setiap peristiwa setiap kajian tentang peristiwa akan selalu
melibatkan manusia di dalamnya. Sejarah yang kita ketahui tentang pengetahuan atau
sebagai bahan kajian sejarahnya manusia.
Peristiwa atau kejadian dari masa yang lalu selalu berlangsung dalam batasan
ruang atau tempat tertentu. Tidak ada ruang yang menjadi tempat terjadinya peristiwa
akan memberikan gambaran yang jelas kepada kita bahwa peristiwa itu memang ada
dan nyata.
Adapun waktu akan menjadi batasan waktu dari setiap peristiwa yang telah
terjadi atau perjalanan hidup manusia. Sejarah manusia tidak dapat terlepas dari
waktu. Hal tersebut akan dijelaskan lebih lanjut dalam uraian tentang konsep
diakronik dalam sejarah, Hanya manusia yang memiliki kesadaran akan waktu; oleh
karena itu, hanya manusia yang memiliki sejarah. Konsep waktu dalam sejarah dua
hal, yaitu (11 proses terlibat dari suatu peristiwa dalam batasan waktu tertentu dan (2)
kesatuan ikatan, yaltu waktu pada masa yang akhirnya, sekarang, dan masa yang akan
datang (masa lalu, masa kini, dan masa yang akan datang).

C. Cara Berpikir Kronologis dalam Sejarah Sejarah


Mengajarkan kepada kita cara berpikir kronologis artinya berpikir secara
runtut sesuai dengan urutan waktu terjadinya suatu peristiwa. Konsep kronologis akan
memberikan gambaran yang utuh tentang peristiwa atau perjalanan sejarah dari suatu
peristiwa. agar kita dapat menarik manfaat dan makna dari hubungan antara peristiwa
yang terjadi.
Adapun dalam kehidupan sehari-hari, konsep berpikir kronologis ini sangat
diperlukan jika kita ingin memecahkan masalah. Tanpa berpikir secara runtut dan
berkeseimbangan dalam meng identifikasi suatu permasalahan kita akan di hadapkan
pada pemecahan masalah atau pemberian solusi yang tidak tepat.
Secara etimologis, kata kronologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu chronoss
dan logos. Chronoss berarti waktu dan logos berarti "uraian" atau "ilmu". Jadi,
kronologi adalah ilmu tentang waktu yang membantu untuk menyusun peristiwa-
peristiwa sejarah sesuai urutan waktu terjadinya. Peristiwa sejarah dimulai sejak
keberadaan manusia di muka bumi. Untuk itu, diperlukannya pembagian waktu
dalam sejarah yang dapat ditinjau dari berbagai aspek.
Cara menjelaskan kronologis dapat mempermudah kita dalam melakukan
rekonstruksi terhadap semua peristiwa masa lalu dengan tepat. Kronologi sangat
penting agar terhindar dari anakronisme. Anakronisme adalah penempatan peristiwa,
latar (setting), tokoh, ataupun dialog yang tidak sesual dengan tempat dan waktu
terjadinya peristiwa. Kronologi juga membantu kita agar dengan mudah dapat
menghubungkan dan membandingkan sejarah yang terjadi di suatu tempat yang
berbeda, tetapi dalam waktu yang sama. Contohnya, pada Agustus 1945, party sekutu
menjatuhkan bom atom di Hiroshima dan Nagasaki-mengakibatkan kekalahan
Jepang. Pada bulan dan tahun yang sama, bangsa Indonesia memproklamasikan
kemerdekaan.

D. Cara Berpikir Diakronik dalam Sejarah


Secara etimologis, kata diakronik berasal dari bahasa Yunani, yaitu dia dan
chronoss. Dia memiliki arti "melintas", "melampaui", atau "melalui", sedangkan
chronoss berarti waktu. Jadi, diakronik berarti sesuatu yang melintas, melalui, dan
melampaui batas waktu.
Jika dengan sejarah, sesuatu yang dapat melintas, melalui, atau melampaui
peristiwa atau kejadian tersebut. Sebagaimana kita ketahui, sejarah merupakan
kumpulan peristiwa. Setiap peristiwa yang terjadi dibatasi oleh waktu. Contohnya
sebagai berikut.
 Masa pemerintahan Raja Hayam Wuruk berlangsung antara tahun 1350-1389.
 Perang Diponegoro (Perang Jawa) berlangsung antara tahun 1825-1830.
 Penjajahan Jepang di Indonesia berlangsung antara tahun 1942-1945.
 Belanda kepada Jepang di Kalijati, Subang, Jawa Barat, pada 8 Maret 1942.

Cara berpikir diakronik mengajarkan kepada kita untuk lebih teliti dalam
mengamati gejala atau fenomena tertentu, peristiwa atau kejadian pada waktu tertentu.
Masih berhubungan dengan waktu tertentu, sejarah mengenal istilah
periodisasi, yakni pengklasifikasian peristiwa-peristiwa sejarah dalam tahap-tahap dan
pembabakan.
Sebelum menyusun periodisasi, para sejarawan akan membuat klasifikasi
peristiwa yang akan menjadi kajiannya, dan membuat kesimpulan-kesimpulan pada
setiap periode. Periodisasi dalam sejarah diperlukan karena penting bagi kita agar
dapat berinteraksi secara menyeluruh terhadap peristiwa-peristiwa yang telah terjadi
yang saling berhubungan dalam berbagai aspek.
Sebagai contoh, apabila periodeisasi yang akan dibuat berkaitan dengan
perkembangan sejarah budaya secara umum, maka akan dibuat dua periode
perkembangan kebudayaan sebagai berikut.
1. Zaman praaksara yang juga disebut dengan zaman prasejarah, yaitu zaman yang
dimulai sejak manusia belum mengenal tulisan hingga ditemukannya tulisan.
2. Zaman aksara atau disebut Juga dengan zaman sejarah, yaitu zaman ketika
manusia sudah mengenal tulisan hingga sekarang.
Dari kedua zaman yang telah diklasifikasikan Ini, dapat dilakukan
rekonstruksi terhadap tahap-tahap perkembangan kebudayaan yang berlangsung
dalam masyarakat tertentu. Periodisasi dalam penulisan sejarah dapat dilakukan
dengan banyak klasifikasi berdasarkan jumlah aspek dalam kehidupan manusia,
seperti perkembangan sistem politik, pemerintahan, agama dan kepercayaan,
ekonomi, dan sosial budaya.
Contoh berikut adalah periodisasi yang dibuat berdasarkan sistem mata
pencarian hidup dalam sejarah Indonesia.
 Masa berburu dan meramu
 Masa bercocok tanam
 Masa bercocok tanam tingkat lanjut
 Masa Perundagian
Periodisasi yang banyak digunakan untuk memperoleh gambaran tentang
keadaan masyarakat, sistem politik, ekonomi, agama, dan kepercayaan adalah
pembabakan berdasarkan urutan dinasti suatu kerajaan, seperti yang terdapat pada
sejarah bangsa-bangsa di Asia. Di Asia, umumnya, kedudukan raja dianggap penting
dalam masyarakat, seperti contoh dinasti yang pernah memerintah Jawa dari masa
perkembangan agama dan kebudayaan Hindu-Buddha hingga Islam berikut ini.
 Dinasti (Wangsa) Sanjaya (732-850 M)
 Dinasti Syailendra (750-900 M)
 Dinasti Isyana (900-1222 M)
 Dinasti Girindra (1222-1478 M)
 Dinasti Demak (1521-1568 M)
 Dinasti Pajang (1568-1600 M) )
 Dinasti Mataram (1600-1775 M)
Periodisasi bertujuan membuat klasifikasi dalam sejarah sehingga akan
memudahkan kita memahami peristiwa-peristiwa sejarah secara kronologis. Melalui
periodisasi, kita menjadi mudah untuk memahami hal-hal yang terkait dengan:
 perkembangan manusia dari waktu ke waktu,
 kesinambungan antarperiode,
 kemungkinan terjadinya fenomena yang berulang, dan
 perubahan yang terjadi dari awal hingga periode berikutnya.
Contoh lainnya adalah periodisäsi sejarah Indonesia:
 Masa praaksara
 Masa kedatangan dan perkembangan agama dan kebudayaan Hindu-
Buddha
 Masa kedatangan dan perkembangan agama Islam
 Masa kekuasaan kolonialisme Barat
 Masa pendudukan Jepang
 Masa Revolusi
 Masa Orde Lama
 Masa Orde Baru
 Masa Reformasi
Masih berkaitan dengan waktu, dalam sejarah kita juga dikenal dengan istilah
sejarah. Kronik adalah catatan peristiwa menurut urutan waktu kejadiannya. Kronik
berupa catatan perjalanan yang ditulis oleh para musafir, pendeta, dan pujangga pada
masa lalu. pada umumnya menulis tentang peristiwa, kejadian, hal-hal yang menarik
perhatian dan mengesankan mereka temui di suatu tempat dan pada waktu tertentu.
Kronik tentang Nusantara banyak ditulis para musafir dan pendeta Tiongkok
yang berdatangan untuk berbagai kepentingan. Kronik tersebut banyak ditulis ketika
Tiongkok diperintah oleh sejumlah dinasti, seperti Dinasti Chou, Qin, Tang, dan
Ming. Selain itu, banyak kronik yang ditulis untuk musafir serta pendeta yang datang
dari India. Berdasarkan catatan yang mereka buat, kita dapat mengetahui, atau paling
tidak memiliki gambaran, tentang kondisi masyarakat Nusantara di suatu tempat pada
masa lalu. Namun, untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang masa lalu,
diperlukan banyak sumber lain yang dapat mendukung kebenaran dari kronik
tersebut.
E. Cara Berpikir Sinkronik dalam Sejarah
Kata sinkronik berasal dari bahasa Yunani, yaitu syn yang berarti "dengan",
dan chronoss yang berarti "waktu". The dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,
sinkronik diartikan sebagai segala sesuatu yang berkaitan dengan peristiwa yang
terjadi pada suatu masa.
Kajian sejarah secara sinkronik artinya mempelajari peristiwa sejarah dengan
segala aspeknya pada masa atau waktu tertentu secara mendalam. Lebih lengkapnya
dapat dijelaskan bahwa konsep sinkronik dalam sejarah adalah cara mempelajari atau
mengkaji, pola-pola, gejala, dan karakter dari suatu peristiwa sejarah pada masa
tertentu. Secara umum, sinkronik memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
1. Mengkaji peristiwa sejarah yang terjadi pada masa tertentu.
2. Menitikberatkan kajian peristiwa pada pola-pola, gejala, dan karakter.
3. Bersifat horizontal.
4.Tidak ada konsep perbandingan
5. Cakupan kajian lebih sempit dari diakronik.
6. Kajiannya sistematis.
7. Sifat kajian yang mendalam.

Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa sinkronik dalam sejarah adalah kajian
yang lebih menitikberatkan pada penelitian gejala-gejala yang meluas dari sebuah
peristiwa, tetapi dengan waktu yang terbatas. Sebagai contoh, seorang sejarawan
ingin menyusun sejarah perekonomian bangsa Indonesia pada zaman Jepang. Hal
yang akan dia lakukan adalah meneliti gejala atau fenomena perkembangan
kehidupan ekonomi bangsa Indonesia yang terjadi pada masa pendudukan Jepang itu
saja. Tidak ada tulisan yang membandingkan dengan kondisi ekonomi masa
pendudukan Jepang di tempat lain. Jika menerapkan konsep sinkronik, sejarah
tersebut hanya akan mengamati semua yang terkait dengan masalah perekonomian
tersebut secara mendalam dan terstruktur.

F. Konsep Perubahah dal Keberlanjutan dalam Sejarah


Sejarah bukanlah sekedar catatan dari peristiwa-peristiwa yang telah terjadi
dalam kehidupan manusia di dunia, Catatan-catatan masa lalu menunjukkan
perubahan dan dalam sejarah manusia. Perubahan dapat terjadi secara cepat atau
lambat Contoh perubahan yang terjadi secara cepat adalah peristiwa pengeboman
Kota Hiroshima dan Nagasaki pada 6 dan 9 Agustus 1945. Kejadian tersebut
membuat Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu pada 15 Agustus 1945.
Perubahan juga dapat terjadi secara lambat. Contohnya, penerapan politik etis di
Hindia Belanda yang lambat laun mendorong kebangkitan nasional Indonesia pada
awal abad XX.
Adapun yang terjadi adalah kebalikan dari perubahan, yaitu berjalannya suatu
peristiwa secara terus menerus, konsisten, tanpa terputus dalam kurun waktu yang
lama. Contohnya, Wangsa Syailendra berkua sa di Jawa selama sekitar 250 tahun.
Keberlanjutan berlangsung secara garis lurus sampai terjadi perubahan sehingga
berlangsung secara zig-zag.
Perubahan dan Keberlanjutan dapat kita ketahui dengan cara membandingkan
dua atau lebih peristiwa atau keadaan pada masa lalu. Perbandingan juga dapat
dilakukan antara dua atau lebih peristiwa masa lalu dan peristiwa masa kini.
Contohnya, untuk mengetahui perkembangan bahasa Indonesia, kita dapat
membandingkan kebijakan pemerintah kolonial Belanda dengan pemerintah
pendudukan Jepang. Selain itu, kita juga dapat membandingkan perkembangan
bahasa Indonesia pada masa kebangkitan nasional dengan masa sekarang.
Periodisasi adalah cara untuk terjadinya perubahan dalam sejarah. periode
ditentukan oleh perubahan penting. Adapun menghubungkan periode- periode dalam
sejarah. Sebagai contoh, periodisasi dalam sejarah Indonesia dari masa praaksara
hingga masa Islam. Perubahan penting yang penting adalah bangsa Indonesia mulai
mengenal mengenal sekitar abad IV M. Hal tersebut dibuktikan dengan temuan yupa
di Kuta, yang dibuat pada abad tersebut. Temuan tersebut menunjukkan pada abad IV
bangsa Indonesia mulai meninggalkan masa prasejarah. Selanjutnya, masa Hindu-
Buddha dimulai. Masa Hindu-Buddha yang ditandai dengan berdirinya kerajaan-
kerajaan bercorak Hindu-Buddha. Masa Hindu-Buddha kemudian didukung dengan
masa Islam yang ditandai dengan berdirinya kerajaan-kerajaan Islam. Masa
praaksara, masa Hindu-Buddha, dan masa Islam merupakan contoh dalam sejarah
indone
Kerjakan soal berikut :
1. Rangkum materi diatas dibuku pelajaran !
2. Jelaskan hubungan antara syajaratun atau pohon sebagai asal kata sejarah dan
kehidupan manusia.
3. Tulis dan jelaskan tiga unsur penting dalam sejarah.
4. Jelaskan tujuan penulisan kronik oleh para musafir dan pendeta.
5. Apa yang dimaksud dengan peridasi? Jelaskan
6. Jelaskan pengertian kronologi, kronik dan sinkronik.
CORAK KEHIDUPAN DAN HASIL-HASIL BUDAYA MASA
PRAAKSARA INDONESIA

A. PERKEMBANGAN BUMI DAN MUNCULNYA MAKHLUK HIDUP

1. Asal Usul Bumi Dan Makhluk Hidup

Para ilmuwan meyakini asal mula terbentuknya alam semesta (termasuk bumi) adalah
terjadinya BIGBANG (ledakakn Dahsyat) sekitar 13,7 miliyar juta tahun yang lalu. ledakan
ini mengeluarkan materi yang jumlahnya sangat banyak. kemudian materi-materi ini mengisi
alam semesta ini dalam bentuk bintang, planet, debu kosmis,meteor,energi dan partikel
lainnya. Menurut teori geologi,yaitu ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang bumi secara
keseluruhan, proses perkembangan bumi dibagi menjadi empat tahapan masa. yaitu :

a). Masa Arkhaekum Masa ini merupakan masa yang paling tertua. pada masa ini belum ada
tanda-tanda kehidupan karna tempratur bumi ini masih sangat panas sehingga tidak
memungkinkan adanya kehidupan.

b). Masa Paleozoikum Pada masa ini kondisi bumi sudah mulai stabil dan secara menyeluruh
sudah mulai terlihat tanda-tanda kehidupan berupa makkhluk bersel satu yang dikenal dengan
nama mikroorganisme, hewan sejenis ikan tak berahang (trilonta), hewan amfibi (binatang
yang hidup didua tempat) dan beberapa jenis tumbuhan ganggang. oleh sebab itu masa ini
dinamakan masa PRIMER (zaman kehidupan pertama)

c). Masa Mesozoikum Bisa juga dinamakan zaman SEKUNDER (zaman kehidupan kedua)
pada masa ini mulai uncuul hewan bertubuh besar, seperti gajah purba (marmut), hewan
rwptil, dan dinasaurus, dan juga enjelang berakhirnya masa ini mulai muncul berbagai jenis
burung, dan binatang menyusui (mamalia)

d). Masa Nesozoikum

Masa ini dibedakan menjadi dua zaman yaitu :

1). Zaman Tersier Zaman ini berlangsung sekitar 60 tahun yang lalu. hal yang terpenting
adalah munculnya jenis primata seperti kera

2). Zaman Kuarter Zaman ini dibagi menjadi dua kala, Yaitu kala Pleistosen / Divilium dan
kala Holosen/Aluvium. pada kala Pleistosen diperkirakan anusia purba mulai muncul dan
kala Holosen manusia telah berkembang menjadi lebih sempurna yaitu jenis Homo sapiens
dengan ciri-ciri seperti manusia sekarang

2. Perkembangan Makhluk Hidup


*Teori Harol Urey Hidup terjadi pertama kali diudara (atosfer). Atmosfer terbentuk karna
adanya molekul-molekul CH4,NH4,Dan H2O dan karna adanya loncatan listrik akibat
halilintar dan sinar kosmik, terjadilah asam amino yang meyakinkan adanya kehidupan

*Teori Charles Darwin Semua kehidupan memiliki leluhur yang sama, sejarah kehidupan
dibumi di miripkan sebuah pohon besar yang awalnya adalh  batang tunggal berupa sel-sel
pertama yang sederhana, spesies-spesies baru yang bercabang dari batang tunggal dan terbagi
menjadi dahn-dahn atau family tumbuhan dan binatang yang hidup sekarang, salah satu
spesies binatang yaitu kelompok mamalia, berevolusi menjadi “binatang yang berakal budi”
manusia proses evolusi, yaitu proses yang berlangsung dalam kurun waktu yang sangat
panjang bahkan hingga utaan tahun, dalam proses ini terjadi apa yang disebut sistem seleksi
alam dimana makhluk hidup yang mampu beradaptasi dengan lingkungan nyalah yang
bertahan hidup dan berkembang

*Teori Kreasionisme Mengatakan bahwa kemunculan tiba-tiba atau seketika itulah yang
disebut penciptaan oleh tuhan. perkembangan makhluk hidup itu bertahap dari waktu
kewaktu. salah satu bukti dengan ditemukannya berbagai fosil manusia purba, serta  bintang
serta tumbuhan purba dan ada juga bukti lain nya. misalnya : adanya variasi dalam satu
spesies (artinya spesiesnya sama tapi tidak identik), dengan adanya organ tubuh manusia
yang tidak berguna namun masih dijumpai seperti usus buntu,tulang ekor,rambut pada dada
dan lain lainnya

B. TERBENTUKNYA KEPULAUAN INDONESIA


Bumi kita yang terhampar luas ini diciptakan Tuhan Yang Maha Pencipta untuk
kehidupan dan kepentingan hidup manusia. Di bumi ini hidup berbagai flora dan fauna serta
tempat bersemainya manusia dengan keturunannya. Di bumi ini kita bisa menyaksikan
keindahan alam, kita bisa beraktivitas dan berikhtiar memenuhi kebutuhan hidup kita. Namun
harus dipahami bahwa bumi kita juga sering menimbulkan bencana. Sebagai contoh
munculnya aktivitas lempeng bumi yang kemudian melahirkan gempa bumi baik tektonis
maupun vulkanis, bahkan sampai menimbulkan tsunami. Sebagai contoh tentu kamu masih
ingat bagaimana gempa dan tsunami yang terjadi di Aceh, gempa bumi di Yogyakarta, di
Papua dan beberapa di daerah lain, termasuk beberapa gunung berapi meletus. Bencana
tersebut telah mengakibatkan ribuan nyawa hilang dan harta benda melayang. Fenomena
alam yang terjadi itu merupakan bagian tak terpisahkan dari aktivitas panjang bumi kita sejak
proses terjadinya alam semesta ratusan bahkan ribuan juta tahun yang lalu. Proses tersebut
secara geologis mengalami beberapa tahapan atau pembabakan waktu. Berikut ini kita
mencoba menelaah tentang  pembabakan waktu alam secara geologis dan bagaimana
Kepulauan Indonesia terbentuk.
Ada banyak teori dan penjelasan tentang penciptaan bumi, mulai dari mitos sampai
kepada penjelasan agama dan ilmu pengetahuan. Kali ini kamu belajar sejarah sebagai
cabang keilmuan, pembahasannya adalah pendekatan ilmu pengetahuan, yakni asumsi-asumsi
ilmiah, yang kiranya juga tidak perlu bertentangan dengan ajaran agama. Salah satu di antara
teori ilmiah tentang terbentuknya bumi adalah Teori  “Dentuman Besar” (Big Bang), seperti
dikemukaan oleh sejumlah ilmuwan, seperti ilmuwan besar Inggris, Stephen Hawking. Teori
ini menyatakan bahwa alam semesta mulanya berbentuk gumpalan gas yang mengisi seluruh
ruang jagad raya. Jika digunakan teleskop besar Mount Wilson untuk mengamatinya akan
terlihat ruang jagad raya itu luasnya mencapai radius 500.000.000 tahun cahaya. Gumpalan
gas itu suatu saat meledak dengan satu dentuman yang amat dahsyat. Setelah itu, materi yang
terdapat di alam semesta mulai berdesakan satu sama lain dalam kondisi suhu dan kepadatan
yang sangat tinggi, sehingga hanya tersisa energi berupa proton, neutron dan elektron, yang
bertebaran ke seluruh arah. 
Ledakan dahsyat itu menimbulkan gelembung-gelembung alam semesta yang
menyebar dan menggembung ke seluruh penjuru, sehingga membentuk galaksi, bintang-
bintang, matahari, planet-planet, bumi, bulan dan meteorit. Bumi kita hanyalah salah satu
titik kecil saja di antara tata surya yang mengisi jagad semesta. Di samping itu banyak planet
lain termasuk bintang-bintang yang menghiasi langit yang tak terhitung jumlahnya. Boleh
jadi ukurannya jauh lebih besar dari planet bumi. Bintang-bintang berkumpul dalam suatu
gugusan, meskipun antarbintang berjauhan letaknya di angkasa. Ada juga ilmuwan astronomi
yang mengibaratkan galaksi bintang-bintang itu tak ubahnya seperti sekumpulan anak ayam, 
yang tak mungkin dipisahkan dari induknya. Jadi di mana ada anak ayam di situ pasti ada
induknya. Seperti halnya dengan anak-anak ayam, bintang-bintang di angkasa tak mungkin
gemerlap sendirian tanpa disandingi dengan bintang lainnya. Sistem alam semesta dengan
semua benda langit sudah tersusun secara menakjubkan dan masing-masing beredar secara
teratur dan rapi pada sumbunya masing-masing.
Selanjutnya proses evolusi alam semesta itu memakan waktu kosmologis yang sangat
lama sampai berjuta tahun. Terjadinya evolusi bumi sampai adanya kehidupan memakan
waktu yang sangat panjang. Ilmu paleontologi membaginya dalam enam tahap waktu
geologis. Masing-masing ditandai oleh peristiwa alam yang menonjol, seperti munculnya
gunung-gunung, benua, dan makhluk hidup yang paling sederhana. Sedangkan proses evolusi
bumi dibagi menjadi beberapa periode sebagai berikut.
1. Azoikum (Yunani: a = tidak; zoon = hewan), yaitu zaman sebelum adanya kehidupan.
Pada saat ini bumi baru terbentuk dengan suhu yang relatif tinggi. Waktunya lebih dari satu
miliar tahun lalu.
2. Palaezoikum, yaitu zaman purba tertua. Pada masa ini sudah meninggalkan fosil flora dan
fauna. Berlangsung kira-kira 350.000.000 tahun.
3.  Mesozoikum, yaitu zaman purba tengah. Pada masa ini hewan mamalia (menyusui),
hewan amfibi, burung dan tumbuhan berbunga mulai ada. Lamanya kira-kira 140.000.000
tahun. 
4. Neozoikum, yaitu zaman purba baru, yang dimulai sejak 60.000.000 tahun yang lalu.
Zaman ini dapat dibagi lagi menjadi dua tahap (Tersier dan Quarter). Zaman es mulai
menyusut dan makhluk-makhluk tingkat tinggi dan manusia mulai hidup. 
Merujuk pada tarikh bumi di atas, sejarah di Kepulauan Indonesia terbentuk melalui
proses yang panjang dan rumit. Sebelum bumi didiami manusia, kepulauan ini hanya diisi
tumbuhan flora dan fauna yang masih sangat kecil dan sederhana. Alam juga harus menjalani
evolusi terus-menerus untuk menemukan keseimbangan agar mampu menyesuaikan diri
dengan perubahan kondisi alam dan iklim, sehingga makhluk hidup dapat bertahan dan
berkembang biak mengikuti seleksi alam. 
Gugusan kepulauan ataupun wilayah maritim seperti yang kita temukan sekarang ini
terletak di antara dua benua dan dua samudra, antara Benua Asia di utara dan Australia di
selatan, antara Samudra Hindia di barat dan Samudra Pasifik di belahan timur. Faktor letak
ini memainkan peran strategis sejak zaman kuno sampai sekarang. Namun sebelum itu
marilah kita sebentar berkenalan dengan kondisi alamnya, terutama unsur-unsur geologi atau
unsurunsur geodinamika yang sangat berperan dalam pembentukan Kepulauan Indonesia. 
Menurut para ahli bumi, posisi pulau-pulau di Kepulauan Indonesia terletak di atas
tungku api yang bersumber dari magma dalam perut bumi. Inti perut bumi tersebut berupa
lava cair bersuhu sangat tinggi. Makin ke dalam tekanan dan suhunya semakin tinggi. Pada
suhu yang tinggi itu material-material akan meleleh sehingga material di bagian dalam bumi
selalu berbentuk cairan panas. Suhu tinggi ini terus-menerus bergejolak mempertahankan
cairan sejak jutaan tahun lalu. Ketika ada celah lubang keluar, cairan tersebut keluar
berbentuk lava cair. Ketika lava mencapai permukaan bumi, suhu menjadi lebih dingin dari
ribuan derajat menjadi hanya bersuhu normal sekitar 30 derajat. Pada suhu ini cairan lava
akan membeku membentuk batuan beku atau kerak. Keberadaan kerak benua (daratan) dan
kerak samudra selalu bergerak secara dinamis akibat tekanan magma dari perut bumi.
Pergerakan unsur-unsur geodinamika ini dikenal sebagai kegiatan tektonis. 
Sebagian wilayah Kepulauan Indonesia merupakan titik temu di antara tiga lempeng,
yaitu Lempeng Indo-Australia di selatan, Lempeng Eurasia di utara dan Lempeng Pasifik di
timur. Pergerakan lempenglempeng tersebut dapat berupa subduksi (pergerakan lempeng ke
atas), obduksi (pergerakan lempeng ke bawah) dan kolisi (tumbukan lempeng). Pergerakan
lain dapat berupa pemisahan atau divergensi (tabrakan) lempeng-lempeng. Pergerakan
mendatar berupa pergeseran lempeng-lempeng tersebut masih terus berlangsung hingga
sekarang. Perbenturan lempeng-lempeng tersebut menimbulkan dampak yang berbeda-beda.
Namun semuanya telah menyebabkan wilayah Kepulauan Indonesia secara tektonis
merupakan wilayah yang sangat aktif dan labil hingga rawan gempa sepanjang waktu. 
Pada masa Paleozoikum (masa kehidupan tertua) keadaan geografis Kepulauan
Indonesia belum terbentuk seperti sekarang ini. Di kala itu wilayah ini masih merupakan
bagian dari samudra yang sangat luas, meliputi hampir seluruh bumi. Pada fase berikutnya,
yaitu pada akhir masa Mesozoikum, sekitar 65 juta tahun lalu, kegiatan tektonis itu menjadi
sangat aktif menggerakkan lempenglempeng Indo-Australia, Eurasia dan Pasifik. Kegiatan
ini dikenal sebagai fase tektonis (orogenesa larami), sehingga menyebabkan  daratan
terpecah-pecah. Benua Eurasia menjadi pulau-pulau  yang terpisah satu dengan lainnya.
Sebagian di antaranya bergerak ke selatan membentuk pulau-pulau Sumatra, Jawa,
Kalimantan, Sulawesi serta pulau-pulau di Nusa Tenggara Barat dan Kepulauan Banda. Hal
yang sama juga terjadi pada Benua Australia. Sebagian pecahannya bergerak ke utara
membentuk pulau-pulau Timor, Kepulauan Nusa Tenggara Timur dan sebagian Maluku
Tenggara. Pergerakan pulau-pulau hasil pemisahan dari kedua benua tersebut telah
mengakibatkan wilayah pertemuan keduanya sangat labil. Kegiatan tektonis yang sangat aktif
dan kuat telah membentuk rangkaian Kepulauan Indonesia pada masa Tersier sekitar 65 juta
tahun lalu.
Sebagian besar daratan Sumatra, Kalimantan dan Jawa telah tenggelam menjadi laut
dangkal sebagai akibat terjadinya proses kenaikan permukaan laut atau transgresi. Sulawesi
pada masa itu sudah mulai terbentuk, sementara Papua sudah mulai bergeser ke utara, meski
masih didominasi oleh cekungan sedimentasi laut  dangkal berupa paparan dengan
terbentuknya endapan batu gamping. Pada kala Pliosen sekitar lima juta tahun lalu, terjadi
pergerakan tektonis yang sangat kuat, yang mengakibatkan terjadinya proses pengangkatan
permukaan bumi dan kegiatan vulkanis. Ini pada gilirannya menimbulkan tumbuhnya (atau
mungkin lebih tepat terbentuk) rangkaian perbukitan struktural seperti perbukitan besar
(gunung), dan perbukitan lipatan serta rangkaian gunung api aktif sepanjang gugusan
perbukitan itu. Kegiatan tektonis dan vulkanis terus aktif hingga awal masa Pleistosen, yang
dikenal sebagai kegiatan tektonis Plio-Pleistosen. Kegiatan tektonis ini berlangsung di
seluruh Kepulauan Indonesia.
Gunung api aktif dan rangkaian perbukitan struktural tersebar di sepanjang bagian
barat Pulau Sumatra, berlanjut ke sepanjang Pulau Jawa ke arah timur hingga Kepulauan
Nusa Tenggara serta Kepulauan Banda. Kemudian terus membentang sepanjang Sulawesi
Selatan dan Sulawesi Utara. Pembentukan daratan yang semakin luas itu telah membentuk
Kepulauan Indonesia pada kedudukan pulau-pulau seperti sekarang ini. Hal itu telah
berlangsung sejak kala Pliosen hingga awal Pleistosen (1,8 juta tahun lalu). Jadi pulau-pulau
di kawasan Kepulauan Indonesia ini masih terus bergerak secara dinamis, sehingga tidak
heran jika masih sering terjadi gempa, baik vulkanis maupun tektonis. 
Letak Kepulauan Indonesia yang berada pada deretan gunung api membuatnya
menjadi daerah dengan tingkat keanekaragaman flora dan fauna yang sangat tinggi.
Kekayaan alam dan kondisi geografis ini telah mendorong lahirnya penelitian dari
bangsabangsa lain. Dari sekian banyak penelitian terhadap flora dan fauna tersebut yang
paling terkenal di antaranya adalah penelitian Alfred Russel Wallace yang membagi
Indonesia dalam dua wilayah yang berbeda berdasarkan ciri khusus baik fauna maupun
floranya. Pembagian itu adalah Paparan Sahul di sebelah timur, Paparan Sunda di sebelah
barat. Zona di antara paparan tersebut kemudian dikenal sebagai wilayah Wallacea yang
merupakan  pembatas fauna  yang membentang dari Selat Lombok hingga  Selat Makassar ke
arah utara. Fauna-fauna  yang berada di sebelah barat garis pembatas itu disebut dengan Indo-
Malayan region. Di sebelah timur disebut dengan Australia Malayan region. Garis itulah yang
kemudian kita kenal dengan Garis Wallacea. 
Quater sekitar 600.000 tahun lalu atau disebut juga zaman es. Dinamakan zaman es karena
selama itu es dari kutub berkali-kali meluas sampai menutupi sebagian besar permukaan
bumi dari Eropa Utara, Asia Utara dan Amerika Utara Peristiwa itu terjadi karena panas bumi
tidak tetap, adakalanya  naik dan adakalanya turun. Jika ukuran panas bumi turun dratis maka
es akan mencapai luas yang sebesar-besarnya dan air laut akan turun atau disebut zaman
Glacial. Sebaliknya jika ukuran panas naik, maka es akan mencair, dan permukaan air laut
akan naik yang disebut zaman Interglacial. Zaman Glacial dan zaman Interglacial ini
berlangsung silih berganti selama zaman Diluvium (Pleistosen). Hal ini menimbulkan
berbagai perubahan iklim di seluruh dunia, yang kemudian mempengaruhi keadaan bumi
serta kehidupan yang ada diatasnya termasuk manusia, sedangkan zaman Alluvium (Holosen)
berlangsung kira-kira 20.000 tahun yang lalu hingga sekarang ini.
Sejak zaman ini mulai terlihat secara nyata adanya perkembangan kehidupan
manusia, meskipun dalam taraf yang sangat sederhana baik fisik maupun kemampuan
berpikirnya. Namun demikian dalam rangka untuk mempertahankan diri dan
keberlangsungan kehidupannya, secara lambat laun manusia mulai mengembangkan
kebudayaan. Beruntung kita bangsa Indonesia memiliki temuan bermacam-macam jenis
manusia purba beserta hasil-hasil kebudayaannya, sehingga sejak akhir abad ke-19 para
ilmuwan tertarik untuk melakukan kajian di negeri kita.
C. CORAK KEHIDUPAN DAN HASIL-HASIL BUDAYA MANUSIA PADA
MASA PRAAKSARA INDONESIA
Corak Hidup Manusia Zaman Praaksara – Masa praaksara disebut juga zaman prasejarah 
Masa praaksara berarti masa sebelum manusia sebelum mengenal bentuk tulisan. Ada juga
yang menyebutnya dengan sebutan masa nirleka yaitu masa tidak ada tulisan. Manusia yang
hidup pada masa ini ialah manusia purba. Meskipun masa praaksara tidak mengenal tulisan,
namun peninggalan-peninggalannya yang ditinggalkan oleh manusia yang hidup masa itu
seperti artefak dan fosil. Artefak wujudnya berupa benda-benda purbakala yang mana benda
tersebut dapat membantu kita untuk memperkirakan bagaimana perkembangan kehidupan
manusia. Sedangkan fosil yang berupa sisa-sisa tulang belulang manusia, hewan  dan
tumbuhan yang sudah membatu dapat membantu kita mengenai pertumbuhan fisik manusia
pada masa praakasara. Sisa-sisa manusia, tumbuhan, dan hewan-hewan yang telah membatu
itu terdapat dalam lapisan-lapisan bumi.
Ilmu yang mempelajari masa praaksara adalah paleoantropologi artinya mempelajari
bentuk manusia dari yang paling sederhana sampai manusia sekarang. Paleontologi ilmu yang
mempelajari fosil-fosil, dan geologi adalah ilmu yang mempelajari lapisan tanah.
Fosil sendiri dapat dijadikan sebagai informasi mengenai makhluk hidup apa yang ada di
bumi. Pada buku Why? Fossil – Fosil oleh YeaRimDang, berbagai fosil dijabarkan dan
dijelaskan asalnya dalam bentuk animasi sehingga lebih mudah untuk diterima informasinya.

 Oleh sebab itu zaman prakaasara atau zaman prasejarah ini tidak meninggalkan benda-benda
bertulisan. Benda-benda bersejarah ini dapat dianalisis umurnya dengan teknik analisis
sebagai berikut:
1. Tipologi
Tipologi adalah cara penentuan umur benda berdasarkan bentuknya. Semakin
sederhana bentuknya artinya semakin tua umur benda tersebut.  
2. Stratigrafi
Stratigrafi adalah cara penentuan umur benda berdasarkan lapisan tanah tempat benda
tersebut.
3. Kimiawi
Kimiawi artinya cara penentuan umur benda berdasarkan unsur-unsur kimia

A. Corak Hidup Manusia Zaman Praaksara


Pada awalnya masyarakat praaksara hidup secara nomaden  (berpindah-pindah).
Kemudian mereka mengalami perubahan dari nomaden ke semi nomaden. Akhirnya mereka
hidup secara menetap di suatu tempat dengan tempat tinggal yang pasti. 
Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya masyarakat praaksara menggunakan beberapa jenis
peralatan mulai dari yang terbuat dari batu hingga logam. Oleh karena itu, masyarakat
praaksara telah menghasilkan alat untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya.
Berdasarkan perkembangan kehidupannya, masyarakat praaksara terbagi menjadi tiga masa
yaitu masa berburu dan mengumpulkan makanan, masa bercocok tanam, dan masa
perundagian.

1. Masa Berburu dan Mengumpulkan Makanan


Masa berburu dan mengumpulkan makanan bergantung pada alam sekitar. Wilayah-
wilayah yang ditempati manusia praaksara adalah wilayah yang banyak menyediakan bahan
makanan dalam jumlah yang cukup dan mudah memperolehnya. Wilayah tersebut juga
memiliki banyak hewan sehingga manusia praaksara mudah untuk berburu hewan.
Manusia yang hidup pada zaman berburu dan mengumpulkan makanan ini diperkirakan satu
masa dengan zaman paleolitikum. Secara geografis, pada zaman ini masih bergantung pada
kondisi alam sekitar. Daerah sungai, danau, padang rumput merupakan tempat-tempat ideal
bagi manusia praaksara, karena di tempat itulah tersedia  air dan bahan makanan sepanjang
tahun. Pada zaman itu manusia praaksara menempati tempat tinggal sementara di gua-gua
payung yang dekat dengan sumber makanan seperti ikan, kerang, air, dan lain-lain.
Dalam mengetahui kehidupan di Era Paleolitikum lebih baik. buku Babad Bumi Sadeng
Mozaik Historiografi Jember Era Paleolitik oleh Zainollah Ahmad dalam kamu jadikan
referensi, dimana pada buku ini menggambarkan asumsi adanya manusia Jember di masa
peninggalan Prasejarah tersebut.

Untuk sumber penerangan manusia prakasara menggunakan api yang diperoleh


dengan cara membenturkan sebuah batu dengan batu sehingga menimbulkan percikan api dan
membakar bahan-bahan yang mudah terbakar seperti serabut kelapa kering, dan rumput
kering.

a. Kehidupan ekonomi
Kehidupan ekonomi pada masa berburu dan mengumpulkan makanan adalah
bergantung pada alam. Mereka akan tetap tinggal di wilayah tersebut selama persediaan
bahan makanan masih cukup. Ketika merreka telah kehabisan sumber makanan maka mereka
akan berpindah dan mencari tempat lain yang kaya akan makanan. Kehidupan yang selalu
berpindah-pindah inilah ciri-ciri manusia praaksara. Hasil perburuan mereka kumpulkan
untuk keperluan perpindahan ke tempat lain sebagai cadangan sebelum mereka mendapatkan
tempat baru.
b. Kehidupan sosial
Mereka hidup secara berkelompok dan tersusun dalam keluarga-keluarga kecil, dalam
satu kelompok ada seorang pemimpin kelompok. Pemimpin kelompok inilah yang dalam
perkembangannya disebut sebagai ketua suku. Ketua suku memimpin anggota kelompoknya
untuk berpindah tempat dari tempat satu ke tempat lain. Anggota kelompok laki-laki bertugas
memburu hewan sedangkan yang perempuan bertugas mengumpulkan makanan dari tumbuh-
tumbuhan.
c. Kehidupan budaya
Kehidupan budaya ini dapat dilihat dari karya-karya yang telah berhasil dibuat. Alat-
alat pada zaman praaksara memberikan petunjuk bagaimana cara manusia pada zaman itu
bertahan hidup.
Karena peralatan manusia zaman praaksara terbuat dari batu maka hasil budaya yang
dikembangkan pada zaman itu adalah hasil budaya batu. Tidak heran jika zaman tersebut
dikenal dengan zaman batu. Hasil-hasil kebudayaan batu yang pernah ditemukan di
antaranya: kapak genggam, kapak perimbas, serpih bilah, dan lain-lain.
2. Masa Bercocok Tanam

Dalam memahami lebih dalam mengenai manusia yang hidup di zaman praaksara,
Grameds dapat membaca buku berjudul Sapiens Grafis: Kelahiran Umat Manusia oleh Yuval
Noah Harari.
Bagi mereka, dengan bercocok tanam dirasakan persediaan makanan akan tercukupi
sepanjang tahun tanpa harus membuka ladang lagi. Selain bercocok tanam juga mereka
mengembangkan hewan ternak untuk dipelihara. Manusia yang hidup pada masa ini
diperkirakan satu masa dengan zaman neolitikum. Secara geografis, pada zaman ini sangat
menggantungkan iklim dan cuaca alam. Hal ini sangat dibutuhkan untuk bercocok tanam.
Hasil dari panen juga sangat dipengaruhi oleh kondisi tekstur tanah yang digunakan.
a. Kehidupan ekonomi
Secara ekonomi, manusia pada zaman ini telah menghasilkan  produksi sendiri untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya. Mereka membabat hutan untuk ditanami dan produk yang
mereka hasilkan antara lain umbi-umbian.
Selain pertanian, sumber ekonomi mereka adalah dengan beternak (memelihara ayam,
kerbau, babi hutan dan lain-lain).  Manusia pada masa bercocok tanam ini diperkirakan telah
melakukan kegiatan perdagangan sederhana yaitu barter. Barang yang ditukarkan adalah hasil
cocok tanam, hasil laut yang dikeringkan dan hasil kerajinan tangan seperti gerabah dan
beliung. Hasil umbi-umbian sangat dibutuhkan oleh penduduk pantai dan sebaliknya hasil
ikan laut yang dikeringkan dibutuhkan oleh mereka yang tinggal di pedalaman.  
b. Kehidupan sosial
Dengan hidup bercocok tanam, memberikan kesempatan manusia untuk menata hidup
lebih teratur. Mereka hidup secara berkelompok dan membentuk masyarakat perkampungan
kecil. Dalam sebuah kampong terdiri dari beberapa keluarga dan dalam kampong dipimpin
oleh ketua suku. Strata social ketua suku adalah palin tinggi karena kriteria yang diambil
berdasarkan orang yang paling tua atau yang paling berwibawa secara reigius. Dengan
dmeikian semua aturan yang telah ditetapkan harus ditaati dan dijalankan oleh seluruh
kelompok tersebut.
Kebutuhan hidup dikelola bersama-sama untuk kepentingan bersama. Kegiatan yang
memerlukan tenaga besar sepeprti mebangun rumah, berburu, membuat perahu membabat
hutan, diserahkan kepada kaum laki-laki. Sedangkan kegiatan mengumpulkan makanan,
menabur benih di ladang, beternak, merawat rumah dan keluarga diserahkan pada kaum
perempuan. 
Sedangkan ketua suku sebagai komando dari semua kegiatan di atas sekaligus sebagai
pusat religi pada kepercayaan yang mereka anut. Dari sinilah muncul strata sosial dalam
sebuah komunitas masyarakat kecil. Secara berangsur-angsur namun pasti kelompok ini
membentuk sebuah masyarakat yang besar dan kompleks sehingga muncul suatu masyarakat
kompleks di bawah kekuasaan yang kelak disebut kerajaan dengan datangnya pengaruh
Hindu dan Budha.
 c. Kehidupan budaya
Pada masa bercocok tanam, manusia praaksara telah menghasilkan budaya yang
mengarah pada usaha bercocok tanam yang syarat dengan kepercayaan. Bentuk alat-alat yang
dihasilkan pun lebih halus dan memiliki gaya seni. Selain sebagai alat untuk bercocok tanam,
alat-alat ini juga sebagai alat upacara keagamaan. Alat-alat itu antara lain kapak lonjong,
gerabah, kapak persegi, perhiasan dan masih banyak yang lain.
Ada sebuah kepercayaan bahwa apabila orang yang meninggal dunia akan memasuki alam
sendriri. Pada masa ini, jika ada orang meninggal dunia maka akan dibekali benda-benda
keperluan sehari-hari seperti perhiasan. Tujuannya adalah agar arwah yang meninggal dunia
mendapatkan perjalanan yang lancar dan mendapatkan kehidupan yang lebih baik dari
sebelumnya.
Berkaitan erat dengan kepercayaan, maka pada masa bercocok tanam muncul tradisi
pendirian bangunan-bangunan besar yang terbuat dari batu yang disebut tradisi megalitik.
Tradisi ini didasari oleh kepercayaan bahwa ada hubungan yang erat antara orang yang sudah
meninggal dengan kesejahteraan masyarakat dan kesuburan ketika bercocok tanam. 
Oleh sebab itu, jasa seseorang yang berpengaruh terhadap masyarakat perlu diabadikan dalam
sebuah monumen yang terbuat dari batu. Bangunan ini kemudian menjadi lambang orang
yang meninggal dunia sekaligus tempat penghormatan serta media persembahan dari orang
yang masih hidup ke orang yang sudah meninggal dunia. Bangunan megalitik tersebut antara
lain, dolmen, menhir, waruga, sarkofagus, dan punden berundak.
 3. Masa Kehidupan Perundagian
Pada masa ini diperkirakan satu zaman dengan masa perunggu. Pada zaman ini
peradaban manusia sudah mencapai tingkat yang tinggi. Hal ini ditandai munculnya
sekelompok orang yang memiliki keahlian tertentu dalam pembuatan gerabah, pembuatan
perhiasan serta pembuatan perahu. Yang paling menonjol adalah pembuatan bahan-bahan
dari logam. Dengan munculnya masa perundagian, maka secara umum berakhirlah masa
praaksara di Indonesia walaupun dalam kenyataannya ada beberapa daerah di pedalaman
yang masih berada di zaman batu.
Kegiatan berladang mulai berganti ke persawahan. Kegiatan persawahan memungkinkan
adanya pengaturan masa bercocok tanam sehingga mereka tidak hanya bergantung pada
kondisi iklim dan cuaca namun juga berpikir kapan waktu yang tepat untuk bercocok tanam
dan waktu yang tepat untuk beternak. Kondisi geografis inilah yang perlu dicermati agar
mereka tidak gagal panen. Mereka belajar ilmu alam dan dari alam mereka mengetahui arah
angin, berlayar antar pulau, mencari penghasilan di laut dan melakukan perdagangan antar
wilayah.
a. Kehidupan ekonomi
Masyarakat pada masa perundagian telah mampu mengatur kehidupan ekonominya
dan mampu berpikir bagaimana memenuhi kehidupan mereka di masa yang akan datang.
Hasil  panen pertanian disimpan untuk masa kering dan diperdagangkan ke daerah lain.
Masyarakat juga sudah mengembangkan kuda dan berbagai jenis unggas, bahkan jenis hewan
tertentu digunakan untuk membantu dalam bercocok tanam dan perdagangan. Kemampuan
produksi, konsumsi, dan distribusi menopang kesejahteraan hidup mereka.
Seiring dengan kemajuan teknologi, maka memungkinkan mereka melakukan perdagangan
yang lebih luas jangkauannya. Walau masih bersifat barter namun setidaknya hal ini
menambah nilai ekonomis yang tinggi karena beragamnya barang-barang yang ditukarkan.
Bukti perdagangan antar pulau pada masa perundagian adalah ditemukannya nekara di
Selayar dan Kepulauan Kei yang dihiasi gambar-gambar binatang seperti gajah, merak, dan
harimau.

b. Kehidupan  sosial
Pada masa perundagian kehidupan masyarakat yang sudah menetap mengalami
perkembangan dan hal ini mendorong masyarakat untuk keteraturan hidup.  Aturan hidup
bisa terlaksana dengan baik karena adanya seorang pemimpin yang mereka pilih atas dasar
musyawarah. Pemilihan pemimpin dipilih dengan kriteria yang bisa melakukan hubungan
dengan roh-roh atau arwah nenek moyang untuk keselamatan desa setempat serta keahlian-
keahlian lain.
Dalam kehidupan yang sudah teratur ini, berburu hewan seperti singa, harimau merupakan
prestige jika bisa melakukannya. Perburuan tersebut selain sebagai mata pencaharian juga
untuk meningkatkan strata sosial, artinya jika mereka bisa menaklukan harimau maka mereka
telah menunjukkan tingkat keberanian tinggi dan gagah dalam suatu lingkungan masyarakat.
Kehidupan masyarakat pada masa ini telah menunjukkan solidaritas yang kuat. Pada masa ini
sudah ada kepemimpinan dan pemujaan terhadap sesuatu yang suci di luar diri manusia yang
tidak mungkin disaingi serta berada di luar batas kemampuan manusia. 
Sistem kemasyarakatan terus mengalami perkembangan khususnya pada zaman perunggu
karena pada masa ini masyarakat lebih kompleks dan terbagi menjadi kelompok-kelompok
sesuai dengan keahliannya. Ada kelompok petani, kelompok pedagang, kelompok undagi.
Masing-masing kelompok memiliki aturan tersendiri dan adanya aturan yang umum yang
menjamin keharmonisan hubungan masing-masing kelompok. Aturan yang umum dibuat atas
dasar musyawarah mufakat dalam kehidupan yang demokratis.

 c. Kehidupan budaya
Pada masa perundagian seni ukir mengalami perkembangan yang pesat. Ukiran
diterapkan pada benda-benda nekara perunggu. Seni hias pada benda-benda perunggu sudah
membentuk pola-pola geometris sebagai pola hias utama. Hal ini terlihat dari temuan di
Watuweti yang menggambarkan kapak perunggu, perahu dan melukis unsur-unsur dalam
kehidupan yang dianggap penting.  Pahatan-pahatan yang ada di perunggu dan batu
menggambarkan orang atau hewan yang menghasilkan bentuk bergaya dinamis dan
memperlihatkan gerak.
Teknologi pembuatan benda-benda logam (khusus perunggu) kemudian mengalami
perkembangan yang sangat pesat, di samping membuat perkakas untuk keperluan sehari-hari
seperti kapak, corong, dan lain-lain.

 B. Sistem Kepercayaan Manusia Zaman Pra Aksara


Sistem kepercayaan masyarakat praaksara diperkirakan mulai tumbuh pada masa
berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut atau disebut dengan masa bermukim dan
berladang yang terjadi pada masa mesolitikum. Bukti yang turut memperkuat adanya corak
kepercayaan pada zaman praaksara adalah ditemukannya lukisan perahu pada nekara.
Lukisan tersebut menggambarkan kendaraan yang akan mengantarkan roh nenek moyang ke
alam baka. Hal ini membuktikan bahwa pada masa tersebut sudah mempercayai adanya roh.
Seiring dengan perkembangan kemampuan berpikir, manusia mulai merenungkan kekuatan-
kekuatan lain di luar dirinya. Oleh karena itu, muncul berbagai sistem kepercayaan yang
diyakini oleh manusia praaksara yaitu animism, dinamisme, dan totemisme.

1. Animisme
Kata “animisme” berasal dari bahasa Latin “anima” yang berarti roh. Seperti dalam
buku Sejarah Asia Tenggara (2013) karya M.C Ricklefs animism adlah sistem kepercayaan
yang memuja roh nenek moyang atau makhluk halus.
Karakteristik manusia praaksara yang mengaut kepercayaan ini adalah mereka yang selalu
memohon perlindungan dan permintaan sesuatu kepada roh nenek moyang seperti meminta
kesehatan, keselamatan, dan lain-lain.

 2. Dinamisme
Kata “dinamisme” berasal dari bahasa Inggris “dynamic” yang berarti daya, kekuatan,
dinamis. Dinamisme adalah kepercayaan terhadap benda-benda tertentu yang dianggap
memiliki kekuatan supranatural seperti pohon dan batu besar. Unsur dinamisme lahir dari
ketergantungan manusia terhadap kekuatan lain yang berada di luar dirinya.
Manusia pada zaman praaksara ini memiliki banyak keterbatasan sehingga mereka
membutuhkan pertolongan dari benda-benda yang dianggap mampu memberi keselamatan.

3. Totemisme
Totemisme adalah sistem kepercayaan yang menganggap bahwa binatang atau
tumbuhan tertentu memiliki kekuatan supranatural untuk memberikan keselamatan atau
malapetaka kepada penganutnya.
Manusia zaman praaksara yang menganut kepercayaan totemisme cenderung mengeramatkan
binatang atau tumbuhan tertentu, sehingga mereka tidak diperbolehkan mengkonsumsi
binatang atau tumbuhan tersebut. 
HASIL KEBUDAYAAN PADA MASYARAKAT PRAKSARA TINGKAT
LANJUT: TRADISI LISAN
Pada masa pra aksara tingkat lanjut hasil kebudayaan nenek moyang semakin
berkembang. Hasil kebudaayan nonfisik (abstrak) mulai bermunculan. Sebenarnya pada masa
bercocok tanam telah muncul bentuk kebudayaan nonfisik berupa kepercayaan animisme dan
dinamisme, akan tetapi pada masa bercocok tanam lebih didominasi pada hasil fisik (alat-alat
bercocok tanam). 
Hasil kebudayaan kepercayaan terhadap roh-roh nenek moyang dan keprcayaan
terhadap benda-benda yang memiliki kekuatan semakin mengakar dan dilakukan secara rutin.
Sistem kepercayaan semakin dihayati dan adanya kesadan akan kehidupan yang sementara,
serta tujuan hidup mereka.Adanya proses pemikiran yang semakin matang memunculkan
kesadaran sebagai sebuah komunitas yang menghendaki adanya aturan-aturan dan nilai-nilai
yang harus dihayati semua anggota komunitas. Hal tersebut semakin berkembang membentuk
pemikiran bahwa hidup harus bermakna, tidak hanya sebatas mencari makan saja. Perlahan-
lahan terbentuk semacam pandangan hidup atau falsafah hidup di tengah-tengan mereka,
yang diteruraikan dalam nilao-nilai- etos, norma, sikap, perilaku, dan ritual-ritual keagamaan.
Ini semua merupakan bentuk-bentuk hasil kebudayaan nonfisik.
Pola pemikiran yang semakin berkembang membuat kesadaran untuk mewariskan
hasil-hasil kebudayaan nonfisik (kepercayaan, nilai, norma, etos, etiket, sikap-perilaku,
,moralitas, dan laian-lain) tersebut kepada generasi penerus mereka. Pada masa ini belum ada
dikenal kebudayaan menulis, akan tetapi mereka telah mempunyai bahasa-bahasa sebagai
sarana komunikasi. Melalui sarana bahasa yang ada, mereka kemudian mewariskan
kebudayaan nonfisik kepada generasi berikutnya. Dalam proses pewarisan kebudayaan
melalui bahasa, melalui dua cara yaitu secara langsung berupa nasehat-nasehat atau petuah-
petuah, dan secara tidak langsung yang berupa contoh hidup dan foklor (mitos,
legenda,dongeng, upacara, nyayian rakyat, dab lain-lain) 
A. TRADISI LISAN
Secara etismologi kata tradisi berasal dari bahasa Latin tradition, yang berarti
menyampaikan atau meneruskan. Sementara menurut KBBI, tradisi diartikan sebagai hal
yang disampaikan atau yang diteruskan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Pada masa
praaksara yang belum dikenal tulisan, proses pewarisan kebudayaan hanya dilakukan melalui
tutur kata atau penyampaian dari mulut ke mulut secara lisan, yang kemudian lebih dikenal
dengan istilah tradisi lisan. 
Menurut Kuntowijoyo, tradisi lisan merupakan salah satu sumber sejarah; sebab
dalam tradisi lisan terekam masa lampau manusia yang belum mengenal tulisan entah terkait
dengan kebiasaan, adat istiadat, kepercayaan, nilai-nilai, atau pengalaman sebhari-hari
mereka. 
Bentuk-bentuk hasil kebudayaan masyarakat pada masa praaksara yang berupa dongeng,
legenda, mitos, musik/lagu, upacara, petuah, lalucon, takhayul, kebiasaaan-kebiasaan, obat-
obatan, kerajinan tangan, dan lain-lain merupakan bagian dari apa yang disebut foklore. 
Kata foklore berasal dari bahasa Inggris folklore yaitu folk berarti rakyat dan lore
berarti tradisi atau ilmu pengetahuan. Foklor adalah baian dari kebudayaan suatu masyarakat
yang tersebar dan bersifat tradisional yang diwariskan secara lisan dan turun-temurun. 
B. CIRI-CIRI FOKLORE 
Terdapat beberapa ciri-ciri foklor yaitu : 
1. Penyebaran dan pewarisannya dilakukan sevcara lisan 
2. Bersifat tradisional 
3. Bersifat anonim (tidak diketahui penciptanya) 
4. Memiliki gaya bahasa hiperbola (gaya bahasa yang melebih-lebihkan) serta sering
menggunakan kata-kata klise. 
5. Menggunakan kalimat pembuka dengan kata-kata, “menurut empunya cerita” atau menurut
sahibulhikayat”’ dan menutupnya dengan “ demikianlah mereka hidup bahagia selamanya”. 
6. Memiliki fungsi penting dalam kehidupan bersama dalam suatu masyarakat: selain sebagai
hiburan, pendidikan, nilai, juga untuk menyampaikan protes sosial dan bahkan untuk
mengungkapkan keinginan yang terpendam. 
7. Merupakan milik bersama masyarakat pendukungnya. 

C. JENIS-JENIS FOKLORE
1. Mitos 
Mitos berasal dari bahasa Yunani mythos yang berarti cerita prosa rakyat yang tokohnya para
dewa atau makhluk setengah dewa yang benar-benar terjadi di dunia lain pada masa lampau
dan dianggap benar-benar terjadi oleh yang empunya cerita atau oleh penganutnya. Mitos
umumnya menceritakan tentang terjadinya alam semesta, dunia, bentuk khas binatang,
bentuk topografi, petualangan para dewa dan kisah percintaan mereka, dan sebagainya.
Hampir setiap suku bangsa di Indonesia memiliki mitos, pada umumnya mitos terkait dengan
asal usul masyarakat suatu daerah. 
2. Legenda 
Legenda tidak berbeda jauh dengan Mitos, yaitu prosa rakyat yang dianggap oleh pembuat
cerita sebagai sesuatu yang benar-benar terjadi. Perbedaanya dengan mitos, tokoh dalam
legenda lebih bersifat duniawi. Terdapat beberapa ciri-ciri dalam legenda:
# Bersifat duniawi, artinya bertempat di dunia seperti yang kita kenal sekarang dan terjadinya
pada masa yang belum terlampau lama. 
# Tokohnya manusia (yang ada kalanya mempunyai sifat dan kekuatan yang luar biasa/
dibantu makhluk gaib). 
# Milik bersama suatu komunitas tempat legenda tersebut lahir. 
# Sering mengalami penyimpangan dari versi sebelumnya (terutama karena tidak ditulis). 
# Diwariskan secara turun-temurun. 
# Banyak mengandung ajaran tentang kebaikan dan kejahatan sehingga dapat dijadikan
pedoman hidup. 
Jan Harold Brunvand menggolongkan legenda menjadi empat kelompok, sebagai
berikut : 
a. Legenda keagamaan 
Legenda yang berkisah tentang para pemuka agama. Contoh: legenda wali songo. 
b. Legenda alam gaib 
Legenda yang mengisahkan kejadian yang pernah dialami manusia yang berhubungan dengan
makhluk gaib, hantu, siluman, gejala-gejala gaib yang berfungsi untuk meneguhkan
kebenaran dan kepercayaan alam gaib yang sering disebut takhayul. 
c. Legenda perorangan 
Legenda yang berkisah tentang orang-orang tertentu dan dianggap benar-benar terjadi. 
d. Legenda tempat 
Legenda yang mengisahkan asal-usul tempat. 

3. Dongeng 
Dongeng adalah cerita fiktif atau imajinatif yang diceritakan turn-temurun. Pada
umumnya dongeng tidak diketahui pengarangnya, dan dongeng diceritakan terutama untuk
hiburan, walaupun banyak juga dongeng yang mengajarka tentang baik-buruk (ajaran moral).
Salah satu jenis dongeng yang terkenal adalah fabel, yaitu dongeng yang tokoh-tokohnya
berupa hewan dengan perilaku seperti manusia. 
4. Nyayian rakyat 
Dalam nyanyian rakyat kata-kata dan lagu merupakan satu kesatuan yang tak
terpisahkan. Ada empat fungsi nyanyian rakyat; pertama, sebagai pelipur lara, nyayian
jenaka, pengiring permainan anak-anak, dan pengantar tidur; kedua, sebagai pembangkit
semangat; ketiga, memelihara sejarah setempat atau sejarah klan; keempat sebagai protes
sosial, misalnya terhadap ketidakadilan dalam masyarakat. 
5. Upacara 
Upacara merupakan rangkaian tindakan atau perbuiatan yang terikat pada aturan-
aturan tertentu seperti adat istiadat, agama, dan kepercayaan. Ada dua tujuan diadakannya
upacara, yakni; Pertama, berterimakasih kepada kekuatan-kekuatan yang diyakini telah
memberikan perlindungan dan pertolongan, sekaligus menghindari amarah kekeuatan-
kekuatan tersebut. Kedua, memperkuat keberadaan dan pengakuan akan peran kekuatan-
kekuatan itu dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. 
D. KELOMPOL FOKLOR 
1. Folklor lisan 
Merupakan folklor yang bentuknya murni lisan, yaitu diciptakan , disebarluaskan, dan
diwariskan secara lisan. Folklor jenis ini terlihat pada: 
(a) Bahasa rakyat adalah bahasa yang dijadikan sebagai alat komunikasi diantara rakyat
dalam suatu masyarakat atau digunakan sehari-hari. 
(b) Ungkapan tradisional adalah kalimat pendek yang disarikan dari pengalaman yang
panjang. Peribahasa biasanya mengandung kebenaran dan kebijaksanaan. Seperti peribahasa,
pepatah. 
(c) Pertanyaan tradisional (teka-teki) 
(d) Puisi rakyat adalah kesustraan rakyat yang sudah memiliki bentuk tertentu. Fungsinya
sebagai alat kendali sosial, untuk hiburan, untuk memulai suatu permainan. Seperti pantun,
syair, sajak. 
(e) Cerita prosa rakyat, merupakan suatu cerita yang disampaikan secara turun temurun
melalui lisan ( mite, legenda, dongeng) 
(f) Nyayian rakyat adalah sebuah tradisi dari suatu masyarakat yang diungkapkan melalui
nyayian atau tembang-tembang tradisional 
2. Folklor sebagian lisan 
Merupakan folklor bentuknya campuran dari unsur lisan dan bukan lisan. Yang
termasuk dalam folklor sebagian lisan adalah: 
(a.) Kepercayaan rakyat (takhayul) kepercayaan ini sering dianggap tidak berdasarkan logika
karena tidak bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah 
(b.) Permainan rakyat, disebarkan melalui tradisi lisan dan banyak disebarkan tanpa bantuan
orang dewasa. Contohnya: congklak, bekel, jamuran, lompat tali. 
(c.) Upacara adat berkembang di masyarakat didasarkan oleh adanya keyakinan agama
ataupun kepercayaan masyarakat setempat. 
3. Folklor bukan lisan 
Merupakan folklor yang bentuknya bukan lisan tetapi cara pembuatannya diajarkan
secara lisan. Biasanya meninggalkan bentuk materil (artefak). Yang termasuk dalam folklor
bukan lisan adalah: 
(a) Arsitektur rakyat (prasasti, bangunan-bangunan suci) 
(b) Kerajinan tangan rakyat 
(c) Pakaian/perhiasan tradisional khas dari masing-masing daerah. 
(d) Masakan dan minuman tradisional (jamu) 
(e) Obat-obatan tradisional (kunyit dan jahe sebagai obat masuk angin) 

KERJAKAN SOAL BERIKUT :


1. Bagaimana manusia purba menyikapi fenomena alam yang keras dan tidak stabil, dan
apa pengaruhnya terhadap pisik mereka ?
2. Tuliskan hasil-hasil budaya yang khas pada tiap-tiap masa berikut ini
a. Masa berburu meramu tingkat lanjut
b. Masa berburu meramu tingkat sederhana
c. Masa bercocok tanam
d. Masa perundagian
3. Apa saja bukti-bukti yang menunjukan bahwa masyarakat praksara telah mengenal
sistem kepercayaan ?

TUGAS UNTUK MASING-MASING SISWA :


1. Tugas dibawah ini di print hanya 1 lembar masing-masing siswa. Silahkan pilih salah
satu. ( diusahakan jangan terlalu banyak yang sama )

TUGAS

Cari gambar tahap-tahap evolusi manusia menurut Teori Darwin.

Cari gambar Liang Bua, gua tempat ditemukannya fosil.

Cari gambar alat yang digunakan pada masa berburu dan menggumpalkan
makanan tingkat awal& akhir yang terbuat dari tulang.

Cari gambar alat yang digunakan pada masa bercocok tanam.

Cari gambar lempeng-lempeng yang membentuk kepulauan indonesia.

Cari gambar bangunan-bangunan pada zaman megalitikum.

Cari gambar persebaran manusia purba.

Cari gambar manusia zaman meganthropus.

Cari gambar alat serpih dalam berbagai bentuk yang digunakan untuk
mengupas makanan.

Anda mungkin juga menyukai