Sejarah dalam bahasa Inggris disebut history. Kata ini berasal dari bahasa
Yunani, istoria yang berarti "informasi" atau "pencarian". New American
Encyclopedia menyebutkan bahwa sejarah meliputi kegiatan-kegiatan manusia yang
berhubungan dengan peristiwa-peristiwa tertentu, ditempatkan dalam sebuah urutan,
dan memuat keterkaitan antar peristiwa.
Dalam bahasa Belanda, sejarah disebut geschiedenis yang memiliki pengertian
yang hampir sama, yaitu "tentang sesuatu yang telah terjadi". Adapun pengertian
sejarah menurut beberapa tokoh adalah sebagai berikut.
Ibnu Khaldun (1332-1406 M) mendefinisikan sejarah sebagai catatan tentang
manusia dan peradabannya dengan segala proses perubahan secara nyata dengan
segala sebab dan akibat.
R.G. Collingwood (1889-1943) mendefinisikan sejarah sebagai penyelidikan
tentang hal-hal yang telah dilakukan manusia pada masa yang akhirnya.
R. Mohammad Ali mendefinisikan sejarah sebagai berikut.
(1) Sejarah adalah keseluruhan perubahan, kejadian, peristiwa, dan kenyataan
yang memang benar-benar terjadi di sekitar kita.
(2) Cerita tentang perubahan-perubahan itu sendiri.
(3) llmu yang menentukan tentang perubahan-perubahan, peristiwa, dan kejadian
yang benar-benar terjadi pada masa akhirnya.
Jika kita simpulkan, sejarah adalah ilmu pengetahuan ya mempelajari berbagai
peristiwa atau kejadian penting yang terjadi dalam kehidupan manusia pada masa lalu.
Cara berpikir diakronik mengajarkan kepada kita untuk lebih teliti dalam
mengamati gejala atau fenomena tertentu, peristiwa atau kejadian pada waktu tertentu.
Masih berhubungan dengan waktu tertentu, sejarah mengenal istilah
periodisasi, yakni pengklasifikasian peristiwa-peristiwa sejarah dalam tahap-tahap dan
pembabakan.
Sebelum menyusun periodisasi, para sejarawan akan membuat klasifikasi
peristiwa yang akan menjadi kajiannya, dan membuat kesimpulan-kesimpulan pada
setiap periode. Periodisasi dalam sejarah diperlukan karena penting bagi kita agar
dapat berinteraksi secara menyeluruh terhadap peristiwa-peristiwa yang telah terjadi
yang saling berhubungan dalam berbagai aspek.
Sebagai contoh, apabila periodeisasi yang akan dibuat berkaitan dengan
perkembangan sejarah budaya secara umum, maka akan dibuat dua periode
perkembangan kebudayaan sebagai berikut.
1. Zaman praaksara yang juga disebut dengan zaman prasejarah, yaitu zaman yang
dimulai sejak manusia belum mengenal tulisan hingga ditemukannya tulisan.
2. Zaman aksara atau disebut Juga dengan zaman sejarah, yaitu zaman ketika
manusia sudah mengenal tulisan hingga sekarang.
Dari kedua zaman yang telah diklasifikasikan Ini, dapat dilakukan
rekonstruksi terhadap tahap-tahap perkembangan kebudayaan yang berlangsung
dalam masyarakat tertentu. Periodisasi dalam penulisan sejarah dapat dilakukan
dengan banyak klasifikasi berdasarkan jumlah aspek dalam kehidupan manusia,
seperti perkembangan sistem politik, pemerintahan, agama dan kepercayaan,
ekonomi, dan sosial budaya.
Contoh berikut adalah periodisasi yang dibuat berdasarkan sistem mata
pencarian hidup dalam sejarah Indonesia.
Masa berburu dan meramu
Masa bercocok tanam
Masa bercocok tanam tingkat lanjut
Masa Perundagian
Periodisasi yang banyak digunakan untuk memperoleh gambaran tentang
keadaan masyarakat, sistem politik, ekonomi, agama, dan kepercayaan adalah
pembabakan berdasarkan urutan dinasti suatu kerajaan, seperti yang terdapat pada
sejarah bangsa-bangsa di Asia. Di Asia, umumnya, kedudukan raja dianggap penting
dalam masyarakat, seperti contoh dinasti yang pernah memerintah Jawa dari masa
perkembangan agama dan kebudayaan Hindu-Buddha hingga Islam berikut ini.
Dinasti (Wangsa) Sanjaya (732-850 M)
Dinasti Syailendra (750-900 M)
Dinasti Isyana (900-1222 M)
Dinasti Girindra (1222-1478 M)
Dinasti Demak (1521-1568 M)
Dinasti Pajang (1568-1600 M) )
Dinasti Mataram (1600-1775 M)
Periodisasi bertujuan membuat klasifikasi dalam sejarah sehingga akan
memudahkan kita memahami peristiwa-peristiwa sejarah secara kronologis. Melalui
periodisasi, kita menjadi mudah untuk memahami hal-hal yang terkait dengan:
perkembangan manusia dari waktu ke waktu,
kesinambungan antarperiode,
kemungkinan terjadinya fenomena yang berulang, dan
perubahan yang terjadi dari awal hingga periode berikutnya.
Contoh lainnya adalah periodisäsi sejarah Indonesia:
Masa praaksara
Masa kedatangan dan perkembangan agama dan kebudayaan Hindu-
Buddha
Masa kedatangan dan perkembangan agama Islam
Masa kekuasaan kolonialisme Barat
Masa pendudukan Jepang
Masa Revolusi
Masa Orde Lama
Masa Orde Baru
Masa Reformasi
Masih berkaitan dengan waktu, dalam sejarah kita juga dikenal dengan istilah
sejarah. Kronik adalah catatan peristiwa menurut urutan waktu kejadiannya. Kronik
berupa catatan perjalanan yang ditulis oleh para musafir, pendeta, dan pujangga pada
masa lalu. pada umumnya menulis tentang peristiwa, kejadian, hal-hal yang menarik
perhatian dan mengesankan mereka temui di suatu tempat dan pada waktu tertentu.
Kronik tentang Nusantara banyak ditulis para musafir dan pendeta Tiongkok
yang berdatangan untuk berbagai kepentingan. Kronik tersebut banyak ditulis ketika
Tiongkok diperintah oleh sejumlah dinasti, seperti Dinasti Chou, Qin, Tang, dan
Ming. Selain itu, banyak kronik yang ditulis untuk musafir serta pendeta yang datang
dari India. Berdasarkan catatan yang mereka buat, kita dapat mengetahui, atau paling
tidak memiliki gambaran, tentang kondisi masyarakat Nusantara di suatu tempat pada
masa lalu. Namun, untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang masa lalu,
diperlukan banyak sumber lain yang dapat mendukung kebenaran dari kronik
tersebut.
E. Cara Berpikir Sinkronik dalam Sejarah
Kata sinkronik berasal dari bahasa Yunani, yaitu syn yang berarti "dengan",
dan chronoss yang berarti "waktu". The dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,
sinkronik diartikan sebagai segala sesuatu yang berkaitan dengan peristiwa yang
terjadi pada suatu masa.
Kajian sejarah secara sinkronik artinya mempelajari peristiwa sejarah dengan
segala aspeknya pada masa atau waktu tertentu secara mendalam. Lebih lengkapnya
dapat dijelaskan bahwa konsep sinkronik dalam sejarah adalah cara mempelajari atau
mengkaji, pola-pola, gejala, dan karakter dari suatu peristiwa sejarah pada masa
tertentu. Secara umum, sinkronik memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
1. Mengkaji peristiwa sejarah yang terjadi pada masa tertentu.
2. Menitikberatkan kajian peristiwa pada pola-pola, gejala, dan karakter.
3. Bersifat horizontal.
4.Tidak ada konsep perbandingan
5. Cakupan kajian lebih sempit dari diakronik.
6. Kajiannya sistematis.
7. Sifat kajian yang mendalam.
Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa sinkronik dalam sejarah adalah kajian
yang lebih menitikberatkan pada penelitian gejala-gejala yang meluas dari sebuah
peristiwa, tetapi dengan waktu yang terbatas. Sebagai contoh, seorang sejarawan
ingin menyusun sejarah perekonomian bangsa Indonesia pada zaman Jepang. Hal
yang akan dia lakukan adalah meneliti gejala atau fenomena perkembangan
kehidupan ekonomi bangsa Indonesia yang terjadi pada masa pendudukan Jepang itu
saja. Tidak ada tulisan yang membandingkan dengan kondisi ekonomi masa
pendudukan Jepang di tempat lain. Jika menerapkan konsep sinkronik, sejarah
tersebut hanya akan mengamati semua yang terkait dengan masalah perekonomian
tersebut secara mendalam dan terstruktur.
Para ilmuwan meyakini asal mula terbentuknya alam semesta (termasuk bumi) adalah
terjadinya BIGBANG (ledakakn Dahsyat) sekitar 13,7 miliyar juta tahun yang lalu. ledakan
ini mengeluarkan materi yang jumlahnya sangat banyak. kemudian materi-materi ini mengisi
alam semesta ini dalam bentuk bintang, planet, debu kosmis,meteor,energi dan partikel
lainnya. Menurut teori geologi,yaitu ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang bumi secara
keseluruhan, proses perkembangan bumi dibagi menjadi empat tahapan masa. yaitu :
a). Masa Arkhaekum Masa ini merupakan masa yang paling tertua. pada masa ini belum ada
tanda-tanda kehidupan karna tempratur bumi ini masih sangat panas sehingga tidak
memungkinkan adanya kehidupan.
b). Masa Paleozoikum Pada masa ini kondisi bumi sudah mulai stabil dan secara menyeluruh
sudah mulai terlihat tanda-tanda kehidupan berupa makkhluk bersel satu yang dikenal dengan
nama mikroorganisme, hewan sejenis ikan tak berahang (trilonta), hewan amfibi (binatang
yang hidup didua tempat) dan beberapa jenis tumbuhan ganggang. oleh sebab itu masa ini
dinamakan masa PRIMER (zaman kehidupan pertama)
c). Masa Mesozoikum Bisa juga dinamakan zaman SEKUNDER (zaman kehidupan kedua)
pada masa ini mulai uncuul hewan bertubuh besar, seperti gajah purba (marmut), hewan
rwptil, dan dinasaurus, dan juga enjelang berakhirnya masa ini mulai muncul berbagai jenis
burung, dan binatang menyusui (mamalia)
1). Zaman Tersier Zaman ini berlangsung sekitar 60 tahun yang lalu. hal yang terpenting
adalah munculnya jenis primata seperti kera
2). Zaman Kuarter Zaman ini dibagi menjadi dua kala, Yaitu kala Pleistosen / Divilium dan
kala Holosen/Aluvium. pada kala Pleistosen diperkirakan anusia purba mulai muncul dan
kala Holosen manusia telah berkembang menjadi lebih sempurna yaitu jenis Homo sapiens
dengan ciri-ciri seperti manusia sekarang
*Teori Charles Darwin Semua kehidupan memiliki leluhur yang sama, sejarah kehidupan
dibumi di miripkan sebuah pohon besar yang awalnya adalh batang tunggal berupa sel-sel
pertama yang sederhana, spesies-spesies baru yang bercabang dari batang tunggal dan terbagi
menjadi dahn-dahn atau family tumbuhan dan binatang yang hidup sekarang, salah satu
spesies binatang yaitu kelompok mamalia, berevolusi menjadi “binatang yang berakal budi”
manusia proses evolusi, yaitu proses yang berlangsung dalam kurun waktu yang sangat
panjang bahkan hingga utaan tahun, dalam proses ini terjadi apa yang disebut sistem seleksi
alam dimana makhluk hidup yang mampu beradaptasi dengan lingkungan nyalah yang
bertahan hidup dan berkembang
*Teori Kreasionisme Mengatakan bahwa kemunculan tiba-tiba atau seketika itulah yang
disebut penciptaan oleh tuhan. perkembangan makhluk hidup itu bertahap dari waktu
kewaktu. salah satu bukti dengan ditemukannya berbagai fosil manusia purba, serta bintang
serta tumbuhan purba dan ada juga bukti lain nya. misalnya : adanya variasi dalam satu
spesies (artinya spesiesnya sama tapi tidak identik), dengan adanya organ tubuh manusia
yang tidak berguna namun masih dijumpai seperti usus buntu,tulang ekor,rambut pada dada
dan lain lainnya
Oleh sebab itu zaman prakaasara atau zaman prasejarah ini tidak meninggalkan benda-benda
bertulisan. Benda-benda bersejarah ini dapat dianalisis umurnya dengan teknik analisis
sebagai berikut:
1. Tipologi
Tipologi adalah cara penentuan umur benda berdasarkan bentuknya. Semakin
sederhana bentuknya artinya semakin tua umur benda tersebut.
2. Stratigrafi
Stratigrafi adalah cara penentuan umur benda berdasarkan lapisan tanah tempat benda
tersebut.
3. Kimiawi
Kimiawi artinya cara penentuan umur benda berdasarkan unsur-unsur kimia
a. Kehidupan ekonomi
Kehidupan ekonomi pada masa berburu dan mengumpulkan makanan adalah
bergantung pada alam. Mereka akan tetap tinggal di wilayah tersebut selama persediaan
bahan makanan masih cukup. Ketika merreka telah kehabisan sumber makanan maka mereka
akan berpindah dan mencari tempat lain yang kaya akan makanan. Kehidupan yang selalu
berpindah-pindah inilah ciri-ciri manusia praaksara. Hasil perburuan mereka kumpulkan
untuk keperluan perpindahan ke tempat lain sebagai cadangan sebelum mereka mendapatkan
tempat baru.
b. Kehidupan sosial
Mereka hidup secara berkelompok dan tersusun dalam keluarga-keluarga kecil, dalam
satu kelompok ada seorang pemimpin kelompok. Pemimpin kelompok inilah yang dalam
perkembangannya disebut sebagai ketua suku. Ketua suku memimpin anggota kelompoknya
untuk berpindah tempat dari tempat satu ke tempat lain. Anggota kelompok laki-laki bertugas
memburu hewan sedangkan yang perempuan bertugas mengumpulkan makanan dari tumbuh-
tumbuhan.
c. Kehidupan budaya
Kehidupan budaya ini dapat dilihat dari karya-karya yang telah berhasil dibuat. Alat-
alat pada zaman praaksara memberikan petunjuk bagaimana cara manusia pada zaman itu
bertahan hidup.
Karena peralatan manusia zaman praaksara terbuat dari batu maka hasil budaya yang
dikembangkan pada zaman itu adalah hasil budaya batu. Tidak heran jika zaman tersebut
dikenal dengan zaman batu. Hasil-hasil kebudayaan batu yang pernah ditemukan di
antaranya: kapak genggam, kapak perimbas, serpih bilah, dan lain-lain.
2. Masa Bercocok Tanam
Dalam memahami lebih dalam mengenai manusia yang hidup di zaman praaksara,
Grameds dapat membaca buku berjudul Sapiens Grafis: Kelahiran Umat Manusia oleh Yuval
Noah Harari.
Bagi mereka, dengan bercocok tanam dirasakan persediaan makanan akan tercukupi
sepanjang tahun tanpa harus membuka ladang lagi. Selain bercocok tanam juga mereka
mengembangkan hewan ternak untuk dipelihara. Manusia yang hidup pada masa ini
diperkirakan satu masa dengan zaman neolitikum. Secara geografis, pada zaman ini sangat
menggantungkan iklim dan cuaca alam. Hal ini sangat dibutuhkan untuk bercocok tanam.
Hasil dari panen juga sangat dipengaruhi oleh kondisi tekstur tanah yang digunakan.
a. Kehidupan ekonomi
Secara ekonomi, manusia pada zaman ini telah menghasilkan produksi sendiri untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya. Mereka membabat hutan untuk ditanami dan produk yang
mereka hasilkan antara lain umbi-umbian.
Selain pertanian, sumber ekonomi mereka adalah dengan beternak (memelihara ayam,
kerbau, babi hutan dan lain-lain). Manusia pada masa bercocok tanam ini diperkirakan telah
melakukan kegiatan perdagangan sederhana yaitu barter. Barang yang ditukarkan adalah hasil
cocok tanam, hasil laut yang dikeringkan dan hasil kerajinan tangan seperti gerabah dan
beliung. Hasil umbi-umbian sangat dibutuhkan oleh penduduk pantai dan sebaliknya hasil
ikan laut yang dikeringkan dibutuhkan oleh mereka yang tinggal di pedalaman.
b. Kehidupan sosial
Dengan hidup bercocok tanam, memberikan kesempatan manusia untuk menata hidup
lebih teratur. Mereka hidup secara berkelompok dan membentuk masyarakat perkampungan
kecil. Dalam sebuah kampong terdiri dari beberapa keluarga dan dalam kampong dipimpin
oleh ketua suku. Strata social ketua suku adalah palin tinggi karena kriteria yang diambil
berdasarkan orang yang paling tua atau yang paling berwibawa secara reigius. Dengan
dmeikian semua aturan yang telah ditetapkan harus ditaati dan dijalankan oleh seluruh
kelompok tersebut.
Kebutuhan hidup dikelola bersama-sama untuk kepentingan bersama. Kegiatan yang
memerlukan tenaga besar sepeprti mebangun rumah, berburu, membuat perahu membabat
hutan, diserahkan kepada kaum laki-laki. Sedangkan kegiatan mengumpulkan makanan,
menabur benih di ladang, beternak, merawat rumah dan keluarga diserahkan pada kaum
perempuan.
Sedangkan ketua suku sebagai komando dari semua kegiatan di atas sekaligus sebagai
pusat religi pada kepercayaan yang mereka anut. Dari sinilah muncul strata sosial dalam
sebuah komunitas masyarakat kecil. Secara berangsur-angsur namun pasti kelompok ini
membentuk sebuah masyarakat yang besar dan kompleks sehingga muncul suatu masyarakat
kompleks di bawah kekuasaan yang kelak disebut kerajaan dengan datangnya pengaruh
Hindu dan Budha.
c. Kehidupan budaya
Pada masa bercocok tanam, manusia praaksara telah menghasilkan budaya yang
mengarah pada usaha bercocok tanam yang syarat dengan kepercayaan. Bentuk alat-alat yang
dihasilkan pun lebih halus dan memiliki gaya seni. Selain sebagai alat untuk bercocok tanam,
alat-alat ini juga sebagai alat upacara keagamaan. Alat-alat itu antara lain kapak lonjong,
gerabah, kapak persegi, perhiasan dan masih banyak yang lain.
Ada sebuah kepercayaan bahwa apabila orang yang meninggal dunia akan memasuki alam
sendriri. Pada masa ini, jika ada orang meninggal dunia maka akan dibekali benda-benda
keperluan sehari-hari seperti perhiasan. Tujuannya adalah agar arwah yang meninggal dunia
mendapatkan perjalanan yang lancar dan mendapatkan kehidupan yang lebih baik dari
sebelumnya.
Berkaitan erat dengan kepercayaan, maka pada masa bercocok tanam muncul tradisi
pendirian bangunan-bangunan besar yang terbuat dari batu yang disebut tradisi megalitik.
Tradisi ini didasari oleh kepercayaan bahwa ada hubungan yang erat antara orang yang sudah
meninggal dengan kesejahteraan masyarakat dan kesuburan ketika bercocok tanam.
Oleh sebab itu, jasa seseorang yang berpengaruh terhadap masyarakat perlu diabadikan dalam
sebuah monumen yang terbuat dari batu. Bangunan ini kemudian menjadi lambang orang
yang meninggal dunia sekaligus tempat penghormatan serta media persembahan dari orang
yang masih hidup ke orang yang sudah meninggal dunia. Bangunan megalitik tersebut antara
lain, dolmen, menhir, waruga, sarkofagus, dan punden berundak.
3. Masa Kehidupan Perundagian
Pada masa ini diperkirakan satu zaman dengan masa perunggu. Pada zaman ini
peradaban manusia sudah mencapai tingkat yang tinggi. Hal ini ditandai munculnya
sekelompok orang yang memiliki keahlian tertentu dalam pembuatan gerabah, pembuatan
perhiasan serta pembuatan perahu. Yang paling menonjol adalah pembuatan bahan-bahan
dari logam. Dengan munculnya masa perundagian, maka secara umum berakhirlah masa
praaksara di Indonesia walaupun dalam kenyataannya ada beberapa daerah di pedalaman
yang masih berada di zaman batu.
Kegiatan berladang mulai berganti ke persawahan. Kegiatan persawahan memungkinkan
adanya pengaturan masa bercocok tanam sehingga mereka tidak hanya bergantung pada
kondisi iklim dan cuaca namun juga berpikir kapan waktu yang tepat untuk bercocok tanam
dan waktu yang tepat untuk beternak. Kondisi geografis inilah yang perlu dicermati agar
mereka tidak gagal panen. Mereka belajar ilmu alam dan dari alam mereka mengetahui arah
angin, berlayar antar pulau, mencari penghasilan di laut dan melakukan perdagangan antar
wilayah.
a. Kehidupan ekonomi
Masyarakat pada masa perundagian telah mampu mengatur kehidupan ekonominya
dan mampu berpikir bagaimana memenuhi kehidupan mereka di masa yang akan datang.
Hasil panen pertanian disimpan untuk masa kering dan diperdagangkan ke daerah lain.
Masyarakat juga sudah mengembangkan kuda dan berbagai jenis unggas, bahkan jenis hewan
tertentu digunakan untuk membantu dalam bercocok tanam dan perdagangan. Kemampuan
produksi, konsumsi, dan distribusi menopang kesejahteraan hidup mereka.
Seiring dengan kemajuan teknologi, maka memungkinkan mereka melakukan perdagangan
yang lebih luas jangkauannya. Walau masih bersifat barter namun setidaknya hal ini
menambah nilai ekonomis yang tinggi karena beragamnya barang-barang yang ditukarkan.
Bukti perdagangan antar pulau pada masa perundagian adalah ditemukannya nekara di
Selayar dan Kepulauan Kei yang dihiasi gambar-gambar binatang seperti gajah, merak, dan
harimau.
b. Kehidupan sosial
Pada masa perundagian kehidupan masyarakat yang sudah menetap mengalami
perkembangan dan hal ini mendorong masyarakat untuk keteraturan hidup. Aturan hidup
bisa terlaksana dengan baik karena adanya seorang pemimpin yang mereka pilih atas dasar
musyawarah. Pemilihan pemimpin dipilih dengan kriteria yang bisa melakukan hubungan
dengan roh-roh atau arwah nenek moyang untuk keselamatan desa setempat serta keahlian-
keahlian lain.
Dalam kehidupan yang sudah teratur ini, berburu hewan seperti singa, harimau merupakan
prestige jika bisa melakukannya. Perburuan tersebut selain sebagai mata pencaharian juga
untuk meningkatkan strata sosial, artinya jika mereka bisa menaklukan harimau maka mereka
telah menunjukkan tingkat keberanian tinggi dan gagah dalam suatu lingkungan masyarakat.
Kehidupan masyarakat pada masa ini telah menunjukkan solidaritas yang kuat. Pada masa ini
sudah ada kepemimpinan dan pemujaan terhadap sesuatu yang suci di luar diri manusia yang
tidak mungkin disaingi serta berada di luar batas kemampuan manusia.
Sistem kemasyarakatan terus mengalami perkembangan khususnya pada zaman perunggu
karena pada masa ini masyarakat lebih kompleks dan terbagi menjadi kelompok-kelompok
sesuai dengan keahliannya. Ada kelompok petani, kelompok pedagang, kelompok undagi.
Masing-masing kelompok memiliki aturan tersendiri dan adanya aturan yang umum yang
menjamin keharmonisan hubungan masing-masing kelompok. Aturan yang umum dibuat atas
dasar musyawarah mufakat dalam kehidupan yang demokratis.
c. Kehidupan budaya
Pada masa perundagian seni ukir mengalami perkembangan yang pesat. Ukiran
diterapkan pada benda-benda nekara perunggu. Seni hias pada benda-benda perunggu sudah
membentuk pola-pola geometris sebagai pola hias utama. Hal ini terlihat dari temuan di
Watuweti yang menggambarkan kapak perunggu, perahu dan melukis unsur-unsur dalam
kehidupan yang dianggap penting. Pahatan-pahatan yang ada di perunggu dan batu
menggambarkan orang atau hewan yang menghasilkan bentuk bergaya dinamis dan
memperlihatkan gerak.
Teknologi pembuatan benda-benda logam (khusus perunggu) kemudian mengalami
perkembangan yang sangat pesat, di samping membuat perkakas untuk keperluan sehari-hari
seperti kapak, corong, dan lain-lain.
1. Animisme
Kata “animisme” berasal dari bahasa Latin “anima” yang berarti roh. Seperti dalam
buku Sejarah Asia Tenggara (2013) karya M.C Ricklefs animism adlah sistem kepercayaan
yang memuja roh nenek moyang atau makhluk halus.
Karakteristik manusia praaksara yang mengaut kepercayaan ini adalah mereka yang selalu
memohon perlindungan dan permintaan sesuatu kepada roh nenek moyang seperti meminta
kesehatan, keselamatan, dan lain-lain.
2. Dinamisme
Kata “dinamisme” berasal dari bahasa Inggris “dynamic” yang berarti daya, kekuatan,
dinamis. Dinamisme adalah kepercayaan terhadap benda-benda tertentu yang dianggap
memiliki kekuatan supranatural seperti pohon dan batu besar. Unsur dinamisme lahir dari
ketergantungan manusia terhadap kekuatan lain yang berada di luar dirinya.
Manusia pada zaman praaksara ini memiliki banyak keterbatasan sehingga mereka
membutuhkan pertolongan dari benda-benda yang dianggap mampu memberi keselamatan.
3. Totemisme
Totemisme adalah sistem kepercayaan yang menganggap bahwa binatang atau
tumbuhan tertentu memiliki kekuatan supranatural untuk memberikan keselamatan atau
malapetaka kepada penganutnya.
Manusia zaman praaksara yang menganut kepercayaan totemisme cenderung mengeramatkan
binatang atau tumbuhan tertentu, sehingga mereka tidak diperbolehkan mengkonsumsi
binatang atau tumbuhan tersebut.
HASIL KEBUDAYAAN PADA MASYARAKAT PRAKSARA TINGKAT
LANJUT: TRADISI LISAN
Pada masa pra aksara tingkat lanjut hasil kebudayaan nenek moyang semakin
berkembang. Hasil kebudaayan nonfisik (abstrak) mulai bermunculan. Sebenarnya pada masa
bercocok tanam telah muncul bentuk kebudayaan nonfisik berupa kepercayaan animisme dan
dinamisme, akan tetapi pada masa bercocok tanam lebih didominasi pada hasil fisik (alat-alat
bercocok tanam).
Hasil kebudayaan kepercayaan terhadap roh-roh nenek moyang dan keprcayaan
terhadap benda-benda yang memiliki kekuatan semakin mengakar dan dilakukan secara rutin.
Sistem kepercayaan semakin dihayati dan adanya kesadan akan kehidupan yang sementara,
serta tujuan hidup mereka.Adanya proses pemikiran yang semakin matang memunculkan
kesadaran sebagai sebuah komunitas yang menghendaki adanya aturan-aturan dan nilai-nilai
yang harus dihayati semua anggota komunitas. Hal tersebut semakin berkembang membentuk
pemikiran bahwa hidup harus bermakna, tidak hanya sebatas mencari makan saja. Perlahan-
lahan terbentuk semacam pandangan hidup atau falsafah hidup di tengah-tengan mereka,
yang diteruraikan dalam nilao-nilai- etos, norma, sikap, perilaku, dan ritual-ritual keagamaan.
Ini semua merupakan bentuk-bentuk hasil kebudayaan nonfisik.
Pola pemikiran yang semakin berkembang membuat kesadaran untuk mewariskan
hasil-hasil kebudayaan nonfisik (kepercayaan, nilai, norma, etos, etiket, sikap-perilaku,
,moralitas, dan laian-lain) tersebut kepada generasi penerus mereka. Pada masa ini belum ada
dikenal kebudayaan menulis, akan tetapi mereka telah mempunyai bahasa-bahasa sebagai
sarana komunikasi. Melalui sarana bahasa yang ada, mereka kemudian mewariskan
kebudayaan nonfisik kepada generasi berikutnya. Dalam proses pewarisan kebudayaan
melalui bahasa, melalui dua cara yaitu secara langsung berupa nasehat-nasehat atau petuah-
petuah, dan secara tidak langsung yang berupa contoh hidup dan foklor (mitos,
legenda,dongeng, upacara, nyayian rakyat, dab lain-lain)
A. TRADISI LISAN
Secara etismologi kata tradisi berasal dari bahasa Latin tradition, yang berarti
menyampaikan atau meneruskan. Sementara menurut KBBI, tradisi diartikan sebagai hal
yang disampaikan atau yang diteruskan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Pada masa
praaksara yang belum dikenal tulisan, proses pewarisan kebudayaan hanya dilakukan melalui
tutur kata atau penyampaian dari mulut ke mulut secara lisan, yang kemudian lebih dikenal
dengan istilah tradisi lisan.
Menurut Kuntowijoyo, tradisi lisan merupakan salah satu sumber sejarah; sebab
dalam tradisi lisan terekam masa lampau manusia yang belum mengenal tulisan entah terkait
dengan kebiasaan, adat istiadat, kepercayaan, nilai-nilai, atau pengalaman sebhari-hari
mereka.
Bentuk-bentuk hasil kebudayaan masyarakat pada masa praaksara yang berupa dongeng,
legenda, mitos, musik/lagu, upacara, petuah, lalucon, takhayul, kebiasaaan-kebiasaan, obat-
obatan, kerajinan tangan, dan lain-lain merupakan bagian dari apa yang disebut foklore.
Kata foklore berasal dari bahasa Inggris folklore yaitu folk berarti rakyat dan lore
berarti tradisi atau ilmu pengetahuan. Foklor adalah baian dari kebudayaan suatu masyarakat
yang tersebar dan bersifat tradisional yang diwariskan secara lisan dan turun-temurun.
B. CIRI-CIRI FOKLORE
Terdapat beberapa ciri-ciri foklor yaitu :
1. Penyebaran dan pewarisannya dilakukan sevcara lisan
2. Bersifat tradisional
3. Bersifat anonim (tidak diketahui penciptanya)
4. Memiliki gaya bahasa hiperbola (gaya bahasa yang melebih-lebihkan) serta sering
menggunakan kata-kata klise.
5. Menggunakan kalimat pembuka dengan kata-kata, “menurut empunya cerita” atau menurut
sahibulhikayat”’ dan menutupnya dengan “ demikianlah mereka hidup bahagia selamanya”.
6. Memiliki fungsi penting dalam kehidupan bersama dalam suatu masyarakat: selain sebagai
hiburan, pendidikan, nilai, juga untuk menyampaikan protes sosial dan bahkan untuk
mengungkapkan keinginan yang terpendam.
7. Merupakan milik bersama masyarakat pendukungnya.
C. JENIS-JENIS FOKLORE
1. Mitos
Mitos berasal dari bahasa Yunani mythos yang berarti cerita prosa rakyat yang tokohnya para
dewa atau makhluk setengah dewa yang benar-benar terjadi di dunia lain pada masa lampau
dan dianggap benar-benar terjadi oleh yang empunya cerita atau oleh penganutnya. Mitos
umumnya menceritakan tentang terjadinya alam semesta, dunia, bentuk khas binatang,
bentuk topografi, petualangan para dewa dan kisah percintaan mereka, dan sebagainya.
Hampir setiap suku bangsa di Indonesia memiliki mitos, pada umumnya mitos terkait dengan
asal usul masyarakat suatu daerah.
2. Legenda
Legenda tidak berbeda jauh dengan Mitos, yaitu prosa rakyat yang dianggap oleh pembuat
cerita sebagai sesuatu yang benar-benar terjadi. Perbedaanya dengan mitos, tokoh dalam
legenda lebih bersifat duniawi. Terdapat beberapa ciri-ciri dalam legenda:
# Bersifat duniawi, artinya bertempat di dunia seperti yang kita kenal sekarang dan terjadinya
pada masa yang belum terlampau lama.
# Tokohnya manusia (yang ada kalanya mempunyai sifat dan kekuatan yang luar biasa/
dibantu makhluk gaib).
# Milik bersama suatu komunitas tempat legenda tersebut lahir.
# Sering mengalami penyimpangan dari versi sebelumnya (terutama karena tidak ditulis).
# Diwariskan secara turun-temurun.
# Banyak mengandung ajaran tentang kebaikan dan kejahatan sehingga dapat dijadikan
pedoman hidup.
Jan Harold Brunvand menggolongkan legenda menjadi empat kelompok, sebagai
berikut :
a. Legenda keagamaan
Legenda yang berkisah tentang para pemuka agama. Contoh: legenda wali songo.
b. Legenda alam gaib
Legenda yang mengisahkan kejadian yang pernah dialami manusia yang berhubungan dengan
makhluk gaib, hantu, siluman, gejala-gejala gaib yang berfungsi untuk meneguhkan
kebenaran dan kepercayaan alam gaib yang sering disebut takhayul.
c. Legenda perorangan
Legenda yang berkisah tentang orang-orang tertentu dan dianggap benar-benar terjadi.
d. Legenda tempat
Legenda yang mengisahkan asal-usul tempat.
3. Dongeng
Dongeng adalah cerita fiktif atau imajinatif yang diceritakan turn-temurun. Pada
umumnya dongeng tidak diketahui pengarangnya, dan dongeng diceritakan terutama untuk
hiburan, walaupun banyak juga dongeng yang mengajarka tentang baik-buruk (ajaran moral).
Salah satu jenis dongeng yang terkenal adalah fabel, yaitu dongeng yang tokoh-tokohnya
berupa hewan dengan perilaku seperti manusia.
4. Nyayian rakyat
Dalam nyanyian rakyat kata-kata dan lagu merupakan satu kesatuan yang tak
terpisahkan. Ada empat fungsi nyanyian rakyat; pertama, sebagai pelipur lara, nyayian
jenaka, pengiring permainan anak-anak, dan pengantar tidur; kedua, sebagai pembangkit
semangat; ketiga, memelihara sejarah setempat atau sejarah klan; keempat sebagai protes
sosial, misalnya terhadap ketidakadilan dalam masyarakat.
5. Upacara
Upacara merupakan rangkaian tindakan atau perbuiatan yang terikat pada aturan-
aturan tertentu seperti adat istiadat, agama, dan kepercayaan. Ada dua tujuan diadakannya
upacara, yakni; Pertama, berterimakasih kepada kekuatan-kekuatan yang diyakini telah
memberikan perlindungan dan pertolongan, sekaligus menghindari amarah kekeuatan-
kekuatan tersebut. Kedua, memperkuat keberadaan dan pengakuan akan peran kekuatan-
kekuatan itu dalam kehidupan sehari-hari masyarakat.
D. KELOMPOL FOKLOR
1. Folklor lisan
Merupakan folklor yang bentuknya murni lisan, yaitu diciptakan , disebarluaskan, dan
diwariskan secara lisan. Folklor jenis ini terlihat pada:
(a) Bahasa rakyat adalah bahasa yang dijadikan sebagai alat komunikasi diantara rakyat
dalam suatu masyarakat atau digunakan sehari-hari.
(b) Ungkapan tradisional adalah kalimat pendek yang disarikan dari pengalaman yang
panjang. Peribahasa biasanya mengandung kebenaran dan kebijaksanaan. Seperti peribahasa,
pepatah.
(c) Pertanyaan tradisional (teka-teki)
(d) Puisi rakyat adalah kesustraan rakyat yang sudah memiliki bentuk tertentu. Fungsinya
sebagai alat kendali sosial, untuk hiburan, untuk memulai suatu permainan. Seperti pantun,
syair, sajak.
(e) Cerita prosa rakyat, merupakan suatu cerita yang disampaikan secara turun temurun
melalui lisan ( mite, legenda, dongeng)
(f) Nyayian rakyat adalah sebuah tradisi dari suatu masyarakat yang diungkapkan melalui
nyayian atau tembang-tembang tradisional
2. Folklor sebagian lisan
Merupakan folklor bentuknya campuran dari unsur lisan dan bukan lisan. Yang
termasuk dalam folklor sebagian lisan adalah:
(a.) Kepercayaan rakyat (takhayul) kepercayaan ini sering dianggap tidak berdasarkan logika
karena tidak bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah
(b.) Permainan rakyat, disebarkan melalui tradisi lisan dan banyak disebarkan tanpa bantuan
orang dewasa. Contohnya: congklak, bekel, jamuran, lompat tali.
(c.) Upacara adat berkembang di masyarakat didasarkan oleh adanya keyakinan agama
ataupun kepercayaan masyarakat setempat.
3. Folklor bukan lisan
Merupakan folklor yang bentuknya bukan lisan tetapi cara pembuatannya diajarkan
secara lisan. Biasanya meninggalkan bentuk materil (artefak). Yang termasuk dalam folklor
bukan lisan adalah:
(a) Arsitektur rakyat (prasasti, bangunan-bangunan suci)
(b) Kerajinan tangan rakyat
(c) Pakaian/perhiasan tradisional khas dari masing-masing daerah.
(d) Masakan dan minuman tradisional (jamu)
(e) Obat-obatan tradisional (kunyit dan jahe sebagai obat masuk angin)
TUGAS
Cari gambar alat yang digunakan pada masa berburu dan menggumpalkan
makanan tingkat awal& akhir yang terbuat dari tulang.
Cari gambar alat serpih dalam berbagai bentuk yang digunakan untuk
mengupas makanan.