Anda di halaman 1dari 9

Kelompok 6

1.zakyya holiva (21100091)

2.iklesia sekar dinanti (21100005)

3.santeri rahma dinti (21100037)

4.ade fitra (21100057)

5. Muhammad ilfan (21100081)


Bab 6

Ideologi dan mitologi


Istilah ideologi dan mitologi sering disebut dalam analisis ekonomi - politik. Tidak cuma dalam
argumentasi akademis yang dibuat oleh para teoretikus kritis, namun dalam laporan laporan jurnslistik
juga. Ulasan penulis penulis asing ikut menciptakan unsur unsur mitos. Istilah mitos kerap di pakai dalam
pemikiran ekonomi - politik hanya saja penggunaanya lebih profesional.

Keduanya menggunakan paradigma yang berbeda, karna itu pengelihatan mengenai hal yang sama
mempunyai kesimpulan yang berbeda bahkan sampai bertentangan . Seringkali hasil pemikiran ekonomi
konvensional dikatakan pengkritik. Boleh jadi mitos adalah kebutuhan manusia itu sebabnya mitos di
eksploitasi sebagai media komunikasi. Peranan ideologi di dalam semiosis acapkali secara praktis jauh
menyelinap hingga tidak begitu kentara.

Dalam sastra, ideologi ancapkali memunculkan kejutan baru dan terduga entah dengan bagaimana cara
harus ada kontak antara ideologi dan pembaca. Ideologi adalah sesuatu yang abstrak sementara
mitologi menyajikan inkarnasi makna makna yang mempunyai wadah ideologi. Mitos adalah uraian
naratif atau penuturan tentang sesuatu. Dalam perspektif semiotika mitos dapat di kaji jejaknya dengan
mencari indikasi fiksional dalam teks.

Pengertian Teori - Teori Ideologi


Ideologi pun di tentukan oleh sejarah. Napoleon dalam kemarahannya terhadap lawan lawannya
menyebut mereka " kaum ideologis " yaitu dengan konotasi bahwa mereka tidak mau tau tentang
realita bahwa Napolen telah menjadi Kaisar Prancis.

Konsep moderen tentang ideologi lahir ketika Napoleon yang mendapati bahwa kelompok filsuf ini
menentang ambisi ambisi imperialnya mencemooh dan mencap mereka sebagai ideologi ideolog.
Ideologi adalah sebuah wawasan yang di hasilkan oleh kekuatan pada bangunan bawah, yaitu kekuatan
yang memiliki faktor - faktor produksi. Ideologi adalah ajaran yang menjelaskan keadaan terutama
struktur kekuasaan sekedemikian rupa hingga orang menganggapnya sah. Ideologi melayani
kepentingan kelas berkuasa karna memberikan legitimasi kepada suatu keadaan yang sebenarnya tidak
memiliki legitimasi.

Gagasan atau ide ialah kawasan atau pemahaman tertentu, sedangkan ideologi merupakan kristalisasi
gagasan menjadi sistem yang bersifat universal. Pihak yang disebut belakangan itu mendambakan pola
tunggal yang mendasar, yang serba cukup dan serba menjelaskan serta dapat dipahami manusia dan
memberikan serangkaian kaidah yang memadai untuk semua kemungkinan (tak terduga) dalam politik
dan kehidupan.
Pengertian ideologi secara positif dan negatif di kemukakan Jorge larrain (dalam Sunarto, 2000:31).
Secara positif, ideologi di persepsi sebagai suatu pandangan dunia. (Worldview) yang menyatakan nilai
nilai kelompok sosial tertentu untuk membela dan memajukan kepentingan kepentingan mereka. Secara
negatif, ideologi dilihat sebagai suatu kesadaran palsu, yaitu suatu kebutuhan untuk melakukan
penipuan dengan cara memutar balikan pemahaman orang mengenai realitas sosial. Di mata binder,
anggapan anggapan mengenai ideologi ini menjadi lebih rumit lagi dengan adanya persoalan yang
ketiga, yang dapat dirumuskan dalam suatu ucapan yang sering disebut “things are not what they
seem”.

Batas batas yang inheren dalam kemampuan observasi empiris untuk menemukan validitas ideologi,
menurut binder, tidak dengan sendirinya membenarkan pendirian relativis kecuali mempersukar bahkan
memustahilkan pembuktian pandangan mana yang benar. Sementara itu, dalam ilmu ilmu sosial dikenal
dua pengertian mengenai ideologi, yaitu ideologi fungsional dan secara struktural (Surbakti, 1992:32).

Ideologi fungsional diartikan seperangkat gagasan tentang kebaikan bersama atau tentang masyarakat
dan negara yang di anggap paling baik,

Ideologi struktural sebagai sistem kebenaran, seperti gagasan dan formula politik atas setiap kebijakan
dan tindakan yang di ambil oleh penguasa.

• Dimensi ideologi: nilai, kepentingan, dan pilihan

V.O. key menekankan empat pendekatan dalam mengkaji ideologi (apter, 1996:226-228). Pendekatan
pertama, orang daoat melihat ideologi sebagai manifestasi populer filsafat atau tradisi politik tertentu
suatu kumpulan,pandangan, ide ide, atau dogma yang cu ko Yo Koheren yang di anut oleh suatu
kelompok liberalisme,Marxisme,fasisme,nasionalisme,sosialisme,”amerikaisme,”.

Kesemuanya merupan contoh dari ideologi. Ideologi ideologi seperti itu diterangkan oleh istilah istilah
tertentu yang menekankan nilai nilai penting.

Biasanya sistem nilai atau ideologi yang diperkenankan hidup dalam masyarakat seperti ini hanyalah
ideologi yang doktriner tersebut.

Pelaksanaannya tidak diawasi oleh aparat partai atau partai atau pemerintah, melainkan dengan
pengaturan kelembangan.pendekatan kedua, untuk menelaah ideologi adalah dengan menanyakan,
“apakah faktor faktor penentuannya?”.

Pendekatan ketiga, pengujian ideologi dengan melihat kebutuhan kebutuhan individu maupun
masyarakat yang di penuhinya. Ideologi adalah cara menghubungkan diri dengan masyarakat dan ego
dengan lingkungan.

Pendekatan keempat ideologi berkaitan dengan aspek ketiga. Ideologi tidak hanya menghubungkan
individu penguasa dengan rakyat.
Menurut apter, adalah bagaimana mengubahnya menjadi ideologi massa. Pemakaian propaganda
persuasi, aargumen, dan konfrontasi yang berhasil, akan mengakibatkan meluasnya pengikut ideologi
ini. Tujuannya adalah menguniversalkan ideologi kepada massa sehingga ia dihayati dan dengan
sendirinya mengatur pendapat umum.

Alter melihat, dinegara negara demokrasi, hal sebaliknya lah yang terjadi. Elit elit menganut ideologi yan
yg bersaingan dengan mana mereka berharap untuk menghimbau massa. Tetapi pendapat umum tidak
begitu erat kaitannya dengan hal hal ini. Menyinggung soal posisi ideologi dengan partai politik, di
tegaskan, “ideologi boleh terlepas dari partai politik, tetapi semua partai dapat dibedakan menurut
tingkat perbedaan ideologi mereka dengan arus pendapat dan pilihan massa,” selanjutkannya apter
(1996:230-231) mengatakan.

Bahwa ideologi berkaitan dengan pendapat umum, apter melukiskan ideologi itu berada pada
perpotongan antara pripsip atau tujuan filosofi, pilihan dan keyakinan individual, serta nilai nilai umum
dan khusus. Perpotongan ini di ikhtisarkan.

Dikalektika Mitos dan Usaha Manusia Rasional

istilah ini memiliki wilayah makna yang cukup luas,kita mendengar bagaimana pelukis dan
penyair mencari mitologi kita mendengarkan tentang mitos kemajuan demokrasi tentang mitos
kemajuan dan mitos demokrasi,kita mendengarkan kelahiran kembali mitos dalam kesusastraan
dunia,tampa kita mintak juga menengarkan bahwa kita tidak bisa begitu saja menciptakan mitos atau
memutuskan atau mempercayai mitos,tampanya,buku, seperti kata wallek dan warren (1995),telah
mengalahkan mitos sebagaimana halnya kota kosmpolitan mengatikan pusat negeri yang di huni oleh
warga masyarakat yang homogan

mitos disni pertama tama dimengerti sebagai percobaan manusia untuk memcari jawaban
jawaban dari pertanyaan tentang alam semesta termaksud dirinya sendiri seperti terbentuk dalam
mitologis yunani (sindhanata 1983:124) dalam mitomologi pertanyaan pertanyaan manusia tentang
kejadian alam semesta semesta itu sudah dijawab tetapi jawaban itu diberikan justru dalam bentuk
mitos,artinya semua bentuk penjelasan yang sama sekali meloloskan diri dari setiap kontrol pihak rasio
manusia.

Namun menurut horkheimer, usaha manusia rasional takkan pernah berhasil menghilakan
mitos,malah secara niscaya usaha itu pasti akan mengakibatkan mitos,sebab berdasarkan dialektika
usaha manusia rasional sendiri,usaha manusia rasional adalah mitos, horkheimer menyingkatkan
dialektika usaha manusia rasional itu sebagai berikut (sindhunata.1983:124):

Pada hakikatnya usaha manusia rasional adalah mitos,sebab usaha manusia rasional tidak dapat
berdiri sendiri ,tidak otonom,tidak dapat mengenal dirinya sendiri:usaha manusia rasional itu terjadi,ada
dan mengenal dirinya hanya berkat dan didalam mitos.dengan kata lain, usaha rasional itu niscaya atau
tidak dapat tidak adalah mitos sendiri.
Lukisan Mitologis tentang Dunia

Setiap kali membahas ihwal mitos-mitos, tampaknya kita harus "menoleh" ke Dunia Sophie, sebuah
novel sejarah filsafat yang ditulis seorang Norwegia, Jostein Gaarder (1996); sebab, buku yang dalam
bahasa aslinya berjudul Sophie's World (1991) dan konon telah diterjemahkan kedalam 30 bahasa serta
terjual lebih dari 9 kita eksemplar diseluruh dunia ini.

Selama ribuan tahun, banyak sekali penjelasan mitologi bagi pertanyaan-pertanyaan filsafat yang
tersebar ke seluruh dunia. Para filsuf Yunani berusaha untuk membuktikan bahwa penjelasan ini tidak
boleh dipercaya.

Inti dari cerita Gaarden tentang mitos. Konon, sebelum agama Kristen masuk ke Norwegia, orang-
orang percaya bahwa Thor mengendarai sebuah kereta yang ditarik dua ekos kambing melintas angkasa.

Penjelasan mitologi untuk hujan karenanya adalah bahwa Thor sedang mengayunkan palunya. Dan
jika hujan maka jagung berkecambah dan tumbuh subur dilarang.

Masih ada alasan lain mengapa Thor dianggap penting, suatu alasan yang berkaitan dengan seluruh
tata dunia.

Orang-orang Viking percaya bahwa dunia yang dihuni itu merupakan sebuah pulau yang selalu
terancam bahaya dari luar. Mereka menyebut bagian dunia ini Midgard, yang berarti kerajaan ditengah.
Di dalam Midgard terletak Asgard, tempat bersemayamnya para dewa.

Diluar Midgard adalah kerajaan Utgard, tempat tinggal para raksasa yang curang, yang melakukan
segala tipuan keji untuk menghancurkan dunia. Salah satu cara yang digunakan para raksasa untuk
menghancurkan Midgard adalah dengan menculik Freyja, Dewi kesuburan. Jika mereka dapat
melakukan ini, tidak ada yang dapat tumbuh diladang dan para wanita tidak dapat lagi mempunyai anak.
Maka penting sekali mencegah usaha para raksasa ini.

Thor adalah tokoh utama dalam pertemuan melawan para raksasa. Palunya bukan hanya digunakan
untuk membuat hujan, tetapi juga merupakan senjata yang menentukan dalam pertempuran melawan
kekuatan pengacau yang berbahaya. Palu itu memberi Thor kemampuan yang hampir tanpa batas.
Misalnya, dia dapat melemparkannya ke arah raksasa itu dan membunuh mereka.

Inilah penjelasan mitologi bagaimana keseimbangan alam dipertahankan dan mengapa selalu terjadi
pertempuran antara kebaikan dan kejahatan.

Dalam metologi suatu suku bangsa, biasanya terdapat dongeng-dongeng suci mengenai penciptaan
alam, penciptaan dan persebaran manusia oleh salah satu agama dunia yang besar seperti Islam, Katolik,
Buddha, atau Hindu suku bangsa bersangkutan. Dongeng-dongeng seperti itu biasanya penuh dengan
peristiwa-peristiwa ajaib yang jauh dari fakta sejarah.
Seperti halnya Dionysos di Yunani, dewa-dewa "anak" -Osiris- juga muncul di Mesir. Meraka dinamis
seperti halnya dewa hujan, mesti tak sepenuhnya sama. Tugas mereka bukan hanya membuat hukum
dan mencabut nyawan, dalam agama dikenal dengan sebutan "mistery religion" ini, yang banyak
terdapat dikawasan Mediterania, kepercayaan mereka terpusat pada dewa-dewa seperti ini. Kendati
nama-namanya adalah dewa tumbuhan, namun sosoknya dibuat lebih dramatis, yaitu sebagai "Sang
Penyelamatan". Dalam kaitannya dengan dewa-dewa ini, menurut Eliade (Pals, 2001:273), disini akan
tampak aspek psikologis yang sangat penting dalam simbol-simbol itu bukan cuma berbicara kepada kita
tentang dunia dan Yang Sakral, namun juga kontinuitas antara struktur eksistensi manusia dengan
struktur kosmik.

Menurut pemikiran arkhais, isi alam semesta ini baik tumbuhan, hewan, atau manusia memperoleh
kekuatan yang bersumber dari sebuah lingkaran substansi kehidupan yang sama, yang diberikan dari
satu mahkluk ke makhluk lain.

Setiap budaya mempunyai gejala dan peristiwa yang tidak dapat dijelaskan secara rasional tapi
hanya berdasarkan pengalaman kepercayaan semata-mata. Ambil contoh, suku terasing orang Sakai di
Riau, misalnya Agama asli orang Sakai bersifat animistis yang menaruh kepercayaan kepada berbagai
makhluk halus, ruh, dan berbagai kekuatan gaib dalam alam semesta, dan khususnya dalam lingkungan
hidup manusia yang mempunyai pengaruh terhadap kesejahteraan hidup mereka.

Orang Sakai percaya bahwa antu bisa digolongkan berdasarkan fungsi dalam hal mengatur alam
dan masyarakat manusia itu tidak ada, sehingga satu antu yang sama dapat bersifat baik dan jahat
sekaligus. Berdasarkan contoh orang Sakai diatas jelas bahwa setiap kebudayaan, seperti juga
kebudayaan Sakai, mengajarkan kepada anggota komunitasnya tentang Agama tradisional, nilai-nilai
agama yang tertuang dalam pelbagai mitos serta cara-cara menyatakan keberagamaan anggota suku
bangsa itu.

Mitos-mitos lain datang dari orang-orang Indian. Analisis Levistrauss atas atau ratusan Mitos dari
kalangan orang Indian Amerika Selatan dimulai dari sebuah mitos orang Indian Bororo di Brazil Tengah,
yang teritorinya dimasa lalu mencapai daerah hulu sungai Paraguay hingga lembah Araguaya.

Dalam salah satu penjelajahan strukturalnya atas mitos-mitos, Levi-Strauss menganalisis tentang
Oedipus, sebuah kisah yang juga pernah populer di Indonesia setelah dipentaskan oleh dramawan W.S.
Rendra di era 70-an. Dalam salah satu tulisan Levi-Strauss mengatakan bahwa para ahli antropologi
sebaiknya memberikan perhatian pada mekanisme bekerjanya human mind atau nalar manusia dan
mencoba memahami strukturnya. Saran ini menunjukkan bahwa pada dasarnya Levi-Strauss tertarik
pada sifat nirsadar dari fenomena sosial, "the unconscious nature of collective phenomena" (Leach,
1974, dalam Ahimsa-Putra, 2001:75).

Salah satu legenda yang sudah menjadi mitos yang dikenal oleh hampir setiap suku di Indonesia
adalah Dewi Sri (Sumardjo, 1997:233-234). Dewi Sri, oleh orang Jawa, sering dikaitkan dengan makanan
pokok di Jawa, yakni padi (dalam bahasa Jawa disebut pari). Oleh karena itu tak salah kiranya jika orang
menyebut Dewi Sri sebagai mitos padi. Tuturan Meraka yang ada mengarah pada hal yang bersifat satu
(cabul,porno), misalnya kemaluan Dewi Sri berubah menjadi padi pulut (dalam bahasa Jawa disebut
ketan). Selanjutnya, rambut kemaluan (dalam bahasa Jawa disebut jembut). Berubah menjadi pala
kependhem, yakni, tanaman yang berupa uwi, gembili, kimpul, dan sebagainya, (Hutomo, 1993:245).
Tanaman ini semuanya berambut.

Dari dongen diatas menunjukkan kepada masyarakat tani zaman dahulu bahwa padi adalah
tanaman yang harus dihormati, harus dipelihara, tidak boleh disia-siakan. Bahkan orang tak boleh
membuat nasi. Sebab, setiap butir nasi yang dibuangnya, pada waktu malam akan menggigit si
pembuangnya ketika lelap tidur.

Padi yang berasal dari zat yang lebih tinggi dari manusia. Ia berasal dari tubuh dewa. Orang harus
mengadakan 'pemujaan' bagi padi waktu ditanam, dan juga waktu dituai. Mitos tentang Dewi Sri ini
terekam dalam karya sejumlah penyair Indonesia. Paling tidak, tiga penyair Indonesia perna
menganggap mitos atau legenda Dewi Sri ini dalam puisi-puisinya, Subagio Sastrowardoyo, Isma Sawitri,
dan Darmanto Yatman (Suryadi A.G. 1993:362). Berawal dari sisi pandang sosiologi pertanian dan petani
serta menyertakan dalam satuan sajak yang utuh, sehingga menurut Linus Suryadi A.G., Dewi Sri
menjadi elemen pembentuk filsafat kebudayaa Jawa, terutama budaya etnik itu.

Sajak tentang Dewi Sri karya Isma Sawitri ini memakai judul "Ubud", sebuah kawasan budaya dan seni
Bali yang sangat subur, berlingkungan dan bersuasana aman pedesaan dan alam pertanian, seniman dan
petani. Seperti dilukiskan Suryadi, seolah tak terpisahkan "Keduanya saling mendukung dan saling
berbagi. Keduanya merupakan satuan integral dalam struktur komunitas dan budaya Ubud. Seniman:
penari, penabuh karawitan, pelukis, adalah juga petani" (Suryadi, A.G., 1993:362)

Orang harus mengadakan 'pemujaan' bagi padi waktu ditanam, dan joga waktu dituai. Ajaran ini dapat
kita pahami karena padi merupakan makanan pokok masyarakat lama. Hidup mereka Jaga diajarkan
bagaimana musuh padi seperti tikus, babi hutan tengantung pada tumbuh tidaknya padi menginginkan
Dewi Sri. Inilah sebabnya mereka selalu mengganggu padi, memusuhi padi. Dan dengan demikian juga
menusuhidan serangga, merupakan penjelmaan raksasa yang dahalu sahabat manusia, karena ular
sawah tidak memakan padi, tetapi memakan tikus. Inilah sebabnya para petani kita selalu
meng.manusia Sebaliknya, ular sawah adalah sahabat Dewi Sri dan gantungkan kalit ular (kulit lama
setelah ular berganti kulit) di lumbung padinya. Dengan adanya kulit ular, tikus akan takut

Sajak tentang Dewi Sri karya Isma Sawitri ini memakai judul Ubud", sebuah kawasan budaya dan seni
Bali yang sangat subur, berlingkungan dan bersuasana alam pedesaan dan alam pertanian. Seniman dan
petani, seperti dilukiskan Suryadi, seolah tak terpisahkan "Keduanya saling mendukung dan saling
berbagi. Keduanya merupakan satuan integral dalam struktur komunitas dan budaya Ubud. Seniman:
penari, penabuh karawitan, pelukis, adalah juga petani" (Suryadi, A.G., 1993:362), Coba kita simak
sajaknya:

Sesungguhnya, gambaran mitologi dunia juga hidup di Yunani ketika filsafat pertama mulai berkembang.
Cerita-cerita tentangpara dewa Yunani telah diturunkan dari generasi ke generasi selama berabad-nbad.
Di Yunani para dewa dinamakan Zeus dan Apollo, Hera dan Athena, Dionysos dan Asklepios, Herakles
dan Hephaestos, untuk menyebut sebagian di antaranya.
Sekitar 700 SM, kebanyakan mitologi Yuriani ditulis oleh Homer dan Hesiod. Ini menciptakan situasi yang
sama sekali baru. Kini, setelah mitos-mitos itu berkembang dalam bentuk tulisan, terbuka kemungkinan
untuk mendiskusikannya.

Menurut Gaarder (1996:41), para filsuf Yunani paling awal mengecam mitologi Homer, sebab para dewa
terlalu menyerupai manusia, sama egois dan sama curangnya. Untuk pertana kalinya dikatakan bahwa
mitos-mitos itu tidak lain dari hasil pemikiran manusia.

Lewat bukunya itu, tutur Paramaditha, Eve Ensler nengobrakabrik isi kotak rahasia dan kemudian
mempersembahkan ke hadapan kita semua, perihal masalah seputar seksualitas perem puap:
menstruasi, orgasme, lesbianisme, mutilasi, perkosaan, ketidaktahuan, ketakutan. "Ensler
mewawancarai banyak perempuan dari latar belakang berbeda; hasilnya lalu dituangkan dalam bentuk
monolog-monolog. Dalam buku itu, ia mengungkapkan apa yang dirasakan perempuan tentang vagina
mereka," ujar Paramaditha.

Para kritikus mengatakan bahwa judul The Vagina Monologuea sendiri sudah merupakan simbol suara
perempuan yang selatua un tersenbunyi, seperti vagina. Suara perempuan korban kokorasan yug tidak
perpah didengar Itulah mitos.

Mitos dalam banyak kebudayaan telah meletakkan dasarkesadaran suatu suku bangsa yang dapat
dinyatakan dalan musik lagu, misalnya lagu wada oma bagi orang Sabu di NTT untuk mengiringi tarian
padoa; tarian hedung bagi orang Adonara di Flores sebagai bukti keberanian menghadapi musuh dalam
peperangan, atau orang Atoni Pah Meto di Timor dalam puisi natoni untuk menyambut tamu agung
(Liliweri, 2001:133)

Yang paling menonjol dari sekian mitos itu adalah mitos Ratu Adil. Mitos Ratu Adil bagi rakyat Indonesia,
terutama rakyat Jawa, mempunyai pengaruh yang kontroversial. Di satu pihak mitos itu memberikan
harapan, ketabahan, dan kesediaan memberikan pengorbanan. Di pihak lain, mitos itu menimbulkan
sikap-sikap fatalistis, karena orang menjadi pasrah, tanpa melakukan sesuatu ikhtiar untuk mencari jalan
bagi pemecahan masalah-masalah yang dihadapinya: ketidakadilan, penjajahan dan penindasan. Hakikat
mitos itu sendiri tidak jelas. Orang hanya mengetahuinya dari mulut ke mulut. Diwariskan dari orang-
orang tua kepada yang lebih muda, dari lingkungan kraton, dari para raja di Jawa, para nayaka dan
bahkan para parampara dan panglima, sampai kepada rakyat biasa. Konon menurut berita itu, tentang
akan datangnya Ratu Adi disebutkan dalam apa yang dikenal dengan sama Ramalar Jayabaya"
(Hartowardojo, 197748-49)

Daiam kepercayaan orang Jawa itu, wahyu yang membawa kehadiran seorang Ratu Adil adalah "wahyu
cakraningrat", wahyu penderita raja, dan wahyu ratu adil itu sendiri. Menurut tradisi yang telah menjadi
mitos ini diceritakan, Ratu Adil hadir kepada kita berwujud seorang raja yang akan menegakkan keadilan
dan perdamaian di negeri ini dengan kekayaan yang melimpah ruah Ratu Adit disebut juga sebagai raja
kebenaran, raja ketenteraman, dan raja kebahagiaan. Ratu Adil itu dapat membebaskan rakyat dari
ancaman berbagai penyakit, membebaskan dari bahaya kelaparan, dan mengamankan dari ancaman
para penjahat yang penuh keangkaramurkaan. Selama pemerintahannya, keadilan dan kebenaran akan
tampil sebagai pemenang. Di sinilah rakyat menjadi terpengaruh oleh mitos dan impiannya yang
melambung lambung. Dari situlah kehadiran Ratu Adil selalu ditunggu-tunggu dan diharap-harapkan.

Tokoh Ratu Adil itu oleh sebagian rakyat Indonesia pada waktu itu dilihat atau disangka menjelma pada
tokoh Haji Oemar Said Tjokroaminoto, pendiri dan pemimpin Sarekat Islam. Pada waktu itu ada pula
yang memanggilnya sebagai titisan Wisnu. Mitos itu berasal dari tradisi Hindu. Melihat gejala itu, Haji
Agus Salim pernah memperingatkan Tjokroaminoto agar tidak terjebak dalam gejala pemitosan itu.
Sebagai orang yang rasional, Tjokroaminoto tentu menyadari hal itu, sekalipun ia sempat terbujuk oleh
sikap rakyat yang mengkultuskannya itu. Haji Agus Salim sendiri tidak pula lepas dari pemitosan, antara
lain, karena penguasaannya Terhadap banyak bahasa asing dan dia oleh Nurcholish Madjid dianggap
sebagai Wali yang kesepuluh, seandainya itu ada (Rahardjo, 1996:190).

Versi lain menyebutkan, konon Pangeran Diponegoro oleh sebagian pengikutnya dianggap sebagai Ratu
Adil, sebelum berhasil dikalahkan oleh tipu muslihat Jenderal de Kock (Hartowardojo, 1977:49).
Mungkin disebabkan anggapan inilah maka pihak kraton pun secara diam-diam memberikan
bantuannya. Walau pihak craton turut berperang di pihak Belanda, berperangnya tidak sungguh-
sungguh.

Melihat fakta di atas, Sorel menyayangkan karena justru dalam suasana serba sulit ini mitos dapat
disalahgunakan untuk memberi kekuasaan kepada seseorang, yang mampu mempergunakan mitos
berdasarkan keadaan masyarakat yang menderita dan yang ingin melepaskan diri dari tekanan hidupnya
kahyangan' yang dituturkan oleh nenek moyang kita. Babad-babadSaya kira masih ada puluhan bahkan
ratusan dongeng klasik mengajarkan pada kita: melalui sabda para pandita serta fatwa resi-resi nan
bijaksana. Tambo mengisahkan buramnya masa silam agar kita tak kembali terperosok dalam hitam
yang serupa.

Semua dongeng atau mitos tadi sebenarnya berisi ajaran hidup kepada anak cucunya. Agar kebudayaan
tetap terjaga. Agar tradisi Dongeng ibarat sejarah moral kepercayaan para leluhur kitatetap dihormati.
Dongeng ibarat buku ilmu pengetahuan masa kini.kebudayaan, gagasan, bagaimana manusía itu
seharusnya hidup di zaman dahulu. Mengenal dongeng dan mitos berarti mengenalDongeng itu, seperti
kata Jakob Sumardjo (1997), memuat hartawarisan budaya masa lampau

Anda mungkin juga menyukai