Anda di halaman 1dari 3

Nama : Mohamad Romi Syafitra

Nim : 041157345

Jawablah pertanyaan ini sesuai dengan materi yang terdapat pada BMP BING 4324
Sejarah Pemikiran Modern.

1. Perkembangan pemikiran barat di abad ke-19 ditandai dengan dijadikannya


kembali manusia sebagai pusat kajian pemikiran. Perubahan orientasi
pemikiran barat ini melahirkan corak pemikiran baru, yaitu antroposentrisme,
sebuah corak pemikiran yang menempatkan manusia sebagai pusat dari
kajian pemikiran barat. Eksistensialisme adalah salah satu pandangan yang
menempatkan manusia dengan berbagai macam persoalannya sebagai pusat
kajian. Salah satu persoalan terbesar manusia menurut pandangan aliran
eksistensialisme tersebut adalah persoalan alienasi. Apakah yang dimaksud
dengan alienasi tersebut? Dan bagaimanakah pandangan eksistensialisme
terhadap persoalan alienasi manusia tersebut?
2. Filsuf-filsuf penganut aliran eksistensialisme menjadikan persoalan manusia
sebagai persoalan utama di dalam filsafat mereka. Salah satu pelopor dari
munculnya aliran ini adalah seorang filsuf Demark, bernama Soren
Kierkegaard. Sebagai seorang filsuf eksistensialisme, Kierkegaard
menunjukkan pemikiran eksistensialisme yang teologis. Kierkegaard memiliki
pandangan tentang tiga tahap eksistensi manusia yang menjadi salah satu
pandangan paling terkenal dari pemikirannya. Sebutkan dan jelaskan
pandangan Kierkegaard tentang tiga tahap perkembangan eksistensi
manusia tersebut!
3. Salah satu pemikir abad ke-19 yang berpengaruh di dalam perkembangan
pemikiran barat adalah Edmund Husserl. Husserl memperkenalkan metode
baru di dalam perkembangan pemikiran manusia, yaitu metode fenomenologi.
Metode ini bertumpu pada pandangannya tentang reduksi, yang terdiri atas
tiga hal, yaitu reduksi fenomenologis, reduksi eidetis, dan reduksi
transendental. Jelaskan pengertian dari tiga reduksi menurut Husserl
tersebut!
4. Selain Husserl, tokoh fenomenologi yang sangat berpengaruh di dalam
perkembangan pemikiran barat adalah Maurice Merleau-Ponty. Merleau-
Ponty adalah seorang filsuf yang berasal dari Perancis yang
mengembangkan fenomenologi bagi kemajuan ilmu psikologi. Sama halnya
seperti Husserl, Merleau-Ponty memiliki arti penting bagi perkembangan
fenomenologi. Jelaskan arti penting pemikiran Merleau-Ponty bagi
fenomenologi tersebut!

Jawab

1. Alienasi sendiri sudah menjadi tema populer dalam kajian eksistensialisme di Prancis
pada awal abad 20 sebagai reaksi atas terlepasnya individualitas manusia terhadap
dunia pengalamannya. Selama berpuluh tahun alienasi pun banyak menjadi konsep
yang dibahas dalam berbagai ranah keilmuan namun cenderung terlepas dari
hubungannya dengan fenomena sosial. Tentu hal ini sebenarnya jauh dari teori yang
dikemukakan Marx muda kala itu. Namun pada tahun 1960an akhir, corak kajian
alienasi mulai dipahami kembali sebagai teori yang berhubungan dengan keadaan
sosial. Munculnya publikasi karya Marx tua memunculkan sebuah solusi untuk
mengatasi alienasi dalam praktik menuju aksi politik dan pergerakan sosial untuk
mengubah kondisi sosial kelas buruh dan pekerja. Pada momen ini istilah alienasi
mulai populer bahkan tidak hanya ada dalam kuliah dan kelas-kelas filsafat tapi
ramai diperbincangkan di jalan-jalan dan ruang-ruang pergerakan sebagai kritik
kepada masyarakat borjuis secara umum.

2. Pengaruh negatif pertama dari budaya massa adalah menghilangkan interioritas


individu sebagai subyek. Pengaruh budaya massa membuat orang tidak berani
mengikuti suara hatinya sendiri. Kenyataan particular dan subyektif seakan-akan
merupakan suatu anomaly. Tidak ikut trend umum adalah kebodohan. Maka, yang
terpenting bagi individu adalah berusaha supaya pola pikir dan perilakunya sesuai
dengan tuntutan umum. Konsekuensinya, orang menjadi dangkal. Hidup adalah
rangkaian fakta-fakta belaka. Hidup adalah rangkaian peristiwa yang berserakan
tanpa nilai dan makna. Padahal, seharusnya hidup adalah sebuah perjalanan nilai,
rangkaian keputusan dan komitmen pribadi pada nilai-nilai yang semakin tinggi.
Hidup adalah sebuah tugas.

Pengaruh negatif kedua dari budaya massa adalah berubahnya pola berkumpul
individu dari pola kekeluargaan ke pola asosiasi. Bagi Kierkegaard, asosiasi yang
terdiri dari individu-individu yang lemah dan tak berkepribadian itu menjijikkan bagai
perkawinan anak di bawah usia.

Pengaruh negatif ketiga dari budaya massa adalah berubahnya hakekat heroisme.
Mengapa? Karena dalam budaya intelektual, tidak ada tempat untuk passi (gairah,
nafsu). Tidak ada tempat untuk keberanian dan antuasiasme moral. Semua itu
diganti oleh ketrampilan atau skill. Orang sering kagum terhadap tokoh yang
berketrampilan tinggi. Namun, kekaguman itu tanpa passi karena sering juga
pahlawan itu canggih dalam bidang-bidang yang sebenarnya tidak penting. Misalnya,
kekaguman terhadap orang yang berjalan mundur sekian ribu kilometer. Dengan ini
mau ditekankan bahwa pahlawan dalam dunia modern tidak lagi merupakan symbol
kesungguhan moral dan heroisme eksistensial, melainkan sekedar symbol prestasi.
Anehnya, pahlawan jenis inilah yang lebih popular. Kenyataan ini menurut
Kierkegaard menunjukan kedangkalan hidup manusia modern.

3. Reduksi fenomenologis: sikap menyisihkan (filterisasi) pengalaman pada


pengamatan pertama. Maksudnya adalah bahwa setiap pengalaman pribadi yang
bersifat inderawi dan subjektif perlu disisihkan dan disaring terlebih dahulu sehingga
pengertian terhadap suatu objek tidak terdistorsi oleh prasangka, praanggapan,
prateori, dan prakonsepsi, baik yang berdasarkan keyakinan tradisional maupun
berdasarkan keyakinan agama.
Reduksi eidetis: sikap untuk menemukan eidos (esensi) yang tersembunyi. Jadi, hasil
reduksi ini merupakan pemilihan hakikat yang sebenarnya, bukan sesuatu yang
sifatnya asesoris dan imajinatif semata.

Reduksi transendental: berbeda dengan dua jenis reduksi sebelumnya yang terkait
erat antara pemahaman subjek terhadap objek, maka reduksi transendental fokus
terhadap subjek itu sendiri. Jadi, reduksi transendental merupakan subjek yang
dihayati oleh kesadaran itu sendiri. Subjek empiris diletakkan di dalam kurung untuk
mencapai subjek yang sejati. Contoh: ketika seseorang dipukul , namun dia dengan
sadar tidak membalas pukulan tersebut (bukan karena takut, terancam, atau
kasihan) setelah meletakkan aku (subjek yng dipukul) di dalam tanda kurung, maka
orang tersebut telah sampai pada tahap reduksi transendental. Dia berhasil
menguasai dirinya dan menjadi subjek sejati seperti yang dimaksud pada penjelasan
tentang reduksi transendental.

4. Dalam pandangan filosofi Merleau-Ponty, fenomenologi penting agar manusia


mampu mencapai esensi-esensi suatu persoalan. Merleau-Ponty lalu berbicara
tentang keniscayaan untuk melakukan reduksi fenomenologis, di mana suatu fakta
atau dimensi dibiarkan untuk tidak berhubungan dengan fakta atau dimensi lain.

Dalam pandangan filosofi Merleau-Ponty, fenomenologi penting agar manusia


mampu mencapai esensi-esensi suatu persoalan. Merleau-Ponty lalu berbicara
tentang keniscayaan untuk melakukan reduksi fenomenologis, di mana suatu fakta
atau dimensi dibiarkan untuk tidak berhubungan dengan fakta atau dimensi lain.
Pandangan ini dapat dilukiskan dengan ilustrasi tentang seorang peneliti yang
meneliti kemiskinan. Jika sekiranya seorang peneliti tiba-tiba berhadapan dengan
orang miskin dan sang peneliti harus memahami kehidupan orang miskin tersebut,
maka sang peneliti tidak harus memperbandingkan kemiskinan yang sedang ia temui
dengan kemiskinan yang terjadi di tempat-tempat lain. Kemiskinan yang ditemukan
oleh seorang peneliti direduksi sedemikian rupa untuk tidak dikait-hubungkan
dengan kemiskinan dalam pengertiannya yang umum (common characteristic) di
ruang waktu yang lain.

Anda mungkin juga menyukai