Anda di halaman 1dari 10

FILSAFAT SEJARAH: GEORG WILHELM

FRIEDRICH HEGEL

Makalah Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok


Matakuliah Filsafat Sejarah

Disusun Oleh: Kelompok 5


1.
2.
3.
4.

MUHAMMAD AKMAL ASHARI


NILA KRISNA PARAMITA
MUHAMMAD FADHILLAH IHSAN
PUTRI KUSUMA WARDANI

13030114130041
13030114130060
13030114140065
13030114140083

DEPARTEMEN ILMU SEJARAH FAKULTAS ILMU BUDAYA


UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG
2016

FILSAFAT SEJARAH: GEORG WILHELM


FRIEDRICH HEGEL

A. PENDAHULUAN
Georg Wilhelm Friederick Hegel atau biasa dikenal dengan
Hegel lahir di Stuttgart pada tahun 1770 saat era keemasan
bangsa Jerman. Ketertarikanya pada penulis-penulis Yunani,
Plato dan Aristoteles yang membawanya untuk menekuni
teologi di sekolah Tubingen pada usia 18 tahun. Ia juga
menaruh perhatian pada hubungan antara filsafat dan teologi
yang menjadi embrio dari Pemikiran Hegel di kemudian hari.
Filsafat Hegel dikenal sebagai salah satu Filsafat yang sulit dipahami dan
di mengerti karena Hegel menggunakan Istilah-istilah yang terlalu teknis dan
terkesan ekstrem. Disamping itu, Hegel senang mengunakan hal-hal yang
paradoks. Hegel yakin bahwa paradoks adalah hukum realitas, sebagaimana
hukum pemikiran. Ambisi Hegel adalah menyusun suatu sistem filsafat
sintesis. Kalau Aristoteles boleh disebut sebagai filusuf yang berhasil
menyintesiskan pemikiran-pemikiran Yunani dan Thomas Aqinas melalui
Summa Teologica nya yang berhasil menyatukan pengetahuan abad
pertengahan, maka Hegel berusaha pula menyatukan Ilmu dan Filsafat abad
XIX.

B. PEMBAHASAN
1. Biografi
Hegel memiliki nama lengkap George
Wilhem Frederich Hegel. Ia lahir tanggal 27
Agustus 1770 di Stuttgart, dan meninggal
pada tanggal 14 November 1831. Di masa
kecilnya, ia sering membaca literatur, surat
kabar, esai filsafat, dan tulisan-tulisan
tentang berbagai topik lainnya. Masa kanakkanaknya yang rajin membaca mungkin
disebabkan oleh ibunya yang luar biasa
progresif dan aktif mengasuh perkembangan
intelektual anak-anaknya. Keluarga Hegel

Gambar 1. G.W.F Hegel


(Sumber: Internet)

adalah sebuah keluarga kelas menengah

yang mapan di Stuttgart. Ayahnya seorang pegawai negeri dalam administrasi


pemerintahan di Wrttemberg. Hegel adalah seorang anak yang sakit-sakitan
dan hampir meninggal dunia karena cacar sebelum mencapai usia enam tahun.
Sepanjang

hidupnya,

Hegel

telah

menuliskan

beberapa

karya,

diantaranya adalah Science of Logic pada tahun 1816, Philosophy of


Right 1820, dan Philosophy of History pada tahun 1833. Dari seluruh karyanya,
pemikirannya

mengenai

dialektika

historis

dalam

buku Philosopy

of

Right adalah yang paling terkenal dan telah menginspirasi berbagai filsuf lain
seperti F.H. Bradley, Sartre, Hans Kung, Bruno Bauer, Max Stirnet, dan Karl
Marx. Dapat dikatakan bahwa dialah yang pertama kali memperkenalkan
dalam filsafat, gagasan bahwa Sejarah dan hal yang konkret adalah penting
untuk bisa keluar dari lingkaran philosophia perennis, yakni, masalah-masalah
abadi dalam filsafat. Ia juga menekankan pentingnya kebebasan dalam proses
pencapaian kesadaran

diri (dialektika

tuan-hamba).

Banyak

juga

yang

menyebut Hegel sebagai Bapak Filsafat Kritis. Ia membuat filsafat sebagai

suatu usaha untuk mengerti masyarakat dan periode sejarah dimana mereka
hidup (Bertens, 2002).
2. Filsafat Sejarah menurut Hegel
Filsafat Hegel adalah suatu usaha yang sadar diri untuk melampaui
bermacam-macam perbedaaan dan kubu-kubu yang saling berperang, yang
telah mengartikan filsafat selama dua setengah milenium (Solomon &
Kathleen, 2002: 424). Menurut Hegel Rasio adalah penguasa dunia ini
merupakan suatu hipotesis, dan satu-satunya hipotesis dalam filsafat sejarah.
Hipotesis ini yang membedakan metode filsafat dati metode lainnya dalam
menelaah sejarah, tidak berpedoman bahwa sejarah mempunyai akhir yang
pasti (Marcuse, 2004: 178).
Subyek sejati dari sejarah adalah yang universal, bukan individu; isi
pokok sejarah yang sebenarnya adalah realisasi dari kesadaran-diri akan
kebebasan, bukan kepentingan, kebutuhan dan tindakan individu. Sejarah
dunia tidak lain adalah kemajuan kesadaran akan kebebasan. Kebutuhan
dan kepentingan individu adalah pendorong semua tindakan sejarah, dan
bahwa dalam sejarah pemenuhan individulah yang dicari. Ketika mengikuti
dorongannya sendiri, individu memajukan akal, yaitu melakukan tugas
universal yang memajukan kebebasan (Marcuse, 2004: 182). Sejarah suatu
bangsa perlu dinilai menurut sumbangannya pada kemajuan semua umat
manusia menuju kesadaran-diri akan kebebasan (Marcuse, 2004: 188).
Jika kebutuhan dan kepentingan tertentu manusia merupakan satusatunya dorongan tindakan mereka, bagaimana kesadaran-diri akan
kebebasan bisa mendorong tindakan manusia? Individu adalah satu-satuny
sejarah. Kesadarannya dibentuk oleh kepentingan pribadinya; mereka
melakukan bisnis, bukan sejarah. Akan tetapi tindakan mereka tidak
mengulangi pola lama tetapi menciptakan bentuk kehidupan baru. Mereka
ini adalah manusia-manusia sejarah (welthistorische Individuen), seperti
Alexander, Caesar, Napoleon. Tindakan mereka, juga timbul dari
kepentingan pribadi, tetapi dalam kasus mereka tindakan ini menjadi identik
dengan kepentingan universal yang jauh melebihi kepentingan dari

kelompok tertentu: mereka membentuk mengarahkan kemajuan sejarah.


Kepentingan mereka pastilah berbenturan dengan kepentingan tertentu dari
sistem sosial yang ada. Manusia-manusia sejarah adalah orang-orang dari
masa ketika benturan penting muncul antara tugas, hukum, dan hak yang
sudah berjalan dan diakui dengan potensi-potensi yang menenteng sistem
yang sudah baku ini; yang menyerang dan bahkan menghancurkan pondasi
dan eksistensinya. Apa yang mereka inginkan dan perjuangkan adalah
kebenran sejati bagi jaman mereka, bagi dunia mereka. Mereka bertingak
karena sadar akan tuntutan jaman dan akan apa yang diperlukan bagi
perkembangan. Akan tetapi, manusia-manusia sejarah ini pun belum lah
menjadi subyek nyata sejarah. Mereka adalah pelaku kehendak sejarah, agen
Roh Dunia, tidak lebih. Mereka adalah korban dari kebutuhan yang lebih
besar, yang terjadi dalam kehidupan mereka; mereka masih merupakan
instrumen semata bagi kemajuan sejarah. Manusia tidak pernah memanen
buah kerjanya; mereka selalu menyerahkan bagi generasi selanjutnya.
Individu gagal dan mati; ide menang dan abadi (Marcuse, 2004: 183 185).
Filsafat Sejarah tidak mendiskusikan ide negara; ia mendiskusikan
berbagai bentuk historisnya. Skema terkenal Hegel membedakan tiga tahap
utama sejarah dalam perkembangan kebebasan: Timur, Yunani Romawi,
dan Jerman Kristen.
Hegel membedakan tiga bentuk negara untuk menghubungkan tiga
tahap utama dalam perkembangan kebebasan: Timur tahu dan sampai saat
ini hanya tahu bahwa Satu orang adalah bebas; dunia Yunani dan Romawi
memahami bahwa beberapa orang adalah bebas; dunia Jerman tahu bahwa
semua orang adalah bebas. Oleh karena itu, bentuk politik pertama yang kita
lihat dalam sejarah adalah despotisme, kedua demokrasi dan aristokrasi, dan
ketiga adalah monarki (Marcuse, 2004: 187).
a) Pola
Hegel ingin menggambar ingin menggambarkan seluruh perkembangan
dengan menggunakan metode dialektika. Ia berpendapat bahwa ide
pada hakikatnya adalah pikiran. Ide atau berpikir pada hakikatnya
bersifat dinamis, bergerak. Gerak ide itu tidak berlangsung secara linier
5

(lurus) melainkan secara Spiral, yaitu berkembang saling berlawanan


memauli proses tesis dihadapkan lawannya anti tesis. Dari perbentuan
keduanya (tesis dan anti tesis) melahirkan sintesis. Teori-teori besar
abad delapanbelas semua mengambil pandangan filosofis bahwa sejarah
adalah progres. Sejarah masih ada dalam perjuangan mencari
kebenaran. Ide progres, unsur integral dalam filsafat Pencerahan
Perancis, menafsirkan fakta-fakta sejarah sebagai arah penunjuk jalan
yang mengarahkan jalan manusia pada rasio. Kebenaran masih ada di
luap wilayah fakta dalam keadaan yang akan datang. Yang dimaksud
oleh Hegel dengan dialektika adalah mendamaikan, mengompromikan
hal-hal yang berlawanan. Proses dialektika selalu terdiri atas tiga fase.
Fase pertama (tesis) dihadapi antitesis (fase kedua), dan akhirnya timbul
fase ketiga (sintesis). Dalam sintesis itu, tesis dan antitesis menghilang.
Dapat juga tidak menghilang, dia masih ada, tetapi sudah diangkat pada
tingkat yang lebih tinggi. Proses ini berlangsung terus. Sintesis segera
menjadi tesis baru, dihadapi oleh antitesis baru, dan menghasilkan
sintesis baru lagi, dan seterusnya. Tesis adalah pernyataan atau teori
yang didukung oleh argumen yang dikemukakan, lalu antitesis adalah
pengungkapan gagasan yang bertentangan. Sedangkan sintetis adalah
paduan (campuran) berbagai pengertian atau hal sehingga merupakan
kesatuan yang selaras. Contoh tesis, antitesis, dan sintesis: 1. Yang
ada (being) merupakan tesis kemudian berkontraksi dengan tak ada
(not being) sebagai antitesis, kemudian menghasilkan menjadi
(becoming) sebagai sintesis. 2. Dalam keluarga, suami-istri adalah dua
makhluk berlainan yang dapat berupa tesis dan antitesis. Anak dapat
merupakan sintesis yang mendamaikan tesis dan antitesis. 3. Mengenai
bentuk Negara Tesis : Negara diktator. Di Negara ini hidup
kemasyarakatan diatur dengan baik, tetapi para warganya tidak
mempunyai kebebasan apapun juga. Antitesis : Negara anarki. Dalam
Negara anarki para warganya mempunyai kebebasan tanpa batas, tetapi
hidup kemasyarakatan menjadi kacau. Sintesis : Negara konstitusional.

Sintesis ini mendamaikan antara pemerintahan diktator dengan anarki


menjadi demokrasi.
Perubahan sejarah adalah gerak maju pada sesuatu yang lebih baik,
lebih sempurna. Perubahan sejarah adalah perkembangan.

Gambar 2. Dialektika
(Sumber: Internet)

b) Mekanisme / Penggerak
Filsafat memberi historiografi kategori-kategori umumnya, dan ia
identik dengan konsep-konsep dasar dari dialektika. Hipotesis yang
menjadi dasar Filsafat Sejarah telah diuji oleh Logika Hegel: ada yang
sebenarnya (true being) adalah rasio, mewujud dalam alam dan
terealisasi dalam diri manusia. Realisasi ini terjadi dalam sejarah, dan
karena rasio yang terwujud dalam sejarah adalah akal (mind), tesis
Hegel menunjukkan bahwa subyek aktual atau kekuatan penggerak
sejarah adalah akal (Marcuse, 2004: 180).
Rasio atau akal menjadi sumber kekuatan utama dalam penentu
gerak sejarah, sehingga kekuatan-kekuatan lain penentu gerak sejarah
non-materiil tidak dianggap sebagai kekuatan utama penentu gerak
sejarah. Kekuatan-kekuatan tak kasat mata semacam roh, semangat,
ideologi, tidak berpengaruh apapun dalam menentukan arah gerak
sejarah itu sendiri.
Pemikiran Hegel yang senantiasa berdialektika terhadap realitas
dan memandang adanya realitas mutlak atau ruh mutlak atau
idealisme mutlak dalam kehidupan,sangat mempengaruhi dalam
memandang sejarah secara global,ini terbukti saat dialektikanya mampu

memasukkan

pertentangan

didalam

sejarah

sehingga

dapat

mengalahkan dalil-dalil yang bersifat statis.


Hingga terbukti pembuktian-pembuktian ilmiah yang dihasilkan
dari sanalah filsafat sejarah layak ditempatkan, sebagai bagian yang
utuh dari dunia kefilsafatan. Hegel juga memandang bahwa sejarah
merupakan suatu kondisi perubahan atas realitas yang terjadi, dia pula
yang menyatakan sejarah menjadi sebuah hasil dari dialektika, menuju
suatu kondisi yang sepenuhnya rasional.
c) Tujuan / Nilai
Filsafat Sejarah harus berakhir dengan konsolidasi masyarakat kelas
menengah dan bahwa periode sejarah terlihat sebagai tahapan yang
niscaya dalam realisasi bentuk kebebasannya (Marcuse, 2004: 181).
Hegel berpendapat bahwa tujuan akhir dari sejarah itu sendiri
adalah kemenangan dari roh Tuhan di dunia sebagai titik akhir proses
sejarah di seluruh dunia. Atau dengan kata lain, Hegel berpendapat
bahwa tujuan akhir dari proses sejarah itu sendiri adalah freedom atau
kebebasan. Dan perjalanan roh itu terealisasi dalam sebuah idea
kebebasan, sehingga Hegel berpendapat bahwa itulah adalah akhir dari
proses sejarah di seluruh dunia.

C. PENUTUP
G.W.F. Hegel merupakan filsuf paling berpengaruh dalam bidang Filsafat
Sejarah. Ia juga mempunyai sebutan sebagai Bapak Filsafat Kritis, meskipun
begitu banyak yang menilai teori-teorinya susah untuk dipahami dan mungkin
hanya orang-orang yang berpikir kritis lah yang mampu menafsirkannya.
Meskipun bukan pelopor Filsafat Sejarah, Hegel dapat meyakinkan masyarakat
bahwa sejarah juga memiliki filsafatnya, mereka saling berdialektika saling
bertimbalbalik, berkesinambungan.
Filsafat Sejarah menurut Hegel berpola Spiral, dimana manusia sebagai
pelaku individu masih mencari kebenaran dari fakta yang berkembang dari zaman
ke zaman. Untuk mencapai kebenaran itu sendiri perlunya akal / rasio sebagai
penggerak, dan tujuan akhirnya adalah untuk kebebasan individu itu sendiri.

DAFTAR PUSTAKA

Bertrand Russel. 2004. Sejarah Filsafat Barat. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.


Bertens, K. 2002. Filsafat Barat Kontemporer Inggris Jerman. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama.
Hegel, G W F. 1899. The Philosophy of History. Diterjemahkan oleh: J. Sibree.
New York: The Colonial Press.
____________. 2002. Filsafat Sejarah. Diterjemahkan oleh: Cut Ananta Wijaya.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Marcuse, Herbert. 2004. Rasio & Revolusi Menyuguhkan Kembali Doktrin Hegel
untuk Umum. Diterjemahkan oleh: Imam Baehaqie. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Mulyono dan Slamet Subekti. 2011. Sejarah Pemikiran Modern. Jakarta:
Universitas Terbuka.

Internet
https://id.wikipedia.org/wiki/Georg_Wilhelm_Friedrich_Hegel
https://www.selasar.com/budaya/interrelasi-konsep-dialektika-idealis-hegelsebagai-dasar-struktur-sosial-dalam-filsafat-marxisme

10

Anda mungkin juga menyukai