Anda di halaman 1dari 4

Tabel 1.

Tutupan Terumbu Karang Pulau Karajaan


HARD CORALS Dead Scleractinia
Algae Other Fauna Abiotic
Acropora Non Acropora Jumlah Persentase (%) Dead Coral With Algal Covering
Barat
1 4 18 22 0 16 0 0 22
2 12 27 39 0 13 0 0 8
3 11 35 46 32.8 27.60942761 0 13 0 0 1
4 3 21 24 0 25 0 0 9
5 1 32 33 0 24 0 0 2
Utara
1 10 33 43 0 5 1 0 3
46.5 39.14141414
2 29 21 50 3 4 1 0 0
Selatan
1 1 34 35 0 8 0 0 16
39.5 33.24915825
2 0 44 44 0 10 0 0 16
Rata-rata
Barat 6.2 26.6 0 18.2 0 0 8.4
Utara 19.5 27 118.8 100 1.5 4.5 1 0 1.5
Selatan 0.5 39 0 9 0 0 16

Gambar 1. Lokasi dan Titik Sampel Praktik Lapang


Pada Tabel 1 dapat diketahui bahwa sebaran tutupan terumbu karang yang
memiliki kerapatan paling tinggi terletak pada bagian pantai utara Pulau Karajaan dengan
persentase 39.14 % lalu pada pantai selatan 33.24 % dan barat pantai dengan persentase
27.6 % yang menandakan bahwa kategori tutupan karang seluruh wilayah perairan Pulau
Karajaan termasuk dalam kondisi “sedang” menurut kisaran KepmenLH tahun 2001. Hal
ini berbanding terbalik jika dilihat dari peta kerja lokasi penelitian, terumbu karang pada
timur dan barat Pulau Karajaan memiliki kerapatan yang tinggi. Pengambilan titik sampel
lah yang mempengaruhi hasil tutupan terumbu karang pada tabel di atas. Pada sebaran
karang mati terdapat banyak pada bagian barat pulau dengan rata-rata 18.5, Selatan pulau
9 dan utara pulau yaitu 4.5 . Pada alga dan other fauna, sangat jarang ditemukan pada
wilayah perairan Pulau Karajaan, serta pada abiotiknya paling banyak terdapat di selatan
pulau dengan rata-rata ditemukannya 16 kali, pada bagian barat pulau ditemukan rata-
ratanya 8.4 kali dan bagian utaranya hanya dengan rata-rata 1.5 kali ditemukannya.
Ditemukannya Rubble pada semua bagian pantai dikarenakan peristiwa El Nino
tahun 2015 yang mengancam sektor perikanan dan kelautan khususnya pemutihan pada
karang (Coral Bleaching). Coral Bleaching terjadi akibat perginya hewan yang
bersimbiosis dengan karang yaitu zooxanthella. Perginya zooxanthella akibat memanasnya
air laut sehingga meningkatnya suhu perairan.
Tabel 2. Faktor Pembatas Pertumbuhan Karang Pulau Karajaan
Faktor Pembatas Pertumbuhan Karang
Stasiun Barat
Transek 1 2 3 4 5
Suhu 30,5 30,1 29,9 29.5 28.5
Kecerahan 1.5 1.5 1.5 1.5 1.5
Salinitas 31 31 30 32 32
pH 8,58 8,65 8.43 8 9
DO 7,8 7,9 7.9 6 8.1
Arus 0.179 0.102 0.045
Stasiun Utara
Transek 1 2 - - -
Suhu 26 26 - - -
Kecerahan 1.5 1.8 - - -
Salinitas 33 32 - - -
pH 9.26 9.26 - - -
DO 7.7 7.6 - - -
Arus - - -
Stasiun Selatan
Transek 1 2 - - -
Suhu 29.6 29.6 - - -
Kecerahan 1.5 1.5 - - -
Salinitas 31 31 - - -
pH 8.44 8.2 - - -
DO 7.9 8 - - -
Arus - - -

Jika dilihat pada tabel 2 yang berisi data pertumbuhan karang dapat
diketahui apakah dapat mengetahui pertumbuhan yang di pengaruhi dari faktor
diatas.
Suhu pada seluruh stasiun karang yang diambil datanya ketika hujan ringan
dan berawan berkisar 26 - 30.5oC masih terbilang dalam kondisi “baik” untuk
pertumbuhan karang, hal ini sependapat dari penjelasan Sorokin (1993) yaitu Suhu
paling baik untuk pertumbuhan karang berkisar 23 - 30oC. Temperatur dibawah
18oC dapat menghambat pertumbuhan karang bahkan dapat mengakibatkan
kematian. temperatur diatas 33oC dapat menyebabkan gejala pemutihan
(bleaching), yaitu keluarnya zooxanthella dari polip karang dan akibat selanjutnya
dapat mematikan karang, suhu juga mempengaruhi kecepatan metabolisme,
reproduksi dan perombakan bentuk luar dari karang. Pendapat serupa juga di
sampaikan oleh Santoso dan Kardono (2008) yaitu suhu terendah dimana karang
dapat hidup yaitu 15oC, tetapi kebanyakan ditemukan pada suhu air diatas 18oC dan
tumbuh sangat baik antara 25oC - 29oC. Temperatur maksimum dimana terumbu
karang masih hidup adalah 36oC.
Kecerahan pada semua stasiun kecerahannya 100% karena dapat menyetuh
dasar perairan yaitu dengan kedalaman perairan rata-ratanya 1.5 m, sehingga sinar
matahari dapat masuk keperairannya secarah penuh. Santoso dan Kardono dalam
buku Teknologi Konservas dan Rehabilitasi Terumbu Karang (2008) mengatakan
karang memerlukan air laut yang bersih dari kotoran-kotoran. Air laut yang kotor,
akan menghalangi cahaya yang diperlukan oleh zooxanthella untuk hidup. Di
samping itu, endapan lumpur atau pasir yang terkanfung di dalam air akan
diendapkan oleh arus sehingga akan dapat mengakibatkan kematian pada terumbu
karang. Hal ini sama menyatakan pertumbuhan karang pada Pulau Karajaan
didukung oleh kecerahan perairan tersebut.
Salinitas yang dapat mendukung pertumbuhan karang yaitu berkisar 32 - 35
menurut Arini dalam bukunya yang berjudul Potensi Terumbu Karang Indonesia
“Tantangan dan Upaya Konservasinya”. Jika dilihat tabel 2 dapat diketahui bahwa
salinitas 31 – 33 masih terbilang dalam kategori normal.
Pergerakan arus di perairan Pulau Karajaa hanya teridentifikasi 3 transek
yaitu pada stasiun barat, sehingga bagian pantai barat yang menjadikannya patokan
arus walaupun bagian barat berhadapan langsung dengan selat antara Pulau
Karajaan dan Tepian Mataja yang menjadikannya mempunyai arus yang lebih
tinggi pada dibandingkan wilayah perairan bagian lain pulau. Pergerakan air atau
arus diperlukan untuk tersedianya aliran suplai makanan jasad renik dan oksigen
maupun terhindarnya karang dari 10 timbunan endapan. Pada siang hari oksigen
didapatkan dari hasil fotosintesis zooxanthella dan pada malam hari sangat
diperlukan arus yang kuat yang dapat memberi suplai oksigen yang cukup bagi
fauna di terumbu karang. Pertumbuhan terumbu karang di tempat yang airnya selalu
teraduk oleh angin, arus dan ombak lebih baik daripada yang tenang dan terlindung
(Santoso dan Kardono, 2008). Tetapi pada bagian barat laut Pulau Karajaan
merupakan pusat aktivitas manusia yang berdampak pada zat-zat yang terbawa oleh
arus, sehingga pada stasiun barat menyebabkannya menjadi stasiun yang paling
rendah dibandingkan stasiun utara dan selatan.
Menurut Kepmen Lingkungan No. 51 tahun 2004 kadar pH air laut yang
stabil berkisar antara 6,5 - 8,5, sedangkan rata – rata pH perairan Pulau Karajaan
yaitu 8,6. Walaupun terbilang sedikit melibihi batas stabil tetapi masih bisa
ditoleransi sehingga dapat terbilang Normal.
DO di Pulau Karajaan dapat dibilang bagus dikarenakan hasil yang
ditunjukkan berkisaran 7,8 – 8 Mg/l. Jika di sesuaikan dengan data dari Kepmen
LH No 51 Tahun 2004 menyatakan bahwa jika suatu perairan memiliki kandungan
oksigen terlarut diatas dari 5 Mg/l maka akan tergolong baik atau dapat mendukung
kehidupan organisme perairan khususnya karang.
Angin dan gelombang merupakan 2 hal yang berhubungan erat jika
membahas mengenai lautan. Pada umumnya karang akan lebih bagus
perkembangannya pada daerah gelombang yang besar, hal ini dikarenkan dengan
gelombang yang besar juga akan memberikan pasukan air segar, oksigen, plankton,
dan membantu menghalangi terjadinya pengendapan pada koloni atau polip karang.
Pada stasiun selatan berhadapan langsung dengan Laut Jawa yang mana berpotensi
menghasilkan gelombang yang besar karena tidak ada hambatan angin untuk
membangkitkan gelombang, hal ini juga terjadi pada stasiun timur yang berhadapan
dengan Selat Sunda yang memberikannya arus dan gelombang yang cukup untuk
membuat pertumbuhan karang secara maksimal.
AKTIVITAS MANUSIA
Selain faktor pembatas diatas ada hal lain yang mempengaruhi pertumbuhan
atau keberlangsungan hidup karang di suatu perairan laut yaitu aktivitas manusia.
Aktivitas manusia sedikit banyaknya pasti akan mempengaruhi lingkungan di
sekitarnya baik itu berdampak menguntungkan terhadap alam maupun merugikan
sekalipun. Pada seluruh stasiun yang paling mendapatkan kerusakan paling besar
yaitu pada stasiun barat, hal ini disebabkan pada stasiun ini pusat dari aktivitas
manusia yang ada Pulau Karajaan.
Lalu lintas perkapalan yang terjadi pada stasiun barat berdampak pada
pertumbuhan karang yang ada di daerah tersebut. Bahkan dampak dari lalu lintas
menyebabkan kerusakan pada karang, misalnya dalam kondisi air laut surut yang
akan membuat bawah kapal menggores permukaan karang.
Jangkar kapal di lempar sembarangan yang menyebabkan banyaknya
karang mati pada stasiun barat, hal ini dapat dibuktikan dengan melihat pada
Gambar 1. Lokasi dan Titik Sampel Praktik Lapang dimana bagian barat daya dan
barat Pulau Karajaan hanya ada sedikit karang hidup dan banyak ditemukannya
Rubble atau pecahan karang yang disebabkan pelemparan jangkar secara
sembarangan.
Selain dikarenakan penaruhan jangkar secara sembarangan, pada daerah
stasiun barat juga merupakan daerah pelabuhan dan tempat kapal berlabuh,
sehingga dari kapal yang berlabuh tersebut akan membuang hasil limbahnya ke laut
secara langsung, baik itu berupa minyak, solar, ataupun tanah-tanah yang ada di
kapal, sehingga menghasilkan sedimentasi pada perairan tersebut yang berdampak
pada tersumbatnya polip pada karang dan menyebabkan karang tidak dapat
berkembang secara maksimal.

Anda mungkin juga menyukai