Anda di halaman 1dari 4

Kualitas Air adalah istilah yang menggambarkan kesesuaian atau kecocokan air untuk

penggunaan tertentu, misalnya: air minum, perikanan, pengairan/irigasi, industri, rekreasi dan
sebagainya. Peduli kualitas air adalah mengetahui kondisi air untuk menjamin keamanan dan
kelestarian dalam penggunaannya. Kualitas air dapat diketahui dengan melakukan pengujian
tertentu terhadap air tersebut. Pengujian yang biasa dilakukan adalah uji kimia, fisik, biologi, atau
uji kenampakan (bau dan warna) (ICRF,2010).
Kualitas air yaitu sifat air dan kandungan makhluk hidup, zat energi atau komponen lain di
dalam air. Kualitas air dinyatakan dengan beberapa parameter yaitu parameter fisika (suhu,
kekeruhan, padatan terlarut dan sebagainya), parameter kimia (pH, oksigen terlarut, BOD, kadar
logam dan sebagainya), dan parameter biologi (keberadaan plankton, bakteri, dan sebagainya)
(Effendi, 2003).
Tabel hasil pengamatan :

Time pH DO T Warna Cuaca


Inlet 08:12 6 6,5 28.2 Hijau kecoklatan Cerah berawan
Middle 08:35 6 6,3 28.2 Hijau kecoklatan Cerah
Outlet 08:56 7 5,6 28,3 Hijau keabuan Cerah berawan

DO (Dissolved oxygen)
Oksigen merupakan salah satu unsur yang keberadaannya sangat dibutuhkan oleh semua
mahluk hidup. Oksigen yang terdapat di atmosfir bumi sekitar 210 mg/liter. Dalam perairan
oksigen merupakan gas terlarut yang kadarnya bervariasi dalam setiap perairan. Dalam perairan,
oksigen dapat bersumber antara lain dari aktifitas fotosintesis, tumbuhan air maupun fitoplankton
dengan bantuan energi matahari serta dari proses difusi oksigen yang berasal dari bumi (Effendi,
2003).
Menurut Susanto (1991), oksigen juga dapat bersumber dari adanya aliran air baru yang
masuk ke dalam suatu kolam air yang terjadi oleh adanya turbelensi dan terjadi arus sehingga kadar
O2 di perairan meningkat. Standar Kadar Oksigen Terlarut ( DO) yang Baik.
Menurut Susanto (1991), Kadar oksigen terlarut dalam air sebanyak 5 6 ppm dianggap
paling ideal untuk tumbuh dan berkembang biak ikan di kolam, sedangkan batas minimum oksigen
dalam perairan adalah 3 ppm. Namun ada beberapa jenis ikan yang mampu hidup pada konsentrasi
oksigen 3 ppm. Namun konsentrasi minimum yang masih dapat diterima oleh sebagian besar biota
untuk dapat tetap bertahan hidup adalah sebesar 5 ppm. Pada konsentrasi 4 ppm beberapa jenis
masih dapat bertahan hidup namun nafsu makannya mulai menurun. Untuk konsentrasi yang baik
bagi budidaya perairan yaitu antara 5 7 ppm.
Menurut Kordi (2005), batas minimum oksigen dalam perairan adalah 3 ppm. Namun ada
beberapa jenis ikan yang mampu hidup pada konsentrasi oksigen 3 ppm. Namun konsentrasi
minimum yang masih dapat diterima oleh sebagian besar biota untuk dapat tetap bertahan hidup
adalah sebesar 5 ppm. Pada konsentrasi 4 ppm beberapa jenis masih dapat bertahan hidup namun
nafsu makannya mulai menurun. Untuk konsentrasi yang baik bagi budidaya perairan yaitu antara
5 7 ppm.
Kelebihan serta kekurangan oksigen dalam air, akan berdampak negatif pada organisme
yang berada dalam perairan. Organisme dalam perairan khususnya ikan, akan mengalami stres
bahkan terjadi kematian apabila kadar oksigen terlarut dalam air akan menurun atau lebih
(Sitanggang dan Sarwono, 2006).
Menurut Asmawi (1986), saat kadar oksigen terlarut dalam perairan berkurang kecepatan
makan ikan pun akan berkurang. Atau jika kadar oksigen kurang dari 1 ppm ikan akan berhenti
makan. Tetapi saat kadar oksigen terlarut berada dalam jumlah yang sangat banyak ikan-ikan
memang jarang mati, namun pada saat tertentu hal yang demikian dapat mematikan ikan, sebab di
dalam pembuluh-pembuluh darah terjadi emboli gas yang mengakibatkan tertutupnya pembuluh-
pembuluh rambut dalam daun-daun insang ikan.

pH
pH merupakan suatu pernyataan dari konsentrasi ion hidrogen (H+) di dalam air,
besarannya dinyatakan dalam minus logaritma dari konsentrasi ion H. Besaran pH berkisar antara
0 14, nilai pH kurang dari 7 menunjukkan lingkungan yang asam sedangkan nilai diatas 7
menunjukkan lingkungan yang basa, untuk pH =7 disebut sebagai netral (Romimohtarto. 2001).
Perubahan pH berkaitan dengan kandungan oksigen dan karbondioksida dalam air. Pada
siang hari jika oksigen naik akibat fotosintesa fitoplankton, maka pH juga naik. Pada pagi jika pH
kurang dari 7, hal ini menunjukan bahwa tambak atau kolam banyak mengandung bahan organik.
Kestabilan pH perlu dipertahankan karena pH dapat mempengaruhi pertumbuhan organisme air,
mempengaruhi ketersediaan unsur P dalam air dan mempengaruhi daya racun amoniak dan H2S
dalam air (Souisa. 2009).

Suhu
Suhu merupakan parameter yang sangat penting dalam lingkungan laut dan berpengaruh
secara langsung maupun tidak langsung terhadap lingkungan laut. Menurut (Pujiastuti,2008)
mengatakan bahwa suhu adalah salah satu sifat fisika air laut yang dapat mempengaruhi
metabolisme dan pertumbuhan organisme perairan, disamping itu suhu sangat berpengaruh
terhadap jumlah oksigen terlarut dalam air.
Menurut Nontji (1987), suhu air permukaan di perairan nusantara kita umumnya berkisar
antara 28 - 31oC. Suhu air didekat pantai biasanya sedikit lebih tinggi daripada yang di lepas pantai.
Peningkatan suhu perairan mengakibatkan peningkatan viskositas, reaksi kimia, evaporasi dan
valurisasi. Peningkatan suhu juga menyebabkan penurunan gas di dalam air, misalnya gas O2, CO2,
N2, CH4 dan sebagainya (Hanafi. 2009).
Berdasarkan hasil praktikum diketahui bahwa suhu permukaan air sebesar 28 oC. Menurut
Romimohtarto (2001), di perairan tropis perbedaan atau variasi suhu air laut sepanjang tahun tidak
besar. Suhu perairan nusantara berkisar antara 27-32oC. Kejadian suhu ini adalah normal untuk
kehidupan biota laut di perairan Indonesia. Suhu alami tertinggi di perairan tropis berada dekat
ambang batas sehingga menyebabkan kematian biota laut. Oleh karena itu, peningkatan suhu yang
kecil saja dari alami dapat menimbulkan kematian atau paling tidak gangguan fisiologi biota laut.
DAFTAR PUSTAKA
Asmawi, S., 1986. Pemeliharaan Ikan di Karamba. Gramedia, Jakarta.
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air. Kanisius. Yogyakarta
Hanafi. 2009. Gerakan Air Laut dan Kualitas Air Laut.
Kordi, K.M.G.H, 2005. Pengelolaan Kualitas Air Dalam Budidaya Perairan. Rineka Cipta, Jakarta.
Nontji. 1987. Laut Nusantara. Jambatan. Yogyakarta.
Pujiastuti, C. 2008. Kajian Penurunan Ca Dan Mg Dalam Air Laut Menggunakan Resin (Dowex).
Jurnal Teknik Kimia, Vol.3, No.1, September.
Romimohtarto. 2001. Biologi Laut Ilmu Pengetahuan Tentang Biologi Laut.
Sitanggang, M., dan Sarwono B., 2006. Budidaya Gurami. Penebar Swadaya, Jakarta
Susanto, 1991. Membuat Kolam Ikan. Penebar Swadaya, Jakarta.
.Souisa. 2009. Pengaruh Faktor Fisik Terhadap Lingkungan

Anda mungkin juga menyukai