Oleh:
WADIYA APRILIANTI
26050118140094 (Ose/C)
Dosen Pengampu:
Dr. Dian Wijayanto,SPi, MM, MSE
19751227 200604 1 002
DEPARTEMEN OSEANOGRAFI
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2019
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan
rahmat dan karunianya sehingga makalah yang berjudul “Ekonomi Sumber Daya
Kelautan di Sulawesi Tengah” ini dapat terselesaikan pada waktunya.
Makalah ini telah penulis susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatannya. Untuk itu penulis
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini baik atas dukungan moral dan materil.
Harapan penulis semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan bagi pembaca,
untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar lebih
baik lagi.
Oleh sebab keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penulis, penulis sadar akan
banyaknya kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Oleh karena itu penulis sangat
mengharap kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaannya.
2
DAFTAR ISI
Halaman Cover
Kata Pengantar …………………………………………………..…………………2
Daftar Isi……………………………………………………………………………3
Bab I. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang………………………………………………………….….4
1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………..…...4
Bab II. Pembahasan
2.1 Komoditas Keunggulan Kelautan di Wilayah Sulawesi Tengah...................…6
2.2 Gambaran Nilai Ekonomi pesisir Propinsi Sulawesi Tengah…………………7
2.3 Kondisi Industrialisasi Kelautan di Sulawesi Tengah…………………..……. 8
2.4 Penciptaan Lapangan Kerja di wilayah Pesisir Sulteng …………………...…9
2.5 Upaya Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat Pesisir di Sulteng……...…….9
Bab III. Penutup
3.1 Kesimpulan………………………………………………………..…….11
3.2 Saran…………………………………………………………………..…12
Daftar Pustaka
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Wilayah pesisir dan lautan Indonesia terkenal dengan kekayaan dan keaneka- ragaman
sumber daya alamnya, baik sumber daya yang dapat pulih seperti sumberdaya perikanan,
hutan mangrove, dan terumbu karang dan lain sebagainya, maupun sumberdaya yang tidak
dapat pulih seperti minyak bumi dan gas serta mineral atau bahan tambang lainnya).
Indonesia dikenal sebagai negara dengan kekayaan keanekaragaman hayati (biodiversity) laut
terbesar di dunia, karena memiliki ekosistem pesisir yang khas seperti hutan mangrove,
terumbu karang (coral reefs), dan padang lamun (sea grass bed) (Kartawinata &
Soemodihardjo, 1977 dalam Darsono 1999).
Permasalahan yang ada di wiIayah pesisir yakni pada pemanfaatan sumberdaya perikanan
yang masih belum optimal misalnya di Kecamatan Una-Una (lokal) dan Kabupaten Tojo
Una-Una (regional). Ketersediaan sarana penangkapan, tenaga kerja melaut dan sarana
penunjang berpengaruh pada peningkatan aktivitas dan mobilitas melaut secara intensif.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa saja komoditas keunggulan kelautan yang ada di wilayah Sulawesi Tengah
2. Bagaimana gambaran nilai ekonomi di wilayah pesisir Propinsi Sulawesi Tengah
3. Bagaimana kondisi industrialisasi kelautan dan kebutuhan infrastruktur dan
perannya dalam pertumbuhan ekonomi di wilayah Sulawesi Tengah
4
4. Bagaimana penciptaan lapangan kerja khusus bagi wilayah pesisir di Sulawesi
Tengah
5. Apa saja upaya yang dapat dilakukan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan
masyarakat khususnya di wilayah pesisir Propinsi Sulawesi Tengah
5
BAB II
PEMBAHASAN
Secara tipologi Propinsi Sulawesi Tengah termasuk daerah atau wilayah baik pada
tingkat kabupaten maupun ditingkat Kota berdasarkan hasil analisis dan kajian secara
keseluruhan wilayah, tidak memilik potensi yang cukup dapat bersaing. Berdasarkan hasil
analisis penelitian dengan metode Shift-Share (S-S) tentang keunggulan kompetitif dan
spesialisasi menurut sektor di kabupaten/kota di Propinsi Sulawesi Tengah secara
keseluruhan, terlihat tidak adanya wilayah atau daerah yang memiliki keunggulan yang
kompetitif. Hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapita
wilayah propinsi Sulawesi Tengah bergantung pada sektor spesialis yang ada di masing-
masing bagian wilayah. Artinya bagian wilayah satu dengan yang lain dalam upaya
pembangunan dan pengembangan ekonomi hanya berpatokan pada sektor basis yang ada
pada masing-masing daerah. Misalnya Kabupaten Tojo Una-Una mempunyai prioritas utama
tersendiri untuk pengembangan wilayah semua sektor basis yang dimilikinya. Ditinjau dari
kebudayaan setempat yang turun-temurun sebagai petani rumput laut, kabupaten Bangkep
merupakan wilayah di Propinsi Sulteng yang berpotensi untuk pengembangan komoditas
berupa budidaya rumput laut spesies E. cotonii dan E. spinosum. Begitu juga di sepanjang
Teluk Tomini dan Selat Peleng.
Menurut Diskanlut Sulteng (2005) dalam Amin et al. (2005), Pada umumnya, potensi
laut pada wilayah Sulawesi Tengah memiliki sumberdaya perikanan yang cukup potensial
untuk pengembangan budidaya namun sayangnya belum dimanfaatkan secara optimal. Data
terlihat bahwa sumbangan ekonomi khusus pada bidang keleutan memberikan nilai Produk
Domestik Regonal Bruto (PDRB) baru mencapai 3,85 persen (2.283.594.000) dari total
PDRB Sulawesi Tengah sebesar Rp. 7.342.714.000.
Di sisi lain juga pada wilayah Propinsi Sulawesi Tengah, Teluk Palu memiliki potensi
yang sangat baik untuk pengembangan kegiatan perikanan. Wilayah pesisir pantai Teluk Palu
dalam dimana terdapat 26 Desa beserta kelurahannya pada wilayah Teluk Palu merupakan
daerah administrasi untuk Kabupaten Donggala dan Kota Palu. Potensi Sumber Daya Alam
yang cukup besar, baik yang berada disepanjang pesisir maupun yang ada di wilayah laut
Teluk Palu mempunyai ekosistem pesisir yang kompleks dengan ekosistem estuarianya.
Mangrove, padang lamun dan terumbu karang temasuk ekosistem yang menjadi kekayaan
6
wilayah Teluk Palu ini sebab kaya akan organisme perairan. Meningkatnya populasi manusia
yang mendiami wilayah tersebut dapat menjadi potensi utama sebagai subjek yang
mengembangkan potensi Sumber Daya Alam yang ada untuk pembanguna ekonomi yang
berkelanjutan.
Utara Kabupaten Toli-toli Propinsi Sulawesi Tengah, posisi terluar dari Pulau
Sulawesi, terdapat daerah Lingayan. Lingayan memiliki permasalahan, ekosistem pesisir
telah rusak dan menipis disebabkan pemanfaatan tidak ramah lingkungan oleh penduduk
yang berasal dari Pulau Lingayan sendiri dan dari luar pulau, usaha ekonomi penduduk
rendah dan, pemenuhan kebutuhan dasar hidup rendah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
perekonomian Penghasilan rata-rata dari setiap rumah tangga hanya + 50.000 per hari atau
antara 1.300.000,- s/d 1.800.000,- per bulan. Terdapat nilai tambah ekonomi dapat berasal
dari produk unggulan pulau yang diusahakan oleh penduduk. Untuk itu, usaha-usaha
ekonomi yang dapat dijadikan andalan harus diukur dengan kelayakan jenis usaha terlebih
dahulu. Jenis usaha pada bidang perikanan daeran tersebut yaitu budidaya ikan kerapu
dengan metode keramba jaring apung dan budidaya rumput laut dengan metode lepas dasar
atau tali gantung.
7
Di Palu, pemukiman komunitas nelayan kecil disepanjang pesisir teluk Palu dan
aktifitas mereka sebagai nelayan tidaklah merata secara keseluruhan, 50% nelayan yang
sehari-harinya turun kelaut mencari Ikan. 40% mayoritas perempuan berjualan ikan hasil
tangkapan, 10% selebihnya beraktifitas sebagai petani, buruh bangunan dan pabrik, sopir,
karnet angkutan umum dan pegawai Negeri Sipil (PNS). Dengan menggunakan alat tangkap
yang sederhana, nelayan tradisonal teluk Palu berpenghasilan Rp. 25.000 – sampai dengan
Rp. 50.000. Nelayan mayoritas termasuk nelayan tradisional dimana mereka masih
menggunakan alat tangkap sederhana seperti Pukat, Panjuyu, sero-sero, , dan Kail/pancing,
dan jenis-jenis tangkapan berupa Cakalang, Katombo, Baubara, Katamba Udang halus, Rono,
serta Hiu dasar. Sementara, aktifitas perdagangan di Sulawesi Tengah sangat berfluktuasi,
mengingat komoditas ekspor daerah masih didominasi oleh bahan mentah dari hutan serta
bahan setengah jadi, hal ini menyebabkan nilai ekspor yang relatif rendah.
2.3 Kondisi Industrialisasi Kelautan dan Kebutuhan Infrastruktur dan Perannya dalam
Pertumbuhan Ekonomi di Wilayah Sulawesi Tengah
Hingga saat ini kondisi industrialisai di bidang kelautan dan perikanan masihlah
minim dan rendah di wilayah Sulawesi Tengah. Masyarakat khusus daerah pedesaan atau
pesisir masih tergolong sederhana dalam mengolah hasil laut. Sehingga pertumbuhan
ekonomi berjalan namun masih di bawah target pencapaian. Hal ini dapat dilihat dari
penghasilan para nelayan yang terlalu minim bila dibandingkan dengan perhitungan
infrastruktur. Kelayakan perlu ditinjau kembali untuk menyusun strategi pengembangan
industralisai kelautan dan perikanan yang lebih maju dan bernilai untung yang layak. Nelayan
local yang masih tergolong hidup secara tradisional dalam menangkap dengan penggunaan
perahu tanpa motor dan alat tangkap yang sederhana, mengolah hingga pemasaran hasil laut
bila dibandingkan dengan nelayan regional. Artinya untuk memenuhi kebutuhan
produktivitas primernya nelayan lokal membutuhkan energi yang lebih besar.
Dalam hal lain di wilayah Kecamatan Una-Una Pemanfaatan sumberdaya alam laut
dan pesisir masih dilakukan dalam skala kecil masih menggunakan alat tangkap sederhana
seperti pancing, jaring, bubu dan bagan, sedangkan di wilayah Kabupaten Tojo Una-Una
penggunaan alat tangkap lebih beragam. Terjadinya konflik sosial dan ekonomi di kalangan
nelayan yang hingga kini disebabkan karena mengingat semakin sempitnya wilayah kelola
nelayan yang dirampas oleh pemodal dan praktek illegal sehingga semberdaya terancam
kekuarangan pendapatan penghasilan dan mengakibatkan menurunnya daya dukung
8
lingkungan. Hal ini secara tidak langsung dapat mempengaruhi dijalankannya kebijakan
dalam pengelolaan sumberdaya laut.
Karakteristik pemukiman nelayan kota Palu, Sulawesi Tengah hampir tidak sama
dengan nelayan pesisir yang lainnya dimana terdapat di kampung-kampung. Tetapi di pesisir
kota palu adalah nelayan yang juga merupakan bagian dari masyarakat Kota Palu yang
berintergrasi. Dengan demikian para nelayan dapat dikatakan bisa berfikir lebih terbuka
untuk menerima perubahan dan mengikuti perkembangan zaman. Berdasarkan beberapa
konsep ini, maka pemberian wewenang kepada daerah untuk mengelola dan memanfaatkan
sumberdaya kelautan dan perikanan dalam batas-batas yang telah ditetapkan agar manfaat
sumberdaya kelautan dan perikanan semakin dirasakan oleh pemerintah daerah beserta
masyarakat setempat. Sehingga penciptaan lapangan kerja bagi masyarakat pesisir tidaklah
lepas dari kebijakan dan dukungan serta bantuan Pemerintah Kota Palu yang merencanakan
Kota Palu menjadi kota yang berbasis industri sebagaimana layaknya kota– kota lainnya. Di
lain sisi, masyarakat nelayan tidak menjadi prioritas untuk dapat bersaing dalam
meningkatkan kesejahteraan mereka.
9
Sementara itu, model pengelolaan dan pemanfaatan laut sebagai sumber pendapatan
nelayan masih tergolong dalam nelayan yang tradisional, sehingga perlu penanganan
tersendiri atau metode khusus dalam rangka mensejahterakan nelayan. Penataan ruang yakni
kebijakan publik yang untuk mengoptimasikan kepentingan antar para pelaku pembangunan
dalam kegiatan pemanfaatan ruang. Penataan ruang juga menterpadukan secara spatial
fungsi-fungsi kegiatan pemanfaatan ruang, baik antar sektor maupun antar wilayah
administrasi pemerintahan agar bersinergi positif dan tidak saling mengganggu. Perihal
penataan ruang wilayah negara diatur di dalam UU No. 24/1992 tentang Penataan Ruang.
10
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
11
B. SARAN
Demikian yang dapat penulis paparkan mengenai pokok bahasan dalam makalah ini
dan penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Penulis banyak berharap
pembaca memberikan kritikm dan saran yang membangun kepada penulis demi
kesempurnaan makalah berikutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis pada
khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
12
DAFTAR PUSTAKA
Ansar. 2011. Menuju Kebijakan Pengelolaan Teluk Palu yang Harmonis. Media Litbang
Sulteng IV (2) : 142 – 148
Dahuri, Rochimin. 2001. Pengelolaan Ruang Wilayah Pesisir dan Lautan Seiring dengan
Pelaksanaan Otonomi Daerah. J. managemen. Volume 27 No. 2: 139 – 171
Mangun, Nudiatulhuda. 2007. Analisis Potensi Ekonomi Kabupaten dan Kota di Propinsi
Sulawesi Tengah . TESIS. Program Studi Magister Ilmu Ekonomi dan Studi
Pembangunan Universitas Diponegoro
Muh. Amin, T. P. Rumayar, Femmi N.F., D. Kemur dan IK Suwitra.2005. Kajian Budidaya
Rumput Laut (Eucheuma Cotonii) dengan Sistem dan Musim Tanam yang Berbeda di
Kabupaten Bangkep Sulawesi Tengah . Jurnal Pengkajian dan Pengembangan
Teknologi Pertanian Vol. 8 (2): 282-291
Nahib dan Hidayatullah. 2007. Pemetaan Sumber Daya Ikan di Kabupaten Poso Melalui
Pendekatan Neraca Sumber Daya Alam. Jurnal Globe. VoLume 9 (1) : 53-64
Putera dan Sallata.2015. Valuasi Ekonomi Sumberdaya di Teluk Palu, Kota Palu, Provinsi
Sulawesi Tengah. J. Kebijakan Sosek KP. Vol. 5 (2) : 83-85
Wiyoga, dkk.. 2009. Rencana Strategis Pulau Sulawesi. Jakarta : Decentralization Support
Facility
13
14