Anda di halaman 1dari 11

BAB IX

ASPEK LINGKUNGAN, KESELAMATAN


DAN KESEHATAN KERJA (K 3)

IX.1. DAMPAK LINGKUNGAN


Kegiatan penambangart, transportasi dan penggunaan atau pemanfaatan
batubara, pada satu sisi dapat memberikan nilai keuntungan, namun pada sisi
lain juga dapat mengakibatkan dampak yang serius terhadap lingkungan
hidup.
Dampak terhadap lingkungan yang sangat nampak akibat kegiatan
penambangan batu bara adalah terjadinya perubahan bentang alam karena
kegiatan penggalian endapan batu bara dari permukaan tanah. Operasi
penambangan batubara dengan sistem tambang terbuka (surface mining), adalah
contoh konkrit dari ilustrasi di atas. Lapisan tanah penutup dan batubara digali
dan dipindahkan dari temnat dan kondisi asal ketempat lain (dumping area dan
coal stockpile), sehingga meningkatkan jumlah daerah bekas penambangan
(mined-out) yang kondisinya jauh berubah dari asalnya, yaitu menjadi terbuka
dan rawan terhadap erosi. Seluruh kehidupan claim ekosistem semula (flora dan
fauna) menjadi punah karena kerusakan bentang alam
Dengan demikian perhatian yang hnrus di berikan dalam upaya
penanggulangan dampak kegiatan pertambangan batubara terhadap lingkungan,
kiranya tiaras di tekankan pada upaya rehabilitasi daerah-daerah yang telah di
tambang. Proses rehabilitasi ini hares di pandang sebagai kegiatan atau prone-
yang terintegrasi dalam perencanaan dan operasi penambangan batubara.
Integrasi ini bukan hanya secara teknis, akan tetapi juga secara akonomis.
Beberapa permasalahan lingkungan yang dapat terjadi dalam kegiatan
penambangan batubara di wilayah tambang dapat diidentifikasikan sebagai
berilkut :

93
TABEL IX. 1
PERMASALAHAN LINGKUNGAN KARENA KEGIATAN
PERTAMBANGAN

PERIODE LOKASI MASALAH LINGKUNGAN


Operasi Didalam Area Masalah tanah timbunan
Penambangan Penambangan Masalah erosi permukaan
Masalah polusi air tarnbang
Masalah polusi debu
Pasca Di dalam Area Masalah rehabilitasi bentang alam yang
Penambangan Penambangan terbuka
Masalah rehabilitasi daerah yang tertutup
timbunan tanah Masalah rehabilitasi
ekosistem / habitat alam yang rusak

IX.2 PEMBUANGAN TANAH ("WASTE DISPOSAL")


Penanganan masalah waste atau pembuangan tanah berkaitan erat dengan
kegiatan untuk memindahkan tanah penutup batubara dari daerah tambang
dalam jumlah yang besar, dan menyediakan lahan untuk menampungnya.
Beberapa masalah mendasar yang timbal akibat hadirnya timbunan tanah di
suatu area di antaranya adalah hilangnya sifat produktif dari lahan yang
digunakan untuk waste dump, dampak terhadap pencemaran lingkungan,
berupa banyaknya debu don partikel-partikel tersuspensi didalam air dan
ancaman bahaya longsor pada tumpukan yang tidak direncanakan dengan baik
serta ketidak teraturan bentang alam.

Untuk dapat melakukan penanganan masalah waste atau pembuangan


tanah secara baik, maka ada beberapa hal yang harus di antisipasi pada tahap
perencanaan penggalian dan pemindahan tanah buangan, antara lain :

1. Mempelajari secara detail karakteristik dari tanah buangan, balk secara fisik
maupun kimiawi.
2. Melakukan pengujian sifat tanah pada laboratorium tanah, untuk mendapat
data fisik dan kimia tanah.

94
3. Melakukan pengujian hidrologi pada daerah peinbuangan tanah.
4. Memilih metode yang imik dan dapat diterapkan untuk melakukan
penanganan buangan tanah.
5. Mempersiapkan tolok ukur untuk melakukan pengontrolan atau monitoring
terhadap aspek-aspek yang berhubungan dengan dampak Iingkungan.
6. Melakukan perencanaan yang detail tentang pekerjaan pemindahan tanah
kelokasi buangan.

IX.3 TEKNIK PENANGANAN BUANGAN TANAH


Beberapa teknik konstruksi yang dapat dilakukan untuk melakukan
buangan tanah, antara lain :
a. Membuat sistem penirisan pada tumpukan buangan tanah (pile drainage
system)
b. Membuat sistem penirisan air permukaan (surface drainage system)
c. Melakukan pemadatan pada tumpukan buangan tanah (waste compaction
system)
IX.4. KESTABILAN LERENG
Kestabilan lereng sangat penting artinya bagi kegiatan penambangan itu
sendiri maupun aspek lingkungan hidup. Bagi kegiatan penambangan
menyangkut produksi batubara dan keselamatan kerja sedangkan bagi
lingkungan hidup menyangkut pencemaran yang berasal dari material lereng
itu sendiri dan hilangnya flora dan fauna yang sudah tumbuh diatas lereng
tambang maupun lereng timbunan tanah penutup.
Untuk mengantisipasi kelongsoran lereng maka diperlukan usaha-usaha
pemantauan kestabilan lereng sebagai berikut :
a. Dilakukan pengukuran posisi dan elevasi permukaan tanah pada lereng
tambang dan lereng timbunan secara periodik sehingga dapat diketahui
pergeseran yang terjadi
b. Dilakukan pengambilan contoh kandungan air yang ada dalam lapisan tanah
secara periodik dengan alat Piezometer untuk dianalisa kuantitas dan
kualitasnya sehingga dapat diketahui kejenuhan yang terjadi
c. Dilakukan pengamatan langsung secara visual terhadap tebing lereng apakah

95
terjadi kelongsoran atau keruntuhan sehingga dapat dilakukan perbaikan
secepatnya.

IX.5. EROSI PERMUKAAN


Erosi adalah proses abrasi, benturan dan pengangkatan puing-puing batuan
atau tanah ketempat-tempat yang lebih rendah oleh media air atau angin. Di
Indonesia, media yang lebih berperan dalam kegiatan erosi pada umumnya adalah
air. Lahan-lahan yang terbuka seperti halnya daerah-daerah penambangan adalah
lahan yang rowan terhadap proses ini, demikian juga dengan daerah-daerah atau
lokasi penimbunan tanah (dumping area).
Pada lahan yang terbuka. aktivitas air mulai dari tetes hujan sampai
gelontoran aliran permukaan tanah, senantiasa akan melakukan pengikisan yang
mengakibatkan material- material terkelupas dan terangkat melalui alur-alur
kemudian mengalir kesungai-sungai yang akhirnya diendapkan pada tempat-
tempat yang alirannya tak mampu lagi mengangkat material tersebut.
Erosi yang tak terkendali akan mengakibatkan hilangnya lapisan-lapisan
tanah subur disekitar daerah hulu sungai sedangkan di daerah hilir sungai akan
terjadi banjir. Banjir ini banyak membawa lumpur yang mengakibatkan warna air
sungai akan tampak keruh keeoklat-coklatan karena kadar lumpur yang tinggi.

IX.6. POLUSI AIR TAMBANG


Air hujar, yang melewati batubara di tarnbany, tumpnkan batubara di
stockpile batubara, dan tumpukan buangan tanah, berpeluang untuk Lercemar
secara fisik maupun kimiawi. Kandungan sulfur batubara di daerah ini relatif yaita
0,43%. sedangkan tanah penutup terdiri dari batu tan au dan batu lempung serta
tidak .nengandung mineral sulfide sehingga kecil kemungkinan terjadi fenomena
air asam tambang pada timbunan tanah penutup. Secara fisik, aliran air hujan yang
melewati batubara di tambang dan tumpukan batu bara di stockpile, pada saat
mengalir akan membawa partikel-partike1 halus batubara, sehingga air tersebut
nampak berwarna hitam. Apabila aliran air ini masuk ke sungai, maka dapat
menimbulkan pencemaran secara fisik pada air sungai.

96
Secara kimiawi, ada keraungkinan air hujan pada saat melewati tumpukan
batubara, juga akan bereaksi dengan unsur-unsur kimia yang terkandung dalam
mineral-mineral yang berasosiasi dengan batubara, seperti mineral sulfida. Reaksi
kimia ini berupa proses oksidasi yang dapat menjadikan air hujan menjadi bersifat
asam, seperti yang di tunjukan pada reaksi di bawah ini :

2FeS2 + 702 + 2 H2O 2 FeSO4 + 2 H2SO4

Beberapa usaha perlu dilakukan untuk menangani permasalahan pencemaran air


di tambang, seperti dijelaskan di bawah ini.
IX.7. TEKNIK PENGELOLAAN AIR TAMBANG
Penanganan polusi air di tambang dilakukan dengan membuat kolam
pengendapan (settling pond) pada titik terendah lantai kerja tambang amine floor).
Kolam ini berfungsi sebagai tempat penampungan akhir dart seluruh aliran air
yang masuk ke pit, sebelum di alirkan keluar dengan menggunakan pompa.
Selain untuk menampung air, maka kolam juga difungsikan untuk
mengendapkan partikel-partikel yang terangkut oleh aliran air. Sehingga setelah
melalui proses pengendapan dalam kolam ini, dapat dilakukan pernisahan antara
air yang relatif lebih bersih dengan partikel pengotor. Selain itu, kolas ini juga
dapat difungsikan sebagai kolam pentral tingkat keasaman air dengan
menambahkan lime (CaO).
Dengan demikian setelah melalui proses penanganan di kolam
pengendapan, dapat di harapkan bahwa air yang akan dipompa dari kolam
pengendapan untuk dibuang ke sungai-sungai terdekat sudah dalam keadaan
bersih, terpisah dari partikel-partikel pengotornya, serta berkurang kadar
keasamannya.

IX.8. KOLAM PENGONTROL (MONITORING POND)


Selain kolam pengendapan, untuk membantu menangani polusi air tambang
juga di gunakan kolam pengontrol. Kolam ini merupakan titik kontrol yang
diletakkan diantara pit tambang dengan titik buangan air di sungai-sungai. Kolam

97
pengontrol ini berfungsi untuk memantau kualitas air yang akan dibuang
kesungai-sungai. Air yang akan dipompa dari kolam pengendapan sebetum
dibuang kesungai-sungai, di alirkan terlebih dahuin kedalarn kolam pengontrol
ini. Dengan memfungsikan kolam pengontrol sebagai habitat dart kehidupan ikan,
jika diketahui ada gangguan pada ikan tersebut dapat dengan mudah dicuriga
kemungkinan terjadinya pencemaran pada air tersebut.

IX.9. POLUSI DEBU


Beberapa bagian dari aktivitas operasi penambangan dapat menimbulkan
kerawanan dalam masalah pencemaran udara karena debu (dust). Bagian operasi
penambangan yang dapat menjadi sumber debu antara lain adalah :
a. Coal handling di front penambangan
b. Coal hauling di jalan angkut batubara
c. Coal dumping di stockpile batu bara
d. Waste dumping di waste dump area
e. Coal loading /unloading di stockpile batubara
f. Coal crushing di unit preparasi batubara
g. Coal feeding dengan belt conveyor.
Polusi udara tersebut selain dapat menimbulkan gangguan pada operasi
penambangan, juga dalam jangka panjang dapat menimbulkan kerawanan pada
kesehatan kerja karyawan tambang, dengan munculnya penyakit saluran
pernapasan ataupun sampai tingkat yang lebih parah seperti penyakit
pneumoniosi.
Sehubungan dengan itu, maka hal-hal yang perlu dilakukan dalam operasi
penambangan, adalah :
a. Senantiasa rnemperhatikan K-3 Tambang melalui penggunaan masker pada
daerah-daerah yang rawan debu
b. Senantiasa melakukan penyiraman air secara intensif pada areal yang rawan
debu, khususnya pada musim kemarau
c. Memasang peralatan "water sprays" pada instalasi-instalasi yang menjadi
sumber debu
d. Memasang peralatan penangkap debu (dust collector) seperti filters, pada
ruangan dan areal yang berdebu,

98
IX.10.OKSIDASI DAN PEMBAKARAN SPONTAN
Tumpukan batubara yang berada di stockpile tidak dapat dihindarkan dari
proses oksidasi secara alami. Proses oksidasi ini akan menimbulkan perubahan
pada karakieristik batubara, tetutama akan menurunkan kandungan panas dan
keterbakarannya. Proses oksidasi pada batubara yang merupakan reaksi
eksotermis ini akan melepaskan panas pada lingkungan sekitarnya yang dapat
mendorong terjadinya pembakaran spontan (spontaneous combustion). Proses
seperti ini cenderung terjadi pada batubara seperti lignit dan subbituminous yang
sangat sulit terhindar dari efek pembakaran spontan tersebut.
Beberapo faktor. yang ada pada batubara yang dapat menimbulkan oksidasi
dan pembakaran spontan antara lain adalah :
a. Coal rank, batubara dengan coal rank lebih rendah cenderung akan lebih
mudah ,mengalami proses oksidasi dan pembakaran spontan
b. Volatile matter, batubara dengan volatile matter yang lebih tinggi akan lebih
memiliki resiko terhadap reaksi tersebut
c. Residual and total moisture content, dapat berperan sebagai katalisator pada
proses oksidasi
d. Size distribution, distribusi ukuran dengan rentang yang lebar akan memiliki
resiko yang lebih tinggi untuk terjadinya pembakaran spontan
e. Initial temperature, menentukan laju kecepatan proses oksidasi
f. Kandungan pyrite, jika mineral mengalami oksidasi maka akan menimbulkan
efek panas berantai yang mengarah pada pembakaran spontan
g. Maceral component, kandungan "exinite" dalam batubara akan lebih memicu
terjadinya pembakaran spontan dibandingkan dengan "vitrinite".
Dengan demikian hal-hal yang cukup penting yang harus diperhatikan
dalam masalah stockpile adalah menghindari penyimpanan batubara dalam waktu
yang sangat lama di stockpile, karena disamping akan dapat menurunkan kualitas
batubara itu sendiri, juga mengandung resiko terjadinya reaksi oksidasi dan
spontaneous combustion seperti telah diuraikan di atas.
Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan untuk menangani masalah ini,
yaitu persiapan pengadaan inert gas (CO2 heku), juga penyemprotan bahan kimia
"chemical surfactans" atau "foams" untuk melapisi dan menstabilkan batubara
dari pengaruh kandungan moisture. Selain itu, pada saat pemrosesan batubara

99
"row rank coal", sebaiknya batubara dipecah sampai ukuran kecil dan dialiri air,
kemudian taburkan zat "additive" untuk menstabilkannya.

IX.11.PENGEMBANGAN MASYARAKAT
(CONIMUNITY DEVELOPMENT)
Pengembangan masyarakat dalam konteks pengusahaan pertambangan
diartikan sebagai program pengembangan atau pembangunan pada lingkup desa.
Program-program perusahaan pada pengembangan masyarakat biasanya ditujukan
bagi kepentingan masyarakat dilingkungan yang terdekat dimana akan terjadi
interaksi secara langsung antara perusahaan dengan penduduk setempat. Program-
program tersebut pada umumnya berkait dengan hal-hal yang langsung dan segera
dibutuhkan oleh masyarakat setempat, terutama untuk memanfaatkan peluang-
peluang yang ada sehubungan dengan kegiatan perusahaan pertambangan
dilingkungannya. Meskipun demikian dalam hal-hal tertentu perusahaan bisa saja
inemberikan bantuan untuk program-program kemasyarakatan di lokasi-lokasi
yang jauh dari wilayah kegiatannya. Dalam hal ini, program kegiatan
pengembangan masyarakat pada umumnya terintegrasi dengan kegiatan
pengembangan atau pembangunan daerah.
Tujuan terpenting dari pengembangan masyarakat tambang secara jangka
panjang adalah bagaimana masyarakat tambang memiliki keberdayaan untnk
menyelenggarakan kegiatan perekonomian yang produktif di wilayah
pertambangan, sehingga manfaat yang dihasilkan tidak hanya dinikmati
masyarakat di sekitar pertambangan sendiri tetapi menyebai luas ke lingkungan-
lingkungan sekitarnya. Dengan demikian pertambangan berakhir, masyarakat
masih terus dapat merasakan manfaatnya dan perusahaanpun dapat meninggalkan
wilayah pertambangan dengan nyaman, karena wilayah tersebut telah berkembang
menjadi semacam business region yang bemilai ekonomi tinggi.
Program pengembangan masyarakat bagi suatu perusahaan tidak saja
bertujuan untuk menekan timbulnya konflik dengan masyarakat sekitar, tetapi
juga untuk menunjukkan kepedulian perusahaan terhadap masyarakat di
sekitamya. Namun demikian, program pengembangan masyarakat juga harus

100
dianggap sebagai salah satu aspek penting untuk menunjang produktivitas
perusahaan. Oleh karena itu, program pengembangan masyarakat harus dirancang
secara baik dengan visi jauh ke depan.
Menurut Prof. Dr. Selo Soemardjan (1996) ada tiga macam pola
pembangunan masyarakat daerah, yaitu meliputi :
a. Pola community development, dimana masyarakat hams membangun dengan
kekuatan sendiri, pengaruh dari luar dibatasi menurut keinginan masyarakat
dan para pemimpin setempat diharapkan dapat menjadi development agent,
pada umumnya hasil pola ini mengecewakan;
b. Pola instant industrialization, dimana masyarakat tradisional dihadapkan pada
industri modern dan akibatnya masyarakat tersebut mengalami konflik
lintas budaya dan timbul kesenjangan antara golongan tradisional dengan
golongan modem;
c. Pola external intervention, dimana pembangunan dilakukan secara hertahap
mencakup menggugah semangat memperbaiki nasib, mendidik ekonomi
modern yang selaras dengan kemampuan, mengajar teknologi sesuai
dengan kemampuan dan membuka saluran ke arah sumber modal.
Hasilnya adalah daya bangun masyarakat tergugah, integrasi social
terpelihara namun memerlukan waktu yang relatif lama.
Berdasarkan pada uraian di atas, tee lihat bahwa kasus yang terjadi pada
industri pertambangan biasanya terdapat pada pola kedua (pola instant
industrialization). Sedangkan pola ketiga (pola external intervention)
merupakan pola yang cocok untuk diterapkan dalam pola pengembangan
masyarakat di sekitar wilayah pertambangan.
Dengan demikian, tiga komponen penting dari program pengembangan
masyarakat di wilayah pertambangan adalah perusahaan tambang, pemerintah
daerah serta masyarakat. Karena itu, agar dihasilkan program pengembangan
masyarakat yang optimal. maka diperlukan kemitraan antara perusahaan
tambang dan pemerintah daerah dalam pereneanaan dan implementasinya, serta
pengikutsertaan masyarakat setempat secara total.
Selanjutnya dengan menyadari bahwa pihak perusahaan tambang

101
batubara PT LAHAT ENERGYmempunyai tanggungjawab dan harus
mendukung program pemerintah daerah setempat (Pemerintah Kabupaten Muara
Enina) untuk rneningkatkan kualitas hidup masyarakat terutarna di sekitar lokasi
penambangan yaitu Kecamatan Merapi, maka PT LAHAT ENERGYakan
melaksanakan kegiatan program pengembangan masyarakat yaitu dengan
memberdayakan potensi yang ada, sehingga diharapkan masyarakat setempat
dapat meningkatkan kemandiriannya serta dapat merasakan manfaat dari adanya
usaha dan keberadaan usaha pertambangan batubara di wilayah tersebut.
Dalam melaksanakan perencanaan pengembangan masyarakat harus
dilakukan sinergi yaitu diantaranya untuk memenuhi kebutuhan perusahaan (PT
LAHAT ENERGY) pemerintahan daerah (Pemerintah Kabupaten Lahat) dan
masyarakat di sekitarnya (Kecamatan Merapi), dengan catatan harus dihindari
timbulnya beban tambahan secara berlebihan terhadap perusahaan PT LAHAT
ENERGY, sehingga dapat dicapai tujuan yaitu memaksimalkan manfaat sosio-
ekonomi regional dan meminimalkan dampak negatif dan usaha pertambangan
batubara selarna kegiatan operasi produksi maupun setelah kegiatan penutupan
tambang.
Adapun secara global rencana program kegiatan pengembangan
masyarakat terdiri dari dua bagian yaitu :
a. Program pertama berupa bantuan atau hibah
b. Program kedua berupa beberapa kegiatan yang mendatangkan aspek
pengembangan daerah yang saling menguntungkan baik bagi perusahaan
maupun masyarakat setempat.
Sementara itu jumlah dana yang dialokasikan oleh PT LAHAT
ENERGYuntuk mendukung kegiatan program pengembangan masyarakat di
daerah Kecamatan Merapiyaitu tahun kel (2009) sampai dengan tahun ke 30
(2038) adalah sebesar US $ 60,000 (Rp 600.000.000) rata-rata per tahun.
1. Program pertama berupa bantuan atau hibah
Program pertama berupa bantuan atau hibah yang akan dialokasikan oleh
PT. LAHAT ENERGY di sekitar Kecamatan Batanghari Leko, Kabupaten
Musi Banyu Asin dalam bentuk prasarana-prasarana seperti sarana fisik
da ekonomi (jalan, jembatan, dan lain-lain); sosialumum (pengadaan air

102
bersih, sarana pendidikan, peribadatan, kesehatan, olahraga, musibah
banjir dan lain-lain. Selanjutnya dengan mengacu dan mengintegrasikan
dengan program-program dan anggaran pembangunan dari Pemerintah
Kabupaten Lahat untuk kecamatan Merapi maka program kegiatan
masyarakat secara rinci yang akan dilakukan oleh PT LAHAT ENERGY
selama kurang lebih 30 tahun
2. Program kedua berupa kegiatan yang akan menghasilkan keuntungan
bersama.
Program ini merupakan program pengembangan masyarakat di sekitar lokasi
kegiatan penarnbangan batubara yang diberikan secara langsung yaitu berupa
pemberian kesempatan kerja, program pelatihan baik yang dilakukan di
Training Center PT LAHAT ENERGY maupun sub kontraktor namun juga
dapat dikirim ke tempat Balai Latihan Kerja (BLK) Perbengkelan, Pertanian
Perkebunan yang dibaagun oleh PT LAHAT ENERGY. Dengan demikian,
diharapkan warga masyarakat akan memiliki bekal pengetahuan dan
keterampilan yang diperlakan agar dapat bekerja pada pertambangan
batubara tersebut, baik pada waktu masih ada kegiatan penambangan
batubara maupun pada pasca kegiatan penambangan batubara berlangsung.

103

Anda mungkin juga menyukai

  • Kamus Tambang PDF
    Kamus Tambang PDF
    Dokumen88 halaman
    Kamus Tambang PDF
    wisdha ghina
    Belum ada peringkat
  • Gas Tambangj
    Gas Tambangj
    Dokumen11 halaman
    Gas Tambangj
    Muhammad Azhar
    Belum ada peringkat
  • Formulir Pendaftaran Wisuda PDF
    Formulir Pendaftaran Wisuda PDF
    Dokumen5 halaman
    Formulir Pendaftaran Wisuda PDF
    Muhammad Azhar
    Belum ada peringkat
  • Pengumuman Pembayaran SPP 2018 - 6729 PDF
    Pengumuman Pembayaran SPP 2018 - 6729 PDF
    Dokumen1 halaman
    Pengumuman Pembayaran SPP 2018 - 6729 PDF
    Muhammad Azhar
    Belum ada peringkat
  • Bauksit Psdme
    Bauksit Psdme
    Dokumen13 halaman
    Bauksit Psdme
    Muhammad Azhar
    Belum ada peringkat
  • Ekstraksi Metalurgi Teknik Pertambangan Sriwijaya
    Ekstraksi Metalurgi Teknik Pertambangan Sriwijaya
    Dokumen24 halaman
    Ekstraksi Metalurgi Teknik Pertambangan Sriwijaya
    Ridok
    Belum ada peringkat
  • Petunjuk Penulisan JIT
    Petunjuk Penulisan JIT
    Dokumen5 halaman
    Petunjuk Penulisan JIT
    jefrey gunawan
    Belum ada peringkat
  • PSDME
    PSDME
    Dokumen4 halaman
    PSDME
    Muhammad Azhar
    Belum ada peringkat
  • Berita Tambang Nich
    Berita Tambang Nich
    Dokumen7 halaman
    Berita Tambang Nich
    Muhammad Azhar
    Belum ada peringkat
  • Tugas 1
    Tugas 1
    Dokumen16 halaman
    Tugas 1
    Muhammad Azhar
    Belum ada peringkat
  • Gas Tambangj
    Gas Tambangj
    Dokumen11 halaman
    Gas Tambangj
    Muhammad Azhar
    Belum ada peringkat
  • Berita Tambang Nich
    Berita Tambang Nich
    Dokumen7 halaman
    Berita Tambang Nich
    Muhammad Azhar
    Belum ada peringkat
  • General Minescape
    General Minescape
    Dokumen13 halaman
    General Minescape
    Muhammad Azhar
    Belum ada peringkat
  • General Minescape2
    General Minescape2
    Dokumen9 halaman
    General Minescape2
    Muhammad Azhar
    Belum ada peringkat
  • BLM Fix
    BLM Fix
    Dokumen14 halaman
    BLM Fix
    Muhammad Azhar
    Belum ada peringkat
  • Bab X
    Bab X
    Dokumen10 halaman
    Bab X
    Muhammad Azhar
    Belum ada peringkat
  • Hid Ro Thermal
    Hid Ro Thermal
    Dokumen22 halaman
    Hid Ro Thermal
    Suta Wibawa Bagoes
    Belum ada peringkat
  • Material Balance
    Material Balance
    Dokumen3 halaman
    Material Balance
    Muhammad Azhar
    Belum ada peringkat
  • Tugas I
    Tugas I
    Dokumen3 halaman
    Tugas I
    Muhammad Azhar
    Belum ada peringkat
  • Gas Tambangj
    Gas Tambangj
    Dokumen11 halaman
    Gas Tambangj
    Muhammad Azhar
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen16 halaman
    Bab Iii
    Muhammad Azhar
    Belum ada peringkat
  • Bab V
    Bab V
    Dokumen8 halaman
    Bab V
    Muhammad Azhar
    Belum ada peringkat
  • Bab Vii
    Bab Vii
    Dokumen11 halaman
    Bab Vii
    Muhammad Azhar
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen9 halaman
    Bab I
    Muhammad Azhar
    Belum ada peringkat
  • Tugas I
    Tugas I
    Dokumen3 halaman
    Tugas I
    Muhammad Azhar
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen10 halaman
    Bab Ii
    Muhammad Azhar
    Belum ada peringkat
  • Bahan Ajar
    Bahan Ajar
    Dokumen28 halaman
    Bahan Ajar
    IkhsanHidayat
    Belum ada peringkat
  • Tugas I
    Tugas I
    Dokumen3 halaman
    Tugas I
    Muhammad Azhar
    Belum ada peringkat
  • Kominusi
    Kominusi
    Dokumen13 halaman
    Kominusi
    Muhammad Azhar
    Belum ada peringkat