93
TABEL IX. 1
PERMASALAHAN LINGKUNGAN KARENA KEGIATAN
PERTAMBANGAN
1. Mempelajari secara detail karakteristik dari tanah buangan, balk secara fisik
maupun kimiawi.
2. Melakukan pengujian sifat tanah pada laboratorium tanah, untuk mendapat
data fisik dan kimia tanah.
94
3. Melakukan pengujian hidrologi pada daerah peinbuangan tanah.
4. Memilih metode yang imik dan dapat diterapkan untuk melakukan
penanganan buangan tanah.
5. Mempersiapkan tolok ukur untuk melakukan pengontrolan atau monitoring
terhadap aspek-aspek yang berhubungan dengan dampak Iingkungan.
6. Melakukan perencanaan yang detail tentang pekerjaan pemindahan tanah
kelokasi buangan.
95
terjadi kelongsoran atau keruntuhan sehingga dapat dilakukan perbaikan
secepatnya.
96
Secara kimiawi, ada keraungkinan air hujan pada saat melewati tumpukan
batubara, juga akan bereaksi dengan unsur-unsur kimia yang terkandung dalam
mineral-mineral yang berasosiasi dengan batubara, seperti mineral sulfida. Reaksi
kimia ini berupa proses oksidasi yang dapat menjadikan air hujan menjadi bersifat
asam, seperti yang di tunjukan pada reaksi di bawah ini :
97
pengontrol ini berfungsi untuk memantau kualitas air yang akan dibuang
kesungai-sungai. Air yang akan dipompa dari kolam pengendapan sebetum
dibuang kesungai-sungai, di alirkan terlebih dahuin kedalarn kolam pengontrol
ini. Dengan memfungsikan kolam pengontrol sebagai habitat dart kehidupan ikan,
jika diketahui ada gangguan pada ikan tersebut dapat dengan mudah dicuriga
kemungkinan terjadinya pencemaran pada air tersebut.
98
IX.10.OKSIDASI DAN PEMBAKARAN SPONTAN
Tumpukan batubara yang berada di stockpile tidak dapat dihindarkan dari
proses oksidasi secara alami. Proses oksidasi ini akan menimbulkan perubahan
pada karakieristik batubara, tetutama akan menurunkan kandungan panas dan
keterbakarannya. Proses oksidasi pada batubara yang merupakan reaksi
eksotermis ini akan melepaskan panas pada lingkungan sekitarnya yang dapat
mendorong terjadinya pembakaran spontan (spontaneous combustion). Proses
seperti ini cenderung terjadi pada batubara seperti lignit dan subbituminous yang
sangat sulit terhindar dari efek pembakaran spontan tersebut.
Beberapo faktor. yang ada pada batubara yang dapat menimbulkan oksidasi
dan pembakaran spontan antara lain adalah :
a. Coal rank, batubara dengan coal rank lebih rendah cenderung akan lebih
mudah ,mengalami proses oksidasi dan pembakaran spontan
b. Volatile matter, batubara dengan volatile matter yang lebih tinggi akan lebih
memiliki resiko terhadap reaksi tersebut
c. Residual and total moisture content, dapat berperan sebagai katalisator pada
proses oksidasi
d. Size distribution, distribusi ukuran dengan rentang yang lebar akan memiliki
resiko yang lebih tinggi untuk terjadinya pembakaran spontan
e. Initial temperature, menentukan laju kecepatan proses oksidasi
f. Kandungan pyrite, jika mineral mengalami oksidasi maka akan menimbulkan
efek panas berantai yang mengarah pada pembakaran spontan
g. Maceral component, kandungan "exinite" dalam batubara akan lebih memicu
terjadinya pembakaran spontan dibandingkan dengan "vitrinite".
Dengan demikian hal-hal yang cukup penting yang harus diperhatikan
dalam masalah stockpile adalah menghindari penyimpanan batubara dalam waktu
yang sangat lama di stockpile, karena disamping akan dapat menurunkan kualitas
batubara itu sendiri, juga mengandung resiko terjadinya reaksi oksidasi dan
spontaneous combustion seperti telah diuraikan di atas.
Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan untuk menangani masalah ini,
yaitu persiapan pengadaan inert gas (CO2 heku), juga penyemprotan bahan kimia
"chemical surfactans" atau "foams" untuk melapisi dan menstabilkan batubara
dari pengaruh kandungan moisture. Selain itu, pada saat pemrosesan batubara
99
"row rank coal", sebaiknya batubara dipecah sampai ukuran kecil dan dialiri air,
kemudian taburkan zat "additive" untuk menstabilkannya.
IX.11.PENGEMBANGAN MASYARAKAT
(CONIMUNITY DEVELOPMENT)
Pengembangan masyarakat dalam konteks pengusahaan pertambangan
diartikan sebagai program pengembangan atau pembangunan pada lingkup desa.
Program-program perusahaan pada pengembangan masyarakat biasanya ditujukan
bagi kepentingan masyarakat dilingkungan yang terdekat dimana akan terjadi
interaksi secara langsung antara perusahaan dengan penduduk setempat. Program-
program tersebut pada umumnya berkait dengan hal-hal yang langsung dan segera
dibutuhkan oleh masyarakat setempat, terutama untuk memanfaatkan peluang-
peluang yang ada sehubungan dengan kegiatan perusahaan pertambangan
dilingkungannya. Meskipun demikian dalam hal-hal tertentu perusahaan bisa saja
inemberikan bantuan untuk program-program kemasyarakatan di lokasi-lokasi
yang jauh dari wilayah kegiatannya. Dalam hal ini, program kegiatan
pengembangan masyarakat pada umumnya terintegrasi dengan kegiatan
pengembangan atau pembangunan daerah.
Tujuan terpenting dari pengembangan masyarakat tambang secara jangka
panjang adalah bagaimana masyarakat tambang memiliki keberdayaan untnk
menyelenggarakan kegiatan perekonomian yang produktif di wilayah
pertambangan, sehingga manfaat yang dihasilkan tidak hanya dinikmati
masyarakat di sekitar pertambangan sendiri tetapi menyebai luas ke lingkungan-
lingkungan sekitarnya. Dengan demikian pertambangan berakhir, masyarakat
masih terus dapat merasakan manfaatnya dan perusahaanpun dapat meninggalkan
wilayah pertambangan dengan nyaman, karena wilayah tersebut telah berkembang
menjadi semacam business region yang bemilai ekonomi tinggi.
Program pengembangan masyarakat bagi suatu perusahaan tidak saja
bertujuan untuk menekan timbulnya konflik dengan masyarakat sekitar, tetapi
juga untuk menunjukkan kepedulian perusahaan terhadap masyarakat di
sekitamya. Namun demikian, program pengembangan masyarakat juga harus
100
dianggap sebagai salah satu aspek penting untuk menunjang produktivitas
perusahaan. Oleh karena itu, program pengembangan masyarakat harus dirancang
secara baik dengan visi jauh ke depan.
Menurut Prof. Dr. Selo Soemardjan (1996) ada tiga macam pola
pembangunan masyarakat daerah, yaitu meliputi :
a. Pola community development, dimana masyarakat hams membangun dengan
kekuatan sendiri, pengaruh dari luar dibatasi menurut keinginan masyarakat
dan para pemimpin setempat diharapkan dapat menjadi development agent,
pada umumnya hasil pola ini mengecewakan;
b. Pola instant industrialization, dimana masyarakat tradisional dihadapkan pada
industri modern dan akibatnya masyarakat tersebut mengalami konflik
lintas budaya dan timbul kesenjangan antara golongan tradisional dengan
golongan modem;
c. Pola external intervention, dimana pembangunan dilakukan secara hertahap
mencakup menggugah semangat memperbaiki nasib, mendidik ekonomi
modern yang selaras dengan kemampuan, mengajar teknologi sesuai
dengan kemampuan dan membuka saluran ke arah sumber modal.
Hasilnya adalah daya bangun masyarakat tergugah, integrasi social
terpelihara namun memerlukan waktu yang relatif lama.
Berdasarkan pada uraian di atas, tee lihat bahwa kasus yang terjadi pada
industri pertambangan biasanya terdapat pada pola kedua (pola instant
industrialization). Sedangkan pola ketiga (pola external intervention)
merupakan pola yang cocok untuk diterapkan dalam pola pengembangan
masyarakat di sekitar wilayah pertambangan.
Dengan demikian, tiga komponen penting dari program pengembangan
masyarakat di wilayah pertambangan adalah perusahaan tambang, pemerintah
daerah serta masyarakat. Karena itu, agar dihasilkan program pengembangan
masyarakat yang optimal. maka diperlukan kemitraan antara perusahaan
tambang dan pemerintah daerah dalam pereneanaan dan implementasinya, serta
pengikutsertaan masyarakat setempat secara total.
Selanjutnya dengan menyadari bahwa pihak perusahaan tambang
101
batubara PT LAHAT ENERGYmempunyai tanggungjawab dan harus
mendukung program pemerintah daerah setempat (Pemerintah Kabupaten Muara
Enina) untuk rneningkatkan kualitas hidup masyarakat terutarna di sekitar lokasi
penambangan yaitu Kecamatan Merapi, maka PT LAHAT ENERGYakan
melaksanakan kegiatan program pengembangan masyarakat yaitu dengan
memberdayakan potensi yang ada, sehingga diharapkan masyarakat setempat
dapat meningkatkan kemandiriannya serta dapat merasakan manfaat dari adanya
usaha dan keberadaan usaha pertambangan batubara di wilayah tersebut.
Dalam melaksanakan perencanaan pengembangan masyarakat harus
dilakukan sinergi yaitu diantaranya untuk memenuhi kebutuhan perusahaan (PT
LAHAT ENERGY) pemerintahan daerah (Pemerintah Kabupaten Lahat) dan
masyarakat di sekitarnya (Kecamatan Merapi), dengan catatan harus dihindari
timbulnya beban tambahan secara berlebihan terhadap perusahaan PT LAHAT
ENERGY, sehingga dapat dicapai tujuan yaitu memaksimalkan manfaat sosio-
ekonomi regional dan meminimalkan dampak negatif dan usaha pertambangan
batubara selarna kegiatan operasi produksi maupun setelah kegiatan penutupan
tambang.
Adapun secara global rencana program kegiatan pengembangan
masyarakat terdiri dari dua bagian yaitu :
a. Program pertama berupa bantuan atau hibah
b. Program kedua berupa beberapa kegiatan yang mendatangkan aspek
pengembangan daerah yang saling menguntungkan baik bagi perusahaan
maupun masyarakat setempat.
Sementara itu jumlah dana yang dialokasikan oleh PT LAHAT
ENERGYuntuk mendukung kegiatan program pengembangan masyarakat di
daerah Kecamatan Merapiyaitu tahun kel (2009) sampai dengan tahun ke 30
(2038) adalah sebesar US $ 60,000 (Rp 600.000.000) rata-rata per tahun.
1. Program pertama berupa bantuan atau hibah
Program pertama berupa bantuan atau hibah yang akan dialokasikan oleh
PT. LAHAT ENERGY di sekitar Kecamatan Batanghari Leko, Kabupaten
Musi Banyu Asin dalam bentuk prasarana-prasarana seperti sarana fisik
da ekonomi (jalan, jembatan, dan lain-lain); sosialumum (pengadaan air
102
bersih, sarana pendidikan, peribadatan, kesehatan, olahraga, musibah
banjir dan lain-lain. Selanjutnya dengan mengacu dan mengintegrasikan
dengan program-program dan anggaran pembangunan dari Pemerintah
Kabupaten Lahat untuk kecamatan Merapi maka program kegiatan
masyarakat secara rinci yang akan dilakukan oleh PT LAHAT ENERGY
selama kurang lebih 30 tahun
2. Program kedua berupa kegiatan yang akan menghasilkan keuntungan
bersama.
Program ini merupakan program pengembangan masyarakat di sekitar lokasi
kegiatan penarnbangan batubara yang diberikan secara langsung yaitu berupa
pemberian kesempatan kerja, program pelatihan baik yang dilakukan di
Training Center PT LAHAT ENERGY maupun sub kontraktor namun juga
dapat dikirim ke tempat Balai Latihan Kerja (BLK) Perbengkelan, Pertanian
Perkebunan yang dibaagun oleh PT LAHAT ENERGY. Dengan demikian,
diharapkan warga masyarakat akan memiliki bekal pengetahuan dan
keterampilan yang diperlakan agar dapat bekerja pada pertambangan
batubara tersebut, baik pada waktu masih ada kegiatan penambangan
batubara maupun pada pasca kegiatan penambangan batubara berlangsung.
103