JAKARTA PT Medco Energi International Tbk (MEDC) telah menuntaskan akuisisi atas
PT Newmont Nusa Tenggara (NNT). Dengan demikian, Newmont telah resmi menjadi
perusahaan nasional.
Dengan selesainya proses transaksi tersebut, pemilik saham Newmont dan aset-aset terkait
lainnya kini sepenuhnya dimiliki oleh perusahaan nasional, yakni PT Amman Mineral
Internasional (AMI) yang menguasai 82,2% kepemilikan saham dan PT Pukuafu Indah
(PTPI) sebagai pemegang saham sebanyak 17,8%.
AMI adalah perusahaan Indonesia yang pemegang sahamnya adalah AP Investment dan
Medco Energi. Dalam proses transaksi pembelian saham NNT ini, AMI didukung oleh
sebuah konsorsium perbankan Indonesia dan internasional.
Sebagai perusahaan nasional, NNT akan berganti nama menjadi PT Amman Mineral Nusa
Tenggara (AMNT), kata Presiden Direktur NNT Rachmat Makkasau, yang ditunjuk kembali
oleh pemegang saham baru menjadi Presiden Direktur AMNT, dalam keterangan tertulisnya,
Kamis (3/11/2016).
Kepemilikan AMNT oleh AMI merupakan langkah maju bagi bangsa Indonesia dan AMNT
berkomitmen untuk terus meningkatkan nilai tambah dari sumber daya alam Indonesia demi
keberhasilan pembangunan negara.
Dengan pengetahuan dan keahlian yang kami miliki sebagai perusahaan tambang nasional
dengan reputasi yang baik, kami optimistis bahwa AMNT akan tetap menjadi pemimpin
dalam industri pertambangan melalui penerapan teknologi terkini dan praktek penambangan
berwawasan kelestarian lingkungan serta operasi yang berkelanjutan, kata dia.
Sumber : economy.okezone.com/.../newmont-ganti-nama-jadi-amman-mineral-nusa-
tenggara
Akhir 2016, Harga Batu Bara Acuan Tembus US$ 100 Per
Ton
Jakarta - Harga Batubara Acuan (HBA) di pengujung 2016 menembus level US$ 100 per
ton. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menetapkan HBA Desember ini
sebesar US$ 101,69 per ton. Harga itu seperti kondisi di akhir 2011 hingga pertengahan 2012
silam.
Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik, dan Kerja Sama Kementerian ESDM
Sujatmiko mengatakan harga batu bara terus merangkak naik. HBA Desember ini lebih tinggi
19,79 persen ketimbang HBA pada November kemarin yang mencapai US$ 84,89 per ton.
"HBA Desember US$ 101,69 per ton. Harga batu bara masih naik," kata Sujatmiko di
Jakarta, Minggu (4/12).
Sujatmiko menuturkan tren kenaikan harga batu bara tiga bulan terakhir dipengaruhi oleh
melonjaknya permintaan Tiongkok. Pasalnya, Negeri Tirai Bambu itu membatasi produksi
batu bara dalam negeri. Guna menutupi kebutuhan antara lain untuk pembangkit listrik dan
industri, maka Tiongkok memilih mengimpor batu bara. "Kebutuhan energi mereka pada
musim dingin meningkat," jelasnya.
Berdasarkan catatan Beritasatu.com, HBA menembus level US$ 100 per ton pernah terjadi
pada akhir 2010. Pada Desember itu HBA ditetapkan sebesar US$ 103,41 per ton. Kemudian
di awal 2011 HBA terus menguat di posisi US$ 112,40 dan menyentuh di level tertinggi di
Februari sebesar US$ 127,05 per ton. Pada Maret hingga Desember 2011 terus terjadi
fluktuasi harga dan ditutup di level US$ 112,67 per ton.
Pembukaan HBA di 2012 berada di posisi US$ 109,29 per ton. Kemudian harga menguat di
Februari dan Maret yang masing-masing sebesar US$ 111,58 per ton dan US$ 112,87 per ton.
Namun harga batubara mengalami tren penurunan hingga US$ 81,75 per ton di akhir 2012.
Harga batu bara terus mengalami tren penurunan sepanjang 2013 hingga jelang akhir 2016.
Level terendah HBA pernah menyentuh US$ 50,92 per ton di Februari 2016 kemarin.
Kemudian naik tipis di Maret dengan HBA pada posisi US$ 51,62 per ton. Tren penguatan
tersebut berlanjut ke April yang membuat HBA berada di level US$ 52,32 per ton.
Tren kenaikan harga tersebut dipengaruhi oleh finalisasi kontrak pasokan batu bara antara
Australia dan Jepang. Namun setelah kontrak ditandatangani harga batu bara kembali
melemah di Mei di posisi US$ 51,2 per ton.
Pertengahan tahun harga batu bara mengalami kenaikan tipis yakni US$ 51,81 per ton. Hal
ini lebih dipengaruhi oleh kenaikan indeks harga di Australia. Tren penguatan HBA terus
terjadi di Juli yang mencapai US$ 53 per ton. Kemudian merangkak naik lagi di Agustus
yang berada di level US$ 58,37 per ton. HBA September US$ 63,93 per ton atau naik 9
persen dibandingkan harga batu bara di periode Agustus. Harga batubara di Oktober masih
menunjukkan tren penguatan yang sebesar US$ 69,07 per ton. Kemudian HBA melonjak di
November yang mencapai US$ 84,89 per ton.
Sumber : http://www.beritasatu.com/makro/402831-akhir-2016-harga-batu-bara-acuan-
tembus-us-100-per-ton.html
Jadi kita nyusul Filipina 2017. Tahun 2021 kita susul Amerika Serikat. Kalau Filipina sudah
habis sumbernya jadi bisa kita susul," kata Dirjen EBTKE Rida Mulyana di Kantor Ditjen
EBTKE, Jakarta, Jumat (25/11/2016).
Kementerian ESDM mencatat untuk pembangunan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS)
dan pembangkit listrik tenaga mikro hidro (PLTM/PLTH) saat ini juga telah dibangun
sebesar 9,45 mw. Rinciannya adalah untuk PLTS tengah dibangun 6,61 mw dan
PLTM/PLTH sebesar 2,84 mw.
Dengan pemanfaatan negeri baru dan terbarukan ini, maka penerimaan negara pada subsektor
EBTKE telah mencapai Rp504,58 miliar. Jumlah ini mencapai 80% dari total target Rp630
miliar.
"Nantinya, kalau seluruh potensi panas bumi Indonesia sudah dimanfaatkan, kita bisa
menyalip Amerika Serikat sebagai negara dengan kapasitas PLTP yang terpasang di dunia,"
ujarnya
Potensi panas bumi di Indonesia mencapai 29.544 MW atau sekitar 40% dari potensi
panasbumi dunia, merupakan negara dengan potensi panas bumi terbesar di dunia.
Sementara pemanfaatan panas bumi hingga akhir tahun 2016 diprediksi baru mencapai 5,61
persen.
Sumber : http://www.industry.co.id/read/316/2017-indonesia-siap-jadi-produsen-panas-bumi-
terbesar-di-dunia
Membangun infrastruktur berupa jalan, pelabuhan, bandara, kota mandiri, pembangkit listrik,
tambang bawah tanah hingga pabrik pengolahan.
Produksi pertama dari tambang terbuka dilakukan 43 tahun silam. Eksplorasi cadangan
tembaga dan emas mencapai puncaknya pada 2001 di Tambang Grasberg, dengan kapasitas
produksi hingga mencapai 238 ribu ton per hari.
Kontrak Karya (KK) Freeport akan habis pada 2021. Perusahaan ini bersikeras ingin segera
memperpanjang kontrak dengan pemerintah. Sementara menurut UU Minerba No 4 Tahun
2009 dan PP NO 77 Tahun 2014, perpanjangan operasi hanya boleh diajukan paling cepat 2
tahun sebelum Kontrak Karya (KK) berakhir.
Jika KK berakhir 2021, maka menurut aturan, pengajuan perpanjangan baru bisa dilakukan
pada 2019. Jika perpanjangan kontrak Freeport dikabulkan maka perusahaan asal AS itu bisa
mengeruk emas dan mineral lainnya hingga 2041.
Sumber : http://bisnis.liputan6.com/read/2389736/7-fakta-menarik-soal-freeport
Konsumsi energi primer Indonesia telah meningkat 50 persen dalam satu dasawarsa terakhir.
Padahal, produksi minyak sebagai penyokong utama kebutuhan energi nasional telah merosot
dari produksi puncaknya sebesar 1,6 juta barel per hari pada 1977 dan 1995 menjadi sekitar
861.000 barel per hari pada 2012.
Pada saat yang sama, cadangan minyak terbukti Indonesia juga turun terus sehingga
menempatkan Indonesia sebagai negara dengan tingkat penurunan cadangan minyak mentah
tercepat di Asia. Namun di sisi lain, sebanyak 30 persen dari total konsumsi energi primer
Indonesia masih bersumber dari minyak sehingga menempatkan negara ini dalam daftar
negara pengimpor minyak.
Karen menekankan perlunya sikap pro-aktif dengan mengurangi ketergantungan pada minyak
dan segera beralih ke sumber energi alternatif, seperti gas alam, gas non konvensional, dan
energi baru terbarukan yang cadangannya di Indonesia masih sangat menjanjikan.
Nah, selain dilimpahi gas alam, Indonesia ternyata juga kaya akan coalbed methane (CBM)
atau gas metana batubara, merupakan gas serbaguna yang mampu memenuhi kebutuhan
berbagai macam pasar dengan harga yang sangat terjangkau, yaitu setengah dari harga
minyak diesel. Posisi cadangan Indonesia merupakan yang terbesar ke-6 di dunia. Indonesia
dapat secara bertahap mengembangkan CBM dan Pertamina telah merencanakan investasi
sebesar US$1,5 miliar untuk 200 sumur eksplorasi CBM dalam 5 tahun ke depan.
CBM merujuk kepada gas metana yang terabsorbsi ke dalam matriks padat batubara. Gas ini
digolongkan sebagai "sweet gas" karena tidak mengandung hidrogen sulfida (H2S). CBM
berbeda dari sandstone biasa dan reservoir konvensional lainnya lantaran gasnya tersimpan di
dalam batuan melalui proses absorbsi. Metananya berada dalam keadaan yang hampir cair di
sekeliling dalam pori-pori batubara. Rekahan-rekahan terbuka di dalam batubaranya (yang
disebut cleats) dapat pula mengandung gas atau terisi/tersaturasi oleh air.
Tidak seperti gas alam di reservoir konvensional, CBM sangat sedikit mengandung
hidrokarbon berat seperti propana atau butana, dan tidak memiliki kondensat gas alam. CBM
juga mengandung beberapa persen karbondioksida.
Kepala Perwakilan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi
(SKK Migas) Wilayah Kalimantan-Sulawesi Ngatijan mengatakan, untuk melakukan
eksploitasi CBM sehingga bisa diproduksi, perlu perlakuan khusus karena kandungan gas
yang terjebak dalam batubara tersebut tidak bisa serta-merta keluar. Operator migas perlu
melakukan dewatering sebelum mengalirkan gas keluar dari perut bumi.
Selain itu, jumlah CBM yang keluar juga tidak terlalu banyak sehingga harus dibor lagi untuk
meningkatkan kapasitas produksi. Dengan demikian, pengeboran tidak hanya dilakukan di
satu tempat.
Eksplorasi di Musi Banyuasin
Sementara itu, PT. Pertamina Hulu Energi Metana Suban I & II (PT. PHE Metana Suban I &
II) dalam waktu dekat ini segera merealisasikan rencana eksplorasi CBM di Kabupaten Musi
Banyuasin, Sumatera Selatan.
GM PHE Metana Suban I & II Alfi Rusin mengatakan, tahun ini PT. PHE Metana Suban I &
II akan mengebor 4 titik yang berada di Kecamatan Babat Toman, 2 di Desa Toman dan 2
lainnya di Desa Kasmaran.
Indonesia termasuk 10 negara di dunia yang mempunyai cadangan terbesar batubara, dengan
cadangan CBM sebesar 453.30 Tcf, yang tersebar dalam 11 basin. Ke-3 wilayah dengan
potensi CBM terbesar di Indonensia adalah Sumatera Selatan (183 Tcf), Barito (101.6 Tcf)
dan Kutai (80,4 Tcf).
Di AS, sumber gas alam non-konvensional ini merupakan sumber daya berharga yang
menyumbang sekitar 10 persen dari produksi gas alam per tahunnya. Sementara itu, proyek
energi CBM di Rusia pertama kali dioperasikan pada Februari 2011.
Meski demikian, sebagian besar potensi CBM dunia masih belum dikembangkan. Pada 2006,
sumber daya global diperkirakan mencapai total 143 triliun meter kubik, dan baru 1 triliun
meter kubik yang benar-benar telah diambil. Hal ini terjadi akibat masih kurangnya insentif
di sejumlah negara untuk sepenuhnya mengeksploitasi sumber daya alam tersebut, terutama
di sejumlah bagian bekas negara Uni Soviet, di mana gas alam konvensional sangat
berlimpah.
Estimated CBM Resource Base
Country
(trillion cubic metres)
Canada 17 to 92
Russia 17 to 80
China 30 to 35
Australia 8 to 14
4 to 11
USA
Sementara itu, meski eksploitasi di Kanada lebih lambat daripada AS, namun jumlahnya
diperkirakan meningkat sejalan dengan perkembangan teknologi eksplorasi dan ekstraksi
baru. Potensi peningkatan proporsi pasokan CBM yang signifikan juga terjadi di China.
Permintaan akan gas alam telah melampaui produksi domestik pada 2010 dan CBM
menawarkan pasokan akternatif. Pertengahan tahun lalu, the International Energy Agency
(IEA) merilis perkiraannya bahwa permintaan global akan gas alam kemungkinan tumbuh 17
persen dalam 5 tahun ke depan akibat melonjaknya konsumsi di China. Permintaan di China
dan AS diperkirakan naik 13 persen per tahun hingga 2017 sementara permintaan di Eropa
akan naik 7,9 persen.Sumber: IEA 2005
Jadi, ketika negara-negara lain telah mulai menggunakan CBM, Indonesia dengan cadangan
yang besar, sudah seharusnya melakukan hal yang sama.
Sumber : http://www.migasreview.com/post/1417414635/mengenal-potensi-coalbed-
methane-di-indonesia.html