20
Berdasarkan peta geologi lembar palembang (Gafoer, dkk., 1986),
daerag penyelidkan disusun oleh farmasi benakat, formasi Muara Enim,
formasi kasai dan alluvium berumur holosen. Batubara yang mempunyai
nilai ekonomis di daerah penyelidkan terdapat pada formasi Muara Enim.
Formasi air benakat yang berumur miosen tengah miosen atas
terdiri dari pelapisan antara batu lempung berwarna abu-abu, abu-abu
kecoklatan dan batulanau abu-abu, dengan konkreksi- konkreksi batu
pasir oksida besi berwarna merah serta kayu yang tersilifikasi. Meskipun
kadang-kadang ditempat lain dari formasi ini ditemukan batubara, tetapi
didaerah penyelidikan, lapisan batubara pada formasi ini tidak
ditemukan.
Formasi Muara Enim berumur pliosen terdiri atas pelapisan antara
batulempeng berwarna abu-abu, kecoklatan, hitam coklat kekuningan-
kuningan dan batu pasir coklat kekuning-kuningan dengan sisipan
beberapa batu lempung abu-abu. Bagian bawah dari formasi ini terdiri
dari vatu lempung putih kecoklatan, batu lempung hitam bersifat
karbonatan dengan tebal antara beberapa centimeter sampai 3 meter.
Bagian atasnya terdirir dari batu lempung abu-abu berlapis, tebal sekitar
2 meter yang tertindih oleh batu lempung tufaan atau tufa warna putih
tebal sekitar 2 meter. Formasi ini merupakan lapisan pembawa batubara
paling sedikit terdapat 3 lapisan didalamnya.
Formasi kasai berumur plio plistosen terdiri dari perselingan
antara batupasir berwarna putih banyak mengandung kuarsa, tufaan serta
batu apung dengan batu lempung berwarna abu-abu kehijauan, lunak
mengandung lensa-lensa batubara.
Alluivium yang berumur Holosen terdiri dari gambut, lumpur ,
pasir, kerikil, kerakal yang bersifat lepas diendapkan disebelah timur dan
selatan dari wilayah penyelidikan.
Hasil pengukuran arah jurus dan kemiringan batuan di daerah
penyelidikan berkisar antara N 140o E sampai N 126 o E dengan sudut
kemiringan antara 5o sampai 10 o. Beberapa lapisan menunjukkan jurus
21
berkisar antara N 287 o E sampai N 345 o E dengan sudut kemiringan 5o
sampai 8o. Hal ini menunjukkan bahwa di daewah penyelidikan telah
mengalami perlipatan lemah.
III.1.2. Geomorfologi
Secara regional daerah ini termasuk dalam sistem sub cekungan
Palembang yang merupakan bagian dari cekungan Sumatera Selatan (de
Coster. 1974) yang terbentuk pada zaman tersier. Wilayah ini umumnya
berbentuk perbukitan bergelombang sampai daratan rendah . pola
pengaliran yang terlihat adalah dendritik sampai sub dendritik yang
menandai tingkat resistensi batuan di wilayah ini seragam.
Berdasarkan pengamatan dan pengukuran pada
kenampakan morfologi, ketinggian dan analisa proses
eksogenik dilapangan serta control batuannya, maka
daerah telitian secara umum dapat dibagi dalam 3 (tiga)
satuan geomorfologi, yaitu satuan geomorfologi
perbukitan (sudut lereng 30O > 45O, satuan geomorfologi
dataran tinggi (50 m 100m) dengan sudut lereng 10 O- <
30O, satuan geomorfologi dataran rendah (ketinggian < 50
m) atau dengan sudut lereng 0 O < 10O dan satuan
geomorfologi dataran.
a. Satuan geomorfologi perbukitan (D1)
Satuan geomorfologi menempati hampir 40 %
di daerah Kungkilan dan 10 % di daerah Serelo pada
umumnya terdiri dari batuan beku lava maupun intrusi,
batupasir dan struktur lipatan. Ketinggian satuan ini
antara 150 m 300 m diatas permukaan laut dengan
sudut lereng 30O > 45O, dengan tumbuhan sekunder
dan beberapa primer dari tumbuhan hutan primer yang
tersisa. Satuan geomorfologi ini tersusun oleh batuan
yang keras dan homogen yaitu andesit.
22
b. Satuan geomorfologi dataran tinggi (D2)
Satuan geomorfologi ini menempati 30 % di
daerah Kungkilan dan 30 % di daerah Serelo pada
umumnya terdiri dari batuan sedimen batupasir
selangseling batulempung sisipan batubara dan lapisan
batubara serta control struktur sayap sinklin dan
antiklin. Ketinggian satuan ini antara 100m 150m
diatas permukaan laut dengan sudut lereng 10 O < 30O
pada umumnya didominasi tumbuhan sekunder, seperti
pahon durian, karet kopi, lamtoro dan lainnya. Satuan
geomorfologi ini tersusun oleh batuan yang relatif keras
dan homogen yaitu batupasir dan batu lempung.
c. Satuan geomorfologi dataran (D3)
Satuan geomorfologi ini menempati 30 % di
daerah Kungkilan dan 60 % di daerah Serelo pada
umumnya terdiri dari batuan sedimen diantaranya
batulempung, batubara dan beberapa batupasir
selangseling batulempung sisipan batubara dan control
struktur sayap sinklin dan antiklin. Ketinggian satuan ini
antara < 50 m diatas permukaan laut, atau dengan
sudut lereng 0O - < 10O, pada umumnya didominasi
tumbuhan padi (persawahan) dan tumbuhan sekunder,
seperti pahon kopi, lamtoro dan lainnya. Satuan
morfologi ini disusun oleh batuan yang relatif homogen
dan merupakan batuan hasil rombakan yaitu lempung,
dan pasir.
d. Pola Aliran
Hasil pengamatan di lapangan, daerah
penyelidikan dialiri oleh beberapa sungai yang cukup
besar antara lain Sungai Kungkilan, Sungai Mumpe dan
23
Sungai Serelo serta beberapa sungai kecil. Sungai
sungai yang mengalir di daerah penyelidikan
membentuk pola aliran Subdendritik (yaitu pola aliran
tersusun oleh litologi yang relatif homogen dan
dipengaruhi oleh struktur geologi serta memperlihatkan
arah aliran sungai mengalir ke sungai utama dimana
arah alirannya yang berbeda dengan arah aliran sungai
utama).
24
Mesozoikum Tengah, Zaman Kapur Akhir-Tersiaer Awal dan pada Plio-
Plistosen ( De Coster, 1974).Proses tektonik pada Plio-Plistosen ini
diinterpretasikan
mempenghasilkan setting geologi terakhir di daerah Sumatera
Selatan, diantaranya berupa ;
1) Zona Sesar Semangko
Zona ini merupakan hasil tumbukan antara Lempeng Samudera
Hindia dengan Pulau Sumatera yang mengakibatkan pergerakan
rotasi geser atau sesar mendatar kanan (right lateral fault) di bagian
tengah Sumatera.
2) Unsur perlipatan yang berarah baratlaut-Tenggara yang
diinterpretasikan merupakan akibat gaya kopel Sesar Semangko.
3) Unsur sesar-sesar yang berasosiasi dengan perlipatan dan
peremajaan atau reaktivasi dari sesar-sesar Pra-Tersier.
III.1.4. Stratigrafi
Sedimen yang mengisi cekungan ini berumur antara oligosen
sampai plestosen, dan mengalami proses perlipatan daerah dengan arah
barat laut-tenggara. Lithostratigrafi di wilayah ini terbentuk dari formasi
talang akar berumur oligosen-miosen awal, formasi gumai berumur
miosen awal-miosen tengah, formasi air benakat berumur miosen tengah-
miosen atas, formasi muara enim berumus plasteson awal dan fomasi
kasai berumur plio-plistosen. Formasi pembawa endapan batubara adalah
formasi air benakat dan formasi muara enim.
25
GAMBAR 3.1
STRATIGRAFI REGIONAL DAERAH SUMATERA SELATAN
26
III.1.5. Litologi
Sub Cekungan Jambi merupakan bagian Cekungan Sumatra
Selatan yang merupakan cekungan belakang busur (back arc basin)
berumur Tersier yang terbentuk sebagai akibat tumbukan antara
Sundaland dan Lempeng Hindia. Secara Geografis Sub Cekungan Jambi
dibatasi oleh Pegunungan Tigapuluh di sebelah utara, Tinggian Lampung
di bagian selatan, Paparan Sunda di sebelah timur, dan Bukit Barisan di
sebelah barat.
Tatanan stratigrafi Sub Cekungan Jambi pada dasarnya terdiri dari
satu siklus besar sedimentasi dimulai dari fase transgresi pada awal siklus
dan fase regresi pada akhir silkusnya. Secara detail siklus ini dimulai
oleh siklus non marin yaitu dengan diendapkannya Formasi Lahat pada
Oligosen Awal dan kemudian diikuti oleh Formasi Talang Akar yang
diendapkan secara tidak selaras di atasnya. Menurut Adiwidjaja dan De
Coster (1973), Formasi Talang Akar merupakan suatu endapan kipas
alluvial dan endapan sungai teranyam (braided stream deposit) yang
mengisi suatu cekungan. Fase transgresi terus berlangsung hingga
Miosen Awal dimana pada kala ini berkembang Batuan karbonat yang
diendapkan pada lingkungan back reef, fore reef, dan intertidal (Formasi
Batu Raja) pada bagian atas Formasi Talang Akar. Fase Transgresi
maksimum ditunjukkan dengan diendapkannya Formasi Gumai bagian
bawah secara selaras di atas Formasi Baturaja yang terdiri dari Batu
serpih laut dalam.
Fase regresi dimulai dengan diendapkannya Formasi Gumai
bagian atas dan diikuti oleh pengendapkan Formasi Air Benakat yang
didominasi oleh litologi Batu pasir pada lingkungan pantai dan delta.
Formasi Air Benakat diendapkan secara selaras di atas Formasi Gumai.
Pada Pliosen Awal, laut menjadi semakin dangkal dimana lingkungan
pengendapan berubah menjadi laut dangkal, paludal, dataran delta dan
non marin yang dicirikan oleh perselingan antara batupasir dan
batulempung dengan sisipan berupa batubara (Formasi Muara Enim).
27
Tipe pengendapan ini berlangsung hingga Pliosen Akhir dimana
diendapkannya lapisan batupasir tufaan, pumice dan konglemerat.
Secara regional batuan sedimen yang terdapat di daerah termasuk
dalam cekungan sumatera selatan yang disebut sebagai sub cekungan
jambi seperti yang dijelaskan pada peta geologi lembar palembang yang
disusun oleh S. Gafoer, dkk (1995) dari pusat penelitian dan
pengembnagan geologi bandung
Batuan dasar dari cekungan ini terdiri dari batuan beku dan batuan
metamorf yang berumur pra-tersier.
Batuan sedimen tersier awal cekungan sumatera selatan
diendapkan selama perioda genang laut yang menerussampai
pertengahan miosen disusul tahap susut laut. Hal ini berhubungan dengan
satuan lithostratigrafi utama kelompok telisa dan kelompok palembang.
Satuan pertama terdiri dari formasi lahat, formasi talang akar, formasi
baturaja dan formasi gumai sedangkan yang kedua terdiri dari formasi air
benakat formasi muara enim dan formasi kasai.
1. Batuan Dasar
Batuan Pra-Tersier atau basement terdiri dari kompleks
batuan Paleozoikum dan batuan Mesozoikum, batuan metamorf,
batuan beku dan batuan karbonat. Batuan Paleozoikum akhir dan
batuan Mesozoikum tersingkap dengan baik di Bukit Barisan,
Pegunungan Tigapuluh dan Pegunungan Duabelas berupa batuan
karbonat berumur permian, Granit dan Filit. Batuan dasar yang
tersingkap di Pegunungan Tigapuluh terdiri dari filit yang terlipat
kuat berwarna kecoklatan berumur Permian (Simanjuntak, dkk.,
1991). Lebih ke arah Utara tersingkap Granit yang telah mengalami
pelapukan kuat. Warna pelapukan adalah merah dengan butir-butir
kuarsa terlepas akibat pelapukan tersebut. Kontak antara Granit dan
filit tidak teramati karena selain kontak tersebut tertutupi pelapukan
yang kuat, daerah ini juga tertutup hutan yang lebat.Menurut
Simanjuntak, et.al (1991) umur Granit adalah Jura. Hal ini berarti
Granit mengintrusi batuan filit.
2. Formasi air benakat
28
Formasi ini tersingkap pada antiklin limau dan melebar
kearah abarat. Formasi air benakat terdiri dari perselingan antara
batu lempung dengan batupasir sisipan batulanau dan konglomerat.
a. Batulempung berwarna abu-abu sampai coklat dan abu-abu
kebiruan agak kompak, abu-abu kehijauan umumnya berbutir
halus dan glaukonitaan.
b. Batulanau dengan sisipan batulempung berwarna abu-abu
kecoklatan sampai kehitaman mengandung sisa tumbuhan
terutama pada bidang perlapisan kadang-kadang terdapat nodul-
nodul mengandung besi
c. Konglomerat berwarna abu-abu tua terdapat pada bagian atas
formasi terusun oleh komponen berukuran antara 2mm sampai
5mm. Komponenenya terdiri dari batu pasir dan cangkang
,olusca. Tebal lapisan konglomerat sampai 1.5 meter.
Formasi ini pada umumnya berlapis baik dengan kemiringan
lapisan berkisar 5 sampai 15 pada sayap antiklin dan arah jurus
lapisan barat laut-tenggara denngan timmur laut.
3. Formasi muara enim
Formasi ini tersingkap hampir merata di bagian tengah
daerah penyelidikan yang menempati antiklin sigoyang monoklin
sigoyang dan sinklin benuang. Formasi ini yang dikenal sebagai
lumbung endapan batubara utama dalam cekungan sumatera selatan.
Sesuai dengan hasil peyelidikan shell (1978) formasi ini dibagi
menjadi 4 satuan. Urutan masing-masing anggita mulai dari bawah
keatas adalah sebagai berikut:
Anggota MI
Batas bawahnya berada pada atas lapisan kladi dan batas atasnya
pada dasar lapisan petai. Anggota ini dibangun oleh sedimen
yang terdiri dari batupasir, batu lempung dan batu lanau serta
satu lapisan batubara
a. Batu pasir berwarna abu-abu kehijauan, rapuh, berukuran
butir halus-sedang, kadang-kadang sangat kasar, perlapisan
kurang baik.
29
b. Batu lempung berwarna coklat kehijauan, agak lunak,
berlapis baik, tebal lapisan 2-25 mm, mengandung sisa
tumbuhan, kadang-kadang terdapat sisipan batulanau.
c. Batulanau berwarna abu-abu kehijauan, rapuh, berlapis,
mengandung banyak sisa tumbuhan. Batubara kladi terdapat
sebagai dasar formasi, tebal 3.5 meter, berwarna hitam
kecoklatan agak keras dan mengkilat.
Anggota M2
Pada bagian bawah dibatasi oleh atas lapisan petai sedangkan
atasnya pada dasar lapisan manggus. Anggota ini dicirikan
berdasarkan batubaranya yaitu lapisan manggus dengan ciri
sisipan lempung tufaan mengandung biotit terpudarkan. Anggota
M2 dibangun oleh perselingan batupasir dan batulanau serta 3
lapisan batubara.
a. Batupasir berwarna abu-abu hijau muda, agak kompak,
berlapis baik, struktur silang siur dominan, berbutur halus-
sedang, mengandung material karbon dan glaukonitaan
dengan tebal lapisan berkisar antara 25 cm sampai 50 cm.
b. Batulanau berwarna abu-abu kehijauan, kompak, berlapis
baik mengandung nodul-nodul batubesian.
c. Batubara terdapat di daerah benuang dan sekitarnya ada 3
lapisan berurutan ari bawah keatas adalah lapisan petai93.5-
6.5mt), lapisan suban (1.2-6.5mt) dan lapisan manggus
(1,75- 13,00 mt)
Anggota M3
Batas bawah berada pada atap lapisan manggus dan batas
atasnya pada lantai lapisan kebon. Anggota ini dibangun oleh
batu pasir, batu lanau dan sisipan batubara.
a. Batupasir berwarna abu-abu muda sampai putih, rapuh,
berbutir halus-kasar, berlapis tebal, mengandung material
vulkanik dan nodul-nodul batu besian.
b. Batubara yang berkembang di dalam anggota ini tipis dan
umumnya tidak menerus.
Anggota M4
30
Batas bawah terletak pada atap lapisan kebon dan batas atas
pada puncak batubara paling atas yaitu lapisan Niru
(shell,1978). Anggota ini dibangun oleh batu pasir, batu
lempung dan beberapa lapisan batubara.
a. Batupasir pada umumnya berwarna abu-abu muda sampai
putih, rapuh berbutir halus-kasar, kadangkala konglomerat
berlapis baik, tebal lapisan berkisar antara 3cm -25 cm,
kandungan material vulkanik kearah atas meningkat yang
ditunjukkan ole adanya kerakal batu apung.
b. Batulanau berwarna kelabu kehijauan, abu-abu muda,
berlapis baik agak lunak banyak struktur bioturbasi
kandungan sisa tumbuhan berlimpah sisipan batulanau dan
nodul-nodul batu besian
c. Batubara terdapat 3 lapisan menerus yaitu lapisan enim
(6,0-6,5). Lapisan benakat (15-30 mt) dan lapisan lematang
lebih kurang 2 mt, selain itu terdapat pula dua lapisan
batubara yang agak tebal yaitu lapisan kebon (5,3 mt) dan
lapisan Niru (3,3 mt) yang mungkin perkembangannya
tidak menerus. Di daerah ini nuga sering terdapat beberapa
lapisan batubara tipis akan tetapi disuga perkembangannya
angat terbatas.
Formasi muara enim di daerah penyelidikan bagian selatan
mempunyai ketebalan berkisar antara 400 mt 600 mt yang
diketahui dari hasil pemboran minyak dan mempunyai
kemiringan relatif kecil umunya kurang dari 10o, baik pada
antiklin sigoyang maupun sinklin benuang.
4. Formasi kasai
Menindih secara tidak selaras diatas formasi muara enim
yang berumur plio-listosen. Formasi ini tediri dari batupasir dan abtu
lempung darat, berbatuapung dan tufaan. Ketidakselarasan
memperlihatkan pengangkatan setempat pada pliosen akhir yang
berkaitan dengnan erosi terhadap pegunungan barisan tetapi tidak
berkembang di seluruh wilayah dengan tingkat yang sama.
31
5. Endapan rawa
Diendapkan tidak selaras diatas satuan batuan lainnya pada
kala holosen, terdiri dari pasir, lanau dan lempung dengan sia-sia
tumbuhan.
6. Endapan aluvial
Terdiri dari pasir, lumpur, kerikil yang merupakan endapan
sungai dan rawa. Endapan ini terdapat di seikitar dataran banjir
sepanjang aliran sungai besar seperti sungai batanghari leko.
III.1.6. Struktur
Pembentukan stuktur geologi sangat terkait dengan gejala
tektonik. Struktur yang berkembang di daerah batanghari leko dan
sekitarnya adalah struktur lipatan dan sesar. Sumbu lipatan umumnya
berarah barat laut-tenggara. Sedangkan sesar yang terbentuk adalah sesar
mendatar dan sesar naik. Formasi tertua dari sub cekungan palembang ini
adalah formasi lematang dan lahat yang merupakan continental base.
Batuan tertua dijumpai berupa granit yang dapat dilihat dari data
pemboran dalam.
Dari peta geologi lembar palembanng terdapat sejumlah
perlipatan yang membentuk antiklin dan sinklin dengan sumbu lipatan
berarah baratlaut-tenggara. Arah ini sejajar dengan kecenderungan arah
struktur sumatera.
Secara regional sesar-sesar mempunyai arah timurlaut-baratdaya.
Sesar-sesar ini memperlihatkan pergeseran menganan dan mengiri ini
memberikan dugaan terjadinya lebih dari satu fasa pergerakan.
Data bwah permukaan dari cekungan sumatera selatan
meyakinkan bahwa sesar-sesar ini membentuk bats utama dengan
cekungan-sekungan sedimen tersier dan meisahkan daerah tinggi dari
batuan dasar dan memperlihatkan adanya pergeseran tegak yang sangat
besar pada awal tersier menyatakan bahwa sistem sesar timurlaut-
baratdaya ini terbentuk sebagai suatu susunan sesar yang memotong
sesar-sesar baratlaut-tenggara pada kapur akhir sampai tersier awal dan
32
sesar-sesar ini katif kembali setidaknya satu kali dengan cara
pemampatan pada plio-plistosen
Struktur geologi batanghari leko menerus dan hampir tidak
dijumpai patahan di sepanjang lintasan titik bor PT. LAHAT ENERGY.
GAMBAR 3.2.
STRATIGRAFI CEKUNGAN SUMATERA SELATAN (SHELL, 1978)
33
III.1.7. Geoteknik
Dalam kegiatan penambangan batubara yang akan dikerjakan
diwilayah PT.LAHAT ENERGY ini, geometri teras penambangan seperti
tinggi dan kemiringan harus ditentukan untuk mengoptimalisasikan
penggalian tanah penutup dan batubara dengan tetap memperhatikan
faktor keamanan pekerjaan. Faktor-faktor utama dalam penentuan
geometri teras penambangan adalah struktur geologi di lokasi
penambnagn, sifat fisik dan mekanik tanah serta batuan dan kondisi
tanah. Geometri teras di Pit akan ditentukan meliputi teras individu dan
kemiringan bukaan tambang keseluruhan (overall slope)
Maksud dan tujuan penelitian geoteknik adalah :
a. Memperoleh gambaran struktur geologi lokal diteras penambangan
yang meliputi sesar, kekar, rekahan dan bidang perlapisan bahan
yang akan dipergunakan sebagai data masukan dalam perhitungan
kemantapan lereng.
b. Menentukan kemantapan lereng untuk menetukan geometri teras
penambangan tinggi dan kemiringan teras individu seta kemiringan
bukaan tambang keseluruhan
c. Menetukan sifat fisik dan mekanik bahan yang terdapat di tambang
batubara PT >LAHAT ENERGY untuk mendapatkan dan masukan
dalm perhitungan kemantapan lereng
1.7.1. Hasil Pengujian
1) Hasil Pengujian Laboratorium Test
34
A. Uji densitas (densitas test)
Uji ini dilakukan untuk mengetahui parameter nilai :
1. Dry density ()
2. Saturated Water Density (wet)
3. Spesific Grafity (SG)
4. Porosity (n)
5. Void Ratio (e)
6. Derajat kejenuhan (S)
B. Uji konsistensi dengan menggunakan metode Atterberg Limit
Uji ini dilakukan untuk mengetahui parameter :
1. Batas cair (liquid limit) LL
2. Batas Plastis (Plasticity Limit) PL
3. finders Plastisitas (Plasticity Index) PI
4. Batas Penyusutan (Srinkage Limit) SL
C. Penyebaran distribusi butiran (Grain Size Distribution
Analysis)
Sedangkan uji sifat-sifat mekanik dari contoh batuan, meliputi
D. Uji Geser Langsung (Direct Shear Test)
Uji ini untuk mengetahui besarnya nilai parameter dari :
1. Kohesi Peak (Cohesi Peak) CP
2. Sudut Geser Dalam Peak Fp
3. Kohesi Apparent (Capp)
4. Sudut geser dalam apparent (Fapp)
Uji Triaxial Compression Test
Uji ini untuk mengetahui besarnya nilai parameter :
1. Kohesi (C)
2.Sudut Geser Dalam (Internal Angle Friction)
35