MODUL KE-II
PENGOLAHAN DATA VES
Oleh :
Atika Amalia 121120090
Asisten :
Nilai Litologi
Resistivitas
<20 Ωm Tuffaceous Claystone (Lempung Tufan) Batuan tuf berbutir halus
yang memiliki kandungan clas. Sifatnya imermeable dan tidak
dapat menjadi akuifer
20-80 Ωm Tuffaceous Sandstones (Pasir Tufan) batuan tuf yang memiliki
kandungan pasir dengan ukuran butir menengah-kasar. Sifatnya
permeable dengan porositas baik dan dapat menjadi akuifer
tertekan.
80-150 Ωm Tuff (Tuf) Batuan tuf dengan ukuran butir kasar, terletak pada
bagian yang relative dangkal dari premukaan/pada bagian bawah
tanah pneutup. Batuan ini juga dapat berperan menjadi akuifer.
>150 Ωm Tuff (Tuf) Batuan Tuf dengan ukuran butir halus dan kompak.
II. Analisis
2.1 Parameter yang digunakan
Metode geolistrik atau Vertical Electrical Sounding (VES) merupakan salah
satu bagian dalam metode geolistrik yang dalam pengukurannya memiliki tujuan
untuk mengetahui variasi sebaran nilai lapisan bawah permukaan secara vertikal
(Manullang, Laensapura, & Rizka, 2020). Dalam pengukuran metode VES
pengukuran pada titik sounding dilakukan dengan mengubah jarak elektroda,
dimana perubahan jarak elektroda dilakukan dari jarak elektroda kecil kemudian
membesar secara gradual (Utari, 2020).
Pada praktikum kali ini kita menggunakan parameter resistivitas (ρ).
Dimana pada lapisan pertama memiliki nilai resistivitas sebesar 80.9 dengan
ketebalan (h) 1.52 dan kedalaman (d) 1.52 serta ketinggian (Alt) -1.52. dapat dilihat
dari table acuan bahwa nilai resistivitas 80-150 Ωm merupakan batuan tuff dengan
ukuran butir kasar, terletak pada bagian yang relative dangkal dari premukaan/pada
bagian bawah tanah pneutup. Batuan ini juga dapat berperan menjadi akuifer. Lalu
untuk lapisan kedua terdapat nilai resistivitas sebesar 53.5 dengan ketebalan (h)
14.2 dan kedalaman (d) 15.7 serta ketinggian (Alt) -15.72. Jika ditinjau dari table
acuan, nilai resistivitas 20-80 Ωm merupakan batuan Tuffaceous Sandstones yang
memiliki kandungan pasir dengan ukuran butir menengah-kasar. Sifatnya
permeable dengan porositas baik dan dapat menjadi akuifer tertekan. Lalu pada
lapisan ketiga dengan nilai resistivitas 16.6, ketebalan (h) >14.2 dan kedalaman (d)
>15.7 serta ketinggian (Alt) > -15.72. Lalu jika ditinjau dari table acuan, nilai
resistivitas yang bernilai <20 Ωm merupakan Tuffaceous Claystone (Lempung
Tufan) atau Batuan tuf berbutir halus yang memiliki kandungan clas. Sifatnya
imermeable dan tidak dapat menjadi akuifer. Resistivitas digunakan untuk
mengidentifikasi litologi di daerah pengukuran. Ketika ada anomaly yang tinggi
maka densitas nya rendah. Dari hasil berikut terdapat nilai error sebesar 2.45%,
semakin dekat garis merah dan biru maka error yang dihasilkan akan semakin kecil.
Begitu juga sebaliknya. Nilai error pada tahapan tersebut menandakan bahwa
adanya ketidaksesuaian antara hasil pengukuran atau observasi dengan data hasil
kalkulasi
Dalam pengukuran dengan menggunakan metode geolistrik tahanan jenis
didasarkan pada anggapan bahwa bumi bersifat homogen isotropis (Wijaya, 2015).
Homogen isotropis adalah anggapan bahwa bumi memiliki satu lapisan dengan satu
nilai resistivitas yang sama (Fitrianto, Supriyadi, & Mukromin, 2018). Kurva yang
telah kita buat memiliki arti bahwa kegiatan akuisisi yang kita lakukan datanya
dapat digambarkan dengan beberapa fungsi logaritma.
2.3 Hubungan formasi batuan yang ada di desain Geologi Regional dengan hasil
pemodelan litologi yang di dapatkan. Dapat dilihat dari gambar dibawah ini, pada
desain geologi regional terdapat kode QTI yang merupakan identifikasi batuan tuff.
Batuan Tuff merupakan batuan piroklastik hasil letusan gunungapi secara
megaskopis memiliki karakteristik berwarna lapuk cokelat kekuningan dan warna
segar abu-abu kekuningan. Maka dapat disimpulkan bahwa batuan yang ditemukan
pada daerah kebun raya ITERA merupakan jenis batuan tuff
III. Lampiran
3.1 Pengolahan Excel