Anda di halaman 1dari 8

Survei Geolistrik

Akuisisi data geolistrik dilakukan di dalam lokasi IUP di Desa Candi,


Kecamatan Bandar. Akuisisi data dilakukan dengan metode pengukuran
geolistrik tahanan jenis konfigurasi Wenner dengan Spasi elektroda pada
konfigurasi Wenner dimulai dari 10 m, selanjutnya 20 m, 30 m dan
seterusnya hingga bentangan maksimum 200 m (disesuaikan dengan
kondisi di lapangan) dengan kelipatan 10, seperti ditunjukkan pada
skema berikut ini.

Gambar 1 Posisi elektroda saat pengambilan data konfigurasi Wenner.

Untuk pengukuran geolistrik tahanan jenis menggunakan teknik


resistivity imaging di area penelitian telah dilakukan sebanyak 2 (Dua)
lintasan masing-masing bentangan 120 m. Lintasan survei 1 dimulai
dari bentangan berarah Barat – Timur. Sedangkan Lintasan Survei 2
yang berada diselatan dimulai dari bentangan berarah Barat – Timur.
Hasil akuisisi berupa data arus, potensial dan posisi elektroda.

Kemudian dihitung faktor geometri (K) dan nilai resistivitas semu (  a


)

masing-masing Lintasan. Setelah itu dilakukan tahapan pengolahan


dengan Software RES2DINV versi 3.54, hingga didapat penampang
resistivitas 2D. Metode pengolahan data nilai resistivity dan faktor
geometri (K) yang telah dilakukan pada penyelidikan kali ini meliputi
langkah-langkah berikut :
a. Perhitungan Faktor Geometri
Nilai faktor geometri didapat dari perhitungan nilai jarak AB/2 dan
MN/2 yang diperoleh dari pengambilan data di lapangan. Dua data
tersebut kemudian dimasukan ke persamaan faktor geometri (K)
konfigurasi Wenner :

 b2 a 
K Schl     
 a 2
b. Penghitungan Resistivity
Pengolahan data resistivity ini, nilai yang dihitung merupakan
resistivity semu karena diasumsikan bahwa bumi tidak homogen.
Penghitungan resistivity semu ini menggunakan persamaan :
V
a  K
I

Dengan rho merupakan nilai resistivitas atau tahanan jenis (ohm


meter), ∆V adalah beda potensial antara M dan N (volt), dan I adalah
besar arus yang dialirkan melalui potensial arus A dan B (ampere)
serta nilai K adalah faktor geometri dari konfigurasi Schlumberger
dan Wenner. Hasil perhitungan resistivitas semu.
c. Pemodelan 2D
Pemodelan 2D dilakukan dengan menggunakan software RES2DINV
versi 3.54 pada masing-masing Line (Line 1 dan Line 2) kemudian
diperoleh penampang 2D Resistivitas imaging.
d. Pemodelan 3D
Pemodelan 3D dilakukan dengan menggunakan software Voxler
yaitu dengan mengkorelasikan hasil penampang 2D Resistivitas
imaging Line 1 dan Line 2 yang kemudian menjadi penampang 3D
Resistivitas imaging.
e. Resistivitas Batuan
Setiap batuan memiliki nilai resistivitasnya masing-masing,
dimana batuan yang sama belum tentu mempunyai nilai
resisitivitas yang sama. Sebaliknya, nilai resisitivitas yang sama
bisa dimiliki oleh batuan-batuan yang berbeda. Hal ini tergantung
pada umur batuan, kandungan elektrolit, massa jenis batuan,
jumlah mineral yang dikandungnya, porositas, permeabilitas dan
lain-lain sebagainya. Untuk mengubah gambaran resistivitas
menjadi gambaran geologi, diperlukan pengetahuan nilai
resistivitas untuk tipe material di permukaan dan informasi
geologi daerah survei. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
nilai resistivitas batuan antara lain: kandungan logam, komposisi
mineral pada batuan, komposisi benda cair pada batuan, dan
faktor eksternal lainya. Dalam pengambilan data perlu juga faktor
luar yang sering berpengaruh seperti : kabel dan tiang listrik,
saluran pipa logam dan lain-lainya juga dapat mempengaruhi
hasil pengukuran di lapangan. Interpretasi dilakukan dengan cara
interpretasi kuantitatif (Tabel 1) dan kualitatif untuk
memperkirakan litologi dan sebaran batuan di bawah permukaan
daerah penelitian.

Tabel 1 Nilai Resistivitas Berbagai Jenis Batuan, Tanah, Dan Air.


Jenis Batuan, Tanah, dan Air Tingkat Resistivitas (Ωm)
Tanah lempung, basah lembek 1,5 - 3,0
Tanah lanau 3 – 15
Tanah lanau, pasiran 15 – 150
Batuan dasar berkekar berisi tanah lembab 150 – 300
Pasir kerikil terdapat lapisan lanau ± 300
Batuan dasar berisi tanah kering 300 – 2400
Bataun dasar tak lapuk >2400
Clay/lempung 1 – 100
Sandstone/Batupasir 50 – 500
Air tanah 0,5 - 300
Air laut 0,2
Breksi 50 - 200
Pasir 1 - 1000
konglomerat 2x103 - 104
(Telford, dkk., 1990.; Astier, 1971.; Mori, 1993)

Hasil Pengolahan Data Geolistrik


Akuisisi data geolistrik dilakukan di dalam IUP di Desa Candi, Kec.
Bandar. Akuisisi data dilakukan dengan metode pengukuran geolistrik
tahanan jenis konfigurasi Wenner dengan Spasi elektroda pada
konfigurasi Wenner dengan bentangan 120 meter. Terdapat 2 lintasan
dalam pengambilan data tersebut, antara lain sebagai berikut:

Tabel 2 Koordinat dan panjang lintasan survei geolistrik.


Nama Panjang
No Lintang Bujur Ketinggian
Lintasan Lintasan
Lintasan A 07º 00' 16.3'' S 109º 48' 00.4'' E 278
1. 120 M
Survei 1 B 07º 00' 16.2'' S 109º 48' 04.4'' E 246
Lintasan C 07º 00' 23.5'' S 109º 48' 05.4'' E 290
2. 120 M
Survei 2 D 07º 00' 23.3'' S 109º 48' 09.3'' E 272

a) Lintasan Survei 1
Pengukuran geolistrik pada Lintasan Survei 1 berada di Desa Candi,
Kecamatan Bandar, Kabupaten Batang dengan panjang bentangan 120
meter dengan arah lintasan Barat - Timur. Koordinat titik awal
Lintasan Survei 1A adalah 07º 00' 16.3'' LS dan 109º 48' 00.4'' BT,
hingga titik akhir Lintasan Survei 1B adalah 07º 00' 16.2'' LS dan 109º
48' 04.4'' BT. Hasil inversi 2D resistivity imaging pada Lintasan Survei 1
ditunjukkan pada Gambar 2.
Gambar 2 Penampang 2D resistivity imaging hasil Lintasan Survei 1.

Dari Gambar 2 didapat kedalaman dan nilai resistivitas batuan daerah


penelitian Lintasan Survei 1 setelah di inversi menggunakan software
RES2DINV, nilai resistivitas batuan berkisar antara 80,2 - 124 ohm.m
dengan kedalaman maksimum mencapai ± 30 meter.

Tabel 3 Interpretasi nilai resistivitas Lintasan Survei 1.


No. Nilai Resistivitas (Ωm) Ketebalan (m) Interpretasi
1. 103 - 124 5 - 15 Breksi Laharik
2. < 103 5 - 10 Breksi dengan matriks pasir

Dari penampang Gambar 2 di atas terlihat bahwa terdapat dua lapisan


utama yang diperoleh berdasarkan model penampang 2D resistivity
imaging seperti yang diperlihatkan dalam Tabel 3. Lapisan pertama
dengan nilai resistivitas 103 - 124 ohm.m, berdasarkan tabel
resistivitas batuan (Telford, et al., 1990) dan ditinjau dari pengamatan
geologi di lapangan, lapisan ini di estimasi sebagai Breksi laharik
dengan singkapan bongkah/boulder dengan ketebalan sekitar 5,00 –
15,00 meter merupakan hasil pelapukan serta sedimentasi dari batuan
beku. Lapisan kedua memiliki resistivitas lebih rendah antara < 103
m, berdasarkan pada penelitian yang telah dilakukan di estimasi
merupakan Breksi dengan Matriks berukuran Pasir atau breksi aliran
yang telah mengalami pelapukan intensif dengan lapisan tanah
penutup kecoklatan dengan ketebalan 5,00 - 10,00 meter yang tersebar
sepanjang lintasan. Hasil ini hampir mendekati dugaan pada saat
pemetaan geologi yang ditemukan di wilayah penyelidikan yang diduga
merupakan Formasi Batuan Gunungapi Jembangan.
b) Lintasan Survei 2
Pengukuran geolistrik pada Lintasan Survei 2 berada di Desa Candi,
Kecamatan Bandar, Kabupaten Batang dengan panjang bentangan 120
meter dengan arah lintasan Barat – Timur. Koordinat titik awal
Lintasan Survei 2C adalah 07º 00' 23.5'' LS dan 109º 48' 05.4'' BT,
hingga titik akhir Lintasan Survei 2D adalah 07º 00' 23.3'' LS dan 109º
48' 09.3'' BT. Hasil inversi 2D resistivity imaging pada Lintasan Survei 2
ditunjukkan pada Gambar 3.

Gambar 3 Penampang 2D resistivity imaging hasil Lintasan Survei 2.

Dari Gambar 3 didapat kedalaman dan nilai resistivitas batuan daerah


penelitian Lintasan Survei 2 setelah di inversi menggunakan software
RES2DINV, nilai resistivitas batuan berkisar antara 86,6 - 122 ohm.m
dengan kedalaman maksimum mencapai ± 30 meter.

Tabel 4 Interpretasi nilai resistivitas Lintasan Survei 2.


No. Nilai Resistivitas (Ωm) Ketebalan (m) Interpretasi
1. 105 - 122 5 - 15 Breksi Laharik
2. < 105 5 - 10 Breksi dengan matriks pasir
Dari penampang Gambar 3 di atas terlihat bahwa terdapat dua lapisan
utama yang diperoleh berdasarkan model penampang 2D resistivity
imaging seperti yang diperlihatkan dalam Tabel 4. Lapisan pertama
dengan nilai resistivitas 105 - 122 ohm.m, berdasarkan tabel
resistivitas batuan (Telford, et al., 1990) dan ditinjau dari pengamatan
geologi di lapangan, lapisan ini di estimasi sebagai Breksi laharik
dengan singkapan bongkah/boulder dengan ketebalan sekitar 5,00 –
15,00 meter merupakan hasil pelapukan serta sedimentasi dari batuan
beku. Lapisan kedua memiliki resistivitas lebih rendah antara < 105
m, berdasarkan pada penelitian yang telah dilakukan di estimasi
merupakan Breksi dengan Matriks berukuran Pasir atau breksi aliran
yang telah mengalami pelapukan intensif dengan lapisan tanah
penutup kecoklatan dengan ketebalan 5,00 - 10,00 meter yang tersebar
sepanjang lintasan. Hasil ini hampir mendekati dugaan pada saat
pemetaan geologi yang ditemukan di wilayah penyelidikan yang diduga
merupakan Formasi Batuan Gunungapi Jembangan.

Estimasi Sumberdaya
Perhitungan sumberdaya batuan (pasir dan batu) yang bernilai
ekonomis di dapatkan dengan menggunakan metode perhitungan
sumberdaya dan cadangan penampang profil, dengan menghitung
volume sirtu yangterdapat di lokasi IUP Saudara Palti Marhite A. S.
dengan luas 10,3 (Sepuluh Koma Tiga) Ha. Pemodelan 3D penampanag
profil daerah penelitian didasari oleh Pemetaan Geologi (melihat satuan
batuan yang terdapat di lokasi penelitian), Pemetaan Topografi (melihat
perbedaan ketinggian dan rona awal daerah penyelidikan), Survei
Geolistrik (melihat jenis, susunan, sebaran dan kemenerusan batuan).
Dari hasil pemodelan 3D penampang profil daerah penelitian kemudian
menjadi acuan untuk penentuan sumberdaya sirtu di daerah
penyelidikan.
Gambar 4 Pemodelan 3D endapan Pasir dan Batu yang dibedakan dari nilai
resistivitasnya.

Anda mungkin juga menyukai