BAB IV
terbentang dalam jurus timur-barat. Lokasi titik sounding berada pada posisi
Data yang didapat pada saat akuisisi data bukanlah merupakan nilai
resisitivitas batuan yang sebenarnya. Data tersebut harus diolah terlebih dahulu
kondisi di dalam bumi. Data yang perlu diolah dalam software IP2win adalah data
arus, data beda potensial, serta data panjang jarak antar elektroda. Hasil
pengolahan data tersebut berupa strata dan pemodelan struktur pelapisan yang
mencocokkan kurva data yang didapat dengan kurva standart, dengan catatan nilai
error pada saat pencocokan adalah kurang dari 10%. Nilai tersebut merupakan
acuan bahwa pemodelan lapisan batuan yang terukur di dalam bumi adalah valid.
67
4.1.1 Penentuan Lithologi
Jika dilihat dari peta geologi, lokasi daerah penelitian termasuk dalam
formasi batuan gunung api kuarter atas Qvp yang terdiri dari beberapa batuan
yaitu: batuan breksi gunungapi, lava, tufa, breksi tufaan, aglomerat dan lahar
dengan acuan tersebut, kita dapat menduga model pelapisan yang mungkin dari
model perlapisan bumi di bawah permukaan titik datum yang ditunjukkan pada
gambar berikut:
Gambar 4.1 Pencocokan kurva (curve matching) dan inversi model pelapisan bumi titik
sumber
Dari grafik pencocokan kurva di atas dapat dijelaskan bahwa kurva merah
gambaran model perlapisan bumi dibawah permukaan dilakukan dengan cara
memplot data dan mencocokkan kurva data hasil pengukuran dengan kurva
standart. Metode ini secara prinsip berpedoman pada pencarian nilai error
minimum.
bumi sebanyak 6 lapisan dengan kedalaman maksimum adalah 7 meter dan nilai
error sebesar 2,86%. Hasil inversi ini menghasilkan penampang satu dimensi
Tabel 4.2 Interpretasi lithologi titik datum
Kedalaman Ketebalan Tahanan
No Lithologi
(m) (m) Jenis (Ωm)
breksi vulkanik (tabel resistivitas batuan oleh Suyono, 1978) dengan nilai
resistivitas batuan sebesar 889 ohm meter, ketebalan 0,908 meter dan berada pada
dengan resistivitas batuan sebesar 2574 ohm meter, ketebalan 0,545 dan berada
batuan breksi vulkanik dengan resistivitas batuan sebesar 916 ohm meter,
ketebalan 0,716 meter dan berada pada kedalaman antara 2,17-2,77 meter.
batuannya sebesar 2274 ohm meter, ketebalan 0,602 meter dan berada pada
kedalaman antara 2,77-7 meter. Lapisan kelima dengan resistivitas batuan sebesar
3209 ohm meter, ketebalan 4,23 meter dan berada pada kedalaman 7 meter
yaitu lapisan keenam yang dapat dijangkau dengan nilai resistivitas batuan sebesar
7751 ohm meter, juga tidak dapat diinterpretasikan jenis batuannya. Ketebalan
dan kedalaman untuk lapisan terakhir ini juga tidak terdeteksi. Batuan breksi
pelapukan batuan beku yang berasal dari aktivitas gunungapi pada masa lampau.
71
Titik sumber
Elevasi : 1108 meter
07°52’816” LS
112°29’822” BT
Keterangan:
Gambar 4.2 merupakan representasi lithologi dari sumur loging pada
lintasan A yang dibedakan atas range nilai resistivitasnya dengan warna yang
lapisan didominasi oleh breksi vulkanik. Selanjutnya, lapisan dengan nilai interval
diduga merupakan lapisan yang didominasi oleh batuan lava. Selanjutnya, lapisan
dengan nilai resistivitas batuan > 3000 ohm meter diinterpretasi sebagai campuran
batuan lava dan andesit. Lapisan pertama dan ketiga diduga merupakan lapisan
yang sama yaitu lapisan yang didominasi oleh breksi vulkanik. Secara fisik batuan
ini agak kompak, berwarna coklat keabu-abuan, masif, fragmen batuan tersusun
oleh andesit, porfiri, batuapung, mineral terang dan kaca gunungapi, berbutir
kesarangan pada batuan cukup baik. Lapisan breksi vulkanik diduga merupakan
batuan sarang karena memiliki banyak rekahan dan diperkirakan memiliki sifat
permeabel yang berfungsi menampung air yang telah terpanasi. Lapisan pertama
mempunyai nilai resistivitas batuan yang lebih kecil daripada lapisan ketiga. Hal
ini diduga dipengaruhi oleh komposisi kimiawi penyusun batuan yang berbeda
serta ukuran fragmen yang berbeda. Semakin besar ukuran fragmennya dan
Lapisan pertama diduga memiliki ukuran fragmen batuan yang lebih kecil
73
daripada ukuran fragmen batuan pada lapisan ketiga sehingga nilai resistivitas
batuan pada lapisan pertama lebih kecil daripada nilai resistivitas lapisan ketiga.
Untuk lapisan kedua dan keempat diinterpretasikan tersusun atas lapisan yang
sama yaitu batuan lava. Akan tetapi nilai resistivitas batuannya juga berbeda.
Lapisan kedua mempunyai nilai resistivitas batuan yang lebih besar daripada
lapisan keempat. Hal ini diduga karena perbedaan ukuran fragmen batuan
penyusunnya. Lapisan kedua diduga memiliki ukuran fragmen batuan yang lebih
besar dengan jumlah yang lebih banyak sedangkan lapisan keempat diduga
memiliki ukuran fragmen batuan yang lebih kecil, sehingga nilai resistivitas
batuan lapisan kedua lebih besar daripada lapisan keempat. Secara fisik batuan
lava berwarna kelabu gelap, kompak, material penyusun batuan terdiri atas
dan porositas batuan jelek karena pada batuan ini porositas yang berkembang
Pengambilan data pada konfigurasi ini terdiri dari dua lintasan yaitu
dari arah utara sumber (±6 meter) kearah selatan, dengan panjang bentangan atau
elektroda sebesar 3 meter dan diperoleh data sebanyak 12 datum point (data hasil
meter dan diperoleh data sebanyak 5 datum point (data hasil pengukuran
meter dan diperoleh data sebanyak 1 datum point (data hasil penelitian terlampir).
pengukuran mulai dari arah timur laut ke barat daya dan diperoleh 26 datum point
mulai dari pengambilan data pertama hingga terakhir (n5) yakni : 1) Pada n1
panjang bentangan atau spasi antar elektroda sebesar 2 meter, sehingga diperoleh
data sebanyak 14 datum point. 2) Pada n2 panjang bentangan elektroda atau spasi
antar elektroda sebesar 4 meter dan diperoleh data sebanyak 6 datum point. 3)
Pada n3 panjang bentangan antar elektroda sebesar 6 meter dan diperoleh data
sebanyak 3 datum point. 4) Untuk pengambilan data keempat atau n4 spasi antar
data sebanyak 1 datum point dengan panjang bentangan atau spasi antar elektroda
Selain data-data diatas, juga diukur posisi lintang, bujur serta ketinggian
sepanjang lintasan pada setiap titik datum. Untuk lintasan B diperoleh data survey
dengan GPS (Global Positioning System) type Garmin sebanyak 20 data sesuai
dengan jumlah datum point yang telah tercatat. Kemudian untuk lintasan C
diperoleh data survey sebanyak 26 data sesuai dengan jumlah datum point.
75
4.2.1 Interpretasi Data
sekitar sumber air panas Kasinan Pesanggrahan Batu pada penelitian tentang
resistivitas atau tahanan jenis yang kemudian dihubungkan dengan tataan geologi
hasil pemetaan, yaitu peta bawah permukaan pada lokasi penelitian yang terbagi
air panas) hasilnya setelah dikorelasikan dengan data geologi daerah penelitian
yaitu diduga terdiri atas beberapa batuan endapan hasil pelapukan batuan beku
diantaranya : breksi gunungapi, batuan lava, aglomerat dan tufa (tabel resistivitas
data geologi hasilnya diduga bahwa kandungan batuannya tidak jauh berbeda
dengan lintasan satu. Dari peta penampang bawah permukaan dapat ditafsir
gunungapi, dan batuan lava (tabel resistivitas batuan oleh Suyono, 1978).
76
4.2.1.2 Interpretasi Kuantitatif
oleh adanya parameter faktor geometri, rapat massa, dan kedalaman yang tidak
pasti. Oleh karena itu diperlukan data pendukung berupa data geologi daerah
kuantitatif berupa data geologi (peta geologi daerah penelitian), data nilai
resistivitas batuan, serta data pendukung geofisika lainnya yang berupa kondisi
Lintasan B
terdapat berbagai macam batuan hasil endapan pelapukan batuan beku. Namun
pada interpretasi kualitatif ini yang akan dibahas adalah formasi batuan yang
bawah permukaan lintasan B terdiri atas breksi gunungapi, batuan lava, aglomerat
Titik sounding
Lapisan
pembawa
air panas
pembawa air panas yaitu lapisan yang di interpretasikan dengan warna biru (baik
biru tua maupun biru cerah). Lapisan dengan warna biru tua tersebut
(resistivitas batuan sebesar 28,2 ohm meter) diduga didominasi oleh batuan tufa
gunungapi yang berada pada interval resistivitas sebesar 20-200 ohm meter (tabel
batuan oleh Suyono, 1978) . Batuan tufa gunungapi berukuran pasir halus-lapili
batuan sedikit kompak, dan sangat poros, sedangkan warna biru dengan
nilai resistivitas sebesar 84,2 ohm meter diduga juga merupakan tufa gunungapi
(tabel resistivitas batuan oleh Suyono, 1978). Selanjutnya lapisan dengan warna
biru cerah dan dengan nilai resistivitas sebesar 251 ohm meter
500 ohm meter (tabel resistivitas batuan oleh Suyono, 1978). Batuan ini tidak
dalam masadasar tuf pasiran dan abuan. Kemudian warna biru kehijauan
747 ohm meter (tabel resistivitas batuan oleh Suyono, 1978). Secara fisik batuan
ini agak kompak, berwarna coklat keabu-abuan, masif, fragmen batuan tersusun
oleh andesit, porfiri, batuapung, mineral terang dan kaca gunungapi, berbutir
kesarangan pada batuan cukup baik. Selanjutnya, lapisan dengan warna hijau,
hijau tua, kuning hingga merah diinterpretasikan sebagai batuan lava dengan nilai
resistivitas batuan diatas 2000 ohm meter. Batuan lava ini secara fisik berwarna
kelabu gelap, kompak, material penyusun batuan terdiri atas mineral plagioklas,
piroksen, amfibol. Batuan ini menunjukkan kemas tertutup dan porositas batuan
jelek karena pada batuan ini porositas yang berkembang adalah porositas sekunder
berupa patahan.
Lintasan C
dikorelasikan dengan data geologi adalah tidak jauh berbeda dengan lintasan
vulkanik, aglomerat dan batuan lava (tabel resistivitas batuan oleh Suyono, 1978)
Lapisan
pembawa
air panas
Penampang anomali resistivitas yang menarik adalah warna biru (baik biru
tua maupun biru cerah), akan tetapi karena panjang lintasan yang pendek sehingga
kedalaman yang diperoleh juga dangkal menyebabkan hasil penelitian juga kurang
pembawa air panas yaitu lapisan yang di interpretasikan dengan warna biru baik
biru tua maupun biru cerah. Lapisan dengan warna biru tua i tersebut
gunungapi yang terlempungkan (tabel batuan oleh Suyono, 1978), dimana batuan
ini dapat menyimpan air. Sedangkan warna biru dengan nilai resistivitas
sebesar 42,6 ohm meter diduga merupakan tufa gunungapi (tabel resistivitas
batuan oleh Suyono, 1978). Batuan tufa gunungapi berukuran pasir halus-lapili
dengan ketebalan lapisan yang bervariasi dari 0,5 cm–2 m, terpilah sedang, batuan
sedikit kompak, dan sangat poros. Selanjutnya lapisan dengan warna biru agak
cerah dan biru cerah dengan nilai resistivitas sebesar 133 ohm meter
80
diinterpretasikan sebagai aglomerat yang berada pada interval resistivitas 100-
500 ohm meter (tabel resistivitas batuan oleh Suyono, 1978). Batuan ini tidak
dalam masadasar tuf pasiran dan abuan. Lapisan yang terakhir adalah warna biru
sebesar 416 ohm meter (tabel resistivitas batuan oleh Suyono, 1978). Secara fisik
batuan ini agak kompak, berwarna coklat keabu-abuan, masif, fragmen batuan
tersusun oleh andesit, porfiri, batuapung, mineral terang dan kaca gunungapi,
terbuka dan kesarangan pada batuan cukup baik. Lapisan dengan warna hijau,
hijau tua, kuning hingga merah diinterpretasikan sebagai batuan lava dengan nilai
resistivitas batuan diatas 2000 ohm meter. Secara fisik berwarna kelabu gelap,
amfibol. Batuan ini menunjukkan kemas tertutup dan porositas batuan jelek
karena pada batuan ini porositas yang berkembang adalah porositas sekunder
berupa patahan.
yang harus terpenuhi seperti harus tersedianya air, batuan pemanas, atau sumber
panas lainnya (misalnya panas yang ditimbulkan oleh pergerakan sesar aktif,
dimana sumber panas ini tersebar di sepanjang bidang sesar), batuan sarang dan
81
batuan penutup (cap rock). Pada hasil interpretasi yang diperoleh, tidak semua
syarat tersebut terdeteksi. Pada lintasan B dan C, yang terdeteksi sebagai lapisan
pembawa air panas adalah lapisan yang tersusun atas tufa gunungapi dimana tufa
gunungapi berukuran pasir halus hingga kerikil yang diduga merupakan batuan
sarang. Lapisan ini diduga mampu membawa air panas karena memiliki porositas
yang tidak terlalu jelek. Diluar lapisan ini terdeteksi adanya lapisan batuan
membawa air. Lapisan selanjutnya adalah batuan breksi vulkanik yang diduga
merupakan batuan sarang karena memiliki banyak rekahan dan sifat kesarangan
batuan cukup baik serta diperkirakan memiliki sifat permeabel yang berfungsi
menampung air yang telah terpanasi, sedangkan lapisan yang paling luar
merupakan lapisan batuan lava yang memiliki porositas jelek atau porositas
sekunder berupa patahan sehingga tidak bisa mengalirkan air jika tidak terdapat
C terlihat bahwa lapisan air panas tersebut tidak kontinu antara yang satu dengan
yang lain. Hal itu diduga karena adanya rekahan pada batuan penyusun bawah
dan akan tertahan di satu tempat apabila pada lapisan tersebut mampu menyimpan
air. Akan tetapi hal ini masih berupa dugaan karena penelitian ini masih
Pada dasarnya sumber energi panas bumi berasal dari magma yang berada
bergerak ke atas namun tidak sampai ke permukaan karena tertahan oleh lapisan
groundwater yang berada lebih dangkal. Akan tetapi sampai dengan saat ini
belum dapat diketahui secara pasti apakah air panas itu berasal dari pemanasan
batuan dasar (berupa magma) dibawah titik sumber atau hanya merupakan aliran
air panas dari daerah yang lain yang muncul ke permukaan akibat adanya rekahan
Air panas
songgoriti
Air panas
kasinan
1. Air panas cangar terletak pada ketinggian 1570 meter dan suhu air 47°C
2. Air panas Songgoriti terletak pada ketinggian 1005 meter dan suhu air 47°C
3. Air panas Kasinan terletak pada ketinggian 1175 meter dan suhu air 32°C
yang terdapat di daerah Kasinan merupakan aliran air panas dari arah Songgoroti
dan Cangar. Air panas tersebut muncul ke permukaan diduga karena adanya
4.3 Keberadaan Hidrothermal Menurut Kajian Al-Quran
natural (alamiah) yang tersimpan di dalam bumi. Sedangkan pengertian yang lebih
luas adalah panas natural (alamiah) di dalam bumi yang terperangkap karena
Pada dasarnya, panas bumi erat kaitannya dengan aktivitas gunungapi dan
adanya pergerakan sesar aktif didalam bumi. Kedua hal tersebut yang dapat
satu kesatuan gerakan dalam Planet Bumi. Semua gerakan diatas ternyata ikut
mendukung secara tidak langsung kehadiran kehidupan di muka bumi ini. Seperti
difirmankan oleh Allah dalam surat An- Naml ayat 88 (Wardhana, 2004 :110):
Artinya: “ Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap di
tempatnya, padahal ia berjalan sebagai jalannya awan. (Begitulah)
perbuatan Allah yang membuat dengan kokoh tiap-tiap sesuatu;
Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
85
Ayat di atas menjelaskan bahwa gunung-gunung memang tidak diam di
tempatnya, tetapi berjalan seperti jalannya awan. Hanya karena kita bersama-sama
dengan gunung-gunung itu berada di atas lempeng benua maka kita sulit
digerakkan oleh angin. Demikian pula dengan lempeng samudra dan benua, ia
tidak bergerak sendiri tetapi bergerak karena adanya konveksi magma dibawah
lapisan litosfer bumi. Seandainya kita hidup di atas lempeng samudra dan melihat
gunung-gunung berapi di atas lempeng benua, pasti kita akan melihat bahwa
2008:92)
terbentuk karena adanya proses tumbukan kerak bumi yang disebut lempeng
samudra) dimana lempeng tersebut seolah terpecah menjadi dua bagian yang
bergerak berlawanan karena adanya arus konveksi. Salah satu bagian dari
perbedaan berat jenis yang sangat menonjol serta ketebalan lempeng samudra
yang lebih tipis (tebal ± 5 km) dibandingkan dengan lempeng benua (tebal ± 35
mencapai selubung bumi. Akibat dari tekanan yang besar daripada penunjaman
dan suhu yang lebih tinggi di lingkungan selubung bumi itu maka kerak bumi
86
yang menunjam tersebut melebur menjadi magma. Magma inilah yang kemudian
Selain batuan pemanas yang berupa magma, keberadaan air juga tidak
kalah pentingnya dalam sistem hidrothemal. Dengan adanya air inilah maka akan
muncul air panas dipermukaan bumi. Air yang dimaksud disini adalah air yang
berasal dari air hujan. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al-
Mu’minun/23 ayat 18 :
Artinya: “Dan Kami turunkan air dari langit menurut suatu ukuran; lalu Kami
jadikan air itu menetap di bumi, dan Sesungguhnya Kami benar-benar
berkuasa menghilangkannya.”
Aidh al-Qarni (2007:79) menafsirkan ayat tersebut bahwa Allah menurunkan air
yang penuh berkah dari langit sesuai kebutuhan manusia. Allah menampung air
hujan itu disumur-sumur dan mata air-mata air untuk mereka. Allah pun mampu
menghilangkan air itu dengan menyusutkannya ke dalam bumi menjadi air asin
Air hujan yang jatuh ke bumi sebagian akan mengalir di permukaan dan
sebagian meresap ke dalam tanah. Air permukaan, baik itu berupa sungai, danau
atau laut akan mengalami penguapan karena pemanasan matahari. Air yang masuk
ke dalam tanah akan membentuk aliran sungai bawah tanah atau akuifer, dan jika
melewati batuan pemanas maka air akan terpanasi. Air yang telah terpanasi
tersebut akan tertampung di dalam batuan sarang dan tertutupi oleh batuan yang
kedap air atau batuan penutup. Apabila batuan tersebut mengalami rekahan, maka
lapisan geologi bawah permukaan dan dapat diketahui pula ada tidaknya potensi
Di Indonesia bahan bakar seperti minyak bumi, batu bara dan gas alam
sumber energi alternatif. Salah satu sumber energi alternatif itu adalah energi
panas bumi. Panas bumi merupakan energi alternatif yang banyak memberikan
manfaat bagi manusia. Sebelum abad kedua puluh, fluida panas bumi
(hidrothermal) hanya digunakan untuk mandi, mencuci dan memasak. Dewasa ini
pemanfaatan fluida panas bumi sangat beraneka ragam, baik untuk pembangkit
listrik maupun untuk keperluan lainnya di sektor non-listrik, yaitu untuk pemanas
ruangan, rumah kaca, tanah pertanian, pengering hasil pertanian dan peternakan,
Ada beberapa alasan mengapa kita perlu beralih pada energi panas bumi.
Negara Indonesia dilewati sekitar 20% panjang sabuk api (ring of fire).
Jalur ini merupakan jalur dimana gunung api banyak dijumpai, dari gunung-
gunung api inilah sumber panas diperoleh. Menurut perkiraan yang tercatat hingga
saat ini ada sekitar 20.000 MW setara 40% potensi panas bumi dunia. Akan tetapi,
baru sekitar 3-4% saja yang dimanfaatkan. Jelas, ini sebuah peluang yang sangat
Panas atau suhu tinggi ini sangat mudah dimengerti sebagai sumber
energi. Akan tetapi, perlu adanya transformasi energi ke dalam bentuk energi lain
sehingga siap pakai. Saat ini teknologi pemanfataan geothermal sudah ada, namun
karena Indonesia termasuk daerah tropis kebutuhan panas ini tidak banyak
konversi energi panas (steam) menjadi energi listrik sudah terbukti dimana-mana,
geothermal ini. Contohnya, kereta api listrik di Jakarta sudah sejak lama
memanfaatkan listrik sebagai sumber penggeraknya. Hal ini tentunya juga akan
89
sangat mungkin untuk memanfaatkan geothermal sebagai energi pembangkit
c. Menyelamatkan Lingkungan
listrik bersifat ramah lingkungan. Hal ini disebabkan karena pembangkit energi
sistem pencuci untuk memebersihkan udara dari hidrogen sulfida (H2S) yang
secara alami ditemukan di dalam uap air dan air panas. Pembangkit tenaga
geothermal membebaskan kurang dari 97% hujan asam penyusun sulfur daripada
bahan bakar fosil. Setelah uap air dan air dari reservoir tenaga geothermal
dijadikan khalifah dan segala yang ada di dunia ini diperuntukkan untuk manusia.
Oleh karena itu sepatutnyalah semua manusia bersyukur atas segala nikmat itu.
Sebagaimana firman allah dalam surat Al-A’raaf/7 ayat 74, yang menjelaskan
bahwa allah telah memberikan manusia nikmat yang begitu besar di bumi ini, dan
manusia harus menjaga nikmat itu dengan tidak merusak bumi ini.
90
penciptaan Allah untuk manusia. Ketika Allah telah memberikan nikmat berupa
bumi ini, dengan dijadikannya gunung-gunung sebagai tempat tinggal, tanah yang
nikmat yang telah diberikan Allah kepada manusia. Mengingat berarti manusia
harus bersyukur dengan segala kemudahan dan nikmat yang diberikan. Selain itu
membuat kerusakan”.