Anda di halaman 1dari 32

MODUL GEOLISTRIK

KORPS ASISTEN LABORATORIUM


EKSPLORASI TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA 2023
PERTEMUAN 1
TEORI DASAR GEOLISTRIK DAN HIDROLOGI
A. Nomor Praktikum :

B. Tujuan Praktikum :
1. Menjelaskan apa definisi geolistrik dan hidrologi
2. Mengetahui secara umum prinsip geolistik dan hidrologi

C. Pembahasan
1. Pengertian Metode Geolistrik
Metode geolistrik adalah metode yang paling banyak digunakan untuk mencari
berbagai aplikasi terutama dalam keperluan geologi, pencarian sumberdaya mineral, panas
bumi, arkeologi, bahkan hingga studi dalam bidang hidrologi. Penggunaan metode
geolistrik ini digunakan untuk mengetahui sifat aliran listrik yang ada di bawah
permukaan bumi (Wijaya 2015).Dengan menggunakan metode geolistrik maka dapat
diperoleh gambar inversi penampang bawah permukaan tanah, lapisan – lapisan di bawah
permukaan tanah, serta dapat menentukan kemungkinan terdapatnya air tanah dan mineral
dalam kedalaman tertentu (B., As’ari, et al 2015).
Metode-metode tersebut memiliki kegunaaan dan penerapan yang berbeda-beda.
Metode resistivitas dapat digunakan untuk mengetahui nilai tahanan jenis dibawah
permukaan sehingga metode ini cukup banyak digunakan dalam dunia eksplorasi
khususnya eksplorasi air tanah dan batubara. Untuk metoda induksi polarisasi (IP) sering
digunakan dalam melakukan eksplorasi logam, sedangkan metode potensial diri (SP)
umumnya digunakan untuk mengetahui penyebaran zona mineralisasi secara lateral.
Prinsip kerja dari Metoda. Geolistrik ini ialah dengan arus listrik yang diinjeksikan
ke dalam bumi melalui dua buah elektoda arus. Melalui dua buah elektroda potensial,
beda potensial yang terjadi dapat diukur dan dari hasil pengukuran arus dan beda potensial
untuk setiap jarak elektroda tertentu, dapat menentukan variasi harga tahanan jenis
masing-masing lapisan di bawah titik ukur (Simpen, 2015). Dengan penginjeksian dua
buah elektroda arus dan elektroda beda potensial maka dapat dideteksi sifat aliran listrik di
bawah permukaan tanah tersebut. Pada dasarnya metode ini didekati menggunakan konsep
perambatan arus listrik di dalam medium yang homogen isotropis, dimana arus listrik
bergerak ke segala arah dengan nilai sama besar. Sehingga jika terjadi penyimpangan dari
kondisi ideal (homogen isotropis), maka penyimpangan ini (anomali) yang justru yang
diamati. Nilai tahanan jenis batuan berhubungan dengan sifat fisisnya antara lain derajat
saturasi air, porositas, permeabilitas dan formasi batuan.
Namun metode ini jarang digunakan untuk eksplorasi dalam seperti eksplorasi
minyak.Karena metode ini hanya efektif untuk eksplorasi dangkal yaitu dengan
kedalaman maksimum 200 meter. Jika lebih dari itu maka dapat dianggap kurang akurat
karena arus yang mengalir akan semakin lemah dan tidak stabil akibat perubahan
bentangan yang semakin besar.

Gambar 2 Cara Kerja Geolistrik

Gambar 1.1 Cara Kerja Geolistrik

Dari gambar diatas, potensial pada elektroda M dan N oleh karena arus pada elektroda A
dan B dapat dinyatakan dengan :

𝜌1 1 1
𝑉𝑀 = [ − ] ......................................(1)
2𝜋 𝐴𝑀 𝑀𝐵
dan potensial di N akibat arus pada titik elektroda A dan B juga dapat dinyatakan dengan :
𝜌1 1 1
𝑉𝑁 = [ − ] ......................................(2)
2𝜋 𝐴𝑁 𝑁𝐵
Beda potensial antara titik M dan N dapat dinyatakan :
𝜌1 1 1 1 1
∆𝑉 = 𝑉𝑀 − 𝑉𝑁 = [( − ) − (𝐴𝑁 − )] ....(3)
2𝜋 𝐴𝑀 𝑀𝐵 𝑁𝐵

atau
∆𝑉
𝜌=𝐾 ..............................................................(4)
1

dengan
1 1 1 1
𝐾 = 2𝜋 [(𝐴𝑀 − ) − (𝐴𝑁 − )]-1 ..............(5)
𝑀𝐵 𝑁𝐵

K disebut faktor geometri, yaitu koreksi konfigurasi elektroda potensial dan arus yang
digunakan. Faktor geometri sangat penting dalam pendugaan tahanan jenis. A adalah
elektroda arus 1 (C1), M adalah elektroda potensial 1 (P1), N adalah elektroda potensial 2
(P2) dan B adalah elektroda arus 2 (C2).
Berdasarkan pada tujuan penyelidikan, metode geolistrik tahanan jenis dapat dibagi dua
kelompok besar, yaitu :
1. Metode resistivity mapping yang mana metode ini merupakan metode resistivity
yang bertujuan untuk mempelajari variasi tahanan jenis lapisan bawah permukaan
secara horizontal. Oleh karena itu, pada metode ini digunakan konfigurasi
elektroda yang sama untuk semua titik pengamatan dipermukaan bumi.
2. Metode resistivity sounding yang mana metode ini bertujuan untuk mempelajari
variasi resistivitas batuan dibawah permukaan secara vertikal. Pada metode ini,
pengukuran pada suatu titik sounding dilakukan dengan jalan mengubah-ubah
jarak elektroda. Pengubahan ini tidak dilakukan secara sembarang tetapi mulai
jarak elektroda terkecil kemudian membesar secara gradual.
Terdapat berbagai macam aturan yang dipakai untuk menempatkan keempat
elektroda tersebut diatas. Aturan-aturan penempatan keempat elektroda tersebut dalam
istilah geofisika sering dinamai sebagai konfigurasi elektroda. Telah banyak orang
mempelajari bagaimana bentuk konfigurasi elektroda yang baik dan yang dapat
memecahkan permasalahan yang dihadapi. Oleh karena itu tidaklah anah jika terdapat
berbagai macam bentuk konfigurasi elektroda pada metode geolistrik ini.
Ada beberapa macam konfigurasi elektroda yang sering digunakan dalam survei
geolistrik, diantaranya: konfigurasi Wenner, konfigurasi Schlumberger, konfigurasi Pole-
Pole, konfigurasi Pole-Dipole dan konfigurasi Dipole-Dipole. Biasanya pemilihan
konfigurasi ini disesuaikan dengan kondisi daerah survei dan tujuan survei.(Loke, 1999).
Cara kerja metode geolistrik ini didasarkan pada sifat-sifat listrik dari batuan
penyusun kerak bumi.Alat ini sering digunakan untuk memetakan penyebaran akuifer.
Alat untuk pendugaan geolistrik lebih dikenal dengan nama resistivitymeter yang
ditampilkan pada gambar 2. Dengan mengalirkan arus listrik ke bumi lewat elektroda yang
dipasang dan dicatat pula tegangan yang ditimbulkan oleh arus tersebut, maka dapat
ditutup besaran tahanan jenis setiap kedalaman yang diinginkan, maka jarak antar
elektroda diubah, dimana semakin jauh jarak antara elektroda maka semakain dalam
tahanan jenis batuan yang didapat.
Metode pendugaan geolistrik pada lokasi tertentu akan menghasilkan penampang
tahanan jenis. Dari penampang tahanan jenis dapat ditarik kesimpulan mengenai lapisan
batuan daerah tersebut. Kemudian pendugaan geolistrik akan diinterpretasikan dalam dua
tahap :
1. Menentukan penampang tahanan jenis
2. Interpretasi geologi.
Untuk tahap kedua ini diharapkan adanya perbandingan hasil interpretasi dengan
peta penampang hidrogeologi dari pemboran sebelumnya.

Gambar 1.2 Resistivity Meter


2. Tahanan Jenis Batuan
Tahananjenisatauresistivitas,dapatditentukanmenggunakkanhukumOhm:

Gambar 1.3 Arus listrik merata dan sejajar dalam sebuah silinder dengan beda
potensial antara kedua ujungnya. (Sumber, Waluyo, 1984 : 149)

Dimana:

ρ = TahananJenis(Ohm-m)

V = Tegangan(Volt)

I = Aruslistrikyangmelewatibahanberbentuksilinder

A = LuasPenampang(m2)

L = Panjang(m)

Menurut (Telford et al., 1990) aliran arus listrik di dalam batuan dapat
digolongkanmenjadi tiga macam besarnya dipengaruhi oleh porositas batuandan juga
dipengaruhi olehjumlahair yangterperangkap dalam pori-poribatuan, yaitu :

a. Konduksi elektronik jika batuan mempunyai electron bebas sehingga arus listrik
dialirkan oleh elekron-elektron bebas.
b. Konduksi elektrolit terjadi jika batuan bersifat poros dan pori-pori terisi oleh cairan
elektrolit. Pada konduksi ini arus listrik dibawa oleh ektrolit.
c. Konduksi dielektrik terjadi jika batuan bersifat dielektrik terhadap aliran arus listrik
yaitu terjadi polarisasi saat bahan dialiri arus listrik.
Tabel1 Harga tahanan jenis berbagai mineral, batuan maupun fluida.
ResistivitasSemu ResistivitasSemu
MaterialBumi MaterialBumi
(Ώ-m) (Ώ-m)
Logam Batuansedimen
Tembaga 1,7x10-8 BatuLempung 10 – 1 x 103
Emas 2,4x10-8 BatuPasir 1 – 1 x 108
Perak 1,6x10-8 BatuGamping 50 – 1 x 107
Grafit 1x10-3 Dolomit 100– 1 x 104
Besi 1x10-7
Nikel 7,8x10-8 SedimenLepas
Timah 1,1x10-7 Pasir 1 – 1 x 103
Lempung 1 – 1 x 102
BatuanKristalin
Granit 102-106 Airtanah
Diorit 104 – 105 AirSumur 0,1 – 1 x 103
Gabbro 103 – 106 AirPayau 0,3 – 1
Andesit 102 – 104 AirLaut 0,2
Basalt 10– 107 AirAsin(Garam) 0,05– 0,2
Sekis 10– 104
Gneiss 104 -106
(Sumber:Waluyo,1984:179)

Tabel2 Harga resistivitas spesifik batuan

Material Hargaresistivitas(M)

Air Permukaan 80-200


Air anah 30-100
Silt-lempung 10-200
Pasir 100-600
PasirdanKerikil 100-1000
Batu Lumpur 20-200
Batu Pasir 50-500
Konglomerat 100-500
Tufa 20-200
Kelompok Adesit 100-2000
Kelompok Granit 1000-10000
Tanah Lempung 1,5-3,0
Lempung Lanau 3,0-15
Tanah Lanau Pasiran 15-150
Batuan Dasar Lembab 150-300
Pasir Kerikil Kelanauan 300
Batuan Dasar Tak lapuk 2400
Terdapat Air Tawar 20-60
Air Asin 20-200
Kelompok Chert, Slate 0,18-0,24
Unconsolidated Sedimen
Sand 1-1000
Clay 1-100
Marl 1-100
Ground Water
Portablewellwater 0,1-1000
Breckish water 0,3-1
Sea Water 0,05-0,2
(Sumber:Telfordetal., 1990)

Secara teknis hubungan antara besarnya nilai tahanan jenis dengan macam batuandapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Nilai tahanan jenis batuan yang lepas lebih rendah dari batuan yang kompak.

2. Nilai tahanan jenis batuan akan lebih rendah, jika air tanah berkadar garam tinggi.

3. Tidak terdapat batas yang jelas antara nilai tahanan jenis dari tiap-tiap batuan.

4. Tahanan jenis batuan dapat berbeda secara menyolok ,tidak saja dari lapisan yang satu
terhadap lapisan yang lain, tetapi juga didalam satu lapisan batuan.
5. Batuan yang pori-porinya mengandung air, hambatan jenisnya lebih rendah dari yang
kering. Kandungan air didalam batuan akan menunjukan harga resistivitas.
Aliran konduksi arus listrik didalam batuan/mineral digolongkan atas tiga macam yaitu
konduksi dielektrik, konduksi elektrolitik, dan konduksi elektronik. Konduksi dielektrik
terjadi jika batuan/mineral bersifat dielektrik terhadap aliran arus listrik (terjadi polarisasi
muatan bahan saat bahan dialiri listrik). Konduksi elektrlitik terjadi jika batuan/mineral
bersifat porus dan pori-pori tersebut terisi cairan-cairan elektrolitik. Pada kondisi ini arus
listrik dibawa oleh ion-ion elektrolitik. Kondisi elektronik terjadi jika batuan/mineral
mempunyai banyak elektron bebas sehingga arus listrik dialirkan dalam batuan/mineral oleh
elektron bebas. Berdasarkan harga resistivitas listriknya batuan/mineral digolongkan
menjadi tiga yaitu :
1. konduktor baik : 10-8 < ρ < 1 Ω m
2. konduktor pertengahan : 1 < ρ < 107 Ω m
3. isolator : ρ > 107 Ω m
Untuk interpretasi, hanya ini parameter yang digunakan.

3. Geohidrologi
Hidrologi airtanah mengandung penjelasan yang berkaitan tentang kejadian,
distribusi, serta pergerakan air di bawah permukaan bumi.Geohidrologi mempunyai
konotasi yang identik dengan hidrogeologi hanya saja geohidrologi lebih menekankan
kepada unsur geologinya (Tood 2005).Hidrogeologi sendiri pada dasarnya mempunyai
definisi yang lebih menekankan kepada terjadinya distribusi, pergerakan, hingga interaksi
geologis air dalam kerak bumi.Pada hidrogeologi dilakukan penelitian mengenai aliran air
serta karakterisasi dalam akuifer. Sedangkan pada hidrologi adalah ilmu yang
mendiskusikan perairan Bumi, bagaimana proses terjadinya, sirkulasinya, distribusinya,
sifat kimianya dan fisiknya, dan bahkan reaksinya dengan lingkungan serta termasuk
hubungannya dengan makhluk hidup (McGuire 1993).
3.1 Air Tanah
Menurut Soemarto, dan dijelaskan dalam buku Tata Ruang Air Tanah serta ditulis
oleh Robert J.Kodoatie mengatakan bahwa Air tanah merupakan unsur air yang singgah
dalam rongga-rongga di dalam lapisan geologi dan terdapat wilayah jenuh dimana terdapat
lapisan yang berada di bawah permukaan tanah, (Sumarto 1989). Air yang berada pada
wilayah jenuh tersebut disebut dengan air tanah atau groundwater.Dan pada kedalaman
tertentu, batuan serta pori–pori tanah menjadi jenuh disebabkan karena air (saturated).
Saat air tersebut tersimpan di dalam pori – pori batuan dan akan mengalir ke dalam danau,
sungai, hingga laut (McKenzie et al. 2012; Wang 2012).
3.2 Siklus Hidrologi
Siklus hidrologi ialah kumpulan dari proses air yang bersirkulasi di bumi dari
mulai air yang menguap karena adanya evaporasi atau panas dari energi matahari yang
menyebabkan air di bumi menguap lalu uapan tersebut membentuk satu kesatuan yang
disebut dengan awan, lalu saat awan tersebut kelebihan muatan maka aturun hujan atau
disebut dengan presipitasi, saat turun hujan air akan mengalir di atas permukaan dan
sebagian lagi akan terserap ke permukaan lalu mengalir hingga ke sungai, danau, hingga
laut. Kejadian ini terulang terus menerus maka dari itu, bisa dibilang air adalah unsur yang
tidak pernah habis atau biasa disebut (renewable resources).
Gambar 1.4 Siklus Hidrologi

Namun penting untuk kita ketahui dimana letak air tanah yang akan didapat. Salah satunya
kita dapatmengetahui kategori air tanah yang mempunyai siklus hidrologi Daerah CAT atau
Cekungan Air Tanah dan siklus hidrologi yang tidak berada di daerah CAT. Dengan
perkiraan yang cukup, maka air tanah akan lebih mudah didapatkan.
Tujuan utama dari investigasi air tanah dalam geofisika adalah mengetahui lapisan
bawahpermukaan bumi, sehingga diketahui kemungkinan keterdapatan air tanah dan mineral
pada kedalaman tertentu. Keterdapatan air tanah di dalam bumi tidak bisa kita lihat langsung
di permukaan tanah, tetapi keberadaan, potensi dan karakteristiknya dapat diketahui dengan
mengaplikasikan beberapa metode investigasi air tanah. Secara garis besar, ada dua jenis
investigasi air tanah yaitu investigasi dari permukaan tanah dan investigasi di bawah
permukaan tanah.
Investigasi dari atas pemukaan tanah terdiri dari :
a) Metode Geologi: yaitu penggunaan data geologi dan penelitian lapangan untuk mengetahui
kondisi air tanah.
b) Metode Penginderaan Jauh: yaitu penggunaan citra satelit untuk menginterpretasi kondisi
air tanah.
c) Metode Geofisika: yaitu pengukuran sifat-sifat fisik tanah atau batuan untuk mengetahui
kondisi air tanah. Terdapat beberapa jenis metode geofisika yaitu:
1) Metode Geolistrik: metode ini pada prinsipnya adalah dengan mengidentifikasi
adanya perbedaan tahanan (resistensi) jenis batuan apabila dialiri arus listrik. Metode
ini sangat populer dalam studi air tanah.
2) Metode Refraksi Seismik: yaitu dengan mengalirkan getaran dari permukaan bumi
dan mengukur waktu tempuh getaran pada setiap lapisan batuan.
3) Metode Gravitasi: yaitu dengan mengukur perbedaan kerapatan (density) permukaan
bumi untuk mengetahui struktur geologinya.
4) Metode Magnetik: yaitu dengan mengukur kontras-kontras magnetik yang berkaitan
dengan air tanah.

Sedangkan investigasi air tanah di bawah permukaan tanah terdiri dari:


a) Pengeboran: yaitu dengan melakukan pemboran tanah untuk mengetahui kondisi batuan
yang berkaitan dengan air tanah.
b) Pengukuran muka air tanah untuk mengetahui arah aliran air tanah dan pengaruh
pemompaan di suatu sumur.
c) Logging Geofisika: yaitu dengan memasukkan elektroda arus dalam sumur dan mengukur
tahanan jenis batuannya.
d) Logging radiasi yang disebut pula logging nuklir atau logging radioaktif yaitu penggunaan
isotop radioaktif untuk menyelidiki kondisi air tanah.
e) Pengukuran suhu air: yaitu dengan mengukur suhu air tanah pada tiap kedalaman sumur.
f) Logging Kapiler: yaitu dengan mengukur diameter sumur pada tiap kedalaman.
g) Logging Konduktivitas Cairan: yaitu dengan mengukur konduktivitas cairan di dalam
sumur bor.
PERTEMUAN 2
PENGENALAN ALAT GEOLISTRIK
A. Nomor Praktikum :

B. Tujuan Praktikum :
1. Mengetahui apasaja alat yang digunakan pada metode geolistrik
2. Mengaplikasikan cara penggunaan dari alat geolistrik

C. Pembahasan
1. Peralatan Geolistrik
Pada praktikum ini peralatan yang digunakan ada , yaitu aki, resistivitymeter, elektroda,
palu, kabel penghubungkan (roll), meteran, dan payung. Aki digunakan sebagai sumber
tegangan DC. Resistivitymeter adalah alat yang digunakan untuk mengetahui nilai
resistivitas lapisan atau batuan. Elektroda digunakan sebagai elektroda arus dan elektroda
potensial, sebagai elektroda arus digunakan untuk menginjeksi arus ke dalam bumi dan
sebagai elektroda potensial digunakan untuk membaca beda potensialnya. Palu digunakan
untuk menancapkan elektroda ke tanah. Kabel penghubung digunakan untuk
menghubungkan elektroda dan resistivitymeter. Meteran digunakan untuk menentukan jarak
elektroda sesuai konfigurasi yang digunakan. Payung digunakan untuk menutupi
resistivitymeter dari sinar matahari agar angka yang terbaca oleh alat dapat terlihat dengan
jelas. Berikut gambar dari peralatan yang digunakan.

Gambar 2.1 Aki Gambar 2.2 Resistivity meter


G

ambar 2.3 Elektroda Gambar 2.4Palu

Gambar 2.5 Kabel Gambar 2.6 Meteran


Gambar 2.7 Payung
Peralatan dan perlengkapan pada geolistrik
a. Palu sebanyak minimal 4 buah, berfungsi untuk mngetok paku tembaga agar bisa di
dapatkan besar tegangan dan arusnya.
b.Roll Kabel sebanyak 4 buah yang digunakan sebagai A, B, M dan N di gunakan untuk
aliran listrik sehingga bisa di baca pada resistivity meter
c. Paku tembaga dengan panjang 125 m sebanyak 4 buah yang digunakan untuk A, B, M
dan N berfungsi untuk penghubung aliran listrik sehingga bisa di ketahui litologi bawah
permukaan.
d.Resistivity Meter berfungsi sebagai alat yang mengahsilkan data berupa tegangan dan
arus.
e. HT minimal 3 buah di pegang oleh operator, dua lainnya di pegang oleh A dan B
berfungsi sebagia alat komunikasi dan koordinasi anatara operator dan
f. Aki (accu) sebanyak 2 buah berfungsi untuk pensuplai arus listrik ke resitivity meter.
g. Kabel pengubung antara kabel roll ke resistivity, yang berfungsi sebagai penghubung
aliran listrik dari kabel roll ke resistivity sehingga bisa dibaca oleh resistivity meter.
h.Laptop berfungsi untuk mencatat besar tegangan dan volt sehingga bisa dengan cepat di
ketahui besar rho nya.
i. Payung berfungsi untuk menutupi resistivity ketika hujan turun dan terik matahari
sehingga tidak mengganngu ke erroran alat.

Bagian-bagian dari resistivity meter


a. Catu Daya digunakan sebagai power suplly dengan daya 12 volt.
b. Daya digunakan unyuk power output.
c. Tegangan keluar di gunakan untuk mengeluarkan tegangan sebesar 500 v agar stabil.
d. Arus keluar digunakan untuk mengeluarkan arus.
e. Current accurancy digunakan untuk meneliti ketelitian arus sebesar 1 ma.
f. Sistem pembacaan di gunakan untuk mengetahui hasil pengukuran.
g. Catudaya digital sebagai baterai kering.
h. Current loop merupakan fasilitasnya.

Penerima:
a. Input impedansi digunakan untuk impedensi masukan dengan resistensi maksimum 10 m
ohm.
b. Batas ukur digunakan untuk membaca daya.
c. Accracy digunakan untuk ketelitian 0,1 volt.
d. Kompensator digunakan untuk pengatur tegangan.
e. Hold digunakan untuk fasilitas membaca data.
f. Start digunakan untu memperoleh harga arus mA yang konstan.

Langkah kerja:
a. Meletakkan aat resistivity meter di tempat yang aman.
b. Memasang meteran pada daerah yang akan digunakan untuk eksperimen kemudian patok
pada setiap ujungnya.
c. Memeriksa apakah sumber tegangan baik dan baterai analognya juga baik.
d. Memasang elektroda potensial M, N dan elektroda arus A, B pada jarak yang telah di
tetapkan.
e. Memasang accu 12 volt ke resistivity meter.
f. Menghubungkan kabel pnghubung elektroda potensial dan arus pada air resitivity meter.
g. Melihat tanda jarum pada galvano meter, jika jarum sudah menunjuk pada daerah merah
maka pengetokan di berhentikan.
h. Kemudian mengatur tegangan sampai angka 0 menggunakan kompensator.
i. Menekan tombol start, mencatat besar arus. Lalu melepas start dan menekan tombol hold.
Mencatat besar tegangan dan arus.

2. Syarat Pengukuran Geolistrik


1) Pengukuran di lakukan bukan di jembatan karena yng di ambil adalah data bawah
permukaan
2) Jauh dari rel kereta api karena akan memengaruhi pengukuran.
3) Apabila pengukuran tetap dilakukan pada daerah rel maka cara meletakkan kabelnya
adalah tegak lurus rel
4) Cuaca tidak terlalu panas atau hujan.
5) Pada lapisan batuan yang mempunyai homgenitas.
PERTEMUAN 3
PENGENALAN SOFTWARE GEOLISTRIK
A. Nomor Praktikum :

B. Tujuan Praktikum :
1. Mengetahui apasaja software yang digunakan pada metode geolistrik
2. Mengaplikasikan cara pengoperasian dari software geolistrik
3. Memahami prinsio teknik survey yang digunakan pada metode geolistrik
4. Mengaplikasikan metoda tahanan jenis pada geolistrik

C. Pembahasan
1. Software IP2WIN
IPI2Win adalah program untuk mengolah dan menginterpretasi data resisivity 1
dimensi (1-D). IPI2win merupakan sebuah program komputer yang berfungsi sama seperti
kurva matching, yaitu mencocokan data yang didapat dari lapangan dengan kurva induk
dan kurva bantu sebagai acuan untuk mencari resisitivitas dan kedalaman daerah
penelitian. Cara kerja IPI2win adalah sebagai berikut, buka file –> New VES point,
kemudian masukan nilai AB/2, MN, dan resisitivitas semu (V, I, K) yang didapat dari
hasil penelitian di lapangan, kemudian klik ok, setelah hasilnya terlihat kemudian
matchingkan dengan cara menarik garis yang terdapat pada kurva hingga mendapatkan
nilai error yang terkecil. Data hasil olahan IP2 win berupa data resistivity layer, grafik log
resistivity terhadap AB/2, resistivity cross Section, serta pseudo cross section. Data hasil
olahan dapat di export dalam berbagai macam pilihan data. Dari hasil pengolahan dengan
IPI2win maka akan didapat nilai resistivitas (ρ), kedalaman (h), ketebalan (d), dan nilai
presentase kesalahan. Kelemahan yang paling mendasardalam IP2Win adalah bahwa
software ini banyak terdapat bug atau error‐error kecil sehingga dalam tahapan
pengolahan tertentu, program harus di restart.
 Cara Pengolahan Data Menggunakan Software IP2WIN
1) Dari hasil data lapangan diolah lagi untuk dicari nilai Rho, kemudian tentukan
nilai AB dan MN
2) Buka aplikasi IP2win, klik new kemudian masukan nilai AB/2 dan MN danRho,
kemudian pilih konfigurasi yang akan digunakan dan klik “Ok”

3) Akan muncul kurva merah, hitam dan biru, dimana Kurva warna merah
merupakan hasil kalkulasi, kurva warna hitam merupakan data lapangan
sedangkan kurva warna biru merupakan kurva marge atau penyatuan.
Kemudian klik “ok”

Nilai error menjadi salah satu indikator apakah hasil inversi merepresentasikan
keadaan bumi sesungguhnya atau tidak. Semakin besar nilai error-nya maka semakin
jauh hasil pengukuran geofisika dengan keadaan sebenarnya lapisan bumi, Umumnya
error dipertahankan.
4) Setiap langkah pengolahanyang anda lakukan pada software IPI2Win secara
otomatis akan tersimpan karena setting default program. JIka setting Auto-save
dinon-aktifkan maka bisa dilakukan dengan cara klik File→Save.
5) Kemudian untuk menampilkan hasil penampang untuk setiap datum lakukan
proses penambahan data pengukuran.
 Untuk menambahkan titik pengukuran VES anda harus exit program IPI2Win
terlebih dahulu karena bisa menyebabkan software error (kemungkinan karena
software yang belum stabil). Sehingga untuk input data pengukuran yang kedua dan
seterusnya maka software harus di-close terlebih dahulu.
6) Setelah program IPI2Win dijalankan kembali, maka klik File → Open untuk
membuka file lokasi pengukuranVES yang pertama dengan format file*.dat.
7) Setelah itu tambahkan lokasi pengukuran VES yang lain dengan cara File
→Addfile. Lalu pilih file pengukuran VES kedua dengan format file*.dat.
8) Setelah itu akan muncul window untuk melakukan save united profile, yaitu
filegabungan antara data VES pertama dan kedua. Tentukan lokasi save dan
berinamafilelalu klik Save.

9) Muncul resistivity section dari 2 titik pengukuran, tabel error dan grafik
darisalah satu titik. Untuk menunjukkan tampilan pseudo section bisa anda
lakukandenganklik Section → Pseudo-section.

10) Untuk eksport tampilan tersebut menjadi image dapat dilakukan dengan cara
File→ Export → BMP.
2. Software Res2Dinv
Res2Dinv adalah sebuah program komputer secara otomatis menentukan model
resistivity 2 dimensi(2-D) untuk bawah permukaan dari data hasil survey geolistrrik. Model
2-D menggunakan program inverse, yang terdiri dari sejumlah kotak persegi. Susunan dari
kotak-kotak ini terikat oleh distribusi dari titik datum dalam pseudo section. Distribusi dan
ukuran dari kotak secara otomatis dihasilkan oleh program maka jumlah kotak tidak akan
melebihi jumlah datum point.
Subroutine dari permodelan maju digunakan untuk menghitung nilai resistivitas
semu, dan teknik optimasi least-squaresnonlinear digunakan untuk routineinverse. Program
ini dapat digunakan untuk survey menggunakan wenner, wenner-schulmberger, dipole-
dipole, pole-pole, pole-dipole. Selain survey normal dilakukan dengan elektroda-elektroda
dipermukaan tanah, program ini juga mendukung survey underwatercros-borehole.
 Cara Pengolahan Data Menggunakan Software RES2DINV
Pengolahan dengan menggunakan software Res2Dinv untuk survey 2D, berikut
contoh pengolahan untuk data 2D.
a. Data lapangan barupa arus (I) dan Tegangan (V) kemudian dicari nilai dengan
persamaan:ρ=K ∆V/1
b. Untuk mempermudah perhitungan menggunakan Microsoft excel.

X a n V I R K Rho

c. Kemudian nilai yang diperoleh dipindahan kedalam program notepad yang


terdapat pada MsWindows untuk nilai x, n dan rho. (untuk Wenner-Schlumberger
masukan nilai N)
Keterangan Comment Pada NotePad
Baris 1 : Judul Survey
Baris2 : Spasi atau jarak elektroda terkecil
Baris 3 : Jenis Konfigurasi (Wenner = 1, Dipole-dipole = 3, Schlumberger
=7 ) Baris 4 : Jumlah datum
Baris 5 : Type datum, untuk datum ditengah = 1
Baris 6: Type pengukuran, Resistivity = 1, IP= 0
d. Setelah data disimpan dalam program notepad. Kemudian jalankan software
Res2DInv. Buka file notepad yang kita simpan melalui software Res2DInv. Pilih
file → Read data File. Kemudian pilih Inversion →Least Square inversion. Dan
akan muncul tampilan penampang 2D dari data hasil penelitian dilapangan.
e. Analisa dilakukan berdasarkan kontras dari nilai tahanan jenis rho yang ada dari
penampang 2D.
Gambar penampang 2D hasil pengolahan dengan menggunakan software Res2Dinv

3. Teknik Survey Metoda Tahanan Jenis


1) Metoda Tahanan Jenis 1-D
Metoda tahahan jenis 1D disebut juga dengan metoda sounding. Pengukurannya
adalah dengan cara memasang elektroda arus dan potensial yang diletakkan dalam
satu garis lurus dengan spasi tertentu. Kemudian spasi elektroda ini diperbesar secara
gradual.Selanjutnya memplot harga tahanan jenis semu hasil pengukuran versus spasi
elektroda pada grafik log-log.Konfigurasi elektroda yang dipakai pada metoda ini
adalah konfigurasi Wenner, Wenner-Schlumbeger dan Dipole-Dipole.Survei ini
berguna untuk menentukan letak dan posisi kedalaman benda anomali di bawah
permukaan.(Virgo, 2003).

Gambar3.1 Teknik Pengukuran Metoda Tahanan Jenis 1-D (Virgo, 2003)


Gambar 3.2 Contoh Distribusi Nilai Tahanan Jenis Dari Hasil Pengolahan Data Metoda
1-D (Virgo, 2007)

a. Konfigurasi Wenner
Konfigurasi Wenner merupakan salah satu konfigurasi yang umum
digunakan dalam survai geolistrik.Dalam konfigurasi Wenner, perbandingan jarak
antar elektroda arus adalah tiga kali jarak antar elektroda potensial. Saat
melakukan pengubahan jarak elektroda arus, elektroda potensial harus tetap
memiliki perbandingan yang sama seperti awal. Contoh konfigurasi Wenner dapat
ditunjukkan pada Gambar 1.C1 dan C2 merupakan elektroda arus.Sedangkan P1
dan P2 adalah elektroda potensial.Perbandingan jarak antara r2 dengan r1 adalah
dua kalinya begitu pula r4 dengan r3.Konfigurasi Wenner bekerja dengan
menginjeksikan arus listrik ke dalam tanah. Arus listrik yang diinjeksikan akan
menghasilkan keadaan equipotensial yang berbentuk setengah bola.
Konfigurasi Wenner merupakan salah satu konfigurasi dalam ekplorasi
Geofisika dengan susanan elektroda terletak dalam satu garis yang simetris
terhadap titik tengah. Konfigurasi elektroda Wenner memiliki resolusi vertikal
yang bagus, sensitivitas terhadap perubahan lateral yang tinggi tapi lemah
terhadap penetrasi arus terhadap kedalam. Susunan elektroda konfigurasi Wenner
dapat dilihat pada gambar 3.3. Dalam konfigurasi ini AM = MN = NB = a.
Perhatikan gambar dibawah ini :

Gambar 3.3 Susunan Elektroda Konfigurasi Wenner


Persamaan resisitivitasnya dirumuskan dengan :
∆𝑉
𝜌𝑤 = 𝐾𝑤 .........................................................(3.3.1)
𝐼

dimana
𝐾𝑤 = 2𝜋𝑎 .........................................................(3.3.2)
Keterangan :
ρa = Tahanan jenis semu (Ωm)
ΔV = Beda potensial (Volt) antara sepasang elektroda V1 dan V2
I = Kuat arus (mA) yang dialirkan melalui elektroda C1 dan C2
K = Faktor geometri (konstanta) jarak elektroda
Pada konfigurasi ini, jarak elektroda a harus seragam untuk tiap survei. Bila jarak
elektroda AB misalnya 10 m, maka jarak elektroda MN haruslah ±3,3 m. Bila
elektroda AB dibuat 12m, maka MN haruslah 4m dan demikian seterusnya.

b. Konfigurasi Schlumberger
Metode Geolistrik konfigurasi Schlumberger merupakan salah satu
metode geofisika yang dimanfaatkan dalam eksplorasi sumber daya alam bawah
permukaan.Pada konfigurasi Schlumberger secara prinsip adalah mengubah jarak
elektroda arusnya. Namun semakin jauh elektroda arusdari elektroda potensialnya
maka potensial yang akan diterima oleh elektroda arus akan mengecil. Dengan hal
ini maka dapat Pada konfigurasi Schlumberger secara prinsip adalah mengubah
jarak elektroda arusnya. Namun semakin jauh elektroda arus dari elektroda
potensialnya maka potensial yang akan diterima oleh elektroda arus akan
mengecil.

Gambar 3.4 Susunan Elektroda Konfigurasi Schlumberger


c. Konfigurasi Dipole
Metode geolistrik resistivitas konfigurasi dipole-dipole dapat
diterapkan untuk tujuan mendapatkan gambaran bawah permukaan pada
obyek yang penetrasinya relatif lebih dalam dibandingkan dengan metode
sounding lainnya seperti konfigurasi wenner dan konfigurasi
schlumberger.Metode ini sering digunakan dalam surveisurvei resistivitas
karena rendahnya efek elektromagnetik yang ditimbulkan antara sirkuit arus
dan potensial (Loke, 1999).Susunan elektroda konfigurasi dipole-dipole dapat
dilihat pada gambar 3.5.
Spasi antara dua elektroda arus dan elektroda potensial sama yaitu a.
Konfigurasi ini mempunyai faktor lain yaitu n yang merupakan rasio jarak
antara elektroda C1 dan P1 ke C2 – C1 atau P1 – P2 dengan jarak pisah a.
Pengukuran ini dilakukan dengan memindahkan elektroda potensial pada
suatu penampang dengan elektroda arus tetap, kemudian pemindahan
elektroda arus pada spasi n berikutnya diikuti oleh pemindahan elektroda
potensial sepanjang penampang seterusnya hingga pengukuran elektroda arus
pada titik terakhir di penampang tersebut.

Gambar 3.5 Elektroda Arus dan Potensial Pada Konfigurasi Dipole-Dipole


(Reynolds, 1997)
Nilai resistivitas semu dari konfigurasi dipole-dipole adalah
𝜌 = 𝐾. 𝑅 ......................................................................(3.5.1)
K = n(n +1) (n+2)𝜋𝑎 ..........................................................(3.5.2)
2) Metoda Tahanan Jenis 2D
Metoda tahanan jenis merupakan salah satu metoda geolistrik yang mempelajari
sifatsifat aliran listrik di dalam bumi dan bagaimana cara mendeteksinya di
permukaan bumi. Besaran fisis yang dipelajari adalah tahanan jenis batuan akibat
adanya medan potensial dan arus yang terjadi di bawah permukaan bumi. Pada
dasarnya metode ini didekati menggunakan konsep perambatan arus listrik di dalam
medium yang homogen isotropis, dimana arus listrik bergerak ke segala arah dengan
nilai sama besar. Sehingga jika terjadi penyimpangan dari kondisi ideal (homogen
isotropis), maka penyimpangan ini (anomali) yang justru yang diamati. Nilai tahanan
jenis bawah permukaan ini berhubungan dengan sifat fisis batuan (antara lain derajat
saturasi air, porositas dan permeabilitas formasi batuan) dan sejarah geologi batuan
tersebut terbentuk.
Metode tahanan jenis 2D disebut juga dengan metoda mapping, digunakan untuk
menentukan distribusi tahanan jenis semu secara vertikal per kedalaman.
Pengukurannya dilakukan dengan cara memasang elektroda arus dan potensial pada
satu garis lurus dengan spasi tetap, kemudian semua elektroda dipindahkan atau
digeser sepanjang permukaan sesuai dengan arah yang telah ditentukan sebelumnya.
Untuk setiap posisi elektroda akan didapatkan harga tahanan jenis semu. Dengan
membuat peta kontur tahanan jenis semu akan diperoleh pola kontur yang
menggambarkan adanya tahanan jenis yang sama (Loke, 2000).

Gambar 3.6 Susunan Elektroda dan Urutan Pengukuran Tahanan Jenis 2D


(Loke, 2000)

Gambar 3.7 Contoh Distribusi Nilai Tahanan Jenis Dari Pengolahan Data
Metoda 2D (Virgo, 2007)
Umumnya, metode ini hanya baik untuk ekplorasi dangkal dengan kedalaman
maksimuk sekitar 100 meter seperti pencarian air tanah, memonitor pencemaran
air dan tanah, eksplorasi geotermal, aplikasi geoteknik, pencarian bahan tambang,
dan untuk penyelidikan dibidang arkeologi. Jika kedalaman lapisan lebih dari
harga tersebut, maka informasi yang diperoleh kurang akurat, hal ini disebabkan
dengan bentangan yang yang besar dengan maksud mendapatkan penetrasi
kedalaman di atas 100 m, maka arus yang mengalir akan semakin lemah dan tidak
stabil akibat perubahan bentangan yang semakin besar.
a. Konfigurasi Wenner
Konfigurasi Wenner merupakan salah satu konfigurasi yang sering
digunakan dalam eksplorasi geolistrik dengan susunan jarak spasi sama
panjang (𝒓𝟏=𝒓𝟒 = 𝒂𝒅𝒂𝒏𝒓𝟐=𝒓𝟑 = 𝟐𝒂 ). Jarak antara elektroda arus adalah
tiga kali jarak elektroda potensial, jarak potensial dengan titik soudingnya
2
adalah 𝑎maka jarak masing elektroda arus dengan titik soundingnya adalah
2 2
. Target kedalaman yang mampu dicapai pada metode ini adalah 𝑎. Dalam
3𝑎

akuisisi data lapangan susunan elektroda arus dan potensial diletakkan simetri
dengan titik sounding. Pada konfigurasi Wenner jarak antara elektroda arus
dan elektroda potensial adalah sama (Telford, et al., 1990).

Gambar 3.8 Konfigurasi Wenner 2D

b. Konfigurasi Wenner-Schlumberger
Seperti konfigurasi Wenner, konfigurasi ini juga dapat digunakan untuk
resistiviyy mapping maupun Sounding. Perbedaannya hanya terletak pada
letak elektrodaelektrdanya. Sedangkan cara pelaksanaannya sama yaitu untuk
resistivity mapping, jarak spasi elektroda dibuat tetap untuk masing-masing
titik amat (titik sounding), sedangkan untuk resistivity sounding, jarak spasi
elektroda diubah-ubah secara grduil untuk suatu titik amat. Untuk aturan
Schlumberger, spasi elektroda arus jauh lebih lebar daripada spasi elektroda
potensial.

Gambar 3.9 Susunan Konfigurasi Elektroda Wenner-Schlumberger

dimana
𝐾𝑤𝑠 = 𝜋 𝑛 (𝑛 + 1) 𝑎 ................................................(3.9)
Kws = Faktor geometri (konstanta) jarak elektroda konfigurasi wenner-
schlumberger

c. Konfigurasi Dipole
Konfigurasi dipole-dipole merupakan gabungan dari teknik profiling dan
depth sounding. Konfigurasi dipole-dipole menempatkan jarak yang sama “a”
antara elektroda arus (P1,P2) dan elektroda potensial (c1,C2) yang terpisah
dengan jarak 2a, dengan 2a adalah bilangan bulat . Konfigurasi Dipole-Dipole
adalah susunan yang paling sensitif terhadap variasi resistivitas secara
horizontal pada masing-masing pasangan dipole, namun relatif tidak peka
terhadap variasi secara vertikal. Kedalaman investigasi tergantung pada jarak
antar elektroda “a” dan jarak antar dua dipole ”2a”. Kelemahan pada
konfigurasi ini adalah penurunan kekuatan sinyal dengan meningkatnya jarak
antara dua dipole.
Gambar 3.10 Susunan Konfigurasi Elektroda Dipole

dimana
K = 𝜋𝑛𝑎 (𝑛 + 1)(𝑛 + 2) .....................(3.10)

3) Metode Tahanan Jenis 3D


Teknik ini sering disebut juga dengan metoda imaging, digunakan untuk
menentukan distribusi tahanan jenis semu secara vertikal dan lateral per kedalaman.
Pengukurannya dilakukan dengan cara membuat grid pada luas area yang akan
diukur, kemudian semua elektroda digerakkan sepanjang lintasan yang dibentuk oleh
grid tersebut. Salah satu cara pengukuran dapat dilihat pada Gambar 10.1.
Penampang tahanan jenis semu yang dihasilkan akan menggambarkan distribusi
tahanan jenis dalam arah vertikal dan lateral per kedalaman.
Dari nilai arus (I) dan tegangan (V) yang dirukur dapat dihitung nilai tahanan
jenis semu (a) untuk masing-masing kedalaman. Kemudian nilai a ini untuk
masing-masing posisi-XC dan posisi-YC untuk elektroda arus, serta posisi-XP dan
posisi-YP untuk elektroda tegangan nantinya digunakan sebagai parameter input
dalam pengolahan data. Hasil pengolahan data berupa penampang vertikal dan lateral
dari nilai tahanan jenis sebenarnya () terhadap kedalaman. Konfigurasi elektroda
yang dipakai pada metoda ini adalah konfigurasi pole-pole, pole-dipole dan dipole-
dipole.Contoh distribusi nilai tahanan jenis dari hasil pengolahan data metoda 3-D
dapat dilihat pada Gambar di bawah ini.
Gambar 3.11 Teknik Pengukuran Metoda Tahanan Jenis 3D Grid
5x5 (Loke, 1999)

Gambar 3.12 Contoh Distribusi Nilai Tahanan Jenis Dari Hasil Pengolahan Data
Metode 3D Irisan Horizontal (Virgo, 2000)

Gambar 3.13 Contoh Distribusi Nilai Tahanan Jenis Dari Hasil Pengolahan Data
Metode 2D Irisan Vertikal (Virgo, 2000)
4) Teknik survey Mise-a-La-Masse
Menurut Reynold (1997) bahwa Mise-a-la-masse atau metode potensial benda
bermuatan (charge-body potential method) merupakan pengembangan dari metoda
tahanan jenis, yaitu suatu teknik pemetaan lateral atau disebut juga constan-
separation traversing (CST).
Pada metode ini, tekhnik yang digunakan adalah dengan menggunakan suatu
pasangan massa yang bersifat konduktif bawah permukaan itu sendiri sebagai satu
elektroda arus (C1), dan menghubungkannya secara langsung pada satu kutub (pole)
dari sumber voltase (P1). Elektroda arus kedua (C2) ditempatkan pada permukaan
tanah pada jarak yang cukup jauh dan dihubungkan dengan kutub voltase lainnya
(P2).Tegangan antara sepasang elektroda potensial diukur dengan koreksi tertentu
untuk setiap potensial diri.

Gambar 3.14 Metode Mise-a-La-Masse

Arus yang diberikan dan voltase yang terbentuk pada titik-titik dipermukaan
tanah dipetakan dengan memakai voltmeter sesuai dengan stasiun referensi. Distribusi
potensial ini akan merefleksikan geometri dari massa (tubuhan omali), sehingga
diharapkan dapat menghasilkan beberapa informasi mengenai bentuk dari tubuh massa.
Pada medium homogeny yang ditutupi oleh konduktor, garis eqipotensial akan
terkonsentrasi disekitar konduktor (Gambar 3.15 A). Namun pada kenyataannya, garis
eqipotensial akan berbelok disekitar badan bijih konduktif yang bentuknya tak
beraturan (Gambar 3.15 B) dan dapat digunakan untuk membatasi ruang yang luas
untuk melihat gambaran yang lebihefektif daripada menggunakan metode pemetaan
lateral. Metode Mise-a-la-masse khususnyadigunakan dalam mengecek apakah mineral
konduktif tertentu diisolasi oleh massa tertentu. Pada daerah yang topografinya
kasarakan dibutuhkan koreksi topografi (terraincorrections).

Gambar 3.15 (A) Distribusi Garis Eqipotensial Disekitar Elektroda Arus, (B)
Pembelokan Garis Eqipotensial Oleh Badan Bijih

Anda mungkin juga menyukai