Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM

PETROLOGI

ACARA BATUAN SEDIMEN NON KLASTIK

Disusun Oleh:
Arkananta Kayana Iriyanto
21100122140108

LABORATORIUM SUMBER DAYA MINERAL


DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG
APRIL

2023
REVIEW PAPER

Judul
IDENTIFIKASI SEBARAN BATUBARA METODE
TAHANAN JENIS PADA FORMASI MUARA ENIM: STUDI
KASUS DAERAH “X” PROVINSI JAMBI
Jurnal Jurnal Pertambangan
Volume & Halaman Volume 6 Halaman 165-169
Tahun November 2022
Penulis
Juventa dan A. D. Prabawa

Reviewer Arkananta Kayana Iriyanto (21100122140134)


Tanggal 14 April 2023

Abstrak Judul peper yang diambil merupakan “IDENTIFIKASI SEBARAN


BATUBARA METODE TAHANAN JENIS PADA FORMASI MUARA
ENIM: STUDI KASUS DAERAH “X” PROVINSI JAMBI” pada paper ini
penulis membahas sebuah karakteristik dengan rinci dan tidak bertele tele
dari batubara sebagai batuan sedimen non klastik yang dimana berasal dari
sisa tumbuhan jutaan tahun lalu yang dimana pada salah satu bagian ini
sendiri sudah memberikan dasar untuk mengetahui tentang batu bara kepada
pembaca agar bisa memahami tersebut.

Kemudian bagian Abstrak ini sudah memberikan pemaparan yang dimana


kurang lebih menyoroti dari sebuah perbedaan antara batubara dan batuan
sedimen klastik dalam hal ukuran butir, porositas, dan kapasitas penyimpanan
fluida. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan sebaran batubara dengan
menggunakan metode resistivitas geolistrik, khususnya konfigurasi Wenner.
Penelitian dimulai dengan pemetaan geologi untuk mengidentifikasi lokasi
batubara dan merancang pengambilan data geolistrik melalui empat jalur
dengan jarak elektroda yang berbeda. Nilai resistivitas yang diperoleh akan
diinversikan untuk menghasilkan penampang lintasan dua dimensi dan
kemudian diinterpolasi untuk membuat model tiga dimensi. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa arah umum strike batubara adalah N 1400 E dengan
nilai dip sebesar 330, dan nilai resistivitas batubara berkisar antara 100-300
Ωm di daerah penelitian. Model tiga dimensi mengungkapkan bahwa
batubara di lokasi penelitian bersifat sporadis dan tidak mengikuti arah umum
dari lokasi batuan, namun masih mengikuti dip dari batuan tersebut. Secara
keseluruhan, abstrak ini memberikan gambaran singkat tentang tujuan,
metodologi, dan hasil kunci penelitian.
Pendahuluan Pada pendahuluannya sendiri diawalin dengan membahas tentang
batubara, yang merupakan salah satu batuan sedimen Non Klastik yang
terbentuk dari pengendapan sisa tumbuhan jutaan tahun yang lalu.
Batubara umumnya diendapkan di lingkungan rawa dan mengalami
pengayaan kimia dan fisika pada kandungan atom karbonnya.kemudian
dijelaskan oleh penulis yang memberikan sedikit informasi data Di
Indonesia, terdapat cadangan batubara terukur yang sangat besar, yaitu
sekitar 40.182,81 miliar ton pada tahun 2016.

Kemudian penulis ini juga memperkenalkan sebuah cekungan yang


berada di Sumatra Selatan, yang dimana merupakan cekungan sedimen
busur belakang di Pulau Sumatera dan terdiri dari beberapa sub-
cekungan. Salah satu sub-cekungan tersebut adalah sub-cekungan
Jambi yang merupakan tempat terdapat Formasi Muara Enim, yaitu
formasi batuan yang berumur Miosen Akhir sampai Pliosen Awal dan
terdiri atas satuan batupasir, batulempung, dan batubara.

Terdapat metode Geofisika yang digunakan untuk mengetahui dari


litologi di bawah permukaan dimana merupakan metoda geolistrik.
Metode ini dapat memberi manfaat kemampuan dari batuan untuk
mnghantarkan arus listrik dan juga mampu dapat memberikan
gambaran tentang sebuah sebaran dan ketebalan lapisan batubara di
bawah permukaan laut.

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi sebaran batubara pada


Formasi Muara Enim bagian atas di sub-cekungan Jambi yang bersifat
spotting menggunakan metode geolistrik tahanan jenis. Batubara pada
sub-cekungan Jambi didominasi oleh lingkungan pengendapan
meandering sehingga keberadaannya di bawah permukaan cenderung
tidak melampar dan bersifat spotting. Oleh karena itu, penting untuk
dilakukan penelitian yang dapat mengidentifikasi sebaran batubara
secara akurat untuk memudahkan proses ekstraksi batubara dengan
menggunakan metode geolistrik tahanan jenis.
Metode Penelitian Pada metode penelitian sendiri menggunakan metode geolistrrik yang
digunakan untuk menentukan jenis batuan yang terdapat pada desa
Koto Boyo, Kecamatan Batin XXIV, Kabupaten Batanghari, Provinsi
Jambi. Yang dimulai dengan pemetaan geologi untuk menemukan
singkapan batubara yang diukur dengan menngunakan kompas geologi
selanjutnya metode geolistrik ini sendiri adalah yang digunakan
metode yang menggunakan nilai resistivitas suatu batuan untuk
menentukan jenis batuan tersebut. Konsep umum metode ini adalah
mengalirkan arus listrik pada permukaan menggunakan dua buah
elektroda arus dan mengukur perbedaan potensial yang terjadi oleh dua
elektroda potensial. Setelah didapat kuat arus dan beda potensial, nilai
tahanan jenis dihitung dengan persamaan 1, dengan 𝜌𝑎 adalah
resistivitas semu, V adalah beda potensial, I adalah arus dan K adalah
faktor geometri konfugurasi. Metode geolistrik ini mempunyai
beragam konfigurasi elektroda, dan pada penelitian ini menggunakan
Konfigurasi Wenner. Jumlah lintasan yang dipakai adalah 4 lintasan,
dengan 2 lintasan mempunyai panjang lintasan 240 meter dengan spasi
10 meter dan 2 lintasan lainnya 160 meter dengan spasi antar elektroda
7,5 meter. Pada teks tersebut juga dijelaskan bahwa batubara berbeda
dengan batuan sedimen klastik pada umumnya. Sedimen klastik pada
umumnya mempunyai ukuran butir dan/atau porositas yang bisa
menyimpan dan mengalirkan fluida terutama air. Kehadiran air pada
batuan sedimen klastik berperan sebagai penghantar arus listrik yang
menyebabkan batuan tersebut bersifat konduktif. Namun, batubara
adalah batuan sedimen non-klastik yang tidak mempunyai porositas
efektif yang saling terhubung sehingga tidak bisa menyimpan fluida
yang berupa air kecuali kandungan air (moisture content) yang
memang sudah ada pada batubara tersebut sejak pembentukannya
sehingga batubara akan bersifat resistif. Dari hasil metode geolistrik
yang dilakukan, tahanan jenis semu yang didapatkan akan diinversikan
sehingga mendapat model 2D. Dari 4 model lintasan 2D, data tersebut
akan diinterpolasi dan dibuat model sebaran batubara 3D. Batubara
bawah permukaan diinterpretasikan dengan membaca dan
mengevaluasi hasil model geolistrik berdasarkan nilai tahanan jenis.
Secara keseluruhan, metode penelitian pada teks tersebut telah
menjelaskan dengan jelas dan rinci tentang metode geolistrik yang
digunakan dan langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian.
Selain itu, teks juga memberikan informasi yang cukup tentang sifat
batubara dan perbedaannya dengan batuan sedimen klastik pada
umumnya. Oleh karena itu, penelitian ini dapat dianggap valid dan
dapat dipercaya.
Hasil Penelitian dan Pada teks tersebut, dilakukan sebuah penelitian tentang pemetaan
pembahasan geologi di lapangan dengan tujuan untuk menemukan singkapan
batubara. Penelitian tersebut berhasil menemukan 3 singkapan batubara
yang terletak pada posisi yang berbeda, yaitu ASSB1 pada N 1390 E/
290, ASSB2 pada N 1440 E/ 320, dan ASSB 3 pada N 1380 E/ 360,
yang ditunjukkan pada Gambar 2 Selain itu, dilakukan juga lintasan
geolistrik dengan 4 lintasan yang berdekatan dengan lokasi singkapan,
dengan lintasan pertama memiliki panjang 240 meter, spasi antar
elektroda 10 meter, dan elevasi ketinggian base 68 meter. Titik 0 meter
berada pada Tenggara, dan lintasan terbentang dengan arah Tenggara-
Barat laut. Hasil inversi 2D dari lintasan pertama dapat dilihat pada
Gambar 4.Dari hasil inversi 2D tersebut, didapatkan informasi tentang
struktur geologi di bawah permukaan tanah. Hal ini sangat penting
untuk membantu mengidentifikasi potensi tambang batubara yang
mungkin masih tersembunyi di bawah tanah. Oleh karena itu,
penelitian ini memiliki nilai penting dalam bidang pertambangan dan
geologi.Namun, penelitian ini hanya mencakup 3 singkapan batubara
dan 1 lintasan geolistrik. Sehingga, perlu dilakukan penelitian lebih
lanjut dengan skala yang lebih besar untuk memperoleh informasi yang
lebih komprehensif tentang potensi tambang batubara di wilayah
tersebut.

Kemduian Bagian hasil penelitian dan pembahasan pada studi


pemetaan geologi menjelaskan identifikasi tiga singkapan batubara di
lapangan, beserta lokasi dan posisi batuan. Selain itu, empat lintasan
geolistrik yang berdekatan diambil di dekat lokasi singkapan, dan
hasilnya dianalisis menggunakan teknik inversi 2D.Riview bagian hasil
penelitian dan pembahasan menunjukkan bahwa survei geolistrik
berhasil mengidentifikasi beberapa lapisan batuan, termasuk seam
batubara, pada kedalaman yang bervariasi di bawah permukaan. Seam
batubara ditemukan tersebar tidak teratur dan diperkirakan berada
antara kedalaman 2,5 hingga 18,5 meter, dengan beberapa
diinterpretasikan sebagai kelanjutan dari singkapan batubara yang
ditemukan sebelumnya dalam studi.Lintasan 2 Secara keseluruhan,
bagian ini memberikan ringkasan yang jelas dan singkat dari temuan
studi dan interpretasinya. Penggunaan gambar dan representasi grafis
membantu memvisualisasikan hasil dan membuat interpretasinya lebih
mudah dipahami. Namun, elaborasi dan diskusi lebih lanjut tentang
signifikansi temuan dapat menambah kedalaman pada bagian ini.
Bagian hasil penelitian dan pembahasan studi pemetaan geologi
menjelaskan analisis dari lintasan geoelektrik kedua. Hasilnya
menunjukkan beberapa lapisan batuan, termasuk lapisan batubara, pada
kedalaman yang bervariasi di bawah permukaan. Lapisan batubara
hanya terdapat pada interval antara 70-110 meter, diperkirakan
memiliki kedalaman antara 2,5 hingga 7,5 meter, dan diduga
merupakan kelanjutan dari singkapan ASSB3.lintasan 3Bagian ini
memberikan informasi yang jelas dan ringkas mengenai hasil
penelitian. Penggunaan gambar dan representasi grafis membuat lebih
mudah untuk memvisualisasikan dan menginterpretasikan hasil.
Namun, penjelasan lebih lanjut dan diskusi mengenai implikasi dan
signifikansi dari temuan dapat menambah kedalaman pada bagian
tersebut. Selain itu, informasi lebih lanjut tentang metodologi dan
keterbatasan studi dapat meningkatkan kejelasan pada bagian tersebut.

Bagian hasil penelitian dan pembahasan pada teks menggambarkan


hasil analisis geolistrik lintasan keempat. Hasilnya menunjukkan
beberapa lapisan batuan termasuk lapisan batubara pada interval 25-55
meter dan 75-82 meter dengan kedalaman estimasi antara 5-18 meter.
Pola dengan warna coklat, merah hingga ungu dengan rentang nilai
resistivitas 97.3 - 318 Ωm diinterpretasikan sebagai lapisan batubara.
Meskipun batubara ditemukan pada kedalaman yang berbeda di
lintasan 4 dibandingkan dengan lintasan 1, batubara ditemukan
menerus searah dip pada kedua lintasan.Lintasan 4 Bagian tersebut
memberikan informasi yang jelas dan ringkas tentang temuan studi.
Penggunaan gambar dan representasi grafis membuat lebih mudah
untuk memvisualisasikan dan menafsirkan hasil. Namun, pembahasan
lebih lanjut tentang implikasi dan signifikansi temuan akan menambah
kedalaman pada bagian tersebut. Selain itu, informasi lebih lanjut
tentang metodologi dan keterbatasan studi dapat meningkatkan
kejelasan pada bagian tersebut.

Bagian hasil penelitian dan pembahasan dari studi pemetaan geologi


menjelaskan analisis dari model penampang geolistrik ketiga. Hasilnya
menunjukkan adanya lapisan-lapisan batubara pada kedalaman yang
berbeda-beda di bawah permukaan, dengan distribusi yang tidak
menentu. Lapisan batubara ditemukan lebih dalam pada model
penampang ketiga dibandingkan dengan model penampang pertama,
menunjukkan adanya kemiringan yang kontinu dari lapisan batubara ke
arah barat-laut.

Penggunaan gambar dan representasi grafis membantu untuk


memvisualisasikan dan menginterpretasikan hasil secara efektif.
Namun, bagian ini kurang elaborasi tentang implikasi dan signifikansi
dari temuan tersebut. Diskusi lebih lanjut tentang konteks geologis dan
potensi signifikansi ekonomi dari lapisan batubara dapat menambah
kedalaman pada bagian tersebut. Selain itu, informasi lebih lanjut
tentang metodologi dan batasan studi dapat meningkatkan kejelasan
pada bagian tersebut.

Bagian hasil penelitian dan pembahasan pada teks menggambarkan


model 3 dimensi yang dibuat dengan memanfaatkan empat lintasan
inversi 2 dimensi. Model ini menunjukkan sebaran batubara 3 dimensi
di lokasi penelitian. Dari gambar 8, dapat dilihat bahwa sebaran
batubara memiliki pola yang mengikuti arah dip yang berarah Timur
Laut – Barat Daya dan bersifat spotting.Meskipun penjelasan ini cukup
jelas dan mudah dipahami, bagian ini kurang memberikan informasi
yang cukup tentang implikasi dan signifikansi temuan. Pembahasan
lebih lanjut tentang hasil temuan, terutama dalam konteks geologi dan
potensi ekonomi batubara, dapat menambah kedalaman pada bagian
ini. Selain itu, informasi lebih lanjut tentang metodologi dan batasan
penelitian juga dapat membantu membuka pemahaman pembaca.

Kesimpulan Penulis menunjukan hasil dari semua metode geolistrik yang


sudah didapatinya yang menunjukan menunjukkan batubara pada daerah
penelitian tersebar hampir pada semua lintasan dengan nilai tahanan jenis
sebesar 100-300 Ωm dengan ketebalan kira-kira 4 meter. Sebaran batubara
pada daerah penelitian cenderung bersifat spotting yang tidak menerus
mengikuti arah pelamparan batuan namun menerus mengikuti dip batuan.

Kekuatan 1. Pada paper ini penulis sangat teliti membuat dari metode
perhitungan geolistrik yang didapatkan sehingga pembaca dapat
mengetahui dari informasi daerah tersebut
2. Penulis juga memberikan data dari referensi yang dia dapatkan
jadi data yang dia dapat juga bisa dibandingkan dengan data
lainnya
3. Kemudian dari hasil dan pembahasan yang sudah mencangkup
sudah dijelaskan secara lebih teliti dan terperinci
Kelemahan 1. Kekurangan yang didapati penulis kurang memberikan cara
penjelasan dari metode perhitungan jadi pembaca masih
kebingungan untuk memahaminya.
Jurnal Pertambangan
http://ejournal.ft.unsri.ac.id/index.php/JP Jurnal Pertambangan Vol. 6 No. 4 November 2022
ISSN 2549-1008

IDENTIFIKASI SEBARAN BATUBARA METODE TAHANAN JENIS PADA


FORMASI MUARA ENIM: STUDI KASUS DAERAH “X”
PROVINSI JAMBI

IDENTIFICATION OF COAL SEAM USING RESISTIVITY METHOD


IN MUARA ENIM FORMATION: CASE STUDY AREA “X”
JAMBI PROVINCE

Juventa1, A. D. Prabawa2
1
Program Studi Teknik Geofisika, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Jambi
2
Program Studi Teknik Pertambangan, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Jambi
1,2
Jl. Jambi – Muara Bulian KM. 15, Mendalo Darat, Kec. Jambi Luar Kota, Kabupaten Muaro Jambi, Jambi
e-mail: *1juventa@unja.ac.id

ABSTRAK

Batubara adalah batuan sedimen non-klastik yang terbentuk secara organik berasal dari akumulasi pengendapan sisa
tumbuhan jutaan tahun lalu dan mengalami pengayaan kimia dan fisika pada kandungan atom karbonnya. Sifat batubara
sebagai batuan sedimen berbeda dengan batuan sedimen klastik. Bila batuan sedimen klastik pada umumnya memiliki ukuran
butir dan porositas yang bisa berfungsi sebagai penyimpan fluida, maka batubara tidak memiliki porositas. Keberadaan fluida
air pada porositas batuan sedimen akan mengakibatkan nilai tahanan jenis pada batuan sedimen klastik relatif lebih rendah
dibanding batubara karena air akan berperan sebagai pengantar perpindahan arus listrik. Nilai tahanan jenis pada batubara
relatif lebih tinggi dibanding batuan sedimen sekitarnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sebaran batubara yang
bersifat spotting dengan menggunakan metode geolistrik tahanan jenis. Nilai tahanan jenis pada batubara relatif lebih tinggi
dibanding batuan sedimen sekitarnya. Penelitian ini diawali dengan melakukan pemetaan geologi untuk mencari singkapan
batubara dan kemudian dirancang pengambilan data geolistrik dengan Konfigurasi Wenner sebanyak 4 lintasan, 2 lintasan
sepanjang 240 meter dengan jarak antara elektroda sebesar 10 meter dan 2 lintasan lagi sepanjang 160 meter dengan jarak
antar elektroda 7,5 meter. Nilai tahanan jenis yang didapat kemudian akan diinversikan menjadi penampang 2 dimensi.
Penampang 2 dimensi ini kemudian akan diinterpolasikan nilainya sehingga mendapat model 3 dimensi. Hasil yang
didapatkan, arah umum dari strike batubara adalah N 1400 E dengan nilai dip batuan sebesar 330 dan nilai tahanan jenis
batubara pada daerah penelitian sebesar 100-300 Ωm. Model 3 dimensi memperlihatkan bahwa batubara pada lokasi
penelitian bersifat spotting dan tidak mengikuti arah lamparan batuan secara umum, namun masih mengikuti arah dip
batuannya.

Kata kunci: batubara, tahanan jenis, inversi

ABSTRACT

Coal is a non-clastic sedimentary rock that is organically formed from the accumulated deposition of plant residues millions
of years ago and has undergone chemical and physical enrichment in its carbon atom content. The properties of coal as a
sedimentary rock are different from clastic sedimentary rocks, clastic sedimentary rocks generally have a grain size and
porosity that can function as fluid storage, then coal does not have porosity. The presence of water fluid in the porosity of
sedimentary rocks will result in a lower resistivity value in clastic sedimentary rocks compared to coal because water will
act as a mediator to the transfer of electric current. The value of resistivity in coal is relatively higher than the surrounding
sedimentary rocks. This study aims to determine the distribution of spotting coal using the geoelectric method of resistivity.
This research begins with geological mapping to look for coal outcrops and then designed geoelectric data collection with
Wenner configuration as many as 4 tracks, 2 tracks along 240 meters with a distance between electrodes of 10 meters and 2
more tracks along 160 meters with a distance between electrodes of 7.5 meters. The resistivity value obtained will then be
inverted into a 2-dimensional cross-section. This 2-dimensional cross-section will then be interpolated to obtain a 3-

165
Jurnal Pertambangan
http://ejournal.ft.unsri.ac.id/index.php/JP Jurnal Pertambangan Vol. 6 No. 4 November 2022
ISSN 2549-1008

dimensional model. The results obtained, the general direction of the coal strike is N 140 0 E with a coal’s dip value of 330
and the resistivity value of coal in the study area of 100-300 Ωm . The 3-dimensional model shows that the coal is spotting
and does not follow the general direction of coal’s strike, but still follows the direction of the coal’s dip.

Keywords:coal, resistivity, inversion

PENDAHULUAN
Batubara mempunyai nilai tahanan jenis yang bervariasi
Batubara merupakan salah satu batuan sedimen non- dengan rentang jarak yang cukup besar antara 80-220 Ωm,
klastik hasil akumulasi dan pengendapan sisa tumbuhan dan relatif lebih bersifat isolator dibandingkan dengan
jutaan tahun yang lalu dan mengalami pengayaan kimia batuan sedimen lainnya [11]. Namun yang menjadi
dan fisika pada kandungan atom karbonnya dan biasanya masalah adalah batubara yang ditemukan pada sub-
diendapkan di lingkungan rawa [1]. Kementerian Energi cekungan Jambi didominasi oleh lingkungan
dan Sumber Daya Mineral, Indonesia di tahun 2016 pengendapan meandering sehingga keberadaan batubara
mengeluarkan sebuah catatan bahwa Indonesia di bawah permukaan cenderung tidak melampar dan
mempunyai cadangan batubara terukur sebesar 40.182,81 bersifat spotting. Penelitian ini bertujuan untuk
miliar ton [2]. mengidentifikasi sebaran batubara pada Formasi Muara
Enim bagian atas di sub-cekungan Jambi yang bersifat
Cekungan Sumatera Selatan adalah cekungan sedimen spotting dengan menggunakan metode geolistrik tahanan
busur belakang (back-arc basin) yang ada di Pulau jenis.
Sumatera yang terbentuk akibat adanya tumbukan dua
lempeng tektonik, yaitu Lempeng Benua (Paparan) Sunda METODE PENELITIAN
dengan Lempeng Samudera Hindia (Hindia-Australia).
Cekungan ini terdiri dari beberapa sub-cekungan yang Penelitian dilakukan pada bulan Agustus 2022 di Desa
dibatasi oleh tinggian dan salah satunya adalah sub- Koto Boyo, Kecamatan Batin XXIV, Kabupaten
cekungan Jambi [3]. Formasi Muara Enim adalah formasi Batanghari, Provinsi Jambi. Penelitian ini diawali dengan
batuan yang ada pada cekungan Sumatera Selatan melakukan pemetaan geologi untuk menemukan
berumur Miosen Akhir sampai Pliosen Awal [4]. Formasi singkapan batubara yang kemudian diukur arah
ini terdiri atas satuan batupasir, batulempung dan kemenerusan batuan serta derajat kedudukannya
batubara [5]. menggunakan Kompas Geologi.

Metode geofisika yang biasa dipakai untuk mengetahui Metode geolistrik adalah suatu metode yang
lithologi batuan di bawah permukaan dengan menggunakan nilai resistivitas suatu batuan untuk
memanfaatkan kemampuan batuan untuk mengantarkan menentukan jenis batuan tersebut. Konsep umum metode
arus listrik disebut dengan metoda geolistrik [6]. Metode ini adalah mengalirkan arus listrik pada permukaan
yang paling umum digunakan untuk eksplorasi awal menggunakan dua buah elektroda arus (C1 dan C2) yang
batubara adalah metode tahanan jenis yang mempunyai akan mengalir ke bawah permukaan, kemudian perbedaan
beragam konfigurasi yang dapat dipilih sesuai dengan potensial yang terjadi akan diukur oleh dua elektroda
kebutuhan dan kedalaman [7]. Metode ini mampu potensial (P1 dan P2). Setelah didapat kuat arus dan beda
memberikan gambaran tentang sebaran dan ketebalan potensial, nilai tahanan jenis dihitung dengan persamaan
lapisan batubara di bawah permukaan dengan 1 [12] :
memanfaatkan proses inversi nilai resistivitas batuan
yang terukur [8]. 𝜌𝑎 = 𝐾
𝛥𝑉
(1)
𝐼

Penelitian mengenai identifikasi sebaran lamparan


catatan: 𝜌𝑎 adalah resistivitas semu, V adalah beda
batubara menggunakan metode geolistrik telah banyak
potensial, I adalah arus dan K adalah faktor geometri
dilakukan, salah satunya dengan menggunakan gabungan
konfugurasi.
antara metode 1 dimensi dan 2 dimensi namun hasilnya
hanya menggambarkan lapisan batubara sepanjang
Metode geolistrik mempunyai beragam konfigurasi
lintasan pengukuran [9]. Pembuatan model sebaran
elektroda, konfigurasi yang dipakai pada penelitian ini
batubara 3 dimensi dengan menggunakan beberapa hasil
adalah Konfigurasi Wenner. Konfigurasi Wenner
lintasan resistivitas 2 dimensi telah dilakukan pada
mempunyai jarak titik elektroda dengan spasi yang selalu
batubara di Fomasi Muara Enim bawah yang mempunyai
sama (gambar 1).
karakter berbeda dengan lokasi penelitian yang
merupakan batubara pada Formasi Muara Enim bagian
atas [10].

166
Jurnal Pertambangan
http://ejournal.ft.unsri.ac.id/index.php/JP Jurnal Pertambangan Vol. 6 No. 4 November 2022
ISSN 2549-1008

Tahanan jenis semu yang didapatkan akan diinversikan


sehingga mendapat model 2D. Dari 4 model lintasan 2D,
data tersebut akan diinterpolasi dan dibuat model sebaran
batubara 3D. Batubara bawah permukaan
diinterpretasikan dengan membaca dan mengevaluasi
hasil model geolistrik berdasarkan nilai tahanan jenis.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pemetaan geologi dilakukan di lapangan, menemukan 3


singkapan batubara (Gambar 2) dengan masing-masing
Gambar 1. Konfigurasi elektroda Wenner [12] kedudukan batuannya, ASSB1 : N 1390 E/ 290 , ASSB2 :
N 1440 E/ 320 dan ASSB 3 : N 1380 E/ 360. Lintasan
geolistrik terdiri dari 4 lintasan yang berdekatan dengan
Faktor geometrinya adalah: lokasi singkapan (Gambar 3).
𝐾 = 2𝜋𝑎 (2) 1. Lintasan 1
Lintasan pertama, panjang lintasan 240 meter dengan
dengan memasukkan persamaan 2 pada persamaan 1 spasi antar elektroda 10 meter dengan elevasi
maka didapatkan : ketinggian base 68 meter dan titik 0 meter berada pada
Tenggara, lintasan terbentang dengan arah Tenggara-
𝛥𝑉 Barat laut. Hasil inversi 2D dapat dilihat di Gambar 4.
𝜌𝑎 = 2𝜋𝑎 (3)
𝐼

Jumlah lintasan yang dipakai adalah 4 lintasan, 2 lintasan


mempunyai panjang lintasan 240 meter dengan spasi 10
meter dan 2 lintasan lainnya 160 meter dengan spasi antar
elektroda 7,5 meter.

Menurut Telford, arus listrik yang merambat dalam


batuan dikategorikan menjadi 3 [13]:
a. Konduksi secara elektronik, kondisi dimana arus listrik
mengalir secara bebas melalui elektron bebas seperti
pada mineral logam.
b. Konduksi secara elektrolik, kondisi dimana arus listrik
mengalir melalui ion yang biasanya berupa fluida
pengisi pori berupa air pada pori batuan.
c. Konduksi secara dielektrik, dimana arus listrik sedikit
mengalir atau sama sekali tidak bisa mengalir pada
batuan tersebut sehingga batuan tersebut bersifat Gambar 2. Peta lokasi singkapan batubara
isolator yang mempunyai nilai tahanan jenis yang
relatif tinggi.

Batubara berbeda dengan batuan sedimen klastik pada


umumnya. Sedimen klastik pada umumnya mempunyai
ukuran butir dan/atau porositas yang bisa menyimpan dan
mengalirkan fluida terutama air. Kehadiran air pada
batuan sedimen klastik berperan sebagai penghantar arus
listrik yang menyebabkan batuan tersebut bersifat
konduktif. Batubara adalah batuan sedimen non-klastik
yang tidak mempunyai porositas efektif yang saling
terhubung sehingga tidak bisa menyimpan fluida yang
berupa air kecuali kandungan air (moisture content) yang
memang sudah ada pada batubara tersebut sejak
pembentukannya sehingga batubara akan bersifat resistif.
Gambar 3. Lokasi lintasan geolistrik

167
Jurnal Pertambangan
http://ejournal.ft.unsri.ac.id/index.php/JP Jurnal Pertambangan Vol. 6 No. 4 November 2022
ISSN 2549-1008

Batubara yang diprediksi ada pada lintasan 2 ini


diperkirakan kemenerusan dari singkapan ASSB3.
3. Lintasan 3
Lintasan 3, panjang interval lintasan 160 meter dengan
spasi antar elektroda 7,5 meter dan elevasi ketinggian
base 93 meter. Titik 0 meter berada pada Barat Laut,
lintasan terbentang dengan arah Barat laut-Tenggara.

Gambar 4. Penampang 2D lintasan 1

Berdasarkan hasil model penampang pada gambar 4,


warna yang ditunjukkan pada hasil inversi 2 dimensi
di lintasan 1 memiliki range nilai resistivitas batuan
mulai dari 0,20 – 255 Ωm yang terdapat beberapa
lapisan batuan. Pola dengan warna coklat, merah
hingga ungu dengan range nilai resistivitas 91,8 – 255
Ωm diinterpretasikan sebagai lapisan batubara.
Lapisan batubara ini menyebar tidak menentu Gambar 6. Penampang 2D lintasan 3
(spotting) di bawah permukaan yang terdapat pada
interval 40-70 meter dengan estimasi kedalaman mulai
dari 2,5 meter sampai dengan 7,5 meter dan terdapat Berdasarkan hasil model penampang pada gambar 6,
juga pada lintasan 160-190 meter dengan estimasi warna yang ditunjukkan pada hasil inversi 2 dimensi
kedalaman mulai dari 2,5 meter sampai dengan 18,5 di lintasan memiliki range nilai resistivitas batuan
meter. Batubara yang diprediksi pada lintasan ini tersebut mulai dari 0,079 – 318 Ωm yang terdapat
diduga merupakan kemenerusan dari batubara yang beberapa lapisan batuan. Pola dengan warna coklat,
tersingkap pada singkapan ASSB1 dan ASSB2. merah hingga ungu dengan range nilai resistivitas 97.3
2. Lintasan 2 – 318 Ωm diinterpretasikan merupakan lapisan
Lintasan kedua, panjang lintasan 240 meter dengan batubara. Lapisan batubara ini menyebar tidak
spasi antar elektroda 10 meter dengan elevasi menentu (spotting) di bawah permukaan yang terdapat
ketinggian base 83 meter dan titik 0 meter berada pada pada interval 25-55 meter dengan estimasi kedalaman
Tenggara. Lintasan terbentang dengan arah Tenggara- mulai dari 9,5 meter sampai dengan 18 meter dan
Barat Laut. Hasil inversi 2D dapat dilihat di gambar 5. terdapat juga pada interval lintasan 75-82 meter
dengan estimasi kedalaman mulai dari 5 sampai
dengan 10 meter.
Jika diperhatikan antara kedalaman batubara yang
diperlihatkan pada lintasan 3 dan lintasan 1, maka
terlihat bahwa batubara menerus searah dip dimana
keberadaan batubara pada lintasan 3 relatif lebih
dalam dibanding dengan lintasan 1.
4. Lintasan 4
Lintasan 4 dengan panjang interval lintasan 160 meter
dengan spasi antar elektroda 7,5 meter dengan elevasi
ketinggian base 93 meter. Titik 0 meter berada pada
Gambar 5. Penampang 2D lintasan 2 Barat Laut, lintasan terbentang dengan arah Barat
Laut-Tenggara.

Berdasarkan hasil model penampang pada gambar 5,


warna yang ditunjukkan pada hasil inversi 2 dimensi
di lintasan 2 memiliki range nilai resistivitas batuan
tersebut mulai dari 0,32 – 262 Ωm yang terdapat
beberapa lapisan batuan. Pola dengan warna coklat,
merah hingga ungu dengan range nilai resistivitas 101
– 262 Ωm diinterpretasikan merupakan lapisan
batubara. Lapisan batubara ini hanya terdapat pada
interval 70-110 meter dengan estimasi kedalaman
mulai dari 2,5 meter sampai dengan 7,5 meter.
Gambar 7. Penampang 2D lintasan 4

168
Jurnal Pertambangan
http://ejournal.ft.unsri.ac.id/index.php/JP Jurnal Pertambangan Vol. 6 No. 4 November 2022
ISSN 2549-1008

Berdasarkan hasil model penampang pada gambar 7, UCAPAN TERIMA KASIH


warna yang ditunjukkan pada hasil inversi 2 dimensi
di lintasan 1 memiliki range nilai resistivitas batuan Penulis mengucapkan terima kasih kepada PT Gelora
tersebut mulai dari 0,023 – 527 Ωm yang terdapat Geoservices Indonesia yang telah meyediakan lokasi dan
beberapa lapisan batuan. Pola dengan warna coklat, data penelitian kepada penulis dan para tim akuisisi data
merah hingga ungu dengan range nilai resistivitas 126 geolistrik.
– 527 Ωm diinterpretasikan merupakan lapisan
batubara. Lapisan batubara ini menyebar tidak DAFTAR PUSTAKA
menentu (spotting) di bawah permukaan yang terdapat
pada interval 40-60 meter dengan estimasi kedalaman [1] Nthaba, B., Shemang, E., Hengari, A.,
mulai dari 2,5 meter sampai dengan 6 meter. Terdapat Kgosidintsi, B., Tsuji, T., (2020). Characterizing
juga pada interval lintasan 80-110 meter dengan coal seams hosted in Mmamabula Coalfield,
estimasi kedalaman mulai dari 3 meter sampai dengan central Botswana using pseudo-3D electrical
13 meter hingga terdapat juga pada interval lintasan resistivity imaging technique, Jornal African
130-145 meter dengan estimasi kedalaman mulai dari Earth Science, 167, 103866.
3 meter sampai 7 meter. [2] Indonesian Ministry Of Energy and Mineral
Resources, (2017), Handbook Of Energy &
Model 3 Dimensi Economic Statistic Of Indonesia.
[3] Panggabean, H., Santy, LD., (2012). Sejarah
Dengan memanfaatkan 4 lintasan inversi 2 dimensi, nilai penimbunan cekungan sumatera selatan dan
tahanan jenis (resistivitas) yang diinterpretasikan sebagai implikasinya terhadap waktu generasi
batubara akan diinterpolasikan sehingga menjadi model hidrokarbon, Jurnal Sumber Daya Geologi, 22(4),
sebaran batubara 3 dimensi yang dapat dilihat pada 225-235.
gambar 8. Dari gambar 8, dapat dilihat bahwa sebaran [4] Friederich, MC., Moore, TA., Flores, RM.,
batubara pada lokasi penelitian tidak melampar secara (2016). A regional review and new insights into
luas mengikuti arah kemenerusan batuan, tetapi masih SE Asian Cenozoic coal-bearing sediments: Why
mengikuti arah dip yang berarah Timur Laut – Barat Daya does Indonesia have such extensive coal deposits?,
dan bersifat spotting. International Journal Coal Geology, 166, 2-35.
[5] Sunardi, E., Suwarna, N., Arus, E., (2018).
Geology Karakteristik Batubara Regresi Dan
Transgresi Formasi Muaraenim Cekungan
Sumatra Selatan, Bulletin Of Science Geology, 16,
221-228.
[6] Shao, Z., Wang, D., Wang, Y., Zhong, X., Tang,
X., Xi, D., (2016). Electrical resistivity of coal-
bearing rocks under high temperature and the
detection of coal fires using electrical resistance
tomography. Geophysics Journal International,
204(2), 1316-1331.
[7] Lepong, P., Supriyanto, S., Wahyuningsih, S.,
Hardiyanto, H., (2018). Application of multi-
array electrical resistivity tomography in PT.
Bukit Baiduri Energi coal mining-East
Kalimantan, Indonesia Mining Jornal, 21(1), 1-7.
[8] Samanlangi, AI., (2018). Coal Layer
Gambar 8. Model sebaran batubara Identification using Electrical Resistivity
Imaging Method in Sinjai Area South Sulawesi,
Journal Physics Conference Series, 979(1).
KESIMPULAN [9] Santoso, B., Wijatmoko, B., Supriyana, E., Harja,
A., (2016). Penentuan Resistivitas Batubara
Hasil penelitian menunjukkan batubara pada daerah Menggunakan Metode Electrical Resistivity
penelitian tersebar hampir pada semua lintasan dengan Tomography dan Vertical Electrical Sounding,
nilai tahanan jenis sebesar 100-300 Ωm dengan ketebalan Jurnal Material dan Energi Indonesia, 06(01), 8-
kira-kira 4 meter. Sebaran batubara pada daerah 14.
penelitian cenderung bersifat spotting yang tidak menerus
mengikuti arah pelamparan batuan namun menerus
mengikuti dip batuan.

169
Jurnal Pertambangan
http://ejournal.ft.unsri.ac.id/index.php/JP Jurnal Pertambangan Vol. 6 No. 4 November 2022
ISSN 2549-1008

[10] Rahmat, F., Juventa, Nazri, MZ., (2021).


Identifikasi Sebaran Batubara berdasarkan Nilai
Resistivitas Batuan Konfigurasi Wenner Desa
Sungai Buluh, Kecamatan Muara Bulian,
Kabupaten Batanghari, Jurnal Teknik Kebumian,
6(1), 44-52.
[11] Ramdani, PS., Sehah, M., (2021). Modeling of
Coal Deposition Using the Resistivity Method
with Wenner Configuration in the Bentarsari
Basin Area, District of Salem, Brebes Regency,
Central Java, Jurnal Fisika dan Aplikasi, 17(1), 1.
[12] Lowrie, W. and Fichtner, A., (2020)
Fundamentals of Geophysics. Cambridge
university press.
[13] Telford, WM., Geldart, LP., Sheriff, RE., (1990),
Applied Geophysics. Cambridge university press.

170
LABORATORIUM SUMBERDAYA MINERAL DAN BATUBARA
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO

LEMBAR ASISTENSI

Nama : Arkananta Kayana Iriyanto


NIM : 21100122140134
Praktikum : Petrologi
Acara : Batuan Sedimen Non Klastik
Semester : 2 (Dua)
Tahun Akademik : 2022/2023
Asisten Acara : 1. Natasya Kris A (21100120140112)
2. Binti Alfiani (21100120130043)
3. Niisrina Nurulfitri (21100121140067)

No. Tanggal Keterangan Paraf Asisten


1.
12/4/2023 Asistensi Wajib
(Niisrina Nurulfitri)

2.

3.

4.

Anda mungkin juga menyukai