Project Sains
Project Sains
MENGGUNAKAN METODE
RESISTIVITAS DAN VLF-R DI GOA
KISKENDO, YOGYAKARTA
Anggota Kelompok 2
● Dasar Teori
Latar Belakang
Pada November 2017, terjadi tanah longsor yang
mematahkan rute transportasi ke Goa Kiskendo, Desa
Jatimulyo, Kabupaten Girimulyo dari Kulonprogo, Provinsi
Yogyakarta. Berdasarkan peta Pusat Vulkanologi untuk
Bencana dan Mitigasi Geologi pergerakan tanah di
Kabupaten Girimulyo, Desa Jatimulyo berada di zona
pergerakan sedang hingga berisiko tinggi.
Tujuan
Mengidentifikasi permukaan slip berdasarkan nilai
resistivitas kontras menggunakan metode resistivitas dengan
konfigurasi dipol-dipol dan metode resistivitas frekuensi
sangat rendah elektromagnetik (VLF) yang dilakukan di
daerah Goa Kiskendo.
Dasar Teori - Fisiografi dan Stratigrafi Kulonprogo
Daerah Kulonprogo termasuk di antara kerangka tektonik Jawa Tengah (Sujanto dan Ruskamil,
1975 dalam Suroso, et al, 1987
Dasar Teori - Stratigrafi Kulonprogo
Endapan Alluvial
Formasi Sentolo
Formasi Jonggrangan
Formasi Kebobutak
Formasi Nanggulan
2. Lintasan B
Awalani (2018) mengatakan jalan akses ke Goa
Kiskendo meluncur sepanjang 75 m dengan
kedalaman 1,5 m. Materialnya adl saturated limestone
(0,15-10 Ωm, biru) dengan porositas limestone
semakin besar, Soil (15-79 Ωm, hijau), unsaturated
limestone ( 80-200 Ωm, orange-ungu dan 20-50 Ωm,
hijau). Bidang slip terdapat pada kedalaman 5-10 m.
3. Lintasan C
Pada lintasan ini, Soil diidentifikasi sebagai lapisan pada
permukaan dengan kisaran nilai resistivitas 15 Ωm.
hingga 79 Ωm. Lapisan kedua ditunjukkan dengan
warna biru tua dengan kisaran nilai resistivitas dari 0,15
Ωm hingga 10 Ωm diidentifikasi sebagai water-saturated
limestone.
4. Lintasan D
Material pada penampang D adalah saturated
limestone (0,15-10 Ωm, biru) dengan porositas
limestone menjadi semakin besar, Soil (15-143 Ωm,
hijau-orange) yang merupakan material longsor
karena pergerakan. Kontras nilai resistivitas antara
water-saturated limestone dan soil diidentifikasi
sebagai bidang slip.
5. Lintasan E
Lintasan E adalah lintasan yang memotong ke-4 lintasan
sebelumnya. Material pada penampang D adalah saturated limestone
(0,15-10 Ωm, biru) dengan porositas limestone menjadi semakin
besar, Soil (10-79 Ωm, hijau) diidentifikasi sebagai material tanah
longsor. Permukaan slip pada bagian E terlihat pada kedalaman 6 m
hingga 25 m.
Visualisasi 3D
Visualisasi dari kelima lintasan tersebut adalah untuk resistivitas rendah saja (tanah-biru) dan
resistivitas tinggi saja (limestone sebagai batuan dasar-hijau). Topografi area memiliki kemiringan yang
cukup curam. Kemiringan menjadi pengontrol gerakan tanah. lintasan D dan lintasan E adalah lereng
yang curam. Kontras resistivitas terlihat jelas pada lintasan D dan E, di mana material tanah longsor
akan bergerak ke arah tenggara.
Dukungan hipotesis
Saya rasa inilah yang akan Variabel yang dapat
terjadi karena... memengaruhi hasil...
Masukkan teks Anda di sini Masukkan teks ● Masukkan teks Anda di sini Masukkan
Anda di sini Masukkan teks Anda di sini teks Anda di sini
Masukkan teks Anda di sini Masukkan teks ● Masukkan teks Anda di sini Masukkan
Anda di sini Masukkan teks Anda di sini teks Anda di sini
Masukkan teks Anda di sini.
Percobaan
Kesimpulan
1. Dari hasil pemrosesan data resistivitas dan visualisasi 3D didapatkan kontras
perbedaan nilai resistivitas yang terdiri dari dua lapisan.
a. Lapisan pertama, berada dalam kisaran 10 Ωm hingga 79 Ωm,
diidentifikasi sebagai tanah.
b. Lapisan kedua, berada dalam kisaran 0,15 Ωm hingga 10 Ωm,
diinterpretaasikan sebagai batuan kapur tersaturasi air (batu kapur jenuh
air).
1. Batu kapur jenuh air diidentifikasikan sebagai permukaan slip atau bedrock
(batuan dasar) pada kedalaman 3 m hingga 25 m dan pergerakan tanah ketika
longsor terjadi, material akan bergerak dari utara ke tenggara.
Saran
Masukkan teks Anda di sini Masukkan teks Anda di sini Masukkan teks Anda di sini
Masukkan teks Anda di sini Masukkan teks Anda di sini Masukkan teks Anda di sini
Masukkan teks Anda di sini Masukkan teks Anda di sini.